Pieter (2011) mengatakan bahwa, adaptasi adalah suatu proses penyesuaian diri
seseorang yang berlangsung terus-menerus untuk memenuhi segala kebutuhannya
dengan tetap memelihara hubungan harmonis pada situasi lingkungannya
Tahapan adaptasi antara lain :
a. Adaptif
Menurut Mansur (2011: 12) mengatakan bahwa “Manusia sebagai
makhluk hidup mempunyai daya upaya untuk menyesuaikan diri secara
aktif maupun pasif. Pada dasarnya seseorang secara aktif melakukan
penyesuaian diri bila keseimbangannya terganggu. Manusia akan
merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang. Ketidakseimbangan
tersebut ditimbulkan frustasi dan konflik.”
b. Frustasi
Dalam mencapai tujuan, seseorang terkadang justru mengalami kendala
sehingga tujuan tersebut gagal dicapai. Hal tersebut akan menyebabkan
kecewa atau frustasi. Ini berarti bahwa frustasi timbul karena adanya
Iblocking dari perilaku yang disebabkan adanya kendala yang
menghadangnya.
c. Konflik
Salah satu sumber frustasi adalah adanya konflik antara beberapa motif
dalam diri individu yang bersangkutan. Motif-motif itu tidak dapat
dikompromikan satudengan yang lain, tetapi harus mengambil pilihan dari
bermacam-macam motif tersebut. Keadaan ini dapat menimbulkan konflik
dalam diri individu yang bersangkutan.
d. Maladaptif
Frustasi dan konflik yang terjadi pada individu merupakan sumber atau
penyebab stres psikologis. Dengan demikian, individu harus melakukan
adaptasi dengan menggunakan Mekanisme Mempertahankan Ego (MPE).
Mekanisme pertahanan ego antara lain:
1) Rasionalisasi (berpikir rasional)
2) Menarik diri
3) Identifikasi
4) Regresi
5) Kompensasi
6) Represi
7) Mengisar
Semua bayi baru lahir akan masuk ke dalam lingkungan barunya di luar rahim.
Lingkungan di luar rahim ini menuntut setiap bayi untuk memenuhi kebutuhan dasar
seorang bayi baru lahir dengan kekuatannya sendiri, untuk dapat tetap hidup.
Proses persalinan merupakan batas waktu dari setiap bayi dalam mendapatkan
kebutuhan dasarnya. Sebelum dilahirkan ia mendapatkan semua yang dibutuhkaannya
dari Bunda melalui perantara ari-ari dan talipusar, lalu begitu bayi dilahirkan maka ia
harus memenuhi kebutuhan awalnya secara mandiri.
Bayi-bayi yang mampu beradaptasi di awal kelahiran, pada umumnya akan mampu
melanjutkan kehidupannya. Ia akan mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan
kemampuannya menyusui pada ibu (melalui refleks hisap yang baik), dimana nutrisi ini
akan diserap oleh kemampuan saluran cerna yang telah matang dan berfungsi dengan
baik, dan selanjutnya oleh organ saluran cerna bagian dalam (usus, hati, pankreas)
akan diolah sehingga dapat berfungsi dalam memenuhi kebutuhan energi bagi proses
kehidupannya.
Bayi-bayi yang mampu beradaptasi di awal kelahiran, pada umumnya akan mampu
melanjutkan kehidupannya. Ia akan mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan
kemampuannya menetek pada ibu (melalui refleks hisap yang baik), dimana nutrisi ini
akan diserap oleh kemampuan saluran cerna yang telah matang dan berfungsi dengan
baik, dan selanjutnya oleh organ saluran cerna bagian dalam (usus, hati, pankreas)
akan diolah sehingga dapat berfungsi dalam memenuhi kebutuhan energi bagi proses
kehidupannya.
Sayangnya, pada sebagian kecil bayi-bayi baru lahir, mereka mengalami kegagalan
dalam melalui proses adaptasi di awal usianya. Berikut tanda-tandanya:
1. Tidak terdengar tangisan, atau terdengar tangisan berupa rintihan lemah
2. Tampak sesak, dimana bayi terlihat menarik nafas dalam, terdapat cekungan di area
ulu hati saat bayi menarik nafas, dan bayi bernafas cepat melebihi kecepatan nafas
bayi sehat lain. Pada cuping hidung tampak kembang yang lebih lebar, pada saat
menarik nafas.
3. Gerakan tidak aktif, atau tidak terlihat gerakan apapun
4. Warna permukaan tubuh bayi pucat atau bahkan biru, dan tidak ada perubahan
seiring bertambahnya waktu.
Tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa bayi mengalami stres berat, dan segera
harus mendapatkan bantuan medis khusus secepatnya. Kegagalan proses adaptasi ini
dapat membahayakan kehidupan setiap bayi baru lahir. Baik berdampak dalam waktu
singkat, yaitu kematian bayi, maupun dampak jangka panjang yaitu di usia selanjutnya
ketika ia memasuki masa tumbuh kembangnya.
Berbagai faktor penyebab kegagalan setiap bayi melalui proses adaptasinya, antara
lain:
1. Bayi prematur (dibawah 37 minggu) atau bayi lewat masa kehamilan (diatas 40
minggu)
2. Bayi dengan berat badan kurang atau berlebih, atau tidak sesuai dengan usia
kehamilannya
3. Bayi dengan infeksi sejak dalam kandungan
4. Adanya kelainan bawaan, misalnya: kelainan jantung bawaan, kelainan struktur otak,
saluran cerna, saluran nafas.
5. Terhirup air ketuban yang hijau dan kental
6. Proses persalinan yang tidak lancar, sehingga membutuhkan waktu yang lama
hingga bayi dilahirkan
Pada setiap proses persalinan harus selalu disiapkan baik lingkungan, fasilitas alat
kesehatan dan tenaga kesehatan yang mampu memberikan bantuan bagi bayi-bayi ini,
yang potensi mengalami kegagalan melalui proses adaptasi awalnya setelah dilahirkan.
Perencanaan persalinan sebaiknya disiapkan sedini mungkin, dan kontrol rutin
kehamilan wajib dilakukan. Saat dilakukan kontrol rutin kehamilan, dokter akan
memberikan data kesehatan bagi Bunda dan sekaligus bayi. Dengan didapatkannya
data kesehatan bayi selama didalam kandungan, maka perencanaan persalinan dapat
diatur lebih dini. Sehingga proses persalinan dapat berjalan dengan lancar, dan setiap
bayi selalu terpantau dengan baik, dan jika ia membutuhkan bantuan selama masa
adaptasinya, maka akan dapat dilakukan dengan cepat dana benar, sehingga ia dapat
bertahan dan mampu menjalani hidup selanjutnya, tumbuh dan berkembang dengan
optimal tanpa keterbatasan.