Anda di halaman 1dari 37

Konsep fertilitas dan

infertilitas
DOSEN PENGAMPU:
SILVIE PERMATA SARI, S.ST, M.KEB
OUTLINE :
• Definisi
• Sumber Data
FERTILITAS • Indikator/ Ukuran-ukuran
Fertilitas.

• Definisi
• Klasifikasi
INFERTILITA • Etiologi
S • Penatalaksanaan
infertilitas
KONSEP-DEFINISI
FERTILITAS

FERTILITAS: Hasil reproduksi nyata dari seorang wanita


atau sekelompok wanita atau fertilitas yang
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.
Berarti FERTILITAS: Kemampuan seorang wanita untuk
melahirkan hidup seorang anak.

Sedangkan Potensi seorang wanita untuk melahirkan


disebut FEKUNDITAS.
JUMLAH KELAHIRAN
banyaknya kelahiran hidup yang
terjadi pada waktu tertentu di wilayah tertentu.

ANAK LAHIR HIDUP (ALH = Children Ever Born)


Suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan
lamanya di dalam kandungan dimana si bayi menunjukkan
tanda-tanda kehidupan, misal: bernafas, ada denyut
jantung atau denyut tali pusat atau gerakan-gerakan
otot (live birth).
LAHIR MATI (STILL BIRTH):
Kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur
Paling sedikit 26 minggu tanpa menunjukkan tanda-
tanda kehidupan.

Anak Masih Hidup (AMH-Children Still Living)


Jumlah anak yang masih hidup yang dimiliki seorang
wanita sampai saat wawancara dilakukan.
ABORTUS (ABORTION):

Kematian bayi dalam kandungan dengan umur


kehamilan kurang dari 28 (20) minggu. Ada 2 macam
Aborsi, yaitu disengaja (induced)
dan tidak disengaja (spontaneous)

MASA REPRODUKSI (CHILDBEARING AGE):

Masa dimana perempuan mampu melahirkan dimulai


dari saat menarche hingga memasuki masa menapouse,
yang disebut juga usia subur (15-49 tahun).
SUMBER DATA FERTILITAS

a. REGISTRASI PENDUDUK
Pencatatan peristiwa vital yang dilakukan secara continue
berdasarkan laporan dari penduduk (di Indonesia pencatatan ini
di lakukan di kelurahan)

Kebaikan : ideal jika setiap kejadian segera dilaporkan.

Kelemahan:
ketepatan definisi yang dipakai (misal: lahir hidup versus lahir
mati).
kelengkapan registrasi (tidak sama di semua daerah).
ketepatan alokasi tempat (tempat kejadian versus tempat
pelaporan).
ketepatan alokasi waktu (waktu kejadian versus waktu pelaporan).
b. SENSUS PENDUDUK
Pencacahan seluruh penduduk yang tercakup dalam suatu wilayah, di
Indonesia dilakukan 10 tahun sekali

Data yang tersedia: jumlah anak lahir hidup, jumlah anak masih
hidup, jumlah perempuan.

Kelemahan:

- keterangan tentang jumlah anak lahir hidup tergantung pada daya


ingat ibu.
- keterangan tergantung pada ketepatan waktu (periode
pengamatan, misal: setahun yang lalu, bisa terlalu panjang atau
terlalu pendek)
- kesalahan pelaporan umur.
c. SURVEI PENDUDUK ANTAR SENSUS
- Data yang tersedia di sensus pada umumnya juga ada di survei
- Kelemahan : sama dengan di Sensus, karena yang ditanyakan adalah
peristiwa yang sudah lampau, ada kemungkinan lupa, salah atau tidak
tepat informasinya.
Akan tetapi,
data mengenai fertilitas yang dikumpulkan lebih terperinci,
misal: riwayat kelahiran mulai dari anak pertama hingga anak
yang
terakhir (birth and pregnancy history).
d. SURVEI-SURVEI LAIN yang mempunyai cakupan nasional,
- Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI).
- Supas (Survai Antar Sensus)
- Susenas (Survai Sosial Ekonomi Nasional dilaksanakan setiap th)
- Survai Fertilitas dan Mortalitas Indonesia
- Indonesian Family Life Survey (IFLS)
UKURAN-UKURAN DASAR
FERTILITAS
Terdapat 2 macam pendekatan ukuran fertilitas:

a. Ukuran yang sifatnya “penampang lintang (cross sectional)


dalam satu tahunan (yearly performance), sering disebut
sebagai current fertility. Ukuran ini mencerminkan tingkat
fertilitas dari suatu kelompok penduduk atau wanita pada
jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.

b. Ukuran longitudinal yang sifatnya mencerminkan riwayat


kelahiran atau riwayat reproduksi (reproductive history).
A. YEARLY PERFORMANCE CURRENT
FERTILITY (CBR, GFR, ASFR dan TFR)

1. ANGKA KELAHIRAN KASAR


(CRUDE BIRTH RATE/CBR)

ANGKA YG MENUNJUKKAN BANYAKNYA KELAHIRAN


PER 1000 ORANG PENDUDUK DLM WKT 1 THN.

RUMUS:

CBR = B X k
P
dimana: B = jumlah kelahiran selama suatu periode
P = jumlah penduduk pada pertengahan periode yang
sama
k = konstanta, biasanya 1000.
CBR: sifatnya sederhana karena tidak mempertimbang-kan
potensi penduduk yang mampu melahirkan (WUS), yang menjadi
penimbang adalah semua penduduk (laki-laki, perempuan, anak-
anak, dan penduduk lanjut usia).

Contoh:

Banyaknya kelahiran di prov Sumbar pada tahun 2015 adalah


182.880 bayi. Banyaknya penduduk prov Sumbar sebesar
4.546.942 orang pada pertengahan tahun 2015.
 
182.880
Maka: CBR = --------------- x 1000 = 40,2
4.546.942
 
Berarti angka kelahiran kasar di Propinsi Sumbar pada
tahun 2015 adalah sebesar 40 per seribu penduduk.
2. ANGKA KELAHIRAN UMUM
(GENERAL FERTILITY RATE/GFR)

BANYAKNYA KELAHIRAN PER 1000 WANITA YG


BERUMUR 15-49 THN ATAU 15-44 THN.

RUMUS:

GFR = B X k atau
Pf15-49

GFR = B X k
Pf15-44

dimana: Pf15-49 = jumlah penduduk perempuan umur 15-49 tahun


Pf15-44 = jumlah penduduk perempuan umur 15-44 tahun.
Kelebihan:

Ukuran ini lebih cermat karena populasi yang


dipertimbangkan adalah penduduk yang berpotensi
melahirkan (WUS).

Kelemahan:

yaitu belum mempertimbangkan potensi melahirkan


yang berbeda antar kelompok umur. Kesuburan
wanita meningkat sejalan dengan meningkatnya umur
dan menurun kembali kira-kira pada usia 35 tahun.
Contoh:

Banyaknya kelahiran di Sumbar pd thn 2015 adalah 182.880 bayi.


Sedangkan banyaknya penduduk wanita berumur 15-49 tahun pada
pertengahan tahun sebesar 1.165.680 orang.
 
182.880
GFR = x 1000 = 159,9
1.165.680
 
Berarti angka kelahiran di Sumbar pada tahun 2015 adalah sebesar
160 per seribu wanita berumur 15-49 tahun.
3. ANGKA KELAHIRAN MENURUT KELOMPOK UMUR
(AGE SPECIFIC FERTILITY RATE/ASFR)

ANGKA YG MENUNJUKKAN BANYAKNYA KELAHIRAN


PER 1000 WANITA PADA KLP UMUR TERTENTU.

bi
Rumus: ASFRi = ---------------- x k (i=1, 2, …, 7)
Pfi

dimana:
bi = banyaknya kelahiran pada perempuan kelompok umur i pada
suatu periode
i=1 untuk kelompok umur 15-19
i=2 untuk kelompok umur 20-24
i=7 untuk kelompok umur 45-49
Pfi = jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i
Kebaikan ASFR:

Ukuran ASFR lebih cermat daripada GFR karena memperhitung-


kan jumlah wanita menurut tingkat kesuburannya
Ukuran ASFR memungkinkan dilakukan studi fertilitas menurut
kohort atau umur tertentu

ASFR merupakan dasar perhitungan ukuran fertilitas yang


selanjutnya (TFR, GRR dan NRR).

Kelemahan ASFR:

Diperlukan data rinci akan jumlah kelahiran menurut kelompok


umur wanita, data ini kadang tidak tersedia, terutama untuk
negara berkembang dimana kualitas sumber datanya belum baik.
MISALNYA:

ASFR untuk perempuan umur 25-29 tahun adalah


251.

Artinya, pada tahun 2015 terdapat 251 kelahiran per


1000 penduduk perempuan usia 25-29 tahun di
Sumbar.
4. ANGKA FERTILITAS TOTAL
(TOTAL FERTILITY RATE/TFR)

JUMLAH DARI ASFR DENGAN CATATAN UMUR


DINYATAKAN DLM SATU TAHUNAN.
RUMUS:

45-49
TFR = 5 Σ ASFR
x=15-19

rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu pada


akhir masa reproduksinya jika ibu tersebut mengikuti pola
fertilitas pada saat TFR dihitung.
• Kebaikan TFR:

Dapat dijadikan ukuran kelahiran untuk


seluruh wanita usia respoduksi (15-49
tahun), yang telah memperhitungakn tingkat
kesuburan wanita masing-masing kelompok
usia.
B. REPRODUCTIVE HISTORY
(cumulative fertility)

Cumulative fertility: data kelahiran yang dikumpulkan merupakan data kelahiran dari awal masa
reproduksi sampai saat wawancara dilakukan (retrospektif).
1. CEB (children ever born (jumlah anak yang pernah
dilahirkan hidup (ALH))
Mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok atau beberapa kelompok perempuan selama masa reproduksinya
(disebut juga paritas).
Kelebihan ALH:

Mudah mendapatkan data (dari sensus/survei)

Tidak ada referensi waktu, karena menyatakan jumlah ALH sejak wanita
tersebut mulai masa rerpoduksinya sampai saat wawancara terjadi.

Kelemahan ALH:

Tidak akurat karena sering terjadi salah pelaporan, terutama umur ibu.

Bersifat retrospektif, sehingga ada faktor/kecenderungan dalam


melaporkan jumlah kelahiran terutama pada wanita berusia lebih tua.

Kelahiran mati ikut dilaporkan dalam ALH , karena tidak tau apakah
kelahiran yang dilaporkan adalah kelahiran mati atau kelahiran hidup.
2. CWR (Child Woman Ratio):

rasio antara jumlah anak berusia dibawah lima tahun


(0-4 tahun) dengan jumlah penduduk perempuan usia
reproduksi.

P0-4
Rumus: CWR = ------------ x k
Pf15-49

P0-4
atau CWR = ------------ x k
Pf15-44

dimana P0-4 = jumlah penduduk usia 0-4 tahun.


Kelebihan CWR:

Data mudah diperoleh, karena publikasi sensus/survei


umumnya dalam bentuk kelompok umur.

Rasio ini berguna untuk indikasi fertilitas pada luas area yang
kecil.

Kelemahan CWR:

Kualitas pelaporannya dipengaruhi oleh keakuratan pelaporan baik


mengenai jumlah anak umur 0-4 tahun maupun umur ibu.

Dipengaruhi oleh tingkat mortalitas wanita dan kematian anak. Perlu


diingat bahwa tingkat mortalitas anak lebih tinggi dibandingkan tingkat
mortalitas dewasa.

Tidak memperhitungkan distribusi umur dari penduduk wanita.


INFERTILITAS
Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah
1 tahun atau lebih dan melakukan hubungan seksual secara
teratur 2 – 3x perminggu tanpa adanya pemakaian kontrasepsi.
• WHO memberi batasan :
• 1. Infertilitas primer : belum pernah hamil pada wanita
yang telah berkeluarga meskipun hubungan seksual
dilakukan secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi
untuk selang waktu paling kurang 12 bulan.
• 2. Infertilitas sekunder : tidak terdapat kehamilan setelah
berusaha dalam waktu 1 tahun atau lebih pada seorang
wanita yang telah berkeluarga dengan hubungan seksual
secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi
sebelumnya pernah hamil.
ETIOLOGI INFERTILITAS
FAKTOR PEREMPUAN
• Penyebab infertilitas pada wanita dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok, yaitu:
a. Gangguan ovulasi
• Gangguan ovulasi seperti SOPK, gangguan pada siklus haid,
insufiensi ovarium primer. WHO membagi kelainan ovulasi ini
dalam 3 kelas, yaitu:
• Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipofisis (hipogonadotropin
- hipogonadism)
• Kelas 2 : Gangguan fungsi ovarium (normogonadotropin
-normogonadism)
• Kelas 3 : Kegagalan ovarium (hipergonadotropin-hipogonadism)
• Kelas 4 : Hiperprolaktinemia
b. Gangguan tuba dan pelvis
• Kerusakan tuba dapat disebabkan oleh infeksi (Chlamidia, Gonorrhoea, TBC) maupun
endometriosis. Klasifikasi kerusakan tuba yaitu:
• Ringan/ Grade 1 : Oklusi tuba proksimal tanpa adanya fibrosis atau oklusi tuba distal
tanpa ada distensi. Mukosa tampak baik. Perlekatan ringan (perituba-ovarium)
• Sedang/Grade 2 : Kerusakan tuba berat unilateral
• c. Berat/Grade 3 : Kerusakan tuba berat bilateral. Fibrosis tuba luas. Distensi tuba > 1,5
cm. Mukosa tampak abnormal. Oklusi tuba bilateral. Perlekatan berat dan luas.

c. Gangguan uterus
• Kelainan Uterus yang menyebabkan infertilitas antara lain :
• Septum Uteri : Hal ini dapat menghambat maturasi normal embrio karena kapasitas
uterus yang kecil. Septum uteri berdasarkan ukuran dibagi menjadi 3 kelompok :
• - Stadium I : 0-1 cm
• - Stadium II : 1-3 cm
• - Stadium III : >3 cm
• Mioma Uteri : Mioma khususnya mioma submukosa mempengaruhi transportasi gamet
dengan cara menghalangi ostium tuba. Pembesaran dari rahim dan distorsi dari kontur
uterus mungkin mempengaruhi implantasi, menyebabkan disfungsional kontraktilitas
uterus, yang pada gilirannya bisa mengganggu dengan migrasi sperma, transportasi sel
telur atau mengganggu nidasi.
FAKTOR PRIA
• Penyebab infertilitas pada pria di bagi menjadi 3 kategori utama yaitu :
a. Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis
primer( hipergonadotropik hipogonadisme) yang disebabkan oleh faktor genetik
(sindrome Klinefelter, mikrodelesi kromosom Y) atau kerusakan langsung lainnya terkait
anatomi, infeksi (mumps orchitis), atau gonadotoksin.
b. Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi antisperma, radang saluran genital
(prostatitis), varikokel, kegagalan reaksi akrosom, ketidaknormalan biokimia, atau
gangguan dengan perlengketan sperma ( ke zona pelusida) atau penetrasi.
c. Sumbatan pada duktus, misalnya akibat vasektomi, tidak adanya vas deferens bilateral,
atau sumbatan kongenital atau yang didapat pada epididimis atau duktus ejakulatorius.

Selain itu Fertilitas laki-laki juga dapat menurun akibat dari:


• a. Kelainan urogenital kongenital atau didapat
• b. Infeksi saluran urogenital
• c. Suhu skrotum yang meningkat (contohnya akibat dari varikokel)
• d. Kelainan endokrin
• e. Kelainan genetik
• f. Faktor imunologi
FAKTOR RISIKO INFERTILITAS

Konsumsi alkohol

Merokok

Berat badan

Olah raga

Stress

Obat-Obatan

Pekerjaan
PENATALAKSANAAN
A. GANGGUAN OVULASI
• Penanganan gangguan ovulasi berdasarkan WHO, yaitu:
• WHO kelas I
• Pada perempuan yang memiliki IMT < 19, tindakan peningkatan berat badan menjadi normal
akan membantu mengembalikan ovulasi dan kesuburan. Pengobatan yang disarankan untuk
kelainan anovulasi pada kelompok ini adalah kombinasi rekombinan FSH (rFSH)- rekombinan
LH (rLH), hMG atau hCG.
• WHO Kelas II
• Pengobatan gangguan ovulasi WHO kelas II (SOPK) dapat dilakukan dengan cara pemberian
obat pemicu ovulasi golongan anti estrogen (klomifen sitrat), tindakan drilling ovarium, atau
penyuntikan gonadotropin. Perempuan dengan gangguan ovulasi WHO kelas II dianjurkan
untuk mengkonsumsi klomifen sitrat sebagai penanganan awal selama maksimal 6 bulan. Efek
samping klomifen sitrat diantaranya adalah sindrom hiperstimulasi, rasa tidak nyaman di
perut, serta kehamilan ganda.
• WHO Kelas III
• Pada pasien yang mengalami gangguan ovulasi karena kegagalan fungsi ovarium (WHO kelas
III) sampai saat ini tidak ditemukan bukti yang cukup kuat terhadap pilihan tindakan yang
dapat dilakukan. Konseling yang baik perlu dilakukan pada pasangan yang menderita
gangguan ovulasi WHO kelas III sampai kemungkinan tindakan adopsi anak.
• WHO Kelas IV
• Pemberian agonis dopamin (bromokriptin atau kabergolin) dapat membuat pasien
hiperprolaktinemia menjadi normoprolaktinemia sehingga gangguan ovulasi dapat teratasi.
B. GANGGUAN TUBA
• Tindakan bedah mikro atau laparoskopi pada kasus infertilitas tuba
derajat ringan dapat dipertimbangkan sebagai pilihan penanganan.
C. ENDOMETRIOSIS
• Meskipun terapi medisinalis endometriosis terbukti dapat mengurangi
rasa nyeri namun belum ada data yang menyebutkan bahwa
pengobatan dapat meningkatkan fertilitas. Beberapa penelitian acak
melaporkan bahwa penggunaan progestin dan agonis GnRH tidak
dapat meningkatkan fertilitas pasien endometriosis derajat ringan
sampai sedang.
D. TATALAKSANA INFERTILITAS IDIOPATIK
• Manajemen ekspektatif
• Kemungkinan hamil spontan yang relatif tinggi pada pasangan
infertilitas idiopatik mendukung strategi penanganan secara
ekspektatif. Pasangan dapat diberi pengertian tentang masa subur, dan
disarankan untuk melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi.
• Klomifen Sitrat
• Klomifen sitrat dapat mengatasi kasus infertilitas idiopatik
dengan cara memperbaiki disfungsi ovulasi ringan dan
merangsang pertumbuhan folikel multipel. Pasien dianjurkan
untuk memulai terapi inisial 50 mg sehari mulai pada hari ke-2-6
siklus haid.
• Inseminasi Intrauterin
• Inseminasi intrauterin dengan atau tanpa stimulasi merupakan
pilihan pada tatalaksana infertilitas idiopatik. Peningkatan jumlah
spermatozoa yang motil dalam uterus dan menempatkan sperma
dalam jarak yang dekat terhadap 1 atau lebih oosit berpotensi
meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan..
E. TATALAKSANA PADA GANGGUAN SPERMA
•  Defisiensi Testikular
 1) Ekstraksi Sperma dari Testis (TESE)
• TESE dapat menjadi bagian terapi intracytoplasmic sperm
injection (ICSI) pada pasien dengan non-obstruktif
azoospermia (NOA). Spermatogenensis mungkin terpusat:
pada 50-60% dengan NOA, spermatozoa dapat ditemukan
dan digunakan untuk ICSI. Pada kasus mikrodelesi komplit
AZFa and AZFb, kecenderungan ditemukannya sperma
adalah nol. Testicular sperm extraction (TESE) adalah teknik
pilihan dan menunjukkan hasil yang baik.
2) Varikokel
• 
3) Hipogonadisme
• Defisiensi endokrin dapat mengakibatkan rendahnya
spermatogenesis dan rendahnya sekresi testosteron karena
rendahnya sekresi LH dan FSH. Setelah mengeksklusi bentuk
sekunder (obat, hormon, tumor), pilihan terapi tergantung dari
tujuan terapi apakah untuk mencapai tingkat androgen yang
normal atau mencapai fertilitas.
• 4) Idiopatik
• Terapi medisinalis terbukti efektif pada kasus kelainan endokrin,
seperti hiperprolaktinemia, hipotiroidisme, atau hiperplasia
adrenal kongenital. Kelainan hipogonadotropin hipogonadism
dapat diterapi dengan pemberian gonadotropin eksogen.
Tindakan operasi pengambilan sperma dari testis atau
epididimis dapat dilakukan pada masalah obstruksi, infertilitas
laki-laki derajat berat atau kegagalan ejakulasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai