Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

FISIOLOGI KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN BBL


TENTANG
(MAKALAH ANATOMI PAYUDARA DAN FIOLOGI MENYUSUI)

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Kehamilan,Persalinan,Nifas dan Bayi Baru
Lahir

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1:

Bela Putri Ayu


Dea Maulina
Eka Maria H
Fevi Yuriandika
Gavella Gusma Yeza
Husni Kurniawati
Yulia Aftari
Yunalsi Febriwanti
Sisi Ermoniza

DOSEN PENGAMPU :

SILVIE PRERMATA SARI, SST, M.KEB

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG

(STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG)

TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi
dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Payudara memegang peranan
penting dalam kebiasaan seksual manusia. Setiap manusia pada umumnya memiliki
payudara, tetapi antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang
matang adalah salah satu tanda pertumbuhan sekunder dari seorang perempuan dan
merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan
kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama kehidupan, karena
air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan
pertama kehidupan bayi.
Para ahli menyatakan bahwa tidak ada payudara pada makhluk hidup lain yang
berjenis kelamin betina selain pada manusia yang memiliki besar yang bervariasi, relatif
terhadap seluruh bagian tubuh, ketika tidak menyusui manusia adalah satu-
satunya primata yang memiliki payudara yang menggelembung setiap saat. Hal ini
mengindikasikan bahwa bentuk luar dari payudara terhubung dengan faktor-faktor lain
selain menyusui. Sebuah teori didasarkan pada sebuah fakta bahwa tidak seperti hampir
semua primata, manusia yang berjenis kelamin perempuan tidak memberikan pandangan
fisik yang jelas atas terjadinyaovulasi. Ini dapat berakibat secara perlahan pada manusia
yang berjenis kelamin pria untuk berevolusi demi merespon tanda-tanda yang lebih jelas
terhadap adanya ovulasi.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana anatomi Payudara?
2. Bagaimana fisiologi payudara?
3. Bagaimana tahapan perkembangan payudara?
4. Bagaimana proses produksi ASI?
5. Bagaimana proses laktasi?
6. Bagaimana proses pembentukan laktogen?
7. Bagaimana manajemen laktasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi Payudara.
2. Untuk mengetahui fisiologi payudara.
3. Untuk mengetahui tahapan perkembangan payudara.
4. Untuk mengetahui proses produksi ASI.
5. Untuk mengetahui proses laktasi.
6. Untuk mengetahui proses pembentukan laktogen.
7. Untuk mengetahui manajemen laktasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Payudara
1. Pengertian Payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada,
tepatnya pada hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas yang tampak dari luar
sebagai berikut:
a. Superior : iga II atau III
b. Inferior : iga VI atau VII
c. Medial : pinggir sternum
d. Lateral : garis aksillaris anterior
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil
600 gram dan saat menyusui 800 gram. (Ambarwati, 2008).
Payudara adalah Organ tubuh yang terletak bagian bawah kulit dan di atas otot
dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Dengan kata lain,
payudara terletak di dinding depan fasia superfisialis antara tulang dada sampai tulang iga ke
enam, bentuknya cembung ke depan bervariasi dan di tengahnya terdapat putting susu yang
terdiri dari kulit dan jaringan erektil (Maryunani, 2010).
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu:
1. Korpus (badan), yaitu yang membesar
2. Aerola, yaitu yang kehitaman di tengah
3. Papilla, atau putting, yaitu yang menonjol di puncak payudara
Kulit puting susu berpigmen banyak dan tidak berambut. Papilla dermis
mengandung banyak kelenjar sebasea. Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk yang
normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk putting
ini tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa putting susu dan
areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi.
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong,
lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Jaringan kelenjarnya terdiri dari 15-25
lobus yang tersebar radier mengelilingi puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang
akan berdilatasi, sesampainya di belakang areola. (Ambarwati, 2008)
Pada retro areola ini, duktus yang berdilatasi itu menjadi lembut, kecuali selama
masa menyusui, ia akan mengalami distensi. Masing-masing duktus ini tak berisi, dan
mempunyai satu bukaan ke arah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-75
lobulus, yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus
aksretorius lobus itu. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan
kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobulus tersebut ada jaringan
ikat yang disebut ligamentum Cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara yang
bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan
memberi rangka untuk payudara.( Arianto, 2004)
Payudara mendapat perdarahan dari :
a. Cabang-cabang perforantes a.mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, dan IV dari a.
mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang
sesui, menembus m.pektoralis mayor dan memberi pendarahan tepi medial glandula
mamma.
b. Rami pektoralis a. thorako-akromialis Arteri ini berjalan turun diantara m. pektoralis
minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis
mayor, arteri ini akan mendarahi glandula mamma bagian dalam (deep surface).
c. A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) Pembuluh darah ini jalan turun menyusuri
tepi lateral m. pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
d. A. thorako-dorsalis Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. subskapularis. Arteri
ini mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magnus. walaupun arteri ini tidak
memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya. Karena
pada tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit
dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan ”the bloody angel”.
e. Vena
Pada daerah payudara, terdapat tiga grup vena :
1) Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna Vena ini merupakan vena terbesar yang
mengalirkan darah dari payudara. Vena ini bermuara pada v. mammaria interna yang
kemudian bermuara pada v. innominata.
2) Cabang-cabang v. aksillaris yang terdiri dari v. thorako-akromialis, v. thorakalis lateralis
dan v. thorako-dorsalis.
3) Vena-vena kecil yang bermuara pada v. interkostalis. Vena interkostalis bermuara pada v.
vertebralis, kemudian bermuara pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat
langsung terjadi di paru)
f. Pembuluh getah bening Pembuluh getah bening aksilla
Pembuluh gatah bening aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah- daerah
sekitar areola mamma, kuadran lateral bawah dan kuadran lateral atas payudara.
Pembuluh getah bening mammaria interna: Saluran limfe ini mengalirkan getah bening
dari bagian dalam dan medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis lalu
menembus fasia tersebut dan masuk ke dalam m. pektoralis mayor. Lalu jalan ke medial
bersama-sama dengan sistem perforantes menembus m. interkostalis dan bermuara ke
dalam kelenjar getah bening mammaria interna. Dari kelenjar mammaria interna, getah
bening mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna. Sebagian akan bermuara
pada v. kava, sebagian akan bermuara ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus
limfatikus dekstra (untuk sisi kanan). Pembuluh getah bening di daerah tepi medial
kuadran medial bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika
superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening
preperikardial anterior yang terletak di tepi atas diafragma di atas ligamentum falsiform.
Kelenjar grtah bening ini juga menampung getah bening dari diafragma, ligamentum
falsiforme dan bagian antero-superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui
trunkus limfatikus mammaria interna.
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan
progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan
duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai
dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan
pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. kadang-
kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri
sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar.
Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. 5 Perubahan ketiga terjadi pada waktu
hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel ductus lobul
dan ductus alveolus berploliferasi, dan tumbuh ductus baru. Sekresi hormon prolaktin
dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus,
mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.
2. Letak
Payudara wanita disebut juga glandula mammaria yang merupakan alat reprouksi
tambahan. Payudara terletak pada sisi sternumdan meluas setinggi antara costa ke dua
dan keenam. Payudara teletak pada fascia superficialis dinding rongga dada diatas
musculus pectoralis mayor dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensori.
(Ambarwati.2008)
3. Bentuk
Masing masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (
caudal). Dari jaringnan yang meluas ke ketiak atau axilla ( cauda axillaris spence ).
(Ambarwati. 2008)
4. Ukuran
Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pda stadium
perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar
daripada payudara yang lain. (Ambarwati. 2008)
5. Struktur Makroskopis
Struktur makroskopis dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Cauda Axillaris : jaringan payudara yang meluas ke arah axiila
b. Areola : daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami
pigmentasi dan masing masing payudara bergaris tengah kira – kira 2,5 cm. Areola
berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebigh gelap pada wanita
yang berkulit coklat dan warna tersebut menjadi lebih gelap ada waktu hamil. Di
daerah areola ini terletak kira – kira 20 glandula sebacea. Pada kehamilan areola ini
membesar dan di sebut tuberkulum montgomery.
c. Papilla mamae : Terletak dipusat areola mammae setinggi iga ( costa ) ke 4. Papila
mammae suatu tonjolan dengan panjang kira – kira 6 mm, tersusun atas jaringan
erektil berpigme dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan papilla
mammae berlubang – lubang berupa ostium papillare kecil –kecil yang merupakan
ductus lactifer.ductus lactifer ini dilapisi oleh epitel.
Bentuk puting ada empat macam, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar,
panjang dan terbenam (Ambarwati. 2008)
6. Struktur Mikroskopis
Struktur mikroskopis dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Alveoli : mengandung sel – sel yang mensekresi air susu. Sertiap alveoli dilapisi oleh
sel – sel yang mensekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi faktor – faktor
dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling setiap alveolus
terdapat sel – sel mioepitel yang kadang – kadang di sebut sel keranjang atau sel laba
– laba. Apabila sel – sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga
mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer. Alveolus, yaitu unit terkecil yang
memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel
plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap
payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian
beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus
laktiferus).
b. Tubulus lactifer : saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
c. Ductus lactifer : saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
Meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae.
d. Ampulla : bagian dari ductus lactifer yang melebar yang merupakan tempat
menyimpan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.
e. jaringan ikat & lemak : jaringan penunjang & pelindung
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin)
dan pengeluaran ASI (oksitosin). Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19
minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon
esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin
berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen
dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga
terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi, terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks
prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan putting susu dikarenakan
hisapan bayi. (Ambarwati. 2008)
B. Fisiologi Payudara
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon yaitu :
1. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan
progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan
duktus berkembang dan timbulnya asinus.
2. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. kadang-kadang timbul benjolan
yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
3. Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara
menjadi besar karena epitel ductus lobul dan ductus alveolus berploliferasi, dan tumbuh
ductus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger) laktasi. Air
susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui
ductus ke puting susu. (Walyani, Elisabeth Siwi. 2014)
C. Tahap Perkembangan Payudara
Payudara wanita adalah salah satu struktur tubuh yang rumit dan luar biasa. Payudara
wanita mulai tumbuh pada masa puber dan terus berubah seiring dengan fluktuasi
hormonnya. Biasanya payudara mulai kendur pada akhir usia 40-an. Seperti apa kondisi
payudara payudara dalam setiap tahapan usia?
1. Usia 20-an
Pada masa pubertas ketika tubuh seorang gadis remaja pertama menghasilkan
estrogen dalam jumlah cukup, payudaranya akan berkembang pesat, membentuk dua
kerangka jaringan ikat serta sistem kelenjar, saluran, pembuluh darah, kelenjar getah
bening, dan saraf. Secara bersamaan, payudara juga mengembangkan sel-sel lemak yang
membentuk gumpalan kelenjar payudara. Payudara juga lebih cepat terpengaruh gaya
gravitasi. Untuk mencegahnya, kenakan bra yang mampu menyangga "aset" Anda ini
dengan sempurna.
2. Usia 30-an
Selama kehamilan, payudara secara bertahap akan membesar. Boleh jadi bobot
kedua payudara akan bertambah sebanyak setengah kilogram. Peregangan kulit di sekitar
payudara akibat kenaikan berat badan juga bisa mengganggu produksi kolagen sehingga
membuat kulit di sekitar payudara menjadi kendur, terutama setelah persalinan. Lakukan
pemeriksaan payudara sendiri sekali setiap bulan. Jika ibu atau saudari Anda memiliki
riwayat kanker, lakukan mamografi di usia 35 tahun.
3. Usia 40-an
Walaupun Anda belum pernah hamil dan melahirkan, di usia ini kelenjar
penghasil susu (lobule) akan mengecil sehingga payudara terlihat kendur. Penurunan
berat badan yang drastis juga bisa membuat payudara terlihat kendur akibat lapisan lemak
pada payudara menyusut. Push up bra bisa menyiasati hal tersebut. Mamografi
disarankan setahun sekali.
4. Usia 50-an
Pada saat menopause, perubahan pada payudara yang biasanya terjadi selama
siklus haid tidak terjadi lagi. Namun, risiko kanker payudara akan semakin meningkat
seiring bertambahnya usia. Pemeriksaan payudara menjadi lebih penting lagi dilakukan
setelah menopause. (Verralls, Sylvia. 1997).
D. Produksi Air Susu
Dalam fisiologi laktasi prolaktin suatu hormone yang disekresi oleh glendula pituitary
anterior, penting untuk produksi ASI tetapi walaupun kadar hormone ini di dalam siklus
maternal meningkat selama kehamilan, kerja hormone ini dihambat oleh hormone plasenta.
Dengan lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan
progesterone berangsur-angsur turun hingga tingkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya
prolaktin. Terjadi peningkatan suplai darah yang beredar pat dilewat payudara dan dapat
diekstraksi dan penting untuk pembentukan akhir susu. Globulun, lemak, dan molekul-
molekul protein dari dasar sel-sel sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongnya
menuju ke tubuli laktifer. Peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan
demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberi air susu agar
pengaruhnya benar-benar efektif. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari dan
penghentian pertama air susu dilakukan pada malam hari yang biasanya memang demikian
sebagai fungsi kontrasepsi. (Nugroho,Taufan. 2014)

E. Pengeluaran Air Susu


Dipengaruhi oleh hormone oksitosin, dimana pengeluran air susu dibagi menjadi 2
proses, yaitu:
1. Tekanan dari belakang
Tekanan globuli yang baru terbentuk di dalam sel akan mendorong globuli
tersebut ke dalam tubuli laktifer dan pengisapan oleh bayi yang akan memacu sekresi air
susu lebih banyak.
2. Refleks neurohormonal
Apabila bayi disusui maka grakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan syaraf yang terdapat di dalam glandula pituitary posterior. Akibat langsung
reflex ini adalah dikeluarkannya oksitosin dari pituitary posterior, hal ini akan
menyebabkan sel-sel mioepitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong air
susu masuk ke dalam pembuluh laktifer dan dengan demikian lebih banyak air susu yang
mengalir ke dalam ampulla. Refleksi ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya
jahitan perineum.Dengan demikian penting untuk menempatkan ibu dalam posisi yang
aman, santai dan bebas dari rasa sakit, terutama pada jam – jam menyusukan anak.
Sekresi oks itosin yang sama juga akan menyebabkan otot uterus berkontraksi dan
membantu involusi uterus selama nifas. (Nugroho,Taufan. 2014)
F. Proses Laktasi
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-hormon yang
berperan adalah :
1. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat
progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi
produksi secara besar-besaran.
2. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen
menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui.
Sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena
dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
3. Follicle stimulating hormone (FSH)
4. Luteinizing hormone (LH)
5. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
6. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan
setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin
juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran
susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down/ milk ejection reflex.
7. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan
banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum
melahirkan.
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI.
Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation). (Nugroho,Taufan.
2014)
G. Proses Pembentukan Laktogen
Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:
1. Laktogenesis I
Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus-alveolus. Terjadi pada fase
terakhir kehamilan. Pada fase ini, payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan
kental kekuningan dan tingkat progesteron tinggi sehingga mencegah produksi ASI.
Pengeluaran kolustrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir, tidak menjadikan
masalah medis. Hal ini juga bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi
ASI.
2. Laktogenesis II
Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya kadar hormon
progesteron, esterogen dan HPL. Akan tetapi kadar hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini
menyebabkan produksi ASI besar-besaran. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin
dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke
level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi
sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu
sendiri. Penelitian mengemukakan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila
produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level
prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin,
dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum
diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II dimulai
sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara
penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI
sebenarnya tidak langsung keluar setelah melahirkan. Kolostrum dikonsumsi bayi
sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang
tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA),
yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki
bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah
melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.
3. Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan
beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem
kontrol autokrin dimulai. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan
memproduksi ASI banyak. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara
dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan
demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi
menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan. (Nugroho,Taufan. 2014)

Ada 4 hormon yang penting dlm pertumbuhan ductus :


a. GH
b. Prolaktin
c. Glukokortikoid adrenal
d. Insulin
Terdapat faktor penghambat saat prolaktin disekresi oleh hipofise
anterior menekan sekresi hormon yang lain. Faktor penghambat : dopamin
kateklamin.
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:
1. Kurang sering menyusui atau memerah payudara
2. Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat: struktur
mulut dan rahang yang kurang baik; teknik perlekatan yang salah.
3. Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
4. Jaringan payudara hipoplastik
5. Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI
6. Kurangnya gizi ibu

H. Manajemen Laktasi
Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan
terhadap dalam tigatahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam pers
alinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai anak be
rumur 2 tahun (Susiana.H.2009).
Manajemen Laktasi adalah upaya – upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui (Siregar, 2004).
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu harus sudah siap
baik secara psikologis dan fisik.Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat menyusu.Produksi
ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 – 800 ml/hari (3000 ml/hari)
(Rukiyah, dkk, 2011).
Ruang Lingkup manajemen laktasi adalah periode postnatal, antara lain ASI
eksklusif, teknik menyusui, memeras ASI, memberikan ASI peras, menyimpan ASI peras,
pemenuhan gizi selama periode menyusui (Maryunani, 2012). Semua tahapan pada
manajemen laktasi adalah penting dan berperan untuk keberhasilan ASI eksklusif, sehingga
semua tahap harus dipersiapkan dengan baik supaya ASI eksklusif berjalan dengan sukses
adalah motivasi bidan, konseling dan perawatan payudara.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus
reproduksi mamalia termasuk manusia (DirektoratGiziMasyarakat, 2005).
Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar, ke mulut
bayi.Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya,
let down dapat dipacu tanpa rangsangan hisapan. Pelepasaan dapat terjadi bila ibu mendengar
bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya.Pelepasan penting sekali bagi
pemberian ASI yang baik.Tanpa pelepasan, bayi dapat menghisap terus – menerus, tetapi
hanya memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara.Bila
pelepasaan gagal terjadi berulang kali dan payudara berulang kali tidak dikosongkan pada
waktu pemberian ASI, refleks ini akan berhenti berfungsi dan laktasi akan berhenti. Cairan
pertama yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah kolostrum yang
mengandung campuran yang kaya akan protein, mineral, dan antibodi, daripada ASI yang
telah “matur”. ASI mulai ad akira – kira pada hari yang ke – 3 atau ke – 4 setelah kelahiran
bayi dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira – kira 15 hari sesudah bayi lahir.
Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi diperolehkan sering menyusu maka proses
produksi ASI akan meningkat.
Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI(2005) adalah :
a. Masa Kehamilan (Antenatal).
1. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan keunggulan
ASI,manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara pelaksanaan
management laktasi.
2. Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampumenyusui bayinya.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disamping itu, perlu
pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan
4. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk mencegah
kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan
trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2kali porsi dari jumlah makanan pada
saatm sebelum hamil untuk kebutuhan gizi ibu hamil.
5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian
keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan
dukungan dan membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah dan
tugas yang mulia.
b. Saat segera setelah bayi lahir.
1. Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai
kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini
bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan,selanjutnya bayi akan mencari
payudara ibu secara naluriah.
2. Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk memberikan rasa aman
dan kehangatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan
saat menyusui 800 gram. (Ambarwati, 2008).
Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon yaitu :
1. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause.
2. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal.
3. Perubahan ketiga terjadi pada waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara
menjadi besar karena epitel ductus lobul dan ductus alveolus berploliferasi, dan
tumbuh ductus baru. Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan
berikut: Laktogenesis I,Laktogenesis II dan Laktogenesis III.
Manajemen Laktasi adalah merupakan segala upaya yang dilakukan untuk membantu ibu
mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap tiga tahap,
yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah
sakit(perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (Susiana. H,
2009).
B. Saran
Bagi para mahasiswa diharapkan mampu untuk menjelaskan anatomi dan fisiologi
payudara serta mampu menjelaskan mengenai ASI.
Bagi ibu menyusui perawatan puting susu merupakan hal yang sangat penting sehingga
harus dibersihkan. Sebagai seorang wanita harus menjaga organ refroduksi terutama
payudara agar dapat terhindar dari penyakit yang menyerang payudara. Selain itu dengan
merawat payudara kitaterutama pada seorang Ibu maka zat gizi yang di perlukan bayinya
akan terpenuhi dengan baik, sehingga pertumbuhan bayi dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Verralls, Sylvia. 1997. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta:EGC.
Ambarwati.2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Arianto.2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi
Maryunani, A. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.
Walyani, Elisabeth Siwi.2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta:Pustaka Baru Press.
Nugroho, Taufan. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai