Oleh :
QORINATUL MASRUROH
(NIM. 14201.12.20033)
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
DENGAN PASIEN SECTIO CAESAREA DI RUANG
ROSELA B RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN
Disahkan Pada :
Hari:
Tanggal:
Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MATERNITAS
DENGAN POST SC
3. Labia mayora / bibir-bibir besar terdiri atas bagian kiri dan kanan,
lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa
dengan yang ada di mons veneris.
2. Uterus berbentuk sepertu buah avokado atau bauah pir yang sedikit
gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga.Ukuran panjang uterus 7-7,5 cm, lebar di atas
5,25 cm dan tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus
keadaan fifioligis adalah anteversiofleksio / serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan
membentuk sudut dengan serviks uteri.
2. Definisi
Post partum atau masa nifas (Purperium) adalah masa setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat reproduksi kembali sampai ke keadaan normal
sebelum hamil selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan (Bobak, 2010).
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih enam minggu (Supriyanti, 2017).
Sectio caesarea adalah prosedur pembedahan yang digunakan untuk
melahirkan bayi melalui sayatan yang dibuat pada perut dan rahim ibu. Sectio
caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram.
Sectio caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi kendati cara ini
semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal (Mitayani, 2012).
Sectio caesarea merupakan suatu persalinan buatan yaitu janin dilahirkan
melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta bobot janin diatas 500 gram (Solehati, 2015).
3. Etiologi
Menurut Amin & Hardi (2013) operasi sectio caesarea dilakukan atas indikasi
sebagai berikut :
a. Berasal dari Ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, cevalo pelvik disproportion
(disproporsi janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, komplikasi kehamilan yitu pre eklampsia dan eklampsia berat,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
b. Berasal dari Janin
Fetal distress/gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan janin
seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kelainan tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu plasenta
previa, solutio plasenta, plasenta accreta, dan vasa previa. Kegagalan
persalinan vakum atau forseps ekstraksi, dan bayi kembar (multiple
pregnancy).
4. Klasifikasi
Bentuk pembedahan sectio caesarea menurut Manuaba (2012), yaitu :
a. Sectio Caesarea Klasik, dibuat vertikal pada bagian atas rahim. Pembedahan
dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10
cm. tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina
apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
b. Sectio Caesarea Transparantionel Profunda, disebut juga low cervical yaitu
sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan
jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk
memungkinkan dibuatnya sayatan tranversal. Sebagian sayatan vertikal
dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
c. Sectio Caesarea Histerektomi, adalah suatu pembedahan dimana setelah janin
dilahirkan dengan sectio caesarea, dilanjutkan dengan pengangkatan rahim.
d. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu sectio caesarea berulang pada seorang
pasien yang sebelumnya melakukan sectio caesarea. Biasanya dilakukan di
atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding
dan faisa abdomen sementara peritoneum di potong ke arah kepala untuk
memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara
ekstraperitoneum.
5. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, pre eklampsia, dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang
lebih dikenal plasenta previa, bati kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,
persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi
belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu sectio caesarea (Sari,
2016).
6. Pathway
Dilakukan tindakan SC
Penurunan
MK : Resiko
kekuatan/kelemahan
Infeksi
fisik
MK : Intoleransi Aktivitas
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :
a. Pusing
b. Mual muntah
a. Perubahan fisiologis
Menurut Mochtar (2002), Wiknjosastro (2002), Hakimi (2010) dan Prawirohardjo
(2010) perubahan fisiologis pada masa nifas terjadi pada sistem reproduksi,
payudara dan laktasi, traktus urenareus, sistem gastro intestinal, sistem
kardiovaskuler, dan after pain.
Perubahan fisiologi sistem reproduksi yaitu vulva dan vagina, uterus,
lochea, serviks, perinium. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendor. Setelah 3 minggu masa nifas, vulva dan vagina
kembali kepada keadaan tidak hamil semua alat reproduksi berangsur-
angsur akan kembali semula. Sedangkan pada uterus, pada akhir kala III
persalinan, fundus uteri setinggi umbilikus atau berada pada garis tengah
kira-kira sama dengan
umur kehamilan 10 minggu (sebesar buah jeruk) tebal 10 cm, serta berat
kira-kira 1000 gram.
Setelah 24 jam persalinan fundus uteri berada kurang lebih 1-2 cm di
bawah umbilikus dan setelah 9 hari post partumuterus sudah tidak berada
lagi di abdomen. Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina dalam masa nifas, lochea memiliki beberapa jenis yaitu :
Lochea rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban selama 2 hari
post partum,lochea sanguinoleta berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke 3-7 post partum, lochea serosa berwarna kuning cairan tidak
berdarah lagi, loche alba cairan putih selama 2 minggu, lochea purulenta
bila terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk, lochea
statis yaitu lochea tidak lancar.
Sedangkan pada serviks setelah persalinan bentuk serviksmenganga seperti
corongwarna merah kehitaman,kadang-kadang terdapat perlukaan kecil
setelah melahirkan, tangan masih bisa masuk karena rahim setelah 2 jam
dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari. Perubahan
fisiologis masa nifas pada sistem reproduksi yang terakhir adalah terjadi
pada perinium, segera setelah melahirkan perineum kembali menjadi
kendor karena sebelum teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak
maju.
Perubahan fisiologi pada payudara dan laktasi, payudara akan mencapai
maturitas yang penuh selama masa nifas, terkecuali jika laktasi disupresi
payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan nyeri tekan sebagai
reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
Perubahan fisiologi pada traktus urinarius, buang air kecil akan sulit selama
24 jam pertama, sesudah bagian ini mengalami komprosi antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan.
Perubahan fisiologi pada sistem gastrointestinal kerap kali diperlukan
waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama ½ hari. Gerak tubuh berkurang dan usus
bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema.
Rasa sakit di daerah perinium dapat menghalangi keinginan ke belakang.
Pada sistem kardiovaskuler adalah penyesuaian pembuluh darah maternal,
setelah melahirkan berlangsung dramatis dan cepat.Tiga perubahan
fisiologis pasca partum yang melindungi wanita : hilangnya sirkulasi
uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% -
15%, hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus
vasodilatasi, terjadinya mobilisasi ekstra vaskuler yang disimpan selama
hamil.
After pain atau mules, after pain terjadi sesudah melahirkan akibat reaksi
usus yang kadang-kadang sangat mengganggu selama 3-4 hari post partum.
Perasaan saat itu timbul bila masih terdapat sisa selaput ketuban sisa-sisa
plasenta atau gumpalan darah dalam cavum uteri.
a. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis yang sering terjadi adalah depresi post partum dimana hal ini
di pengaruhi oleh faktor emosi ibu. Dengan penurunan emosi ibu yang drastis,akan
terjadi penurunan estrogen dan progesteron dalam tubuh. Sering kali ibu merasa
keletihan post partum, nyeri perenium, pembengkakan payudara, after pain dan
tekanan tekanan yang lain. Untuk menunjang keberhasilan situasi psikologis, perlu
ditegaskan juga hubungan atau interaksi antara orang tua dan bayi atau yang
disebut dengan proses bonding (Prawirohardjo, 2010), hal ini perlu ditegakkan
sejak di ruang persalinan, dengan cara ayah dan ibu berusaha menerima dan
mengenali bayi barunya dan berusaha melakukan komunikasi.
.
Perubahan psikologis pada ibu post partum mempunyai tiga fase, yang pertama
yaitu : tahap ketergantungan (taking in) dimana hari ke 1-2 setelah melahirkan, ibu
siap membutuhkan perlindungan dan pelayanan ibu memfokuskan energinya pada
bagian yang baru. Yang kedua tahap ketergantungan ketidaktergantungan (taking
hold) dimana hari ke 3-5 dimana ibu siap menerima peran barunya dan belajar
tentang semua hal-hal baru dan tubuh mengalami perubahan yang signifikan. Dan
yang ketiga yaitu tahap saling ketergantungan (letting go) atau inter dependent,
terjadi pada minggu ke 5-6 setelah kelahiran, dimana keluarga secara sistem sudah
menyesuaikan diri dengan anggota yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Data Umum
Data Umum Klien meliputi : nama klien, usia, agama, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama, pekerjaan suami, pendidikan
terakhir suami, dan alamat.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk menentukan
prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada post operasi SC biasanya adalah
nyeri dibagian abdomen, pusing dan sakit pinggang.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang : riwayat pada saat sebelum inpartus di dapatkan cairan
yang keluar pervaginan secara spontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga :adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung,
HT, TBC, DM, penyakit kelamin, abortus yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
kepada klien.
4) Data Subjektif dan Objektif
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
3. Gelisah
5. Sulit tidur
Subjektif
Tidak tersedia
Subjektif
1. Mengeluh lelah
Objektif
Objektif
3. Merasa lemah
Subjektif
2. sianosis
a. Pemeriksaan Fisik
b) Payudara :simetris kiri dan kanan, areola hitam kecoklatan, putting susu
menonjol, kedua payudara tegang, warna kulit tidak kemerahan, ASI
belum keluar atau hanya keluar sedikit.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG (Elektroensefalogram
2. Pemindaian CT
3. MRI (Magneti Resonance Imaging)
4. Uji laboratorium
Hitung darah lengkap
Kadar kalsium darah
Kadar natrium darah
Kadar magnesium darah
Panel elektrolit