Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU NIFAS POST SECTIO CAESAREA DI RUANG


ROSELA LANTAI 1 RSUD WALUYO JATI

Oleh :
QORINATUL MASRUROH
(NIM. 14201.12.20033)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2023

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
DENGAN PASIEN SECTIO CAESAREA DI RUANG
ROSELA B RSUD WALUYO JATI KRAKSAAN

Disahkan Pada :
Hari:
Tanggal:

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MATERNITAS
DENGAN POST SC

1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita


Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ reproduksi eksterna (
organ bagian luar ) dan organ reproduksi interne ( organ bagian dalam ).
a. Organ Reproduksi Eksterna Wanita

1. Vulva atau pudenda, meliputi seluruh stuktur eksternal yang dapat


dilihat mulai dari pubis sampai pirenium, yaitu mons veneris, labia
mayora dan labia minora, klitoris, selaput darah / hymen, vestibulum,
maura uretra, berbagai kelenjer dan struktur vaskular.
2. Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas
simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut
kemaluan. Pada perempuan umunnya batas rambut melintang sampai
pinggir atas simfisis, sedangakn ke bawah samapai ke sekitar anus
dan paha.

3. Labia mayora / bibir-bibir besar terdiri atas bagian kiri dan kanan,
lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa
dengan yang ada di mons veneris.

4. Labia minora / bibir-bibir kecil / nymphae adalah suatu lipatan


tipis dan kulit sebelah dalam bibir besar. Kulit yang meliputi bibir
kecil mengandung banyak glandula sebasea / kelenjar-kelenjar lemak
dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat
sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banak pembuluh darah dan
beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat
mengembang.

5. Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium


klitoris dan terdiri dari glans klitoris, korpus klitoris, dan dua krura
yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoris terdiri atas
jaringan yang dapat mengambang, penuh dengan urat saraf sehingga
sangat sensitif.

6. Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke


belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh ke
dua bibir kecil dan di belakang oleh perineum.

7. Perineum terletak di antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4


cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma
pelvis dan diafragma urogenitalis (Prawirohardjo, 2009).
b. Organ reproduksi interna wanita

1. Vagina / Liang kemaluan, setelah melewati introtus vagina terdapat


liang kemaluan (vagina) yang merupakan suatu penghubung antara
introtus vagina dengan uterus. Dinding depan dan belakang vagina
berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnyan antara 6-7 cm
dan 7-10 cm. Bentuk vangina sebelah dalam yang berlipat-lipat
disebut rugae.

Vagina berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan


darah haid dan secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama, jalan
lahir pada waktu persalinan.

2. Uterus berbentuk sepertu buah avokado atau bauah pir yang sedikit
gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga.Ukuran panjang uterus 7-7,5 cm, lebar di atas
5,25 cm dan tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus
keadaan fifioligis adalah anteversiofleksio / serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan
membentuk sudut dengan serviks uteri.

Uterus setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin


tumbuh dan berkembang, berkontraksi terutama sewaktu bersalin.

3. Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi


kearah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran
rambut getar tersebut.

Tuba falloppi terdiri atas :

a) Pars irterstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus.

b) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.

c) Pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagian saluran


agak lebar, tempat konsepsi terjadi.

d) Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah


abdomen dan mempunyai fimbriae. Fimbriae penting artinya bagi
tuba untuk mengakap telur dan selanjutnya menyalurkan ke dalam
tuba. Bentuk infundibulum seperti anemon / sejenis binatang laut.

4. Ovarium, perempuan pada umumnya mempunyai dua indung telut


kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian
belakang ligamentum latum di kiri dan kanan. Ovarium berukuran
kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang 4 cm,
lebar dan tebal 1,5 cm ( Prawirohardjo, 2009).

Ovarium berfungsi sebagai saluran telur, menangkap dan membawa


ovum yang dilepaskan oleh indung telur. Tempat terjadinya
pembuahan (Prawihardjo, 2009).

2. Definisi

Post partum atau masa nifas (Purperium) adalah masa setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat reproduksi kembali sampai ke keadaan normal
sebelum hamil selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan (Bobak, 2010).
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih enam minggu (Supriyanti, 2017).
Sectio caesarea adalah prosedur pembedahan yang digunakan untuk
melahirkan bayi melalui sayatan yang dibuat pada perut dan rahim ibu. Sectio
caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram.
Sectio caesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi kendati cara ini
semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal (Mitayani, 2012).
Sectio caesarea merupakan suatu persalinan buatan yaitu janin dilahirkan
melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta bobot janin diatas 500 gram (Solehati, 2015).

Pada masa nifas ada 3 hal yang harus diperiksa yaitu


1. Asi
Asi eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan
pendamping apapun sering (Roesli, 2007) . Selain itu, ASI eksklusif adalah bayi
hanya menerima ASI dari ibu kandung atau ibu susu, atau ASI perah, dan tidak ada
cairan ataupun makanan padat lainnya, kecuali beberapa tetes sirup yang terdiri
dari vitamin, suplemen mineral, atau obat-obatan (World Health Organization,
2003).
1. Tahap Pembentukan ASI
Air Susu Ibu (ASI) dibentuk secara bertahap sesuai keadaan dan kebutuhan
bayi baru lahir, serta baru saja terbebas dari kehidupan yang bergantung pada tali
pusar. Berikut ini adalah tahapan-tahapan pembentukan ASI .
a. Kolostrum Kolostrum adalah ASI yang keluar pada beberapa hari pertama
kelahiran, biasanya berwarna kuning kental. Air susu ini sangta kaya protein
dan zat kekebalan tubuh atau imonogobulin (IgG, IgA, dan IgM), mengandung
lebih sedikit lemak dan karbohidrat. Kolostrum berperan melapisi dinding usus
bayi dan melindungi dari bakteri. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal
yang berperan mengeluarkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir
serta mempersiapkan saluran pencernaan untuk bisa menerima makanan bayi
berikutnya.
b. Susu transisi Susu transisi yaitu ASI yang keluar pada hari ke-3 sampai hari ke-
10 setelah kelahiran. Setelah masa adaptasi dengan perlingdungan kolostrum,
payudara akan nenghasilkan susu permulaan atau transisi yang lebih bening dan
jumlahnya lebih banyak. Kadar immunoglobulin dan proteinnya menurun,
sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
c. Susu Mature atau Matang Susu mature atau matang yaitu ASI yang keluar
setelah hari ke-10 pasca persalinan. Komposisinya stabil dan tidak berubah. Jika
bayi lahir prematur atau kurang bulan, ASI yang dihasilkan memiliki
kandungan berbeda, yaitu lebih banyak mengandung protein. Hal ini sesuai
dengan kebutuhan pertumbuhan bayi prematur yang biasanya memiliki berat
badan kurang dan banyak hal pada tubuhnya yang belum sempurna (Riksani,
2013).
3. Jenis ASI Berikut ini merupakan dua jenis ASI berdasarkan waktu keluarnya :
a. Foremilk, disimpan pada saluran penyimpanan dan keluar pada awal menyusui.
Dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak dan cocok untuk menghilangkan
rasa lapar bayi. Foremilk memiliki kandungan lemak yang rendah, namun tinggi
laktosa, gula, protein, mineral, dan air. b. Hindmilk, keluar setelah foremilk
habis saat menyusui hampir selesai. Hindmilk sangat kaya akan zat gizi, kental,
dan penuh lemak bervitamin. (Riksani, 2013).
2. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus memiliki fungsi penting dalam sistem reproduksi wanita
meliputi transport sperma dan embrio, menstruasi, kehamilan, dan kelahiran.
Kontraksi abnormal dan irreguler dapat menyebabkan masalah infertilitas,
kesalahan implantasi, dan kelahiran prematur. Sebaliknya, jika kontraksi uterus
tidak adekuat dan terkoordinasi, bayi akan sulit dilahirkan. Lapisan yang paling
berperan dalam kontraksi uterus adalah miometrium. Pada dasarnya, uterus
berkontraksi secara spontan dan reguler walaupun tidak ada rangsangan hormonal.
Selama masa kehamilan awal, uterus cenderung dalam keadaan relaksasi.
Kontraksi kuat akan muncul pada masa menjelang partus di bawah pengaruh
hormon oksitosin dan prostaglandin (Rahbek, et al., 2014).
3. Lochea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau
amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea
yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai
perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan
menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
a) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi), dan mekonium.
b) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke-7 sampai hari ke-14 (Anggraeni, 2010).
d) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini
dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum.

3. Etiologi
Menurut Amin & Hardi (2013) operasi sectio caesarea dilakukan atas indikasi
sebagai berikut :
a. Berasal dari Ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, cevalo pelvik disproportion
(disproporsi janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, komplikasi kehamilan yitu pre eklampsia dan eklampsia berat,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
b. Berasal dari Janin
Fetal distress/gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan janin
seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kelainan tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu plasenta
previa, solutio plasenta, plasenta accreta, dan vasa previa. Kegagalan
persalinan vakum atau forseps ekstraksi, dan bayi kembar (multiple
pregnancy).
4. Klasifikasi
Bentuk pembedahan sectio caesarea menurut Manuaba (2012), yaitu :
a. Sectio Caesarea Klasik, dibuat vertikal pada bagian atas rahim. Pembedahan
dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10
cm. tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina
apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
b. Sectio Caesarea Transparantionel Profunda, disebut juga low cervical yaitu
sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan
jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk
memungkinkan dibuatnya sayatan tranversal. Sebagian sayatan vertikal
dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
c. Sectio Caesarea Histerektomi, adalah suatu pembedahan dimana setelah janin
dilahirkan dengan sectio caesarea, dilanjutkan dengan pengangkatan rahim.
d. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu sectio caesarea berulang pada seorang
pasien yang sebelumnya melakukan sectio caesarea. Biasanya dilakukan di
atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding
dan faisa abdomen sementara peritoneum di potong ke arah kepala untuk
memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara
ekstraperitoneum.

5. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, pre eklampsia, dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang
lebih dikenal plasenta previa, bati kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,
persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi
belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu sectio caesarea (Sari,
2016).

6. Pathway

Presentasi letak lintang

Kesulitan proses persalinan

Dilakukan tindakan SC

Trauma Kelahiran anak


Efek anesthesia spinal
pembedahan/insisi
Perubahan peran
Agen cedera efek Relaksasi otot
pembedahan
MK : Defisit
Pengetahuan Penurunan motilitas
MK : Nyeri Luka traklus
Akut gastrointestinal

Tempat masuk Menekan ujung saraf MK : Konstipasi


kuman

Penurunan
MK : Resiko
kekuatan/kelemahan
Infeksi
fisik

MK : Intoleransi Aktivitas

7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu :

a. Pusing

b. Mual muntah

c. Nyeri sekitar luka operasi

d. Peristaltic usus menurun


8. Pemeriksaan Penunjang
a. EEG (Elektroensefalogram)
b. Pemindaian CT
c. MRI (Magneti Resonance Imaging)
d. Uji laboratorium
1) Hitung darah lengkap
2) Kadar kalsium darah
3) Kadar natrium darah
4) Kadar magnesium darah
5) Panel elektrolit
9. Penatalaksanaan
a. Ruang pemulihan
1) Pantau jumlah perdarahan dari vagina
2) Palpasi fundus uteri
3) Pemberian cairan intravena
b. Ruang perawatan
1) Monitor tanda tanda vital
2) Pemberian obat-obatan
3) Terapi cairan dan diet
4) Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus
5) Ambulasi
6) Perawatan luka
7) Pemeriksaan laboratorium
8) Menyusui
10. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin mcul dari tindakan Sectio Caesarea adalah


komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok
perdarahan, obstruksi usus, gangguan pembekuan darah , dan cedera organ
abdomen seperti usus,ureter, kandung kemih, pembuluh darah. pada section
caesarea juga bias terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada kasus ketuban pecah
dini. dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasi (Anggi, 2011).

11.Perubahan fisiologis dan psikologis

a. Perubahan fisiologis
Menurut Mochtar (2002), Wiknjosastro (2002), Hakimi (2010) dan Prawirohardjo
(2010) perubahan fisiologis pada masa nifas terjadi pada sistem reproduksi,
payudara dan laktasi, traktus urenareus, sistem gastro intestinal, sistem
kardiovaskuler, dan after pain.
 Perubahan fisiologi sistem reproduksi yaitu vulva dan vagina, uterus,
lochea, serviks, perinium. Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendor. Setelah 3 minggu masa nifas, vulva dan vagina
kembali kepada keadaan tidak hamil semua alat reproduksi berangsur-
angsur akan kembali semula. Sedangkan pada uterus, pada akhir kala III
persalinan, fundus uteri setinggi umbilikus atau berada pada garis tengah
kira-kira sama dengan
 umur kehamilan 10 minggu (sebesar buah jeruk) tebal 10 cm, serta berat
kira-kira 1000 gram.
 Setelah 24 jam persalinan fundus uteri berada kurang lebih 1-2 cm di
bawah umbilikus dan setelah 9 hari post partumuterus sudah tidak berada
lagi di abdomen. Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina dalam masa nifas, lochea memiliki beberapa jenis yaitu :
Lochea rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban selama 2 hari
post partum,lochea sanguinoleta berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, hari ke 3-7 post partum, lochea serosa berwarna kuning cairan tidak
berdarah lagi, loche alba cairan putih selama 2 minggu, lochea purulenta
bila terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk, lochea
statis yaitu lochea tidak lancar.
 Sedangkan pada serviks setelah persalinan bentuk serviksmenganga seperti
corongwarna merah kehitaman,kadang-kadang terdapat perlukaan kecil
setelah melahirkan, tangan masih bisa masuk karena rahim setelah 2 jam
dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari. Perubahan
fisiologis masa nifas pada sistem reproduksi yang terakhir adalah terjadi
pada perinium, segera setelah melahirkan perineum kembali menjadi
kendor karena sebelum teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak
maju.
 Perubahan fisiologi pada payudara dan laktasi, payudara akan mencapai
maturitas yang penuh selama masa nifas, terkecuali jika laktasi disupresi
payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan nyeri tekan sebagai
reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
 Perubahan fisiologi pada traktus urinarius, buang air kecil akan sulit selama
24 jam pertama, sesudah bagian ini mengalami komprosi antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan.
 Perubahan fisiologi pada sistem gastrointestinal kerap kali diperlukan
waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar
progesteron menurun setelah melahirkan namun asupan makanan juga
mengalami penurunan selama ½ hari. Gerak tubuh berkurang dan usus
bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema.
Rasa sakit di daerah perinium dapat menghalangi keinginan ke belakang.
 Pada sistem kardiovaskuler adalah penyesuaian pembuluh darah maternal,
setelah melahirkan berlangsung dramatis dan cepat.Tiga perubahan
fisiologis pasca partum yang melindungi wanita : hilangnya sirkulasi
uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% -
15%, hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus
vasodilatasi, terjadinya mobilisasi ekstra vaskuler yang disimpan selama
hamil.
 After pain atau mules, after pain terjadi sesudah melahirkan akibat reaksi
usus yang kadang-kadang sangat mengganggu selama 3-4 hari post partum.
Perasaan saat itu timbul bila masih terdapat sisa selaput ketuban sisa-sisa
plasenta atau gumpalan darah dalam cavum uteri.
a. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis yang sering terjadi adalah depresi post partum dimana hal ini

di pengaruhi oleh faktor emosi ibu. Dengan penurunan emosi ibu yang drastis,akan
terjadi penurunan estrogen dan progesteron dalam tubuh. Sering kali ibu merasa
keletihan post partum, nyeri perenium, pembengkakan payudara, after pain dan
tekanan tekanan yang lain. Untuk menunjang keberhasilan situasi psikologis, perlu
ditegaskan juga hubungan atau interaksi antara orang tua dan bayi atau yang
disebut dengan proses bonding (Prawirohardjo, 2010), hal ini perlu ditegakkan
sejak di ruang persalinan, dengan cara ayah dan ibu berusaha menerima dan
mengenali bayi barunya dan berusaha melakukan komunikasi.
.
Perubahan psikologis pada ibu post partum mempunyai tiga fase, yang pertama
yaitu : tahap ketergantungan (taking in) dimana hari ke 1-2 setelah melahirkan, ibu
siap membutuhkan perlindungan dan pelayanan ibu memfokuskan energinya pada
bagian yang baru. Yang kedua tahap ketergantungan ketidaktergantungan (taking
hold) dimana hari ke 3-5 dimana ibu siap menerima peran barunya dan belajar
tentang semua hal-hal baru dan tubuh mengalami perubahan yang signifikan. Dan
yang ketiga yaitu tahap saling ketergantungan (letting go) atau inter dependent,
terjadi pada minggu ke 5-6 setelah kelahiran, dimana keluarga secara sistem sudah
menyesuaikan diri dengan anggota yang baru.
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC

Penny, dkk. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, Bayi. Jakarta:


Arcan
Prawirohardjo, Sarwono, 2002-2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sari L. 2016. Patofisiologi Sectio Caesarea. Purwokerto: University of
Muhammadiyah Purwokerto
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
ASKEP SECARA TEORI

1. Data Umum
Data Umum Klien meliputi : nama klien, usia, agama, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama, pekerjaan suami, pendidikan
terakhir suami, dan alamat.

2. Keluhan Utama

Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk menentukan
prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada post operasi SC biasanya adalah
nyeri dibagian abdomen, pusing dan sakit pinggang.

3. Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang : riwayat pada saat sebelum inpartus di dapatkan cairan
yang keluar pervaginan secara spontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.

b) Riwayat kesehatan dahulu : didapatkan data klien pernah riwayat SC sebelumnya,


panggul sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain dapat juga
mempengaruhi penyakit sekarang.

c) Riwayat kesehatan keluarga :adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung,
HT, TBC, DM, penyakit kelamin, abortus yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
kepada klien.
4) Data Subjektif dan Objektif

1). Nyeri akut

Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1. Mengeluh nyeri

Objektif

1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif(mis.waspada, posisi menghindari nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

2). Resiko Infeksi

Gejala dan tanda Mayor

Subjektif

1. Ada keluhan demam /panas

Tidak tersedia

3). Intoleransi aktivitas

Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1. Mengeluh lelah
Objektif

1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan tanda minor

Objektif

1. Dispsnea saat /setelah aktivitas

2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

3. Merasa lemah

Subjektif

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

2. sianosis

3. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas

a. Pemeriksaan Fisik

a) Mata : biasanya terdapat konjungtiva yang anemis diakibatkan oleh


kondisi anemia karena proses persalinan yang mengalami perdarahan.

b) Payudara :simetris kiri dan kanan, areola hitam kecoklatan, putting susu
menonjol, kedua payudara tegang, warna kulit tidak kemerahan, ASI
belum keluar atau hanya keluar sedikit.

c) Abdomen :terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya strie


gravidarum, nyeri tekan pada luka, konsistensi uterus lembek/keras,
bunyi redup, bising usus menurun.
Skala REEDA (Redness, Odema, Ecchymosis, Discharge,
Approximation) merupakan instrumen penilaian penyembuhan luka yang
berisi limafaktor, yaitu kemerahan, edema, ekimosis,discharge, dan
pendekatan (aproksimasi) dari dua tepi luka. Masing-masing faktor
diberi skor antara 0 sampai 3 yang merepresentasikan tidak adanya
tanda-tanda30 hingga adanya tanda-tanda tingkat tertinggi. Dengan
demikian, total skor skala berkisar dari 0 sampai 15, dengan skor yang
lebih tinggi menunjukkan penyembuhan luka yang jelek.

d) Genetalia : pengeluaran darah bercampur lendir.

e) Ekstermitas :pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan


karena membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.

c. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG (Elektroensefalogram
2. Pemindaian CT
3. MRI (Magneti Resonance Imaging)
4. Uji laboratorium
 Hitung darah lengkap
 Kadar kalsium darah
 Kadar natrium darah
 Kadar magnesium darah
 Panel elektrolit

6). Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik

2) Resiko infeksi d.d kerusakan integritas kulit

3) Intoleransi aktivitas b.d imobilitas

4) Defisit pengetahuan tentang Sectio Caesarea b.d kurang terpapar informasi


5) Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal

Anda mungkin juga menyukai