Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS PADA PASIEN POST PARTUM


PREMATURUS DENGAN PERSALINAN NORMAL
DI RUANG ROSELA A
DI RSUD WALUYO JATI

Disusun Oleh :
YESITA TRIANA WULANDARI

(14401.19.20020)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY
PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA
PASIEN POST PARTUM PREMATURUS DENGAN PERSALINAN
NORMAL

1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ reproduksi


eksterna (organ bagian luar) dan organ reproduksi interne (organ bagian
dalam).
a. Organ Reproduksi Eksterna Wanita

1. Vulva atau pudenda, meliputi seluruh stuktur eksternal


yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai pirenium, yaitu
mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput
darah / hymen, vestibulum, maura uretra, berbagai kelenjer
dan struktur vaskular.
2. Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang
menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah
pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan
umunnya batas rambut melintang sampai pinggir atas
simfisis, sedangakn ke bawah samapai ke sekitar anus dan
paha.

3. Labia mayora / bibir-bibir besar terdiri atas bagian kiri dan


kanan, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak
yang serupa dengan yang ada di mons veneris.

4. Labia minora / bibir-bibir kecil / nymphae adalah suatu


lipatan tipis dan kulit sebelah dalam bibir besar. Kulit yang
meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea /
kelenjar-kelenjar lemak dan juga ujung-ujung saraf yang
menyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya
mengandung banak pembuluh darah dan beberapa otot polos
yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.

5. Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh


preputium klitoris dan terdiri dari glans klitoris, korpus
klitoris, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os
pubis. Glans klitoris terdiri atas jaringan yang dapat
mengambang, penuh dengan urat saraf sehingga sangat
sensitif.

6. Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari


depan ke belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan
dan kiri oleh ke dua bibir kecil dan di belakang oleh
perineum.

7. Perineum terletak di antara vulva dan anus, panjangnya rata-


rata 4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah
diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis (Prawirohardjo,
2009).
b. Organ reproduksi interna wanita

1. Vagina / Liang kemaluan, setelah melewati introtus vagina


terdapat liang kemaluan (vagina) yang merupakan suatu
penghubung antara introtus vagina dengan uterus. Dinding
depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain,
masing-masing panjangnya antara 6-7 cm dan 7-10 cm.
Bentuk vangina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut
rugae.

Vagina berfungsi sebagai saluran keluar untuk


mengeluarkan darah haid dan secret lain dari rahim, alat
untuk bersenggama, jalan lahir pada waktu persalinan.
2. Uterus berbentuk sepertu buah avokado atau bauah pir yang
sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar
telur ayam dan mempunyai rongga.Ukuran panjang uterus 7-
7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm dan tebal 2,5 cm dan tebal
dinding 1,25 cm. Letak uterus keadaan fifioligis adalah
anteversiofleksio / serviks ke depan dan membentuk sudut
dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan membentuk
sudut dengan serviks uteri.

Uterus setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat


janin tumbuh dan berkembang, berkontraksi terutama
sewaktu bersalin.

3. Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil


konsepsi kearah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan
oleh getaran rambut getar tersebut.

Tuba falloppi terdiri atas :

a) Pars irterstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding


uterus.

b) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit


seluruhnya.

c) Pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagian


saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi.

d) Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke


arah abdomen dan mempunyai fimbriae. Fimbriae penting
artinya bagi tuba untuk mengakap telur dan selanjutnya
menyalurkan ke dalam tuba. Bentuk infundibulum seperti
anemon / sejenis binatang laut.

4. Ovarium, perempuan pada umumnya mempunyai dua


indung telut kanan dan kiri. Mesovarium menggantung
ovarium di bagian belakang ligamentum latum di kiri dan
kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari
tangan dengan ukuran panjang 4 cm, lebar dan tebal 1,5 cm
( Prawirohardjo, 2009). Ovarium berfungsi sebagai saluran
telur, menangkap dan membawa ovum yang dilepaskan oleh
indung telur. Tempat terjadinya pembuahan (Prawihardjo,
2009).

2. Definisi

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali
ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih enam minggu (Supriyanti,
2017).

Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur


dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai
pendataran dan atau dilatasi servix serta turunnya bayi pada wanita hamil yang
lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari
pertama haid terakhir. Menurut Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus
prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu
(antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram.
Pada masa nifas ada 3 hal yang harus diperiksa yaitu
1. Asi
Asi eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa makanan
pendamping apapun sering (Roesli, 2007) . Selain itu, ASI eksklusif
adalah bayi hanya menerima ASI dari ibu kandung atau ibu susu, atau ASI
perah, dan tidak ada cairan ataupun makanan padat lainnya, kecuali
beberapa tetes sirup yang terdiri dari vitamin, suplemen mineral, atau
obat-obatan (World Health Organization, 2003).
1. Tahap Pembentukan ASI
Air Susu Ibu (ASI) dibentuk secara bertahap sesuai keadaan dan
kebutuhan bayi baru lahir, serta baru saja terbebas dari kehidupan yang
bergantung pada tali pusar. Berikut ini adalah tahapan-tahapan
pembentukan ASI .
a. Kolostrum Kolostrum adalah ASI yang keluar pada beberapa hari
pertama kelahiran, biasanya berwarna kuning kental. Air susu ini sangta
kaya protein dan zat kekebalan tubuh atau imonogobulin (IgG, IgA, dan
IgM), mengandung lebih sedikit lemak dan karbohidrat. Kolostrum
berperan melapisi dinding usus bayi dan melindungi dari bakteri.
Kolostrum juga merupakan pencahar ideal yang berperan mengeluarkan
zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir serta mempersiapkan
saluran pencernaan untuk bisa menerima makanan bayi berikutnya.
b. Susu transisi Susu transisi yaitu ASI yang keluar pada hari ke-3 sampai
hari ke-10 setelah kelahiran. Setelah masa adaptasi dengan
perlingdungan kolostrum, payudara akan nenghasilkan susu permulaan
atau transisi yang lebih bening dan jumlahnya lebih banyak. Kadar
immunoglobulin dan proteinnya menurun, sedangkan lemak dan
laktosa meningkat.
c. Susu Mature atau Matang Susu mature atau matang yaitu ASI yang
keluar setelah hari ke-10 pasca persalinan. Komposisinya stabil dan
tidak berubah. Jika bayi lahir prematur atau kurang bulan, ASI yang
dihasilkan memiliki kandungan berbeda, yaitu lebih banyak
mengandung protein. Hal ini sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan
bayi prematur yang biasanya memiliki berat badan kurang dan banyak
hal pada tubuhnya yang belum sempurna (Riksani, 2013).
3. Jenis ASI Berikut ini merupakan dua jenis ASI berdasarkan waktu
keluarnya :
a. Foremilk, disimpan pada saluran penyimpanan dan keluar pada awal
menyusui. Dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak dan cocok
untuk menghilangkan rasa lapar bayi. Foremilk memiliki kandungan
lemak yang rendah, namun tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan
air. b. Hindmilk, keluar setelah foremilk habis saat menyusui hampir
selesai. Hindmilk sangat kaya akan zat gizi, kental, dan penuh lemak
bervitamin. (Riksani, 2013).
2. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus memiliki fungsi penting dalam sistem reproduksi
wanita meliputi transport sperma dan embrio, menstruasi, kehamilan, dan
kelahiran. Kontraksi abnormal dan irreguler dapat menyebabkan masalah
infertilitas, kesalahan implantasi, dan kelahiran prematur. Sebaliknya, jika
kontraksi uterus tidak adekuat dan terkoordinasi, bayi akan sulit
dilahirkan. Lapisan yang paling berperan dalam kontraksi uterus adalah
miometrium. Pada dasarnya, uterus berkontraksi secara spontan dan
reguler walaupun tidak ada rangsangan hormonal. Selama masa kehamilan
awal, uterus cenderung dalam keadaan relaksasi. Kontraksi kuat akan
muncul pada masa menjelang partus di bawah pengaruh hormon oksitosin
dan prostaglandin (Rahbek, et al., 2014).
3. Lochea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses
involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya :
a) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari
ke-4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah
karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan
dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7
post partum.
c) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta.
Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14 (Anggraeni, 2010).
d) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel
epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post
partum.

3. Etiologi
Penyebab persalinan menurut beberapa teori menghubungkan dengan
faktor hormonal, struktur rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi,
berikut beberapa faktor penyebab post partum, (Lisa Margareta, 2017) : 27
1) Teori Placenta Menjadi Tua
2) Teori Penurunun Hormon
3) Teori Iritasi Mekanik
4) Teori Distensi Rahim
5) Induksi Partus
Tahap – tahapan Post Partum Masa post partum dibagi dalam tiga tahap
sebagai berikut (Maryunani, 2016) : 28

1) Pueperium Dini ( Immediate Puerperium)


2) Puerperium Intermedial ( Early Post Partum Period)
3) Remote Puerperium ( Late Post Partum Period)
Menurut Amin & Hardi (2013) operasi sectio caesarea dilakukan atas
indikasi sebagai berikut :
1. Berasal dari Ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, cevalo pelvik
disproportion (disproporsi janin/panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan
panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, komplikasi kehamilan
yitu pre eklampsia dan eklampsia berat, kehamilan yang disertai
penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista
ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
2. Berasal dari Janin
Fetal distress/gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan
janin seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi
seperti sungsang dan lintang, kelainan tali pusat, adapun faktor
plasenta yaitu plasenta previa, solutio plasenta, plasenta accreta, dan
vasa previa. Kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi, dan
bayi kembar (multiple pregnancy).
Etiologi persalinan prematus sering kali tidak diketahui tapi ada beberapa
faktor predisposisi yang di duga menyebabkan terjadinya persalinan prematur

1. sosial ekonomi
a. Ekonomi rendah
b. Gizi kurang
c. Anemia
d. Perokok atau pecandu berat
e. Kerja keras

2. Penyakit ibu
a. Hipertensi
b. DM
c. Jantung dan paru

3. Anatomi Genital
a. Serviks incompeten
b. Kelainan rahim

4. Faktor kebidanan
a. Grand multi
b. Pre-eklamsia
c. Perdarahan
d. Hidromnion
e. Hamil ganda
f. Infeksi hamil
g. Ketuban pecah dini
5. Faktor umur

a. Kurang dari 20 tahun


b. Diatas 35 tahun

4. Klasifikasi
1. Menurut kejadiannya, digolongkan menjadi:

a. Idiopatik/spontan sekitar 50% penyebab persalinan kurang bulan tidak


diketahui, oleh karena itu digolongkan pada kelompok idiopatik.
Sekitar 12,5% persalinan kurang bulan spontan didahului oleh ketuban
pecah dini, yang sebagian besar disebabkan faktor infeksi
(korioamnionitis).

b. Iatrogenik/elektif persalinan kurang bulan buatan iatrogenik disebut


Juga sebagai elective preterm (Moutquin, 2003).

2. Menurut usia kehamilan, diklasifikasikan dalam:

a. Preterm/Kurang bulan: usia keharnilan 32<37 minggu

b. Very Preterm/Sangat kurang bulan: usia kehamilan 28<32 minggu

c. Extremely Preterm/Ekstrim kurang bulan: usia kehamilan <28 minggu


(WHO,2015)

3. Menurut berat badan lahir, dibagi dalam kelompok:

a. Berat bayi lahir rendah: berat badan bayi 1500-2500 gram,

b. Berat bayi lahir sangat rendah: berat badan bayi 1000-1500 gram,

c. Berat bayi lahir ekstrim rendah: Berat badan bayi <1000 gram (WHO,
2015)

5. Pathofisiologi

Mekanisme persalinan preterm hampir sama dengan persalinan


aterm, yaitu kontraktilitas uterus, ruptur membran dan pematangan
serviks. Perbedaan fundamental ialah bahwa proses aktivasi pada
persalinan aterm bersifat fisiologis, sedangkan persalinan preterm
bersifat patologis.

1) Aktivasi Aksis HPA (Hypothalamus-Pituitary-Adrenal). Adanya stres


fisik maupun psikologi akan mengaktivasi HypothalamusPituitary-
Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya persalinan preterm.
Aksis HPA ini mengakibatkan insufisiensi uteroplasenta dan janin
mengalami kondisi stres.

2) Kontraktilitas Miometrium Persalinan terjadi akibat perubahan pola


kontraktilitas uterus. Hal ini dapat terjadi secara fisiologis atau
diinduksi oleh kejadian patologis seperti infeksi atau pembedahan
intra abdominal. Kontraksi di inisiasi oleh peningkatan hubungan
antar sel yaitu melalui pembentukan gap junction, koneksin-43 pada
miometrium yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron, dan
prostaglandin (Surya Raymond, 2019).

3) Remodelling Serviks Perubahan serviks meliputi pelunakan,


pematangan, dilatasi, dan perbaikan post partum. Pelunakan serviks
dimulai sejak awal kehamilan. Kekuatan regang serviks yang lunak
diatur oleh peningkatan sintesis kolagen dan pertumbuhan serviks.
Pematangan serviks ditandai dengan penurunan konsentrasi kolagen.
Dilatasi serviks merupakan fenomena inflamasi dimana terjadi influks
makrofag dan neutrofil serta degradasi matriks sehingga berujung
pada pelepasan sitokin pro-inflamasi yang akan mengaktivasi nuclear
factor (NF)-kB, sehingga memblok reseptor progesteron. Hal ini
mengindikasikan bahwa serviks merupakan target kerja dari
progesteron (Surya Raymond, 2019).

4) Aktivasi Membran/Desidua Aktivasi membran atau desidua


menyebabkan pelepasan bagian bawah membran amniokorionik
janin dari desidua segmen uterus bawah, sehingga menyebabkan
rupturnya membran dan lahirnya plasenta. (Surya Raymond, 2019).
Pathofisiologi Persalinan Normal

Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat


menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin. peningkatan prostaglandin, dan
tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR
dan penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain enggament,
descent, fleksi , fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin,
rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa mengejan
sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan
jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan
berhenti 5-10 menit. kemudian akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan
mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding menebal yang
menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai implantasi
plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir
sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi
risiko tinggi infeksi . Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan
progesteron akan mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan
produksi laktasi dimulai.
6. Pathway
Pathway Persalinan Normal
7. Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala kelahiran prematur bisa berupa :

1) Kontraksi (sensasi perut yang mengencang secara intens atau


sering
2) Nyeri punggung bagian bawah yang konstan
3) Sensasi tekanan di panggul atau perut bagian bawah
4) Kram perut ringan
5) Bercak dari vagina atau perdarahan ringan
6) Ketuban pecah terlalu awal dalam bentuk semburan atau tetesan
yang terus-menerus setelah membran di sekitar bayi pecah atau
robek
7) Perubahan warna dan tekstur keputihan menjadi berair, seperti
lendir atau berdarah

Sementara itu, untuk bayi yang mengalami kelahiran prematur, tanda dan
gejalanya meliputi:

1) Ukuran tubuh kecil, dengan ukuran kepala yang tidak porprosional


Wajah terlihat lebih runcing, kurang bulat daripada bayi yang lahir
tidak prematur, karena kurangnya penyimpanan lemak
2) Lanugo ( rambut-rambut halus pada bayi) menutupi sebagian besar
bagian tubuh
3) Suhu tubuh yang rendah, terutama setelah kelahiran, karena
kurangnya penyimpanan lemak
4) Harus bekerja keras saat bernapas
5) Kurangnya refleks dalam menghisap dan menelan, yang
mengakibatkan kesulitan saat menyusu. (Buku Acuan PKB 2020)

8. Pemeriksaan Penunjang
Cara lain untuk memeriksa persalinan prematur di fasilitas kesehatan meliputi:
1. Pemeriksaan serviks

Prosedur ini dilakukan untuk mendeteksi perubahan pada serviks sang ibu

2. USG transvaginal

Pemeriksaan USG ini menggunakan transduser yang diletakkan


didalam vagina untuk mengukur panjang serviks.

3. Pemeriksaan cairan ketuban

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui apakah jantung ketuban sudah


pecah

4. Pemeriksaan Fibronektin janin/ testing for fetal fibronectin (FFN)

FFN adalah protein yang ditemukan antara membran amniotik dan


lapisan uterus. Keberadaan FFN dapat menandakan terjadinya persalinan
prematur (Buku Acuan PKB 2020)

9. Penatalaksanaan
Berdasarkan ACOG, rekomendasi tatalaksana pada ancaman persalinan
preterm sebagai berikut:

1. Kortikosteroid dosis tunggal direkomendasikan pada wanita dengan usia


kehamilan 24-34 minggu dengan risiko persalinan dalam 7 hari
(rekomendasi level A).

2. Magnesium sulfat dapat menurunkan derajat keparahan dan risiko


serebral palsi pada bayi ketika dilahirkan sebelum usia kehamilan 32
minggu (rekomendasi level A).

3. Tokolitik lini pertama dengan terapi agonis beta adrenergic, calcium


channel blocker, NSAID untuk pemanjangan kehamilan hingga 48 jam
(pemberian steroid antenatal) direkomendasikan (rekomendasi level A).

4. Terapi maintenance dengan tokolisis untuk mencegah persalinan preterm


dan meningkatkan luaran neonatus tidak direkomendasikan (rekomendasi
level A).
5. Pemberian antibiotik sebaiknya tidak diberikan untuk memperpanjang
kehamilan atau meningkatkan luaran neonatus pada wanita dengan
persalinan preterm dengan membran intak (rekomendasi level A).

6. Pada wanita dengan ruptur membran atau kehamilan multipel yang


berisiko akan lahir dalam 7 hari, pemberian kortikosteroid dosis tunggal
direkomendasikan pada kehamilan 24-34 minggu (rekomendasi level B).

7. Kortikosteroid dosis tunggal dapat dipertimbangkan sejak usia kehamilan


23 minggu pada wanita hamil dengan risiko persalinan preterm yang akan
lahir dalam 7 hari tanpa mempertimbangkan status membran (rekomendasi
level B).

8. Pemberian ulang kortikosteroid tunggal pada wanita dengan kehamilan


kurang dari 34 minggu yang berisiko lahir dalam 7 hari ke depan dan telah
mendapat kortikosteroid lebih dari 14 hari sebelumnya (rekomendasi level
B).

9. Tirah baring dan hidrasi tidak efektif mencegah persalinan preterm dan
tidak secara rutin direkomendasikan (rekomendasi level B) (Persalinan
Preterm 2019).

10. Komplikasi

a. Komplikasi jangka panjang

Beberapa hal yang berkaitan dengan komplikasi jangka panjang, dengan


uraian sebagai berikut:

1. Masuk Rumah Sakit (MRS)

Penyebab lain terbanyak dari rehospitalisasi adalah gangguan


pernafasan yang meliputi: infeksi terutama respiratory syncytial virus
(RSV) infection, asma, dan masalah gastrointestinal termasuk
gastroesophageal reflux dan gastroenteritis. Penyakit lain yang juga
sering terjadi pada penyintas adalah bronchopulmonary dysplasia (BPD)
dan meningkatnya risiko sudden infant death syndrome (SIDS).
2. Luaran Neurodevelopmental

Dibandingkan dengan bayi cukup bulan, gangguan


neurodevelopmental berikut yang lebih sering terjadi yaitu:

a. Gangguan cognitive skills


b. Gangguan motorik termasuk motorik halus maupun kasar
c. Cerebral palsy (CP)
d. Cacat pendengaran dan penglihatan
e. Masalah tingkah laku dan psikologis

3. Isu-isu penyakit menahun (kronis)

Secara spesifik prematuritas dihubungkan dengan Chronic kidney


disease, Gangguan tumbuh kembang, dimana saat diikuti lebih lanjut, dari
950 bayi yang lahir dengan low birth weight (<-2), dan mempunyai skor
motorik dan kognitif yang lebih rendah pada Bayley Scales of Infant
Development dibanding yang Z-scores >-2.

4. Gangguan fungsi paru

Anak-anak yang lahir very atau extremely preterm berisiko untuk


mengalami gangguan fungsi paru yang berakibat menurunnya kapasitas
berlatih atau meningkatnya risiko asma. Tidak ada data untuk masa
remajanya tetapi penyintas prematuritas yang mempunyai BPD lebih
sering mengalami masalah pernafasan saat anak-anak dan dewasa.

5. Kebutuhan khusus di bidang pendidikan

Bayi yang moderately low birth weight (LBW) dengan berat lahir
antara 1500g dan 2499g juga lebih membutuhkan pengobatan, kondisi
kronik misalnya mental retardation, cerebral palsy, atau asma, learning
disabilities, dan attention deficit atau attention deficit hyperactivity
disorders (ADHD).
b. Komplikasi jangka pendek

Untuk kasus yang terjadi pada ibunya, ternyata juga terjadi penyulit,
utamanya secara psikologis yang kurang tergarap di pelayanan medis
obstetri. Menurut kajian Trumello et al. (2018) menemukan bahwa PKB
dan hospitalisasi juga mempengaruhi secara negatif kondisi emosional ibu,
persepsi ibu dan bonding yang tidak tergantung pada usia kehamilan.

Secara umum hal ini terjadi karena kontak yang kurang dini, lebih
banyak masalah kesehatan postnatal, kurangnya perasaan positif, serta
kurangnya pemakaian fasilitas pelayanan postnatal (Buku Acuan PKB
Prematur 2020).

Daftar Pustaka
Sulistyowaty. A. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Salemba Medika
2009
Ridwan Amiruddin., Saifuddin Sirajuddin. 2013. Analisis Faktor Risiko Kejadian
Kelahiran Prematur di BLUD RSU Tenriawaru.
Sumarah., Widyastuti. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin). Fitramaya. 2009.
Dr. Sriyana & Dr. Hermanto. 2020. Buku Acuan Persalinan Kurang Bulan
(Prematur). Yayasan Avicenna Kendari.
Surya R & Sri P. Continuing Medical. Education. Persalinan Preterm. CDK Edisi
1. Vol. 46. 2019
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Data Umum
Data Umum Klien meliputi : nama klien, usia, agama, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama, pekerjaan
suami, pendidikan terakhir suami, dan alamat.

2. Keluhan Utama
Pasien datang dengan kontraksi yang adekuat sehingga berpengaruh pada
penipisan dan dilatasi serviks pada usia kehamilan antara 20-37 minggu. Dan
keluhannya berupa nyeri uterus, tekanan pelvis atau nyeri pinggang.

3. Riwayat penyakit sekarang


Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien datang ke tempat pelayanan.
Biasanya ibu merasa nyeri pinggang dan uterus.

4.Riwayat Penyakit Dahulu

Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan gangguan yang
menjadi pemicu munculnya prematur misalnya:

1. Gaya hidup tidak sehat

2. Kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan

3. Mengkonsumsi obat-obatan terlarang saat hamil

5.Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh keluarga

6. Pemeriksaan fisik

a. Mata : biasanya terdapat konjungtiva yang anemis diakibatkan oleh


kondisi anemia karena proses persalinan yang mengalami perdarahan.

b. Payudara : Simetris kiri dan kanan, areola hitam kecoklatan, putting susu
menonjol, kedua payudara tegang, warna kulit tidak kemerahan, ASI
belum keluar atau hanya keluar sedikit.
c. Abdomen : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya strie
gravidarum, nyeri tekan pada luka, konsistensi uterus lembek/keras, bunyi
redup, bising usus menurun.

d. Genetalia : Pengeluaran darah bercampur lendir.

e. Ekstermitas : Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena


membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit jantung
atau ginjal.

6. Data Subjektif dan Data Objektif


Resiko Infeksi (D. 0142)

Faktor Resiko

1. Penyakit kronis
2. Efek prosedur infasif
3. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
1. Gangguan peristaltik
2. Kerusakan integritas kulit

Intoleransi Aktivitas (D. 0056)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh lelah

Objektif

1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Dispnea saat/ setelah aktivitas


2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah

Objektif

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/ setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4. Sianosis

Nyeri Akut (D. 0077)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Mengeluh nyeri

Objektif

1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis, waspada posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

(Tidak tersedia)

Objektif

1. Tekanan darah meningkat


2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
8.

Defisit Pengetahuan (D. 0111)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Menanyakan masalah yang dihadapi

Objektif

1. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran


2. Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. (Tidak Tersedia)

Objektif

1. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat


2. Menunjukka perilaku berlebihan (mis, apatis, bermusuhan, agitasi,
histeria)

Ansietas (D. 0080)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi

Objektif

1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya

Objektif

1. Frekuensi napas meningkat


2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan dara meningkat
4. Tremor
5. Muka tampak pucat

Keletihan (D.0057)
Gejala dan Tanda mayor

Subjektif

1. Merasa energi tidak putih walaupun telah tidur


2. Merasa kurang tidur
3. Mengeluh lelah

Objektif

1. Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin


2. Tampak lesu

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung jawab


libido menurun

Objektif
1. Kebutuhan istirahat meningkat

Resiko Cedera pada Ibu (D. 0137)

Faktor risiko

1. Besarnya ukuran janin

2. Malposisi janin (posisi posterior)

3. Induksi persalinan

4. Persalinan lama kala |, || dan |||

5. Disfungsi uterus

6. Efek metode/intervensi bedah selama persalinan

7. Kurangnya dukungan keluarga dan orang tua

8. Kurang adekuatnya observasi dan antisipasi

9. Keterlambatan pengambilan keputusan dan manajemen

10. Skrining dan perawatan prenetal yang tidak adekuat

11. Kecemasan berlebihan pada proses persalinan

12. Riwayat cidera pada persalinan sebelumnya

13. Usia ibu (<15 tahun atau >35 tahun)

14. Paritas banyak

15. Perubahan hormonal

16. Perubahan postur tubuh

17. Ketuban pecah

18. Proses infeksi

19. Penyakit penyerta

20. Masalah kontraksi


Hipovolemia (D. 0023)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. (tidak tersedia)

Objektif

1. Frekuensi nadi meningkat


2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan Nadi menyempit
5. Turgor kulit menyempit
6. Membran mukosa kering
7. Voluem urin menurun
8. Hemtokrit meningkat

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus

Objektif

1. Pengisian vena menurun


2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba
6. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Infeksi d/d kerusakan integritas kulit
2) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
3) Nyeri akut b/d agen pecendera fisik
4) Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
5) Ansietas b/d krisis situasional
6) Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
7) Resiko cedera pada ibu b/d persalinan lama kal I, II dan III
8) Keletihan b/d kondisi fisiologis (mis, kehamilan)

Anda mungkin juga menyukai