Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

POST NATAL CARE PADA IBU PRIMIGRAVIDA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Keperawatan Maternitas

Oleh :

Nama :
NPM :
Dosen Pembimbing :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
2021/2022
A. Konsep Dasar Pos Natal Care

1. Pengertian

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut

masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang

diperlukan untuk pemulihan kembali alat kandungan yang lamanya

6 minggu. Pos partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir

sampai organ-organ reproduksi sampai kembali keadaan normal

sebelum hamil (Bobak, 2010).

Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil,

masa post partum berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih,

2019).

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm

sebanyak satu kali. Multipara (pleuripara) adalah wanita yang telah

melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut

tidak lebih dari lima kali. Grandemultipara adalah wanita yang telah

melahirkan janin aterm lebih dari lima kali (Manuaba, 2012).

2. Anatomi Fisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang

terletak di dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan

genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi

interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang

hormon estrogen dan progesteron (Arma, 2015)


a. Struktur Eksterna

Gambar 2.1 Organ reproduksi eksterna wanita Sumber : (Arma, 2015)

1) Mons Veneris (Mons Pubis)

Mons pubis adalah jaringan lemak subkutan berbentuk lunak dan padat serta

mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) yang ditumbuhi rambut berwarna

hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan

melindungi simfisis pubis selama koitus

2) Labia Mayora

Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak

dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Sensitivitas labia mayora

terhadap sentuhan, nyeri dan suhu tinggi, hal ini di akibatkan adanya jaringan saraf

yang menyebar luas yang juga berfungsi selama rangsangan seksual. Pada wanita

yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak

berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah

melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum, labia
sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.

3) Labia Minora

Labia minora adalah lipatan kulit panjang, sempit dan tidak berambut yang

memanjang ke arah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, terdapat banyak

pembuluh darah sehingga tampak kemerahan, dan memungkankan labia minora

membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di

labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia

minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.

4) Klitoris

Klistoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil, mengandung

banyak pembuluh darah dan saraf sensoris sehingga sangat sensitive. Fungsi utama

klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.

5) Vestibulum

Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora)

dibatasi oleh klitoris dan perinium. Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar

parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan

agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah

gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi

orifisium vagina.

6) Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan tranversal yang pipih dan tipis, terletak

pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di

bawah orifisium vagina.

7) Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina

dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm.

b. Struktur Interna

Gambar 2.2 Organ reproduksi interna wanita Sumber : (Arma, 2015)

1) Vagina

Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapa melipat dan mampu

meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai esterogen

dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama

masa hamil. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas ataum bawah. Cairan sedikit

asam, interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman.

Apabila pH naik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir

dari vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina

2) Uterus

Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip

buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin

dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di

bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang

mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang

menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah

pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan
endometrium, kehamilan dan persalinan.
7

3) Tuba Falopii

Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah

lateral, mencapai ujung bebas legamen lebardan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap

ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi

merupakan jalan bagi ovum.

4) Ovarium

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dandi belakang tuba falopi.

Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium ligamen

lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira

setinggi krista iliaka antero superior, dan ligamentum ovari proprium, yang mengikat

ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan

memproduksi hormon.

3. Tahap -Tahapan Post Partum

Masa post partum dibagi dalam tiga tahap sebagai berikut (Wahyuningsih, 2019) :

a. Immediate Post Partum (setelah plasenta lahir 24 jam)

Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam, adapun masalah yang sering terjadi

misalnya atonia uteri oleh karena itu perlu melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,

pengeluaran lochea, tekanan darah ibu dan suhu.

b. Early Post Partum (24 jam – 1 minggu)

Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,

lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan serta

ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Late Post Partum ( 1 minggu – 6 minggu)

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau

waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-

minggu, bulanan atau tahunan.


8
4. Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda – tanda bahaya pada ibu nifas menurut (Pitriani, 2014) yaitu :

a. Perdarahan yang merah menyala setiap saat setelah minggu ke 4 pasca persalinan

b. Ibu demam tinggi dengan suhu tubuh > 380c

c. Kontraksi uterus tidak baik

d. Pendarahan yang banyak setelah 24 jam post partus

e. Lochea yang berbau tidak enak

f. Adanya tanda human ( tanda kemerahan pada tungkai kaki ibu saat ditekuk)

g. Terjadinya bendungan ASI


9

5. Patofisiologi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat

kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,

uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus

dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam

waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas

umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada

hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan

antara umbilikus dan simpisis pubis

Uterus pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali beratsebelum

hamil. Uterus akan mengalami proses involusiyangdimulai segera

setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos. Proses

involusi yang terjadi mempengaruhi perubahan dari berat uterus

pasca melahirkan menjadi kira-kira 500 gram setelah 1 minggu pasca

melahirkan dan menjadi 350 gram setelah 2 minggu pasca

melahirkan. Satu minggusetelah melahirkan uterus berada di dalam

panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr.

Peningkatan esterogen danprogesteron bertanggung jawab untuk

pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum

penurunan kadar hormon menyebabkan terjadinya autolisis,

perusakan secara langsungjaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-

sel tambahan yang terbentuk selama


10

masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih

besar setelah hamil. Intesitas kontraksi otot otot polos uterus

meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, kondsi tersebut

sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat

besar.

Pada endometrium timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis

ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang

kira-kira setebal 2-5 mm mempunyai permukaan yang kasar akibat

pelepasan desidua dan selaput janin. Regenerasi endometrium terjadi

dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakaiwaktu 2 sampai 3

minggu.

Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan

kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek

diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara

bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron

menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar

esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis

cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.

Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui

berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating

hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di

simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika

kadar prolaktin meningkat.


11

6. Manifestasi Klinik

Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester

keempat kehamilan.

h. Sistem reproduksi

1) Proses involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil

setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta

keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

2) Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna

segera setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari

kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,

mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis.

Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi

uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk

mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara

intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah

plasenta lahir.

3) Tempat plasenta

Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan,

kontraksi vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta


12

ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.

Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan

jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut

yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi

endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca

partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.

4) Lochea

Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris

desidua dan debris trofoblastik. Lochea serosa terdiri dari

darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10

hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih.

Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus,

serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu

setelah bayi lahir.

5) Serviks

Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap

edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu

melahirkan. 18 jam pasca partum, serviks memendek dan

konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk

semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap

edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu

melahirkan.
13

6) Vagina dan perineum

Vagina yang semula sangat teregang akan kembali

secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah

bayi lahir.

i. Sistem endokrin

1) Hormon plasenta

Penurunan hormon human plasental lactogen,

esterogen dan kortisol, serta placental enzyme insulinase

membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula

darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium.

Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok

setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan

dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra

seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.

2) Hormon hipofisis

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita

menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin

serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan

dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating

hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak

menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap

stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.


14

3) Abdomen

Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah

melahirkan, abdomenya akan menonjol dan membuat wanita

tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6

minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum

hami.

4) Sistem urinarius

Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan

setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8

minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter

serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil

5) Sistem cerna :

a) Nafsu makan

Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia,

anestesia, dan keletihan, ibu merasa sangat lapar.

b) Mortilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot

traktus cerna menetap selam waktu yang singkat

setelah bayi lahir.

c) Defekasi

Buang air besar secara spontan bias tertunda selama

dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan


15

6) Payudara

Konsentrasi hormon yang menstimulasai

perkembangan payudara selama wanita hamil (esterogen,

progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin,

krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi

lahir.

a) Ibu tidak menyusui

Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada

wanita yang tidak menyusui. Pada jaringan payudara

beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua

dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum

bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras,

nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.

b) Ibu yang menyusui

Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak

dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum. Setelah

laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika

disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam.

Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.

7) Sistem kardiovaskuler

a) Volume darah

Perubahan volume darah tergantung pada

beberapa faktor misalnya Kehilangan darah merupakan

akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi

terbatas.
16

Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang

menyebapkan volume darah menurun dengan lambat.

Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir,

volume darah biasanya menurun sampai mencapai

volume sebelum lahir.

b) Curah jantung

Denyut jantung volume sekuncup dan curah

jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah

wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan

lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah

yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tiba - tiba

kembali ke sirkulasi umum

c) Tanda-tanda vital

Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa

terlihat, jika wanita dalam keadaan normal. Peningkatan

kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol

maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama

sekitar empat hari setelah wanita melahirkan

8) Sistem neurologi

Perubahan neurologis selama puerperium merupakan

kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil

dan disebapkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan

melahirkan.
17

9) Sistem muskuluskeletal

Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi

selama masa hamil Adaptasi ini mencakup hal-hal yang

membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan

pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.

10) Sistem integumen

Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya

menghilang saat kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita,

pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit kulit

yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul

mungkin memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.

7. Komplikasi

a. Perdarahan

Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita

selama periode post partum. Perdarahan post partum adalah:

kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria

perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai

berikut:

1) Kehilangan darah lebih dai 500 cc.

2) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg.

3) Hb turun sampai 3 gram %.

Tiga penyebap utama perdarahan antara lain :


18

a) Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan

kontraksi dengan baik dan ini merupakan sebab utama dari

perdarahan post partum.

b) laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum

dapat menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak

direparasi dengan segera.

c) Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan

pelepasan plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi

uterus.

4) Lain-lain

a) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi

uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap

terbuka.

b) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas

jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.

c) Inversio uteri (Wiknjosastro, 2009).

b. Infeksi puerperalis

Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa

post partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1%-8%, ditandai

adanya kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama

post partum.
19

c. Endometritis

Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh

infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur

membran memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis.

d. Mastitis

Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau

pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali

dengan pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan

pertama post partum

e. Infeksi saluran kemih

Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan

meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak

adalah Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.

f. Tromboplebitis dan thrombosis

Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi

dan meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem

vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus di

pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan

thrombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial

terjadi 1 kasus dari 500-750 kelahiran pada 3 hari pertama post

partum.

g. Emboli

Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah

kecil.
20

h. Post partum depresi

Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya. Tandanya antara

lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi

cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya.

i. Tanda-Tanda Bahaya Post Partum

Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap

dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan

tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.

Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum

antara lain :

1) Kulit perineum mulai melebar dan tegang.

2) Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.

3) Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi

robekan pada mukosa vagina.

8. Penataksanaan Ibu Post Partum

Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan

cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan

jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang

biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan

menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat

dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup.


21

Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur

perineum adalah :

a. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak

lahir, segera memeriksa perdarahan tersebut berasal dari

retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap.

b. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik,

dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari

perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya dilakukan

penjahitan.

Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum

spontan, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :

a. Monitor TTV

Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90

mungkin menandakan preeklamsi suhu tubuh meningkat

menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.

b. Pemberian cairan intravena

Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan

kemampuan perdarahan darah dan menjaga agar jangan

jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti

merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau

Ringer.
22

c. Pemberian oksitosin

Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10

unit) ditambahkan dengan cairan infuse atau diberikan

secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan

mengurangi perdarahan post partum.

d. Obat nyeri

Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk

sedative, alaraktik, narkotik dan antagonis narkotik.

Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara

regional/ umum

e. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan darah

Beberapa uji laboratorium biasa segera

dilakukan pada periode pasca partum. Nilai

hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan

pada hari pertama pada partum untuk mengkaji

kehilangan darah pada melahirkan.

2) Pemeriksaan urin

Pegambilan sampel urin dilakukan dengan

menggunakan cateter atau dengan tehnik

pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini

dikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis

rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika


23

cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum.

Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk

menentukan status rubelle dan rhesus dan

kebutuhan therapy yang mungkin

B. Konsep Masalah Keperawatan

1. Pengertian

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan bertujuan mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan

komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja

SDKI PPNI, 2017).

2. Kriteria Mayor & Minor

Kriteria mayor adalah tanda dan gejala yang ditemukan sekitar

80%- 100% untuk validasi diagnosa. Sedangkan kriteria minor adalah

tanda dan gejala yang tidak harus ditemukan, namun dapat mendukung

penegakan diagnosis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

3. Faktor Yang Berhubungan

Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan suatu masalah yang

dapat menunjang kelengkapan data untuk menegakan suatu diagnosis

atau masalah keperawatan (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017).


24

4. Pathway

Bagan 2.1 Pathway Ibu Post Partum Primipara


Sumber : (Wayan, 2017) (Arma, 2015) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

5. Masalah Keperawatan Pada Ibu Post Partum Primipara dan BBL

Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien

postpartum Primipara menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI) 2016 :

a. Masalah Keperawatan Ibu

1) Nyeri Akut (D.0077)

a) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset


25

mendadak atau lambat dan berintesitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan.

b) Data Mayor

(1) Subyektif : Mengeluh nyeri.

(2) Obyektif : Tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi

meningkat, sulit tidur.

c) Data Minor

(1) Subyektif : Tidak tersedia.

(2) Obyektif : Nafsu makan berubah, proses berfikir

terganggu, berfokus pada diri sendiri.

2) Menyusui Tidak Efektif (D.0029)

a) Definisi

Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami kedidakpuasan

atau kesukaran pada proses menyusui.

b) Data Mayor

(1) Subjektif : kelelahan maternal, kecemasan maternal

(2) Objektif : bayi tidak mampu melekat pada payudara

ibu, ASI tidak memancar/menetes, BAK bayi kurang dari 8

kali dalam 24 jam, nyeri dan/atau lecet terus menerus

setelah minggu kedua

c) Data Minor

(1) Subjektif : tidak tersedia


26

(2) Objektif : intake bayi tidak adekuat, bayi menghisap

tidak terus menerus, bayi menangis saat disusui, bayi rewel

dan menangis dalam jam – jam pertama setelah menyusui,

menolak untuk menghisap.

3) Gangguan Pola Tidur (D.0055)

a) Definisi

Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat

faktor eksternal.

b) Data mayor

(1) Subjektif : mengeluh sulit tidur, mengeluh sering

terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur

berubah, mengeluh istirahat tidak cukup.

(2) Objektif : tidak tersedia

c) Data Minor

(1) Subjektif :mengeluh kemampuan beraktivitas menurun

(2) Objektif : tidak tersedia

4) Defisit Pengetahuan

a) Definisi

Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang

berkaitan dengan topik tertentu.

b) Data Mayor :

(1) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi


27

(2) Objektif : sesuai anjuran, Menunjukkan persepsi yang

keliru terhadap masalah

c) Data Minor :

(1) Subjektif : (tidak tersedia)

(2) Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,

Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. apatis,

bermusuhan, agitasi, histeria).

5) Resiko infeksi (D.0142).

a) Definisi

Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme

patogenik.

b) Faktor Risiko

(1) Penyakit kronis (mis. diabetes melitus)

(2) Efek prosedur invasif

(3) Malnutrisi

(4) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan

(5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:

6) Resiko Gangguan Perlekatan (D.0127)

a) Definisi

Beresiko mengalami gangguan interaksi antara orang

tua dengan bayi yang dapat mempengaruhi proses asah, asih

dan asuh.
28

b) Faktor Resiko

(1) Khawatir menjalankan peran sebagai orang tua.

(2) Ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan bayi.

(3) Prematuritas.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Primipara

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam kelangsungan hidup

pasien dan aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif perawatan

kesehatannya. Menurut Shore dalam Bararah dan Jaufar (2013) untuk sampai

pada hal ini profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan

masalah yang menggabungkan elemen yang paling relevan dari sistem teori

dengan menggunakan metode ilmiah. Proses keperawatan meliputi lima tahap

yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan

keperawatan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan

meliputi data biologis, psikologis, social dan spiritual. Kemampuan

perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah

mempunyai kesadaran/tilik diri, kemampuan mengobservasi dengan

akurat, kemampuan berkomunikasi terapeutik dan senantiasa mampu

berespon secara efektif. Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah

mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien


29

Pada tahap pengkajian peneliti memakai model keperawatan Maternal

Role Attainment-Becoming a Mother pada post partum yakni:

a. Identitas klien

Meliputi nama, tempat tanggal lahir, agama, suku bangsa,

pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat, penghasilan per bulan.

b. Antisipatori

1) Status Kesehatan : alasan kunjungan, kunjungan, keluhan utama,

riwayat kesehatan.

2) Riwayat obstetri dan ginekologi : Riwayat haid, riwayat

perkawinan, riwayat KB, riwayat kehamilan & persalinan yang

lalu, riwayat kehamilan & persalinan sekarang,

3) Pemenuhan kebutuhan dasar manusia : nutrisi, eliminasi,

oksigenasi, aktivitas dan istirahat.

4) Dukungan sosial : dukungan emosi, dukungan informasi, dukungan

fisik, dukungan penghargaan.

5) Fungsi keluarga

6) Pengkajian budaya

7) Stress

8) Pemeriksaan fisik ibu

- Mata : konjungtiva normalnya berwana merah muda dan sklera

normalnya berwarna putih

- Mammae : payudara simetris atau tidak, putting susu bersih dan

menonjol atau tidak. Hiperpigmentasi areolla atau tidak,

kolostrum sudah keluar atau belum.


30

- Abdomen : terdapat luka bekas SC atau tidak, ada linea atau

tidak, striae ada atau tidak

- Genetalia : bersih atau tidak, oedema atau tidak, kemerahan atau

tidak, perineum ada bekas luka epiostomi atau tidak

- Ekstremitas : oedema atau tidak dan varises atau tidak

c. Formal

1) Riwayat persalinan saat ini

2) Bonding attachment dengan skoring gray

3) Pengkajian bayi

4) Aspek psikososial ibu

5) Peran ayah selama dan sesudah kelahiran

d. Informal

1) Orang yang terlibat dalam perawatan bayi.

2) Peran dalam perawatan bayi.

3) Pengalaman dalam perawatan bayi.

4) Harapan untuk perawatan bayi yang akan datang.

e. Personal

1) Pandangan ibu terhadap perannya.

2) Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu.

3) Percaya diri dalam menjalankan peran.

4) Pencapaian peran.
31

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut (Wayan, 2017), (Arma, 2015), dan (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2017) diagnosa keperawatan pada Ibu Post Partum Primipara

dan Bayi Baru Lahir adalah:

 Diagnosa Ibu :

1) Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik.

2) Menyusui Tidak Efektif Berhubungan Dengan Ketidakadekuatan

Suplai ASI.

3) Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Kurangnya Kontrol

Tidur.

4) Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar

Informasi.

5) Resiko Infeksi Ditandai Dengan Ketidakadekuatan Pertahanan

Tubuh Primer.

6) Resiko Gangguan Perlekatan Ditandai Dengan Khawatir

Menjalankan Peran Sebagai Orang Tua.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan

oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis

untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI

DPP PPNI, 2018).


32

Penerapan luaran keperawatan dengan menggunakan ketiga

komponen luaran keperawatan yaitu Label, Ekspetasi dan Kriteria Hasil.

Motode yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Tim Pokja SLKI

DPP PPNI, 2019) :

1) Metode Dokumentasi Manual/tertulis

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu tertentu

maka Luaran Keperawatan Ekspetasi dengan kriteria hasil :

a. Kriteria 1 (Hasil)

b. Kriteria 2 (Hasil)

c. Dan seterusnya.

2) Metode Dokumentasi Berbasi Komputer

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu tertentu

Luaran Keperawatan Ekspetasi dengan kriteri hasil :

a. Kriteria 1 (Skor)

b. Kriteria 2 (Skor)

c. Dan seterusnya.

Komponen tindakan, yang dilakukan pada intervensi keperawatan

terdiri atas Observasi, Terapeutik , Edukasi dan Kolaborasi (Tim Pokja

Siki DPP PPNI, 2018)

Berikut Intervensi yang dapat dilakukan sesuai standar intervensi

keperawatan Indonesia (Tim Pokja Siki DPP PPNI, 2018), pada Ibu Post

Partum Primipara adalah:


33
 Intervensi Ibu :

1) Nyeri Akut (D.0077)

a. Tujuan umum : Setelah dilakukan intervensi keperawatan

selama waktu tertentu diharapkan tingkat nyeri menurun.

b. Kriteria hasil :

a) Pasien melaporkan keluhan nyeri berkurang

b) Keluhan nyeri meringis menurun

c) Pasien menunjukkan sikap protektif menurun.

d) Pasien tidak tampak gelisah.

c. Intervensi :

Manajemen Nyeri (I.08238)

a) Observasi

(1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

intensitas nyeri.

(2) Identifikasi skala nyeri.

(3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan

nyeri.

(4) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

(5) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan.

b) Terapeutik

(1) Berikan tehnik norfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri

(2) Fasilitasi istirahat dan tidur


34

c) Edukasi

(1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.

(2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

(3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

(4) Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengutangi nyeri.

d) Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Menyusui Tidak Efektif (D.0029)

a. Tujuan Umum : Setelah dilakuan intervensi keperawatan selama

waktu tertentu diharapkan status menyusui membaik.

b. Kriteria Hasil :

a) Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat.

b) Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar meningkat.

c) Pancaran ASI meningkat

d) Suplai ASI adekuat meningkat.

e) Pasien melaporkan payudara tidak bengkak

c. Intervensi :

Konseling Laktasi ( I.03093 )

a) Observasi

(1) Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses

menyusui.

(2) Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui.

(3) Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan

konseling menyusui.
35
b) Terapeutik

(1) Gunakan tehnik mendengar aktif.

(2) Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar.

c) Edukasi

Ajarkan tehnik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu.

3) Gangguan Pola Tidur (D.0055)

a. Tujuan Umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola

tidur meningkat.

b. Kriteria hasil :

a) Gelisah menurun

b) Keluhan sulit tidur menurun

c) Pola tidur membaik

c. Intervensi :

Manajemen Nyeri (I.08238)

a) Observasi

(1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

intensitas nyeri.

(2) Identifikasi skala nyeri.

(3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan

nyeri.

(4) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

(5) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan.
36

b) Terapeutik

(1) Berikan tehnik norfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri

(2) Fasilitasi istirahat dan tidur

c) Edukasi

(5) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.

(6) Jelaskan strategi meredakan nyeri

(7) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.

(8) Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengutangi nyeri.

d) Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

4) Defisit Pengetahuan ( D.0111 )

a. Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan tingkat pengetahuan meningkat

b. Kriteria hasil :

a) perilaku sesuai anjuran meningkat

b) verbalisasi minat dalam belajar meningkat

c) kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik

meningkat

d) kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya

yang sesuai dengan topik meningkat

e) perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat

f) pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun


37
g) persepsi yang keliru terhadap masalah menurun

h) menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun

i) perilaku membaik

c. Intervensi :

Edukasi Kesehatan (I.12383)

a) Observasi

(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima

informasi

(2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

b) Terapeutik

(1) Sediakan materi dan medla pendidikan kesehatan

(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sosial kesepakatan

(3) Berikan kesempatan untuk bertanya

c) Edukasi

(1) Jekaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi

kesehatan

(2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

(3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk

meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

5) Resiko Infeksi (D.0142)

a. Tujuan Umum : Setelah dilakukan intrevensi keperawatan

selama waktu tertentu diharapkan tingkat infeksi menurun.


38

b. Kriteria Hasil

a) Tidak ada tandan –tanda infeksi ( Demam, Nyeri, Kemerahan

dan Bengkak).

b) Kadar sel darah putih membaik.


c. Intervensi

Pencegahan Infeksi ( I.14539 )

a) Observasi

Monitor tanda dan gejalan infeksi lokal dan sistemik.

b) Terapeutik

(1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

dan lingkungan pasien.

(2) Pertahankan tehnik aseptik pada psien beresiko tinggi.

c) Edukasi

(1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

(2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.

(3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka.

(4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.

6) Resiko Gangguan Perlekatan (D.0127)

a. Tujuan Umum : Setelah dilakukan intervensi keperawatan

selama waktu tertentu diharapkan kemampuan berinteraksi ibu

dan bayi meningkat.

b. Kriteria Hasil

a) Pasien menunjukkan peningkatan verbalisasi perasaan positif

terhadap bayi.
39

b) Pasien menunjukkan peningkatan perilaku mencium bayi,

tersenyum pada bayi, melakukan kontak mata dengan bayi,

berbicara dengan bayi, berbicara kepada bayi serta berespon

dengan isyarat bayi.

c) Pasien menunjukkan peningkatan dalam menggendong

bayinya untuk menyusui.

c. Intervensi :

Promosi Perlekatan ( I.10342 )

a) Observasi

(1) Monitor kegiatan menyusui.

(2) Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan menelan

ASI.

(3) Identifikasi payudara ibu.

(4) Monitor perlekatan saat menyusui

b) Terapeutik

Diskusikan dengan ibu masalah selama proses menyusui.

c) Edukasi

(1) Ajarkan ibu menopang seluruh tubuh bayi.

(2) Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar bayi

dapat menyentuh payudara ibu.

(3) Ajarkan ibu agar bayi yang mendekati kearah payudara

ibu dari bagian bawah.

(4) Anjurkan ibu untuk memegang payudara menggunakan

jarinya sepertu huruf “ C”.


(5) Anjurkan ibu untuk menyusui pada saat mulut bayi

terbuka lebar sehingga areola dapat masuk dengan

sempurna.

(6) Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap menyusui.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter, 2011)

Komponen tahap implementasi :

a) Tindakan keperawatan mandiri.

b) Tindakan Keperawatan edukatif.

c) Tindakan keperawatan kolaboratif.

d) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap

asuhan keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan

yang telah dilakukan (Bararah, 2013).


DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, W. (2018). Aplikasi Teori Ramona T Mercer : Maternal Role Attainment –


Becoming a Mother. 1–21. https://id.scribd.com/document/396538941/Aplikasi-
Ramona-t-Mercer
Arma, N. (2015). Bahan Ajar Obstetri Fisiologi. https://books.google.co.id/books?
id=Gwo2DwAAQBAJ&lpg=PR1&dq=asu han keperawatan antenatal intranatal
dan bayi baru lahir fisiologis dan
patologis&hl=id&pg=PR5#v=onepage&q&f=false
Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional. Prestasi Pustaka.
Bobak. (2010). Konsep Post Partum.
Fatimah. (2017). BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN. Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah. https://doi.org/10.1111/j.1467-
8683.2009.00753.x
Heryani, R. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Ibu Menyusui. CV.
Trans Info Media.
Kenneth. (2003). Obstetri Williams. ttps://books.google.co.id/books?id=mPwa0ARtMtIC
&lpg=PA892&dq=Obs tetri Williams Edisi 1.&hl=id&pg=PR4#v=onepage&q
=primipara &f=false
Manuaba, I. B. G. F. (2012). Pengantar Kuliah Obstetri. Kedokteran EGC.
Pitriani, R. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal (Askeb III).
Potter, P. (2011). Fundamental Keperawatan (ECG).
Prahardani, R. F. (2019). Characteristics of Pregnant Women with Premature Rupture of
the Membranes at Assalam Hospital, Gemolong, Sragen. Jurnal Biometrika Dan
Kependudukan, 8(1), 93. https://doi.org/10.20473/jbk.v8i1.2019.87-93
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Tim
Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Edisi 1). DPP PPNI.
Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=cBKfDwAAQBAJ&oi=fnd
&pg=PR5&dq=asuhan+keperawatan+postpartum&ots=vKhhFotwZ-
&sig=lmN6U17mGyGTN0dkUGag6VtBcUQ&redir_esc=y#v=onepage&q=asuhan
keperawatan postpartum&f=false
Wayan, N. (2017). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
WHO. (2019). Maternal Mortality. https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/maternal-mortality
Wiknjosastro. (2009). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai