Anda di halaman 1dari 20

ANALISI JURNAL KEPERAWATAN MATERNITAS

POST PARTUM DI RSUD PALEMBANG BARI

DISUSUN OLEH :
AYU YULIA
22221017

DOSEN PEMBIMBING : AYU DEKAWATI S.KEP.,NS.,M.KEP

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi
Post natal adalah selang waktu antara kelahiran bayi sampai dengan pulihnya
organ reproduksi seperti sebelum hamil. Periode ini sering disebut masa nifas
(puerperium), atau trimester keempat kehamilan, masa nifas biasanya berkisar antara 6
minngu atau lebih bervariasi antara ibu satu dengan ibu yang lainnya (Lowdermilk, Perry
dan Chasion, 2013).
Periode postnatal meliputi 24 jam pertama sejak lahir. Biasanya, pada akhhir
periode ini dikaitkan dengan pelaksanaan intervensi seperti promosi kontrasepsi dari
imunisasi bayi, meskipun bayi, meskipun beberapa metode kontrasepsi, seperti metode
menorealaktasi, IUD, vasektomi dan sterilisasi perempuan, harus didiskusikan bahkan
sebelum melahirkan, dan beberapa imunisasi, seperti terhadap hepatits B dan tuberculosis
(BCG), dapat diberikan saat lahir (WHO, 2010).
Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).

B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beebrapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
1. Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormon progesteron dan estrogen.
Fungsi progesteron sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingg timbul his bila progesteron tunu.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan kekejangan pembuluh
darah yang menimbulkan kontraksi rahim
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan otot-otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi utero-plasenta
4. Teori iritasi mekanik
Dibelakang servik terlihat ganglion revikal (fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini di
geser dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Hafifah, (2011) post natal ditandai oleh :
1. Sistem reproduksi
a. Uterus, ditandai dengan kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil
2. Keluarnya lochea
3. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi akan mengalami perubahan pada saat ibu mulai menyusui
4. Serviks
Setelah lahir serviks akan mengalami edema, bentuk distensi untuk beberapa hari,
struktur interna akan kembali setelah 2 minggu
5. Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu
6. Perinium
Akan terdapat robekan jika dilakukan episiotomi yan akan terjadi masa penyembuhan
selama 2 minggu
7. Payudara
Payudara akan membesar karena vaskularisasi dan engorgemen (bengkak karena
peningkatan prilaktin)

D. Anatomi Fisiologis
1. Anatomi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga pelvis
dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di perineum.
Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang
hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005 dan Pearce, 2006).
a. Struktur Eksterna
1) Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini
berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
2) Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk bulat
yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis
pubis.
3) Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak
dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan
di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya. Setelah melahirkan
anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada perineum, labia sedikit
terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
4) Labia Minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit yang
panjang, sempit, dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.
5) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di bawah
arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah
sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih
sensitif dari pada badannya.
6) Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
7) Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen.
8) Perineum

Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
b. Struktur Interna
1) Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan
ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua
fungsi ovarium adalah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi
hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung banyak ovum
primordial. Di antara interval selama masa usia subur ovarium juga
merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid dalam jumlah yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
2) Tuba Fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum
didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh
gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin
mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis tuba fallopi dan
fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada saat ovulasi.
3) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian,
fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba
fallopi, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum
uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan
korpus dengan serviks dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah
pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan. Dinding uterus
terdiri dari tiga lapisan :
a) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan indometrium
dengan miometrium.
b) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot
polos yang membentang ke tiga arah.
c) Peritonium perietalis, Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus
uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana
terdapat kandung kemih dan serviks..
4) Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap
stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama
selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil
dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks
steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi
vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahankan kebersihan relatif vagina.
2. Fisiologis Post Natal
a. Perubahan fisik pada post natal
Pada masa nifas dapat dijumpai tiga kejadian penting, yaitu: involusi uterus,
lochea, dan laktasi.
1) Involusi Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi
dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah
besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri
dari 3 lapis otot yang membentuk anyaman sehingga pembuluh darah
dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan post
partum. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami
proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir
kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram. Proses
proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan melalui urine.
Dengan penimbunan air saat hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah
persalinan, sehingga hasil pemecahan protein dapat dikeluarkan.
PROSES INVOLUSI UTERI
Involusi Tinggi Fundus Berat uterus
1 2 3
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari (1 Minggu) Pertengahan pusat simfisis 500 gram
14 hari (2 Minggu) Tak teraba 350 gram
42 hari (6 Minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 Minggu) Normal 20 gram

2) Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat
implantasi plasenta. (Hafifah, 2011)
Tahapnya :
a) Rubra (merah) : 1-3 hari
b) Sanguinolenta : warna merah kekuningan, berisi darah dan lendir
terjadi pada hari ke 3-7
c) Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi
pada hari ke 7-14 pasca persalinan
d) Lochea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu
pasca persalinan
e) Lochea purulenta : ini terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbai busuk
f) Lochiotosis : loche tidak lancar keluarnya
3) Laktasi
Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi sejak dari
kehamilan yaitu proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan
jaringan lemak bertambah keluaran cairan susu jolong dari duktus
laktiferus disebut colostrums berwarna kuning putih susu,
hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena
berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah persalinan pengaruh sekresi
estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone
laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Pengaruh
oksitosin menyebabkan mioefitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air
susu keluar. Pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir
disebut kolostrum warna kekuningan dan agak kental. Kolostrum kaya
akan protein immunoglobulin yang mengandung antibodi sehingga
menambah kekebalan anak terhadap penyakit dan laktoferin, ASI masa
transisi dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh, dan ASI
matur dihasilkan mulai hari kesepuluh.
b. Perubahan Psikososial pada Post Natal
1) Periode Taking In
Pada masa ini ibu pasif dan tergantung, energi difokuskan pada perubahan
tubuh, ibu sering mengulang kembali pengalaman persalinan. Nutrisi
tambahan mungkin diperlukan karena selera makan ibu meningkat.
Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.
2) Periode Taking Hold
Pada masa ini ibu menaruh perhatiannya pada kemampuannya untuk menjadi
orang tua yang berhasil dan menerima peningkatan tanggung jawab
terhadap bayinya, ibu berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru
lahir. Periode ini berlangsung 2-4 hari setelah melahirkan.
3) Periode Letting Go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah, ibu menerima tanggung
jawab untuk merawat bayi baru lahir, ibu harus beradaptasi terhadap
otonomi, kemandirian dan interaksi sosial.
E. Patofisiologi
Pada kasus post natal spontan akan terjadi perubahan fisiologis dan psikologis,
pada perubahan fisiologis terjadi proses involusi menyebabkan terjadi peningkatan
oksitosin, peningkatan kontraks uterus sehingga muncul masalah keperawatan nyeri akut,
dan perubahan pada vagina dan perinium terjadi ruptur jaringan trauma mekanis, personal
hyhine yang kurang baik, pembuluh darah rusak menyebabkan genetalia menjadi kotor
dan terjadi juga perdarahan sehingga muncul masalah keperawatan resiko infeksi.
Perubahan laktasi akan muncul struktur dan karakter payudara. Laktasi di pengaruhi oleh
hormon estrogen dan peningkatan prolaktin, sehingga terjadi pembentukan asi, tetapi
kadang terjadi juga aliran darah di payudara berurai dari uterus (involusi) dan retensi
darah di pembuluh payudara akan menjadi bengkak dan penyempitan pada duktus
intiverus. Sehingga asi tidak keluar dan muncul masalah keperawatan menyusui tidak
efektif. Pada perubahan psikologis akan muncul taking in, taking hold, letting go. Pada
perubahan taking in pasien akan membutuhkan perlindungan dan elayanan, ibu akan
cenderung berfokus pada diri sendiri dan lemas, sehingga muncul masalah keperawatan
gangguan pola tidur. Taking hold pasien akan belajar mengenai perawatan diri dan bayi,
akan cenderung butuh informasi karena mengalami perubahan kondisi tubuh sehingga
muncul masalah keperawatan kurang pengetahuan. Letting go, ibu akan mulai mengalami
perubahan peran sehingga akan muncul masalah keperwatan risiko perubahan peran
menjadi orang tua.
F. Patoflow

Prose Keluarnya hasil


Konsepsi melalui jalan lahir

Kala IV
(Setelah 2 jam post partum)

Setelah kala IV

Adaptasi Fisiologis Adaptasi psikologis

Penurunan komplikasi Taking In Taking Hold


hormo

Esterogen& pendarahan Kelahiran anak I Letting Go


Progesterone
Volume cairan
Gangguan Belum
Menstimulasi proses keluarga Pengalaman
Hipofisis Resiko Kurang
Volume cairan
Anterior&Posterio Kurang Informasi

Sekresi

Prolaktin oksitosin Kurangnya pengetahuan


tentang perawatan diri
pasca partum & BBL dan
Laktasi
perawtan payudara

Pengeluaran ASI
Tidak encer

Pembengkakan payudara

Nyeri Akut
G. Penatalaksanaan
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
f. Tes Diagnostik
1) Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
2) Urinalisis: Kadar Urin
g. Terapi
1) Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\
2) Memberikan antibiotik bila ada indikasi

H. Komplikasi
1. Endometritis (peradangan pada endometrium)
2. Post partum blues
3. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada
jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam persalinan
atau sesudah persalinan

I. Konsep Pengkajian Post Natal


Pengkajian menurut Doenges, 2011:
1. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama, pekerjaan suami, pendidikan
terakhir suami, dan alamat
2. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat penyakit
sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah, lamanya, keteraturan, dan
apakah mengalami dismenorhea), riwayat perkawinan, riwayat kehamilan dan
persalinan yang lalu, riwayat kehamilan sekarang (ANC).
3. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
a. Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
b. Tanggal/jam persalinan
c. Jenis kelamin bayi
d. Jumlah perdarahan
e. Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
f. Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
4. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah mengalami operasi atau
tidak
5. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
6. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau menular dari keluarga
7. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat. Kebersihan
8. Riwayat psikososial
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu
sebagai berikut:
a. Periode Taking In
1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
2) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi
yang baik.
3) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
4) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
5) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan
secara berulang-ulang
6) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang
untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
7) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan
kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.
b. Periode Taking Hold
1) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
2) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
3) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena
itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat
4) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya
5) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk
mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan
bagi diri dan bayinya
c. Periode Letting Go
1) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
2) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
3) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya
4) Keinginan untuk merawat bayi meningkat
5) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues
9. Pemeriksaan Fisik meliputi:
a. Status Obstetri
b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.
e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.
f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising usus.
g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang infus IVFD
atau tidak, akral dingin.
h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
i. Obat-obatan yang dikonsumsi
j. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Ny.Z berusia 28 tahun G3P2A1 pasca persalinan pervaginam lalu dirawat di RSUD
Palembang Bari dengan keluhan keram dan nyeri dibagian perut seperti ditusuk-tusuk
dengan skala nyeri 6 setiap 15 menit sekali. TD : 130/90, N : 80x/mENIT, RR :
20x/menit, T : 36,1C, payudara simetris kanan dan kiri areola hiperpigmentasi putting
menonjol, kolostrum (+) banyak mengeluarkan Asi. TFU 2 jari dibawah pusat lochea
rubra berwarna merah kehitaman dengan sisa-sisa plasenta. Tidak ada varises vagina,
pemeriksaan penunjang Eritrosit 4,85 juta/uL, leukosit 16,6 juta/uL, tombosit 255 ribu/
mm3, Hematokrit 57%.

2. Pengaruh relaksasi genggam jari terhadap nyeri luka perineum pada ibu post
partum ?
BAB III
ANALISIS JURNAL

1. Nama penulis jurnal : Febry Mutiarami Dahlan, Risza Chirunissa, Dewi Sri Yulianti
2. Tujuan penelitian : Tujuan penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh
relaksasi genggam jari terhadap nyeri luka perineum ibu post partum pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol di PMB Rita Marningsih Bekasi
3. Tempat penelitian : PMB Rita Marningsih Bekasi
4. Metode dan desaign : quasi-experiment ini menggunakan rancangan pre and post
test with control group desaign
5. Pico
P : ibu
I : pengaruh genggam jari
C:
O : menurunkan rasa nyeri luka perinium
6. Searching literature (journal) : setelah dilakukan searching Literature jurnal di
google scholar dan didapatkan hasil 5.832 jurnal yang terkait dan dipilih jurnal dengan judul
“ pengaruh relaksasi genggam jari terhadap nyeri luka perineum ibu post partum “ dengan
alasan :
a. Jurnal tersebut sesuai dengan kasus
b. Jurnal tersebut up to date
7. Via
A. Validity
a) Desain : quasi-experiment ini menggunakan rancangan pre and post test with
control group desaign
b) Sampel : populasi penelitian ini adalah ibu post partum dengan luka perineum
sebanyak 30 orang. Kelompok eksperimen 15 orang dan kelompok kontrol 15
orang.
B. Importance dalam hasil
a) Karakteristik subjek : pengaruh relaksasi genggam jari terhadap nyeri luka
perineum pada ibu post partum
b) Beda proporsi : Dari hasil uji yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
skala nyeri luka perineum pada saat pretest dan posttest pada kelompok
eksperimen terdapat perbedaan dengan p value 0.000 (p<0.05). Menggenggam
jari sambil menarik nafas dalam-dalam dapat mengurangi bahkan
menyembuhkan ketegangan fisik atau emosi, teknik relaksasi genggam jari ini
nantinya akan dapat menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energy
pada meridian (jalan energy dalam tubuh) yang terletak pada jari-jari tangan,
sehingga nantinya mampu memberikan sebuah efek rangsangan secara spontan
pada saat dilakukan genggaman, kemudian rangsangan tersebut nantinya akan
mengalir menuju ke otak, kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ tubuh yang
mengalami gangguan, sehingga diharapkan sumbatan dijalur energy menjadi
lancar dan rasa nyeri menjadi berkurang (Indrawati, 2017). Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Ma’rifah dengan 30 responden bahwa ada perbedaan yang
signifikan skala nyeri sebelum dan sesudah pada kelompok eksperimen dengan
nila p value sebesar 0.001 (p<0.05).
Relaksasi berperan dalam penurunan rasa nyeri, karena dengan
dilakukan relaksasi rasa cemas, khawatir, serta takut yang membuat otot-otot
menegang pada ibu post partum setelah melahirkan akan relax dan berkurang
sehingga rasa nyeri yang mereka alami akan berkurang atau tidak akan
dirasakan lagi.
c) Beda mean : Berdasarkan hasil penelitian, yang telah dilakukan pada ibu post
partum di PMB Rita Marningsih, didapatkan bahwa distribusi frekuensi
terbanyak berdasarkan usia dan paritas dari 30 responden yang diteliti
berdasarkan usia pada kelompok eksperimen adalah 20-25 dan 31-35 (33,3%),
sedangkan pada kelompok kontrol usia terbanyak adalah 26-30 (60,0%),
kemudian distribusi frekuensi terbanyak berdasarkan paritas pada kelompok
eksperimen dan kontrol adalah kehamilan ke 2 sebanyak 5 orang (33,3%) dan 6
orang (40,0%). Diketahui bahwa hasil pretest pada kelompok eksperimen yang
mengalami nyeri sedang 9 orang (60%), setelah dilakukan intervensi menjadi
nyeri ringan 10 orang (66,7%) dan tidak nyeri 5 orang (33,3%), sedangkan pada
pretest kelompok kontrol sebagian besar nyeri sedang 9 orang (60%), setelah
dilakukan posttest (tanpa intervensi) nyeri sedang 7 orang (46,7%), nyeri ringan
7 orang (46,7%).
C. Applicabilty
a. Dalam diskusi : Dari hasil uji yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
skala nyeri luka perineum pada saat pretest dan posttest pada kelompok kontrol
tidak terdapat perbedaan dengan nilai p value 0.083 (p>0.05). Pada kelompok
kontrol tidak terjadi penurunan skala nyeri karena tidak diberikan relaksasi
genggam jari. Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri diantaranya :
lingkungan, umur, kelelahan, riwayat nyeri sebelumnya, kebersamaan,
kepercayaan, budaya, pemecahan masalah pribadi, dan tersedianya orang-orang
yang memberi dukungan (Prihardjo, 2012). Nyeri dapat bertambah berat
dengan adanya rangsangan dari lingkungan yang berlebihan. Misalnya:
kebisingan, cahaya yang terlalu terang dan kesendirian. Kelelahan juga bisa
menyebabkan nyeri itu meningkat sehingga banyak orang yang kelelahan
kemudian tidur agar lebih tenang. Berdasarkan penelitian Evrianasari ratarata
nyeri setelahintervensi sebesar 6.30, rata-rata nyeri setelah intervensi sebesar
4.25. dengan nilai p value 0.000 (p<0.05) sehingga terdapat perbedaan apabila
dilakukan relaksasi. Kelompok kontrol tidak ada perbedaan skala nyeri sebelum
dan sesudahnya karena pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi
manajemen nyeri yaitu relaksasi, dimana relaksasi dapat menurunkan
ketegangan fisiologis membuat pasien mampu mengontrol diri mereka saat
merasa nyeri, stress fisik dan ketidaknyamanan saat setelah melahirkan.
b. Karakteristik klien : pengaruh relaksasi genggam jari terhadap nyeri luka
perineum ibu post partum
c. Fasilitas biaya : tidak dicantumkan jumlah biaya yang digunakan
d. Diskusi ( membandingkan jurnal dan kasus ) :Berdasarkan hasil penelitian
yang telahdilakukan, dapat disimpulkan sebagian besar skala nyeri pretest pada
kelompok eksperimen adalah nyeri sedang yaitu 9 orang (60%), setelah
dilakukan intervensi menjadi nyeri ringan 10 orang (66,7%) dan tidak nyeri 5
orang (33,3%), sedangkan pretest pada kelompok kontrol sebagian besar
terdapat nyeri sedang 9 orang (60%), setelah dilakukan posttest (tanpa
intervensi) didapatkan hasil responden yang masih mengalami nyeri sedang
adalah 7 orang (46,7%) dan nyeri ringan 7 orang (46,7%). Ada perbedaan skala
nyeri luka perineum pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dengan
nilai p value 0.000 (p<0.05).
Tidak terdapat perbedaan skala nyeri luka perineum pretest dan posttest pada
kelompok kontrol dengan nilai p value 0.083 (p>0.05). dan Ada pengaruh yang
signifikan pada skala nyeri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
sesudah diberikan relaksasi genggam jari dan sesudah (tanpa intervensi) dengan
nilai p value 0.000 (p<0.05).
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan uji Mann-whitney yang sudah dilakukan didapatkan nilai p value yaitu
0.000 (p<0.05) yang artinya ada pengaruh relaksasi genggam jari terhadap skala nyeri
lukaperineum ibu postpartum. Hasil tersebut menunjukan bahwa relaksasi mempengaruhi
penurunan nyeri. Relaksasi adalah kebebasan fisik dan mental dari stress dan juga
ketegangan individu, karena menjadikan persepsi kognitif serta motivasi afektif seseorang
berubah. Teknik relaksasi dapat membuat pasien mampu mengontrol diri mereka saat merasa
nyeri, stress fisik dan ketidaknyamanan (Potter & Perry, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L. (2010). Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC


Cashion, Perry, Lowdermilk. (2013). Keperawatan Maternitas Edisi 8. Singapore: Elsevier Morby.
Doenges, M.E. dan Moorhouse M.F. 2011. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II. Jakarta: EGC.
Evelyn C, Pearce. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. Dimuat dalam
http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-pendahuluan-pada-
pasien-dengan.htmL (Diakses tanggal 03 Oktober 2021)
Nurarifin Amin Huda & Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta : Mediaction
Publishing
Saleha. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Wiknjosastro. (2010). Ilmu Kebidanan Edisi ke Tiga. Jakarta: YBP-SP.

Anda mungkin juga menyukai