Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS JURNAL

PIJAT KAKI DALAM MENURUNKAN NYERI SETELAH OPERASI


SECTIO CAESAR PADA IBU NIFAS

Oleh
BAYU YUDHA SAMUDRA
NIM: 22221019

Dosen Pembimbing: Ayu Dekawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Konsep Teori Postpartum


1. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Mansjoer, A dkk, 2001). Akan
tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada
kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007). Masa nifas adalah
periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat-alat
reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara, 2005).

2. Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara
pasti atau jelas terdapat beberapa teori menurut Rustam Mochtar (2012),
antara lain :
a. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan ketentraman otot rahim
b. Penurunan kadar progesterone
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul
kontraksi otot rahim.
c. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim
makin rentan.
d. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama
dan biasa.
e. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan.

3. Perubahan Masa Nifas


Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat
fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
a. Perubahan fisik
1) Involusi uterus
Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir
uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi
otot-ototnya. Tinggi TFU pada hari pertama setinggi pusat, pada
hari kedua 1 jari di bawah pusat, pada hari ketiga 2 jari dibawah
pusat, pada hari keempat 2 jari di atas simpisis, pada hari ke tujuh 1
jari di atas simpisis, pada hari ke sepuluh setinggi simpisis (Reeder,
2012).
2) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan
masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3
jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
3) After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules) disebabkan
koktraksi rahim biasanya berlangsung 3–4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila
terlalu mengganggu analgesik.
4) Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui
vagina dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih
banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam
keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah
dan warnanya yaitu lochea rubra berwarna merah dan hitam terdiri
dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium,
sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
a) Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo, mekonium.
Selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir, hari 3 – 7 pasca persalinan.
c) Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi.
Pada hari ke 2–4 pasca persalinan.
d) Lochea alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah,
berbau busuk.
f) Lacheostatis : lochea tidak lancar keluarnya (Chunningham, et
al 2006).
5) Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang
begitu lama, biasanyaakan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia
dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi
lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang
uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya
dengan latihan-latihan pasca persalinan.
6) Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasipenambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma
menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada
24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu
mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan
vaskularisasi jaringan selama kehamilan .
7) Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi
dari volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis.
Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama
8) System Hormonal
a) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan
bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala
tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta.
Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui
bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin dimana
keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan
pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG,
estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun
cepat, keadaan inimenyebabkan perubahan fisiologis pada ibu
nifas.
b) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi
oleh glandulahipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara
dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui
kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium
ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun
pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini
mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofiseanterior untuk
bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran
estrogen danprogesteron dalam kadar normal, perkembangan
normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.
c) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan
pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan
pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi
yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makananbagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron
merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron
merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini
mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan
bebas dapat merangsang laktasi. Lobus prosterior hypofise
mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh
rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini
menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
9) Tanda – tanda vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi
38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan
perubahan hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang
menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan
adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post
partum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan
endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-lain
(Ambarwati, et al 2010).

b. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
1) Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa
ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi.
Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak
memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
2) Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu
berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha
untuk menguasai keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang
air kecil atau buang air besar.
3) Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu
mengambil tanggung jawab terhadap bayi (Chunningham, et al
2006).

4. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala
pendahuluan (preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda
sebagai berikut :
a. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggulterutama pada primigravida pada multipara tidak
begitu kentara.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih
tertekanoleh bagian terbawa janin.
d. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari
uterus, kadang disebut “false labor pains”.
e. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan
bisabercampur darah (bloody shoe).

5. Komplikasi
a. Komplikasi Perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih
dari 500-600 ccdalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir.
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi
lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan
komplikasi perdarahan post partum :
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri
2) Retensi Plasenta
3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban
4) Trauma jalan lahir
5) Penyakit darah : Kelainan pembekuan darah misalnya
afibrinogenemia/hipofibrinogenemia.

b. Komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya
mikroorganisme dalamtubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh
terhadapnya. Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah
melahirkan) ialah infeksi klinispada saluran genital yang terjadi dalam
28 hari setelah abortus atau persalinan (Bobak,2004).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh
pada saatberlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban
pecah sebelum maupun saatpersalinan berlangsung sehingga menjadi
jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewatrahim. Jalan masuk
lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat
yangtidak steril digunakan pada saat proses persalinan (Bobak, 2004).
c. Komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues
atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek
ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan
atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk padahari ketiga
sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua
minggu pasca persalinan (Bobak, 2005) .
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana
hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si
bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Etiologi atau penyebab pasti
terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun,
banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum
blues, antara lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar
estrogen, progesteron,prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar
estrogen setelah melahirkan sangatberpengaruh pada gangguan
emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi
aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang
bekerjamenginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan
dalam perubahan mooddan kejadian depresi.
2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status
perkawinan,kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan
kejiwaan sebelumnya, sosialekonomi serta keadekuatan dukungan
sosial dari lingkungannya (suami, keluarga danteman).
5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

6. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksternaakan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yangterakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-
kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang adaantara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahansetelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera postpartum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpusuteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometriumialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada haripertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu
mempunyai permukaan yang kasarakibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragmapalvis
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin
lahirberangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
7. Pathway
Postpartum spontan

Adaptasi Fisiologi Adapatasi Psikologi

Proses involusi Vagina dan perineum Laktasi Taking in Taking hold Letting go
(ketergantungan) (ketergantungan mandiri) (kemandirian)
Oksitosin personal hygiene pembuluh darah struktur dan karakter
Kontraksi uterus kurang baik rusak payudara ibu butuh belajar mengenai Resiko Perubahan
perlindungan dan perawatan diri dan peran menjadi
Nyeri Genetalia kotor pendarahan hormon estrogen pelayanan bayi orang tua

Resiko terjadi resiko kekurangan prolaktin berfokus pada diri butuh informasi
infeksi volume cairan sendiri dan lemas
Pembentukan ASI kurang pengetahuan
Gangguan pola tidur
Penyempitan pada duktus intiverus

ASI tidak keluar

Menyusui tidak efektif


8. Penatalaksanaan
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan
miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar danperawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi
pada masa nifas,pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
c. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
d. Riwayat Persalinan
1) Tempat persalinan
2) Normal atau terdapat komplikasi
3) Keadaan bayi
4) Keadaan ibu
e. Riwayat Nifas Yang Lalu
1) Pengeluaran ASI lancar / tidak
2) BB bayi
3) Riwayat ber KB / tidak
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien
2) Abdomen
3) Saluran cerna
4) Alat kemih
5) Lochea
6) Vagina
7) Perinium dan rectum
8) Ekstremitas
9) Kemampuan perawatan diri
g. Pemeriksaan psikososial
1) Respon dan persepsi keluarga
2) Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema /
pembesaran jaringan ataudistensi efek-efek hormonal
b. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, karakteristik payudara
c. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung
kemih, perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunansistemkekebalan tubuh.
e. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangancairan berlebih (perdarahan).

3. Rencana Keperawatan
N DIAGNOSA NOC NIC
O KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. Kaji ulang skala
berhubungan dengan keperawatan selama 2 x nyeri
trauma mekanis, 24 jam, diharapkan nyeri 2. Anjurkan ibu agar
edema / pembesaran ibu berkurang kriteria menggunakan
jaringan atau distensi hasil : teknik relaksasi
efek– efek hormonal - Skala nyeri 0-1 dan distraksi
- Ibu mengatakan rasanyeri
nyerinya berkurang 3. Motivasi untuk
sampai hilang mobilisasi sesuai
- Tidak merasa nyeri indikasi
saat mobilisasi 4. Berikan kompres
- Tanda vital dalam hangat
batas normal. 5. Kolaborasi
pemberian
analgetik
2 Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji ulang tingkat
menyusui keperawatan selama pengetahuan
berhubungan dengan 1x24 jam, diharapkan danpengalaman
tingkat pengetahuan, ibu dapat mencapai ibu tentang
karakteristik kepuasan menyusui menyusui
payudara. dengan kriteria hasil : sebelumnya.
- Proses situasi 2. Demonstransikan
menyusui dan tinjau ulang
- Bayi mendapat teknik menyusui
ASI yang cukup. 3. Anjurkan ibu
mengeringkan
puting setelah
menyusui.
3 Gangguan eliminasi Setelah diberikan asuhan 1. Kaji dan catat
BAK berhubungan keperawatan selama 2 x cairan masuk dan
dengan distensi 24 jam, diharapkan ibu keluar tiap 24 jam.
kandung kemih, tidak mengalami 2. Anjurkan
perubahan- gangguan eliminasi berkamih 6-8 jam
perubahan jumlah / (BAK) dengan kriteria postpartum.
frekuensi berkemih. hasil : 3. Berikan teknik
- Ibu dapat berkemih merangsang
sendiri dalam 6-8 berkemih seperti
jam post partum rendam duduk,
- Tidak merasa sakit alirkan air keran
saat BAK 4. Kolaborasi
- Jumlah urine 1,5-2 pemasangan
liter/hari. kateter
4 Resiko tinggi Setelah diberikan asuhan 1. Kaji lochea
terhadap infeksi keperawatan selama 2 x (warna, bau,
berhubungan dengan 24 jam, diharapkan jumlah) kontraksi
trauma jaringan, infeksi pada ibu tidak uterus dan kondisi
penurunan sistem terjadi dengan kriteria jahitan episiotomi.
kekebalan tubuh hasil : 2. Sarankan pada ibu
- Dapat agar mengganti
mendemonstrasikan pembalut tiap 4
teknik untuk jam
menurunkan resiko 3. Pantau tanda-tanda
infeksi vital.
- Tidak terdapat 4. Lakukan rendam
tanda-tandainfeksi. bokong.
5. Sarankan ibu
membersihkan
perineal dari depan
ke belakang
5 Resiko tinggi Setelah diberikan asuhan 1. Ajarkan ibu agar
terhadap kekurangan keperawatan selama 2 x massage sendiri
volume cairan 24 jam, diharapkan tidak fundus uteri
berhubungan dengan kekurangan volume 2. Pertahankan cairan
kehilangan cairan cairan dengan kriteria peroral 1,5-
berlebih(perdarahan) hasil : 2Liter/hari.
- Cairan masuk dan 3. Observasi
keluar seimbang perubahan suhu,
- Hb/Ht dalam batas nadi, tekanan
normal (12,0-16,0 darah
gr/dL) 4. Periksa ulang
kadar Hb/Ht
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kasus
Pada tanggal 31Oktober 2021 jam 22:00 WIB Ny. K datang ke rumah sakit
Palembang Bari dengan keluhan ketuban pecah dini. Saat dilakukan
pengkajian klien mengatakan ketuban pecah (merembes) pukul 18:00 WIB,
Klien mengatakan nyeri pada bagian abdomen, Usia kehamilan sudah
memasuki 37 minggu& saat ini klien memasuki kala 1, Saat dilakukan
pengkajian dokter menyarankan untuk Section Caesarea. Klien mengatakan
nyeri di abdomen seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, untuk riwayat
kehamilan ibu mengatkan G1P0A0, TTV TD: 120/80 mmHg, nadi: 82
x/menit, RR: 20x/menit., suhu: 36,5ᵒC. Pasien tampak menahan rasa sakitnya
dan tampak meringis, klien juga kesulitan untuk kekamar mandi dan
memerlukan bantuan, klien juga mengatakan sulit untuk bergerak miring
kanan dan kiri.

B. Pertanyaan Klinis
Adakah pengaruh pijat kaki dalam menurunkan nyeri setelah operasi sectio
caesarea pada ibu nifas ?
BAB III
ANALISIS JURNAL

1. Nama penulis jurnal:


Dewi Nurlaela Sari , Aay Rumhaeni.

2. Tujuan penelitian:
Untuk mengetahui pengaruh Pijat kaki terhadap nyeri pada klien post operasi
sectio caesarea.

3. Tempat Penelitian
RS AMC pada bulan Maret sampai Mei 2018

4. Metode dan Desain Penelitian


Jenis penelian adalah quasi experimental dengan pendekatan pre test dan post
test one group design.

5. PICO
P : Pasien ibu operasi post sactio casearea
I : Pengaruh pijat kaki dalam menurunkan nyeri setelah operasi sectio caesar
Pada ibu nifas
C : Tidak ada pembanding
O : Dapat menurunkan nyeri pada ibu post SC

6. SEARCHING LITERATURE ( JOURNAL )


Setelah dilakukan Searching Literature ( Journal ) di google scholar, di
dapatkan 156 journal yang terkait dan dipilih jurnal dengan judul “Pengaruh
pijat kaki dalam menurunkan nyeri setelah operasi sectio caesarea pada ibu
nifas”
Dengan alasan :
1). Jurnal tersebut sesuai dengan kasus
2). Jurnal tersebut up to date
7. VIA
Validity:
Desain : Jenis penelian adalah quasi experimental dengan pendekatan pre
test dan post test one group design. Intervensi (foot masaage) diwali
dengan pre test kemudian dilakukan pengukuran post test setelah
intervensi dilakukan.
Sampel: sampel yang digunakan berjumlah 27 orang dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Numeric Ra
Responden dilakukan Pijat kaki selama 20 menit selama 2 hari. Data di
analisis dengan menggunakan uji wilcoxon.
Importance dalam hasil
• Karakteristik subjek:
karakteristik responden (tk. Pendidikan, pekerjaan status ekonomi dll)
• Beda Proporsi
Didapatkan bahwa sebelum dilakukan intervensi skala nyeri yang
dirasakan oleh responden berada pada nyeri sedang dimana 3 orang
responden berada pada skala nyeri 4, 10 orang berada pada skala nyeri 5
dan 14 orang berada pada skala nyeri 6. Hasil penelian menunjukan bahwa
skala nyeri yang dirasakan oleh klien post operasi sectio caesarea hari
kedua berada direntang 4 - 6 yang tergolong kedalam nyeri sedang. Nyeri
sedang ini rasa nyeri yang menggangu, dak nyaman, merepotkan, dapat
melakukan sebagian akvitas dengan waktu israhat
• Beda Mean
Didapatkan bahwa sebelum dilakukan intervensi skala nyeri yang
dirasakan oleh responden berada pada nyeri sedang dimana 3 orang
responden berada pada skala nyeri 4, 10 orang berada pada skala nyeri 5
dan 14 orang berada pada skala nyeri 6. Hasil penelitian menunjukan
bahwa skala nyeri yang dirasakan oleh klien post operasi seco caesarea
hari kedua berada direntang 4 - 6 yang tergolong kedalam nyeri sedang.
Nyeri sedang ini rasa nyeri yang menggangu, dak nyaman, merepotkan,
dapat melakukan sebagian akvitas dengan waktu israhat.
8. Applicability
• Dalam diskusi
Didapatkan data bahwa skala nyeri yang dirasakan oleh responden berada
pada rentang dak nyeri sampai nyeri sedang, dimana 1 orang responden
berada pada skala nyeri 0, 6 orang berada pada skala nyeri 2, 10 orang berada
pada skala nyeri 3, 6 orang pada skala nyeri 4, dan 4 orang pada skala nyeri 5.
Penurunan skala nyeri pada klien setelah diberikan Pijat kaki sebagian besar
mengalami penurunan skala nyeri 2.
• Karakteristik klien : karakteristik responden (tk.. pendidikan, pekerjaan
usia dll) serta pengetahuan
• Fasilitas biaya : Tidak dicantumkan jumlah biaya yang digunakan

9. Diskusi (membandingkan jurnal dan kasus)


Didapatkan bahwa sebelum dilakukan intervensi skala nyeri yang dirasakan
oleh responden berada pada nyeri sedang dimana 3 orang responden berada
pada skala nyeri 4, 10 orang berada pada skala nyeri 5 dan 14 orang berada
pada skala nyeri 6. Hasil penelian menunjukan bahwa skala nyeri yang
dirasakan oleh klien post operasi seco caesarea hari kedua berada direntang 4
- 6 yang tergolong kedalam nyeri sedang. Nyeri sedang ini rasa nyeri yang
menggangu, dak nyaman, merepotkan, dapat melakukan sebagian akvitas
dengan waktu israhat (Aziato, Dedey, Marfo, Asmani, & Clamptey, 2015).
Tiap individu mempunyai ngkat nyeri yang berbeda-beda dikarenakan nyeri
merupakan sesuatu hal yang bersifat subjekf (Poer & Perry, 2010). Respon
individu terhadap nyeri yang dirasakan pun berbeda-beda sehingga perlu
dilakukan eksplorasi untuk menentukan nilai nyeri tersebut. Perbedaan skala
nyeri yang dipersepsikan oleh seseorang disebabkan oleh kemampuan sikap
individu dalam merespon dan mempersepsikan nyeri yang dialami.
Kemampuan mempersepsikan nyeri dipengaruhi oleh beberapa faktor dan
berbeda diantara individu. Faktor yang mempengaruhi persepsi sesorang
terhadap nyeri adalah faktor fisiologis yang terdiri dari faktor usia, kelelahan,
faktor genek, fungsi neurologis dan faktor sosial yang terdiri dari faktor
perhaan, pengalaman sebelumnya, dukungan keluarga dan faktor psikologis
yang terdiri dari faktor kecemasan, dan pola koping, serta faktor budaya (Poer
& Perry, 2010). Persepsi yang berbeda-beda dikarenakan adanya perbedaan
usia, dan pengalaman seco caesarea sebelumnya, banyaknya yang mengalami
nyeri seco caesarea dengan skala nggi dikarenakan usia ibu banyak dengan
usia 26-35 tahun, pada usia tersebut maka termasuk dewasa awal sehingga
lebih mempersepsikan dalam rasa nyeri dan dengan adanya pengalaman seco
caesarea, hal ini dikarenakan masih traumanya ibu pada bekas luka seco
caesarea sehingga ibu mengalami nyeri lebih terasa dibandingkan seco
caesarea sebelumnya. Sesudah dilakukan intervensi pada Tabel 3 didapatkan
data bahwa skala nyeri yang dirasakan oleh responden berada pada rentang
dak nyeri sampai nyeri sedang, dimana 1 orang responden berada pada skala
nyeri 0, 6 orang berada pada skala nyeri 2, 10 orang berada pada skala nyeri
3, 6 orang pada skala nyeri 4, dan 4 orang pada skala nyeri 5. Penurunan
skala nyeri pada klien setelah diberikan Pijat kaki sebagian besar mengalami
penurunan skala nyeri 2.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dapat diambil simpulan bahwa Pijat kaki dapat


menurunkan ngkat nyeri pada ibu nifas dengan sectio caesarea. Pijat kaki
merupakan terapi non komplementer yang dapat dikembangkan sebagai asuhan
penanganan nyeri pada ibu post partum post SC.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati E,R, Diah, 2010. Asuhan Keperawatan Nifas. Yogyakarta: Nuha


Medika.
Bobak. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Mansjoer Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
NANDA, 2020. Buku Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
R. Straight, Barbara. 2005. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir Edisi 3. Alih
Bahasa: Maria A. Wijayarini. Jakarta: Salemba Medika.
Reeder, Martin, S.J. 2012. Keperawatan Maternitas Keseharan Wanita, Bayi dan
Keluarga Edisi 18. Jakarta: EGC.
Sari Dewi Nurlaela & Aay Rumhaeni, 2020. Pijat Kaki dalam Menurunkan Nyeri
Setelah Operasi Sectio Caesar pada Ibu Nifas. Jurnal Kesehatan Koomunitas.
KESKOM. 2020;6(2) : 164-170

Anda mungkin juga menyukai