Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM
DI RUMAH SAKIT IBNU SINA PADANG

OLEH :

INDAH MAYANG SARI, S.Kep

2114901018

(Pembimbing Akademik ) ( Pembimbing Klinik)

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES ALIFAH PADANG


A. DEFISINI
Post partum adalah masa pulih kembali seperti pra hamil yang di mulai
setelah partus selesai sampai kelahiran plasenta dan berakhir ketika organ
kandungan pulih kembali seperti semula. Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2
jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
Puerperium yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi,
puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Sekitar
50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama post partum sehingga pelayanan
pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Rini, 2016).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di
perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat
rangsang hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2010).
1. Stuktur eksterna
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata
ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran panjang,
mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang dibatasi
perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis
pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan ditumbuhi rambut
berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons berperan dalam
sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.
c. Labia mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi
lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis. Keduanya
memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia minora, berakhir di
perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi labia minora, meatus
urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum pernah melahirkan anak
pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi
stuktur-struktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah bawah dari
bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia
berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila
ada stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia minora juga
melumasi vulva. Suplai saraf yang sangat banyak membuat labia minora sensitif,
sehingga meningkatkan fungsi erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat adalah
sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan lebih sensitif
dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan
klitoris membesar.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia.
Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora,
masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.

2. Struktur interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba
falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita
normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa
usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi
wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke
arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan berdiameter
0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di sepanjang
tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot.
Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites
peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah pada
saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak
mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila
di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus yang
merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus yang
merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni
bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan
dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus
adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan
persalinan.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu lapisan
membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan padat,
lapisan tengah jaringan ikat yang berongga,dan lapisan dalam padat
yang menghubungkan indometrium dengan miometrium.
2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan luar
miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini
sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3) Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat
permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan
serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu
membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi
seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat terhadap stimulai
esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal terutama selama siklus
menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina
dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina
berasal dari traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi
antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH
nik diatas lima, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari
vagina mempertahankan kebersihan relatif vagina.

C. ETIOLOGI

Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.
1. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan untuk multigravida 8 jam. (Manuaba, 2010; hal. 173).
Kala I dibagi menjadi 2 fase yaitu :
1) Fase laten berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lamban sampai
servik membuka sampai 3 cm
2) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan cm menjadi 5 cm.
b) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung cepat
dari 5 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali dalam 2 jam pembukaan
9 cm menuju lengkap (10 cm).
b. Kala II
Kala II dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir sampai bayi lahir. Kala II disebut juga kala pengeluaran bayi. (JNPK-KR
Depkes RI, 2008; hal. 77).
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida (Yeyeh, 2009; hal. 6)
c. Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Saifuddin, 2008; hal. 101)
Menurut JNPK-KR Depkes RI (2008; hal. 96) tanda- tanda lepasnya
plasenta yaitu adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang,
semburan darah mendadak dan singkat.
d. Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post
partum. (Saifuddin, 2008; hal. 101)
Observasi yang harus dilakukan adalah :
1) Tingkat kesadaran
2) Tanda-tanda vital
3) Kontraksi uterus
4) Adanya perdarahan
5) Kandung kencing
2. Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2013, paritas adalah jumlah kehamilan yang
mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas
menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas
dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya ( Oxorn, 2013).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau
partus. Pada primipara robekan perineum hampir selalu terjadi dan tidak
jarang berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono, 2014).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan
sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus didukung untuk
meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin
mengejang (Jhonson, 2014). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih
efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2012).
b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2011).
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui
vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang
klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir
dan robekan pada perineum (Rayburn, 2011).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu
(Dorland, 2012).
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi
sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter
submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian
antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya
antara glabella dan bregma (Oxorn, 2013).

b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini
berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian
terendahnya adalah daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan
penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah adalah diameter
verticomentalis sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero posterior
kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2013).
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam
polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya
adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat
dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi bokong sempurna,
presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong
lutut (Oxorn, 2013).
c. Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan
dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang
dipasang di kepalanya ( Mansjoer,
2012).
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer, 2012). Komplikasi
yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur
uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post partum,
pecahnya varices vagina (Oxorn, 2013).
3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan
tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan
tubuh bayi tersebut (Syaifudin, 2012).
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat,
berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi
uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada keadaan yang sangat jarang
dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari
adanya proses persalinan yang sangat kuat (Cunningham, 2012).

D. KLASIFIKASI RUPTUR PERINEUM

Menurut buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (2012), derajat ruptur perineum
dapat dibagi menjadi empat derajat, yaitu :
1 Ruptur perineum derajat satu, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah:
a Vagina
1) Komisura posterior
2) Kulit perineum
2 Ruptur perineum derajat dua, dengan robekan yang mengalami robekan adalah :
a Mukosa Vagina
1) Komisura posterior
2) Kulit perineum
3) Otot perineum
3 Ruptur perineum derajat tiga, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah:
1) Sebagaimana ruptur derajat dua
2) Otot sfingter ani
4 Ruptur perineum derajat empat, dengan jaringan yang mengalami robekan adalah :
1) Sebagaimana ruptur derajat tiga
2) Dinding depan rectum

E. PATHOFISIOLOGI (PATWAY)
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat – alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur – angsung pulih kembali keadaan sebelum hamil. Perubahan
alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Disampng involusi terjadi
perubahan – perubahan penting lainnya yakni mekonsentrasi dan timbunya laktasi
yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap
kelenjar mamame.
Otot- otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh – pembuluh darah yang
ada antara otot – otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan – perubahan yang terdapat pada seviks ialah segera
post partum, bentuk serviks agak mengaga seperti corong, bentuk ini di sebabkan oleh
korpus uteri terbentuk semacam cincin . Perubahan yang terdapat pada endometrium
ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implamasi plasenta pada
hari pertama yang kira – kira setebal 2 – 5 mm itu mempunyai permukaan yang kusus
akibat pelepasan desidual dan selaput regenerasi endometrium terjadi dari sisa – sisa
sel desidua basalis sampai 2 sampai 3 minggu. Ligamen – ligamen dan diagfragma
pelbis seta fasia yang melenggang sewaktu kehamilan dan janin lahir berangsur
angsung membaik (Asis, 2015, hlm. 14-15 & Yuli, 2017, hlm. 466).
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda dan gejala pada masa nifas ( post partum) menurut Yuli ( 2017, hlm 460 –
465) yaitu :
a. Tanda – tanda vital
Suhu tubuh dalam 24 jam pertama > 38 ˚C. Jika sampai paa hari ke 10 >
38˚C hati hati adanya infeksi puerporalis, infeksi saluran kemih dll.
b. Involusio
Merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir
setalah bayi di lahirkan hingga mencapai kedaan sebelum hamil. Proses
involusi terjadi karena :
1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena  adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih
panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa
hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah
anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi
uterus yang tidak berguna.Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus
yang menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan :
a) Fundus Uteri
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras,
karena kontraksi   dan  retraksi otot-ototnya.
Tabel perubahan uterus setelah melahirkan menurut masa involusi

Diameter
Berat Keadaan
Involusi TFU Bekas Melekat
Uterus Cervix
Plasenta
Setelah plasenta Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik
lahir

1 minggu
Pertengahan 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2
pusat jari
2 minggu
symphisis 350 gr 5 cm
Tak teraba Dapat dimasuki
6 minggu 1 jari
Sebesar 50 gr 2,5 cm
hamil 2
8 minggu minggu
30 gr
Normal

b) Tempat Insersi Plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas
implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari
dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga
sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
c) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh
darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan
lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi
dalam masa nifas.
d) Perubahan cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat
dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh  1
jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix,
robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang  sangat diregang waktu
persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu
ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
e) Endometrium
Mengalami involusi daerah implantasi plasenta. Nekrosis
pembuluh darah terjadi 2 – 3 post partum.pada hari ke tuju terbentuk
lapisan basal dan pada 16 hari normal kembali.
f) Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea
rubra atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-
sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa,
lanugo dan mekonium.
1) Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban, sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
2) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan
3) Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah
berbau busuk.
6) Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
g) Clitoris
Kenceng dan tidak terlalu keras.
h) Vagina dan perineum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan
lama, tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada
wanita yang asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus
abnominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah
terdiri dari perineum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah dan
menonjol kalau berdiri atau mengejan.
i) Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang
begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia
dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi
lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.
j) Sistem kardiovaskular
Selama kehamilan secara normal volume darah  untuk
mengakomodasi   penambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan  diuresis yang menyebabkan  volume plasma
menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi pada 
24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran.
k) Sistem Urinaria
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi
dari volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis.
Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.
l) Sistem endokrin
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior
danbereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala
tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta.
Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi
oleh glandula  hipofise  anterior bereaksi pada alveolus payudara
dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar
prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada
wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14
sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH
disekresi kelenjar hipofise anterior  untuk bereaksi pada ovarium
yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam
kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan
menstruasi.
m) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran
air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan
yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu
yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya
dan ibunya sendiri.
n) Sistem pencernaan
Terjadi konstipasi akibat takut episiotomi rusak, penururnan
tonus abdoment kurang intake menjelang partus dan pengaruh
klisma.
o) Sistem muskloskeletal
1) Peningkatan ukuran uterus menyebabkan distasis rektus
abdominis
2) Sensasi ekstremitas bawah mengalami penururnan
3) Tromboplebitis terjadi aibat penururnan aktivitas dan
peningkatan protomblin
4) Edema terjadi pada periode post parm dini
2. Perubahan psikologis
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi  interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini
dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal
yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan
menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi. Sedangkan stres  emosional pada ibu nifas
kadang-kadang  dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah
tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yaitu :
a. Kondisi uterus : palpasi fundus, kontraksi TFU
b. Jumplah pendarahan : inspeksi perinium, laserasi, hematom
c. Pengeluaran loche
d. Kandung kemih : distensi bladder

G. KOMPLIKASI
1 Pembengkakan payudara
2 Mastitis (peradangan pada payudara)
3 Endometritis (peradangan pada endometrium)
4 Post partum blues
5 Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada
jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam
persalinan atau sesudah persalinan.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yaitu :
1) Penatalaksanaan medis
a) Pemeriksaan laboratorium darah lengkap ( hemoglobin, hematokrit, leukosit
).
b) Urinalisis : kadar urin
c) Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
d) Berikan antibiotik bila ada indikasi
2) Penatalaksanaan keperawatan
a) Mobilisasi dini
b) Rawat gabung
c) Pemeriksaan umum ( keluhan dan kesadaran)
d) Pemeriksaan khusus ( TTV, fundus uteri, payudara, lochea, luka jahitan
episiotomi).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2. Keluhan utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
3. Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.
4. Riwayat perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah perkawinan sah
atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?
5. Riwayat obstetri
a. Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG,
Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan
impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang
diperoleh.
b. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah
abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong
persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
c. Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam, keadaan
lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah
melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan
eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga.
d. Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his, pembukaan,
bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau
tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi
atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan
placenta, jumlah perdarahan.
e. Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan
induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau
tidak), apakah membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis kelamin
Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding
attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI
atau susu formula.
6. Riwayat KB&perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi
yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana
penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
7. Riwayat penyakit dahulu
8. Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang
dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut diderita sampai
saat ini atau kambuh berulang-ulang ?
9. Riwayat psikososial-kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan,
apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan
suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan
social dan pola komunikasi.
10. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah
diderita oleh keluarga.

11. Profil keluarga


Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah,
community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam
kegiatan masyarakat.
12. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan
ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi,.
2) Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman
yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang
atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum).

3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah


inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),Personal Hygiene : Pola
mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan
genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah.

4) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,


kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.

5) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
13. Sexual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus
atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan
melakukan seks, continuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan
dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka
episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3).
14. Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu
tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien
bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.
15. Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-tugas
perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus,
perubahan fungsi blass dan bowel.
16. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2) BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy,
suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3) Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
4) Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan,
nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening
diketiak.
5) Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal
utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus,
konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan
distensi blas.
6) Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina
(licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka
episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna,
jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr
alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7) Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.
17. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
2) Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1. Dx 1 : Nyeri akut b.d agent cidera fisik


Tujuan : setelah di lakukan tinfakan keperawatan selama 1 x 7 jam di harapakan
nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :
- Pasien mengetahui tanda – tanda dan penyebab nyeri
- Tanda – tanda vital dalam keadaan norma
- Dapat mengunakan tehnik non farmokologis untuk mengurangi nyeri
- Skala nyeri berkurang menjadi 2
Intervensi
a. Manajeman nyeri
1) Kaji secara kompersensif tanda tanda nyeri ( lokasi, onset, durasi,
frekuensi, kualitas, faktor pencentus).
2) Ajarkan tehnik non farmakologi ( relaksasi nafas dalam)
3) Tingkatkan istirahat
4) Observasi isyarat non verbal dalam merasakan nyeri
2. Dx 2: Risisko Infeksi
Tujuan : setelah di laukan tindakan keperawatan selam 1 x 7 jam di harapkan
dapat meningkatkan pertahanan tubuh
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi
- Tanda – tanda vital normal
- Tidak ada peningkatan leukosit
- Luka di daerah perinium tidak ada pus
Intervensi
a. Kontrol infeksi
1) Lakukan perawatan vulva dan perinium
2) Ajarkan klien untuk mengganti pembalut setiap kotor
3) Tingkatkan asupan nutrisi
4) Anjurkan istirahat
5) Ajarkan klien dan keluarga tetang mencegah infeksi
b. Proteksi Infeksi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi sitemik
2) Pertahankan tehnik aseptik
3. DX 3 :Gangguan eliminasi BAK b.d trauma perinium
Tujuan : setalah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapakan
eliminasi urine kembali normal
Kriteria hasil :
- Klien dapat BAK secara normal
- Klien tidak mengalami nyeri saat BAK
- Urine output normal
- Klien tidak takut untuk BAK
Intervensi :
a. Urinary Elimination Managemant (Manajeman eliminasi urin)
1) Monitor eliminasi urin termasuk frekuensi, konsentrasi, bau, volume, dan
warna
2) Ajarkan klien tanda dan gejlaa infeksi saluran kemih
3) Anjurkan klien banyak minum

4. Dx 4 : Risisko gangguan proses parenting b.d kurangnya pengetahuan tentang cara


merawat bayi
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
tida terjadi gangguan proses parenting.
Kriteria Hasil :
- Klien dapat dapat mengidentifikasi strategi untuk melindungi anak dari kelalaian
- Pengetahuan klien tetang cara perawatan bayi meningkat
- Klien dapat merawat bayi
Intervensi :
a. Family intergrity Promotion Childbayring
1) Cipkatakan hubungan salng percaya
2) Berikan dukungan verbal langkah demi langkah dengan tenang
3) Observasi situasi keluarga saat ini
4) Observasi hubungan pasangan terhadap kelahiran bayi
b. Family intergryti promotion
1) Jadi pendengar yang baik untuk anggota keluarga
2) Tentukan pemahaman klien mengenai penyebab sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz,Achmad,N.(2015).https://www.academia.edu20780577/asuhan_keperawatan_post_part
um_spontan, di akases tanggal 18 Juli 2017

Yuli, Reni. (2017). Buku ajar asuhan keperawatan maternitas amplikasi nanda nic noc.
Jakarta: CV Trans Infomedia

Maritalia D, 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika

Riskesdas.(2014).HasilRiskesdas2013.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/
Hasil%20Riskesdas%202013.pdf diperoleh tanggal 24 Juli 2017.

Kneale, Julia D. (2011). Keperawatan ortopedik dan trauma edisi kedua. Jakarta: EGC
Potter & Perry. (2010). Fundamental keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai