Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS TENTANG POST PARTUM DI RUANG PONED


PUKESMAS MARON

Disusun Oleh:
Faidatul Jannah
14901.08.21016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG
PAJARAKAN-PROBOLINGGO
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
TENTANG POST PARTUM DI RUANG PONED PUKESMAS MARON

Telah disahkan pada:


Hari :
Tanggal :

Probolinggo, .......April 2022


Mahasiswa

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

A. ANATAMI DAN FISIOLOGI


Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga
pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna, yang terletak di
perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat
rangsang hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2014).
1. Stuktur eksterna

a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di
atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons
berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.
c. Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia
minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi
labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan
di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap
daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin
menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal,
dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri,
dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar
luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah
bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara
bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan
medial labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang
sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan
labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang
sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi
erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat
di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan
lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans
dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma,
suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi
sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang
berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita.
Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat
sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di
dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah
di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.

2. Struktur interna

a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum
ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium
wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval
selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi
hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan,perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang
ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong
di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis
lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.
Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang
terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus
yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus
yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus,
yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks
dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi
uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan
dan persalinan. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1. Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan
padat, lapisan tengah jaringan ikatyang beronggamenghubungkan
indometrium dengan miometrium.
2. Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos
yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan
luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat
lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3. Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat
permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan
serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu
membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi
seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat
terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di
ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon
seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi
vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan
kebersihan relatif vagina
B. ADAPTASI FISIOLOGIS PADA POST PARTUM
Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah keluarnya
plasenta, kdar sirkulasi hormon HCG (human chorionic gonadotropin), human
plasental lactogen, estrogen dan progesteron menurun. Human plasental lactogen
akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 mingu
setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesteron hampir sama dengan kadar yang
ditemukan pada fase follikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7
hari. Penarikan polipeptida dan hormon steroid ini mengubah fungsi seluruh sistem
sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil (Walyani,
2017). Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa nifas menurut
Maritalia (2012) dan Walyani (2017) yaitu:
a. Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan berotot,
berbentuk seperti buah alpukat yang sedikit gepeng dan berukuran sebesar telur
ayam. Panjang uterus sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2, 5
cm. Letak uterus secara fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus terbagi dari 3
bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Menurut Walyani (2017)
uterus berangsur- angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil:
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan
berat uterus 750 gr.
3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat dengan
simpisis, berat uterus 500 gr.
4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan
berat uterus 350 gr.
5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50
gr.
Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran dan konsistensi antara lain:
1) Penentuan lokasi uterus
Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau dibawah
umbilikus dan apakah fundus berada digaris tengah abdomen/ bergeser ke
salah satu sisi.
2) Penentuan ukuran uterus
Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan
jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah.
3) Penentuan konsistensi uterus
Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus kerasa teraba sekeras batu dan uterus
lunak.
Gambar 1. Tinggi Fundus Uteri
b. Serviks
Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit
sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Serviks menghubungkan uterus dengan
saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dan uterus menuju saluran vagina
pada saat persalinan. Segera setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga
seperti corong. Hal ini disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan
serviks tidak berkontraksi. Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman
karena mengandung banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak. Segera
setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan pemeriksa.
Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1
minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari, setelah 6 minggu persalinan
serviks menutup.
c. Vagina
Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus dengan
tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain
dengan ukuran panjang ± 6, 5 cm dan ± 9 cm. Selama proses persalinan vagina
mengalami penekanan serta pereganganan yang sangat besar, terutama pada saat
melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, vagina tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur- angsur akan muncul
kembali. Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak dan jalan lahir dan
merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri dengan tubuh bagian luar,
vagina juga berfungsi sebagai saluran tempat dikeluarkannya sekret yang berasal
dari cavum uteri selama masa nifas yang disebut lochea. Karakteristik lochea
dalam masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Lochea rubra/ kruenta
Timbul pada hari 1- 2 postpartum, terdiri dari darah segar barcampur sisa-
sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, sisa- sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekoneum.
2) Lochea sanguinolenta
Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 postpartum, karakteristik
lochea sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.
3) Lochea serosa
Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu postpartum.
4) Lochea alba
5) Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih
(Walyani, 2017) Normalnya lochea agak berbau amis, kecuali bila terjadi
infeksi pada jalan lahir, baunya akan berubah menjadi berbau busuk.

Gambar 2. Warna Lochea


d. Vulva
Sama halnya dengan vagina, vulva juga mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa hari
pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap berada dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu vulva akan kembali kepada keadaan tidak hamil dan labia
menjadi lebih menonjol.
e. Payudara (mamae)
Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi estrogen dan progesteron menurun,
prolactin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat
dan menyebabkan pembengkakan vascular sementara. Air susu sata diproduksi
disimpan di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap oleh
bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi. ASI yang akan pertama
muncul pada awal nifas ASI adalah ASI yang berwarna kekuningan yang biasa
dikenal dengan sebutan kolostrum. Kolostrum telah terbentuk didalam tubuh ibu
pada usia kehamilan ± 12 minggu.
Perubahan payudara dapat meliputi:
1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon
prolactin setelah persalinan.
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke 2 atau
hari ke 3 setelah persalinan.
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
(Walyani, 2017).
f. Tanda- tanda vital
Perubahan tanda- tanda vital menurut Maritalia (2012) dan Walyani (2017)
antara lain:
1) Suhu tubuh
Setelah proses persalinan suhu tubuh dapat meningkat 0,5⁰ celcius dari
keadaan normal namun tidak lebih dari 38⁰ celcius. Setelah 12 jam persalinan
suhu tubuh akan kembali seperti keadaan semula.
2) Nadi
Setelah proses persalinan selesai frekuensi denyut nadi dapat sedikit lebih
lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.
3) Tekanan darah
Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan pada
saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses persalinan.
4) Pernafasan
Pada saat partus frekuensi pernapasan akan meningkat karena kebutuhan
oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu meneran/ mengejan dan
memepertahankan agar persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah
partus frekuensi pernafasan akan kembali normal.
g. Sistem peredaran darah (Kardiovaskuler)
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat segera setelah
melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban
jantung meningkat yang dapat diatasi denganhaemokonsentrasi sampai volume
darah kembali normal, dan pembulu darah kembali ke ukuran semula.
h. Sistem pencernaan
Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi (section caesarea) biasanya
membutuhkan waktu sekitar 1- 3 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu makan
dapat kembali normal. Ibu yang melahirkan secara spontan biasanya lebih cepat
lapar karena telah mengeluarkan energi yang begitu banyak pada saat proses
melahirkan. Buang air besar biasanya mengalami perubahan pada 1- 3 hari
postpartum, hal ini disebabkan terjadinya penurunan tonus otot selama proses
persalinan. Selain itu, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi dan
dehidrasi serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus/ perineum
setiap kali akan b.a.b juga mempengaruhi defekasi secara spontan. Faktor- faktor
tersebut sering menyebabkan timbulnya konstipasi pada ibu nifas dalam minggu
pertama. Kebiasaan defekasi yang teratur perlu dilatih kembali setelah tonus otot
kembali normal.
i. Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasine sfingter dan edema leher buli- buli sesudah bagian ini mengalami kompresi
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12- 36 jam sesudah melahirkan. Setelah
plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Uterus
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
j. Sistem integumen
Perubahan kulit selama kehamilan berupa hiperpigmentasi pada wajah, leher,
mamae, dinding perut dan beberapa lipatan sendri karena pengaruh hormon akan
menghilang selama masa nifas.
k. Sistem musculoskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4- 8 jam postpartum. Ambulasi dini sangat
membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
C. ADAPTASI PSIKOLOGIS PADA POST PARTUM
Adanya perasaan kehilangan sesuatu secara fisik sesudah melahirkan akan
menjurus pada suatu reaksi perasaan sedih. Kemurungan dan kesedihan dapat
semakin bertambah oleh karena ketidaknyamanan secara fisik, rasa letih setelah
proses persalinan, stress, kecemasan, adanya ketegangan dalam keluarga, kurang
istirahat karena harus melayani keluarga dan tamu yang berkunjung untuk melihat
bayi atau sikap petugas yang tidak ramah (Maritalia, 2012).
Minggu- minggu pertama masa nifas merupakan masa rentan bagi seorang
ibu. Pada saat yang sama, ibu baru (primipara) mungkin frustasi karena merasa tidak
kompeten dalam merawat bayi dan tidak mampu mengontrol situasi. Semua wanita
akan mengalami perubahan ini, namun penanganan atau mekanisme koping yang
dilakukan dari setiap wanita untuk mengatasinya pasti akan berbeda. Hal ini
dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga dimana wanita tersebut dibesarkan,
lingkungan, adat istiadat setempat, suku, bangsa, pendidikan serta pengalaman yang
didapat (Maritalia, 2012). Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu masa nifas
menurut Maritalia (2012) yaitu:
a. Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas
Pada primipara, menjadi orang tua merupakan pengalaman tersendiri
dan dapat menimbulkan stress apabila tidak ditangani dengan segera. Perubahan
peran dari wanita biasa menjadi seorang ibu memerlukan adaptasi sehingga ibu
dapat melakukan perannya dengan baik. Perubahan hormonal yang sangat cepat
setelah proses melahirkan juga ikut mempengaruhi keadaan emosi dan proses
adaptasi ibu pada masa nifas. Fase- fase yang akan dialami oleh ibu pada masa
nifas menurut Dewi (2012) antara lain adalah sebagai berikut:
1) Fase taking in
Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya
sendiri sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan
yang dialami ibu lebih disebabkan karena proses persalinan yang baru saja
dilaluinya. Rasa mules, nyeri pada jalan lahir, kurang tidur atau kelelahan,
merupakan hal yang sering dikeluhkan ibu. Pada fase ini, kebutuhan istirahat,
asupan nutrisi dan komunikasi yang baik harus dapat terpenuhi. Bila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, ibu dapat mengalami gangguan psikologis
berupa kekecewaan pada bayinya, ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan
fisik yang dialami, rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya dan
kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2) Fase taking hold
Fase taking hold merupakan fase yang berlangsung antara 3- 10 hari
setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga
mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik,
dukungan dan pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang
perawatan diri dan bayinya.
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab peran barunya
sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan.
Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan
siap menjadi pelindung bagi bayinya. Perawatan ibu terhadap diri dan bayinya
semakin meningkat. Rasa percaya diri ibu akan peran barunya mulai tumbuh,
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan
suami dan keluarga dapat membantu ibu untuk lebih meningkatkan rasa
percaya diri dalam merawat bayinya. Kebutuhan akan istirahat dan nutrisi
yang cukup masih sangat diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
b. Postpartum blues (Baby blues)
Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami oleh seorang ibu
berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari sampai 2 minggu sejak
kelahiran bayi. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu
saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya.
Ibu yang mengalami baby blues akan mengalami perubahan perasaan, menangis,
cemas, kesepian khawatir, yang berlebihan mengenai sang bayi, penurunan gairah
sex, dan kurang percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu. Jika hal ini
terjadi, ibu disarankan untuk melakukan hal- hal berikut ini:
1) Minta suami atau keluarga membantu dalam merawat bayi atau melakukan
tugas- tugas rumah tangga sehingga ibu bisa cukup istirahat untuk
menghilangkan kelelahan.
2) Komunikasikan dengan suami atau keluarga mengenai apa yang sedang ibu
rasakan, mintalah dukungan dan pertolongannya
3) Buang rasa cemas dan kekhawatiran yang berlebihan akan kemampuan
merawat bayi
4) Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk istirahat dan menyenangkan diri
sendiri, misalnya dengan cara menonton, membaca, atau mendengar musik
(Maritalia, 2012).
c. Depresi postpartum
Seorang ibu primipara lebih beresiko mengalami kesedihan atau kemurungan
postpartum karena ia belum mempunya pengalaman dalam merawat dan menyusui
bayinya. Kesedihan atau kemurungan yang terjadi pada awal masa nifas merupakan
hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan
setelah ibu melewati proses adaptasi.
Ada kalanya ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi
sosial, kemandiriannya berkurang setelah mempunyai bayi. Hal ini akan
mengakibatkan depresi pasca- persalinan (depresi postpartum). Ibu yang mengalami
depresi postpartum akan menunjukkan tanda- tanda berikut: sulit tidur, tidak ada
nafsu makan, perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol, terlalu cemas atau tidak
perhatian sama sekali pada bayi, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran
yang menakutkan mengenai bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap
penampilan bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan diri, gejala
fisik seperti sulit bernafas atau perasan berdebar- debar. Jika ibumengalami sebagian
dari tanda- tanda seperti yang diatas sebaiknya segera lakukan konseling pada ibu dan
keluarga.
d. Respon antara ibu dan bayi setelah persalinan
Respon antara ibu dan bayi setelah persalinan menurut Maritalia (2012) antara lain:
1) Touch (Sentuhan)
Sentuhan yang dilakukan ibu pada bayinya seperti membelai- belai
kepala bayi dengan lembut, mencium bayi, menyentuh wajah dan ektremitas,
memeluk dan menggendong bayi, dapat membuat bayi merasa aman dan
nyaman. Biasanya bayi akan memeberikan respon terhadap sentuhan ibu
dengan cara menggenggam jari ibu atau memegang seuntai rambut ibu.
Gerakan lembut ibu ketika menyentuh bayinya akan menenangkan bayi.
2) Eye to eye contact (Kontak mata)
Kontak mata mempunya efek yang erat terhadap perkembangan
dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang penting sebagai
hubungan antar manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan
perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-
25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia
sekita 4 bulan. Kontak mata antara ibu dan bayinya harus dilakukan sesegera
mungkin setelah bayi lahir.
3) Odor (Bau badan)
Pada akhir minggu pertama kehidupannya seorang bayi dapat
mengenali ibunya dari bau badan dan air susu ibunya. Indra penciuman bayi
akan terus terasah jika seorang ibu dapat terus memberikan ASI pada bayinya.
4) Body warm (Kehangatan tubuh)
Bayi baru lahir sangat mudah mengalami hypothermi karena tidak ada
lagi air ketuban yang melindungi dari perubahan suhu yang terjadi secara
ekstrim di luar uterus. Jika tidak ada komplikasi yang serius pada ibu dan bayi
selama persalinan, bayi dapat diletakkan di atas perut ibu segera setelah
dilakukan pemotongan tali pusat.
5) Voice (Suara)
Sejak dilahirkan, bayi dapat mendengar suara- suara dan membedakan
nada, meskipun suara- suara terhalang selama beberapa hari oleh cairan
amnion dari rahim yang melekat pada telinga.
6) Entrainment (Gaya Bahasa)
Bayi baru lahir mulai membedakan dan menemukan perubahan
struktur bicara dan bahasa dari orang- orang yang berada disekitarnya.
Perubahan nada suara ibu ketika berkomunikasi dengan bayinya seperti
bercerita, mengajak bercanda atau sering memarahi bayi, secara perlahan
mulai dapat dipahami dan dipelajari bayi.
7) Biorhythmic (Irama kehidupan)
Selama lebih kurang 40 minggu di dalam rahim, janin terbiasa
mendengar suara detak jantung ibu. Dari suara detak jantung tersebut, janin
mencoba mengenali biorhythmic ibunya dan menyesuaikan dengan irama
dirinya sendiri. Setelah lahir, suara detak jantung ibu masih akan berpengaruh
terhadap bayi
D. Definisi
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) (Dewi dan Sunarsih, 2012). Masa nifas
(puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2015).
Menurut Marmi (2012), postpartum adalah masa beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan. Masa post pertum
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu.
E. Klasifikasi
Klasifikasi masa nifas 3 tahapan:
a. Immediate post partum yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan
24 jam post partum.
b. Early post partum adalah masa dari 24 jam setelah post partum sampai 1
minggu post partum
c. Late post partum adalah masa dari 1 minggu post partum sampai 5 minggu
post partum
Masa nifas dibagi ke dalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
maupun berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6 – 8 minggu.
c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan
sehat sempurna baik selama hamil atau sempurna berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau tahunan.
F. Etiologi
Penyebab persalinan ada beberapa teori menghubungkan dengan faktor
hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi
(Hafifah, 2011).
1) Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone
dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-otot polos rahim dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone turun.
2) Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksirahim.
3) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4) Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
5) Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukkan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankerhauser,
amniotomi pemecahan ketuban, oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
G. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan- perubahan penting lain yakni memokonsentrasi
dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari
kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama. Otot-otot uterus berkontraksi
segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara nyaman otot-otot
uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
terbentuk semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium
ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada
hari pertama endometrium yang kira- kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-
ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan
pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala (Mitayani, 2015).
Tahap-tahap persalinan
1. Kala I dimulai dari pada saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini terbagi dalam 2 fase. Fase laten (8 jam) servik membuka sampai 5
cm dan fase aktif (7 jam) servik membuka diri 3 sampai 10 cm kontraksi lebih
kuat dan sering selama fase aktif.
2. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3. Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4. Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama pos partum
H. Pathway

Kehamilan (37-42 Minggu)

Tanda-Tanda Inpartu

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partus Pelepasan Plasenta Post Partum

Nyeri Partus Resiko Perdarahan Resiko Perdarahan

TTaking hold
MK:
Kerja Jantung MK: MK
Ansietas
Defisit volume Resiko Infeksi
Kelelahan (O )2
cairan Belum
pengalaman

MK:
Keletihan
MK:
MK:
Nyeri Melahirkan
Defisit Pengetahuan
I. MANIFESTASI KLINIS
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta
lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa
nyeri / mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke-2-3
hari.
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat
dengan berat uterus 750 gr.
3) Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat
simpisis dengan berat uterus 500 gr.
4) Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis
dengan berat uterus 350 gr.
5) Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus
50 gr.
b. Kontraksi uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengirangi volume cairan intra uteri. Setelah 1-2 jam post partum, kontraksi
menurun stabil beururtan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri
sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke-3. After pain
meningkat karena adanya sisa plasenta pada vacum uteri, dan gumpalan darah
(stoll cell) dalam vacum uteri.
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum
sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi
endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh
kembali. Epitelisasi tempat plasenta +3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut,
tetapi endometrium baru, tumbuh dibawah permukaan dari pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifas terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi menstruasi, ibu menyusui
mentruasinya terlambat karena pengaruh hormone proklatin.
f. Lochea
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagian dalam masa nifas,
sifat lochea alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak.
Jumlah belih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau
anyir, tetapi tidak busuk.
1) Lochea rubra
Pada hari 1-2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion, liguor
amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
2) Lochea sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3-7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak
serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
3) Lochea serosa
Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair dan
tidak berdarah lagi.
4) Lochea alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi sekaput lendir, mengandung
leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.
g. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan
pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui
oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat dan laun mencapai
ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum,
rugae mulai nampak kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena regang
begitu lama. Setelah 2-3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat striae
melipat, dastosis recti abdimonalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang
terlalu besar atau bayi kembar.
i. Perubahan sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan
eksresi cairan extra vasculer.
j. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan
hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine.
Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
k. Perubahan gastro intesinal
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2-3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas.
l. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari
ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang,
membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler).
m. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat
dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan kuning
dengan berat jenis 1.030-1.035 reaksi alkalis dengan mengandung protein dan
garam, juga euglobin yang mengandung antibodi. Baik yang terbaik dan harus
dianjurkan kalau tidak ada kontra indikasi.
n. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38oC dan normal kembali dalam
24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina
ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
o. Nadi
Umunya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini
akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring terlepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai
mekanisme kempensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.
p. Tekanan darah
Keadaan tensi dengan sostole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.
q. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24
hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1) Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, anomaly janin, atau
melokalisasi kantong pada amniosintesis.
2) Amniosintesis
Cara amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru
janin.
3) Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin.
4) Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan
korioamnionitis.
5) Histopatologi
Cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal
endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban mengalami
kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis.
6) Kertas lakmus
Bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam, bila
biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.
7) Pemeriksaan Laboratorium
Adalah pemeriksaan untuk mendapat informasi tentang kesehatan pasien.
8) Pemeriksaan NST
Adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada
umur kehamilan > 32. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat
hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun persalinan.
Parameter Yang Diperiksa
1) Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua.
2) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
3) Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang di inginkan.
4) Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
5) Biarkan ibu beristirahat.
K. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Farmakologis
Pasien yang telah di diagnosis dengan gangguan depresi post partum,
diberikan pengobatan dengan antidepressant.
2) Psikoterapi
Psikoterapi sebagai tambahan dikombinasikan dengan fluoxetine .
3) Hormonal Replacement Therapy
Estradiol telah dievaluasi sebagai pengobatan untuk depresi post partum
yang diberikan dengan estradiol yang mempunyai penurunan skor depresi
yang signifikan selama bulan pertama.
4) Profilaksis Treatment
Pasien yang mengalami riwayat depresi setelah kehamilannya dapat beresiko
menjadi depresi postpartum setelah melahirkan. Terapi preventif setelah
melahirkan harus dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat depresi
sebelumnya.
b. Penatalaksanaan Operatif
1) Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2) 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur dengan tenang, usahakan
miring kiri maupun kanan
3) Hari ke 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senamnifas.
4) Hari ke -2 : mulai latihan duduk
5) Hari ke -3 : diperkenakan latihan berdiri dan berjalan
L. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah :
1) Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan Teknik septic.
2) Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan terjadi
rupture perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan episiotomy.
3) Atonia Uteri
Adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa berkontraksi setelah janin lahir
sehingga menyebabkan perdarahan hebat.
4) Retensi Plasenta
Kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah janin lahir
sedangkan retensi sisa plasenta adalah terdapat sebagian plasenta yang masih
tertinggal setelah plasenta lahir.
5) Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam dinding
lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan.
6) Kolpapo reksis
Adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina sehingga
sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina. Hal ini dapat terjadi pada
persalinan dengan disproporsi kepala panggul.
7) Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
8) Ruptur Uteri
Robekan uterus merupakan kondisi yang sangat berbahaya dalam persalinan
karena dapat menyebabkan perdarahan hebat.
9) Emboli Air Ketuban
Merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat air ketuban masuk ke
dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang terbuka pada daerah
plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler dalam paru-paru.
a) Biarkan ibu berada didekat neonatus.
b) Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga
dapat membantu kontraksi uterus.
c) Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi untuk buang air
kecil.
d) Pastikan bahwa ibu sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3 jam
pasca persalinan.
e) Berikan petunjuk kepada ibu atau anggota keluarga mengenai:
Cara mengamati kontraksi uterus
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus
ASKEP POST PARTUM NORMAL
1. Pengkajian
Data Subjektif :
1) Tanggal / jam
2) Keluhan utama yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat dilakukan
pengkajian
3) Riwayat kehamilan yaitu riwayat positif/negatif pasien pada saat sebelum hamil dan
sesudah hamil
4) Riwayat persalinan
5) Riwayat persalinan:
a) Jenis Pesalinan
b) Komplikasi dalam persalinan
c) Placenta dilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap atau tidak,
ada kelainan atau tidak, ada sisa placenta atau tidak.
d) Tali pusat
e) Perineum
f) Perdarahan
6) Proses persalinan Bayi
a. Tanggal lahir: untuk mengetahui usia bayi
b. Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.
c. Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit
d. Pernapasan pada nifas normal 16 – 20 x/menit, suhu normalnya 360 C
e. BB dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak Normalnya > 2500 gr,
BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.
f. Cacat bawaan : bayi normal atau tidak
g. Air ketuban: Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh.
Banyaknya normal atau tidak. Normalnya 500- 1000 cc.

Data Objektif
1) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Nifas normal
biasanya baik.
2) Keadaan emosional : Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil /
tidak dan apakah terjadi post partum blues (depresi) pada post partum pada
klien tersebut. Pada ibu nifas normal keadaan emosional stabil.
3) Tanda Vital: 36,40C sampai 37,40C.
4) Pemeriksaan fisik
a) Muka
1. Kelopak mata : ada edema atau tidak
2. Konjungtiva : Merah muda atau pucat
3. Sklera : Putih atau tidak
b) Mulut
1. Lidah bersih
2. Gigi : ada karies atau tidak ada.
c) Leher

1. Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak

2. Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.

d) Dada

1. Jantung : irama jantung teratur.

2. Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak.

3. Payudara

4. Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak,


pengeluaran colostrum.

5. Punggung dan pinggang

6. Posisi tulang belakang : normal atau tidak. Tidak normal bila


ditemukan lordosis.

7. CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.


e) Abdomen
1. Bekas luka operasi: untuk mengetahui apakah pernah SC atau
operasi lain.

f) Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus,
konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas 1 hari post partum
normal TFU 2 jari di bawah pusat dan kontraksinya baik.
Konsistensinya keras dan posisi uterus di tengah.
g) Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada
umumnya dan menentukan adanya kelainan atau tidak. Pada ibu nifas
yang normal 1 hari post partum loceha warna merah jumlah + 50 cc,
bau : dan konsistensi encer.
h) Perineum
Untuk mengetahui apakah pada perineum terdapat jahitan ataupun
bekas jahitan atau tidak. Pada nifas normal bisa ditemukan bekas
jahitan. Kaji kebersihan area perineum.
i) Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, pada ibu
nifas normal kandung kemih tidak teraba.
j) Extremitas atas dan bawah
1. Edema: ada atau tidak
2. Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
3. Kemerahan : ada atau tidak
4. Varices : ada atau tidak
5. Reflek patella kanan & kiri: normalnya + Reflek patella negatif
pada hypovitaminase B1 dan penyakit urat syarat.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidaknyaman pascapartum b.d involusi uterus
2) Keletihan b.d kondisi fisiologis
3) Resiko perdarahan d.d komplikasi pasca partum
3. Intervensi
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Ketidaknyaman Setelah dilakukan tindakan 1x 24 jam Manajemen Nyeri
Pascapartum b.d diharapkan ktidaknyaman pascapartum Observasi
involusi uterus dapat membaik: a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
a. Status Kenyamanan Pasca Partum frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
No Indikator SA ST b. Identifikasi nyeri non verbal
1 Keluhan tidak 3 5 Terapeutik
nyaman c. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
2 Meringis 3 5 rasa nyeri (mis, hipnosis,TENS, terapi musik,teknik
3 Merintih 3 5 imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin)
4 Kontraksi uterus 3 5 Edukasi
5 Tekanan darah 3 5 d. Jelaskan penyebab, periode nyeri, dan pemicu nyeri
6 Frekuensi Nadi 3 5 e. Jelaskan strategi meredakan nyeri
f. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
b. Tingkat Nyeri mengurangi rasa nyeri
No Indikator SA ST Perawatan Pasca Persalinan
1 Keluhan nyeri 3 5 Observasi

2 Meringis 3 a. Monitor tanda-tanda vital


b. Monitor keadaan lokea (mis. Warna, jumlah, bau,
3 Perineum terasa 3 5 dan bekuan)
tertekan c. Periksa perineum atau robekan (kemerahan, edema,
4 Uterus teraba 3 5 ekimosis, pengeluaran, penyatuan jahitan)
membulat d. Monitor nyeri
5 Frekuensi 3 5 e. Monitor status pencernaan
pernapasan f. Monitor tanda human
g. Identifikasi kemampuan ibu merawat bayi
h. Identifikasi adanya masalah adaptasi psikologis ibu
postpartum
Terapeutik
i. Kosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan
j. Massage fundus sampai kontraksi kuat, jika perlu
k. Dukung ibu untuk melakukan ambulasi dini
l. Berikan kenyamanan pada ibu
m. Fasilitasi ibu berkemih secara normal
n. Fasilitasi ikatan tali kasih ibu dan bayi secara
optimal
o. Diskusikan kebutuhan aktivitas dan istirahat selama
masa postpartum
p. Diskusikan tentang perubahan fisik dan psikologis
ibu postpartum
q. Diskusikan seksualitas masa postpartum
r. Diskusikan penggunaan alat kontrasepsi
Edukasi
s. Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan keluarga
t. Jelaskan pemeriksaan pada ibu dan bayi secara rutin
u. Ajarkan cara perawatan perineum yang tepat
v. Ajarkan ibu mengatasi nyeri secara
nonfarmakologis (mis. Teknik distraksi, imajinasi)
w. Ajarkan ibu mengurangi masalah thrombosis vena
Kolaborasi
x. Rujuk ke konselor laktasi, jika perlu

2 Keletihan b.d kondisi Setelah dilakukan tindakan 1x 24 jam Manajemen Energi


fisiologis diharapkan keletihan dapat membaik: Observasi
a. Tingkat Keletihan a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelehan fisik
Terapeutik
c. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
d. Lakukan latihan gerak pasif/aktif
e. Berikan aktivitas distraksi
No Indikator SA ST b.
1 Verbalisasi 3 5
M Edukasi
lelah
2 Frekuensi 3 f. Anjurkan tirah baring
napas g. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3 Gelisah 3 5
4 Selera Makan 3 5 Terapi Aktivitas

obilitas Fisik Observasi


a. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
No Indikator SA ST
1 Pergerakan 3 5 b. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
ekstremitas aktivitas
2 Nyeri 3
c. Monitor respon emosional,fisik,sosial,dan spiritual
3 Kelemahan Fisik 3 5
Terapeutik
d. Fasilitasi fokus pada kemmapuan
e. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis ambulasi,
mobilisasi)
f. Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
Edukasi
g. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
h. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari.

3 Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1x 24 jam Pencegahan Perdarahan


d.d komplikasi pasca diharapkan risiko perdarahan dapat Observasi
partum membaik:
a. Tingkat Perdarahan a. Monitor tanda dan gejala perdarahan
No Indikator SA ST b. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin
1 Kelembapan 3 5 Terapeutik
membran mukosa c. Pertahankan bed rest dalam perdarahan
2 Kelembapan kulit 3 5 d. Batasi tindakan invasif, jika perlu
3 Perdarahan Vagina 3 5 Edukasi
4 Hemoglobin 4 5 e. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
5 Tekanan darah 3 5 f. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
6 Suhu Tubuh 3 5 menghindari konstipasi
g. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
Kolaborasi
h. Kolaborasi pemberian obat pengontrol darah, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:


EGC Hadijono, Soerjo. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Hafifah, Desi, dkk. (2014). Obynacea: Obstetri dan Ginekologi. Yogykarta: Tosca
Enterprise.
Mitayani. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai