Disusun Oleh:
Faidatul Jannah
14901.08.21016
Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM
a. Vulva
Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa.
Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum.
b. Mons pubis
Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di
atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea dan
ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas, mons
berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis selama koitus.
c. Labia Mayora
Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi labia
minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora melindungi
labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada wanita yang belum
pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia mayora terletak berdekatan
di garis tengah, menutupi stuktur-struktur di bawahnya.
Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina atau pada
perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina terbuka.
Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora. Pada
permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki pigmen lebih gelap
daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut yang kasar dan semakin
menipis ke arah luar perineum. Permukaan medial labia mayora licin, tebal,
dan tidak tumbuhi rambut. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri,
dan suhu tinggi. Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar
luas, yang juga berfungsi selama rangsangan seksual.
d. Labia minora
Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke arah
bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett. Sementara
bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan
medial labia minora sama dengan mukosa vagina. Pembuluh darah yang
sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkankan
labia minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf yang
sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga meningkatkan fungsi
erotiknya.
e. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat
di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang, bagian yang terlihat
adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan klitoris dinamai glans dan
lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual terangsang, glans
dan badan klitoris membesar. Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma,
suatu substansi lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi
sebagai feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang
berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas wanita.
Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat klitoris sangat
sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum
terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.
Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh
bahan kimia. Kelenjar vestibulum mayora adalah gabungan dua kelenjar di
dasar labia mayora, masing-masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah
di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan fosa navikularis terletak di
antara fourchette dan himen
h. Perineum
Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
2. Struktur interna
a. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding
pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum
ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah
menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium
wanita normal mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval
selama masa usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi
hormon seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan,perkembangan, dan fungsi wanita normal.
b. Tuba fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang
ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk
mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan
berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong
di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis
lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis.
Aktevites peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang
terbesar ialah pada saat ovulasi.
c. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki bentuk simetris,
nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian, fudus
yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan insersituba fallopi, korpus
yang merupakan bagian utama yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus,
yakni bagian sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks
dan dikenal sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi
uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan
dan persalinan. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
1. Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan : lapisan permukaan
padat, lapisan tengah jaringan ikatyang beronggamenghubungkan
indometrium dengan miometrium.
2. Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot polos
yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal membentuk lapisan
luar miometrium, paling benyak ditemukan di daerah fundus, membuat
lapisan ini sangat cocok untuk mendorong bayi pada persalinan.
3. Peritonium perietalis
Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali seperempat
permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat kandung kemih dan
serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu
membuka rongga abdomen karena peritonium perietalis tidak menutupi
seluruh korpus uteri.
d. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan cepat
terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang di
ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon
seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi
vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahankan
kebersihan relatif vagina
B. ADAPTASI FISIOLOGIS PADA POST PARTUM
Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah keluarnya
plasenta, kdar sirkulasi hormon HCG (human chorionic gonadotropin), human
plasental lactogen, estrogen dan progesteron menurun. Human plasental lactogen
akan menghilang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 mingu
setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesteron hampir sama dengan kadar yang
ditemukan pada fase follikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7
hari. Penarikan polipeptida dan hormon steroid ini mengubah fungsi seluruh sistem
sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil (Walyani,
2017). Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu masa nifas menurut
Maritalia (2012) dan Walyani (2017) yaitu:
a. Uterus
Uterus merupakan organ reproduksi interna yang berongga dan berotot,
berbentuk seperti buah alpukat yang sedikit gepeng dan berukuran sebesar telur
ayam. Panjang uterus sekitar 7-8 cm, lebar sekitar 5-5,5 cm dan tebal sekitar 2, 5
cm. Letak uterus secara fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus terbagi dari 3
bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Menurut Walyani (2017)
uterus berangsur- angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil:
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat dengan
berat uterus 750 gr.
3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat dengan
simpisis, berat uterus 500 gr.
4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis dengan
berat uterus 350 gr.
5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50
gr.
Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran dan konsistensi antara lain:
1) Penentuan lokasi uterus
Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau dibawah
umbilikus dan apakah fundus berada digaris tengah abdomen/ bergeser ke
salah satu sisi.
2) Penentuan ukuran uterus
Dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan
jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah.
3) Penentuan konsistensi uterus
Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus kerasa teraba sekeras batu dan uterus
lunak.
Gambar 1. Tinggi Fundus Uteri
b. Serviks
Serviks merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya menyempit
sehingga disebut juga sebagai leher rahim. Serviks menghubungkan uterus dengan
saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin dan uterus menuju saluran vagina
pada saat persalinan. Segera setelah persalinan, bentuk serviks akan menganga
seperti corong. Hal ini disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan
serviks tidak berkontraksi. Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman
karena mengandung banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak. Segera
setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan pemeriksa.
Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1
minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari, setelah 6 minggu persalinan
serviks menutup.
c. Vagina
Vagina merupakan saluran yang menghubungkan rongga uterus dengan
tubuh bagian luar. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain
dengan ukuran panjang ± 6, 5 cm dan ± 9 cm. Selama proses persalinan vagina
mengalami penekanan serta pereganganan yang sangat besar, terutama pada saat
melahirkan bayi. Beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, vagina tetap
berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur- angsur akan muncul
kembali. Sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak dan jalan lahir dan
merupakan saluran yang menghubungkan cavum uteri dengan tubuh bagian luar,
vagina juga berfungsi sebagai saluran tempat dikeluarkannya sekret yang berasal
dari cavum uteri selama masa nifas yang disebut lochea. Karakteristik lochea
dalam masa nifas adalah sebagai berikut:
1) Lochea rubra/ kruenta
Timbul pada hari 1- 2 postpartum, terdiri dari darah segar barcampur sisa-
sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, sisa- sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekoneum.
2) Lochea sanguinolenta
Timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 postpartum, karakteristik
lochea sanguinolenta berupa darah bercampur lendir.
3) Lochea serosa
Merupakan cairan berwarna agak kuning, timbul setelah 1 minggu postpartum.
4) Lochea alba
5) Timbul setelah 2 minggu postpartum dan hanya merupakan cairan putih
(Walyani, 2017) Normalnya lochea agak berbau amis, kecuali bila terjadi
infeksi pada jalan lahir, baunya akan berubah menjadi berbau busuk.
Tanda-Tanda Inpartu
Proses persalinan
TTaking hold
MK:
Kerja Jantung MK: MK
Ansietas
Defisit volume Resiko Infeksi
Kelelahan (O )2
cairan Belum
pengalaman
MK:
Keletihan
MK:
MK:
Nyeri Melahirkan
Defisit Pengetahuan
I. MANIFESTASI KLINIS
a. Involusi uterus
Adalah proses kembalinya alat kandungan uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan sehingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Setelah plasenta
lahir, uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi ini menyebabkan rasa
nyeri / mules-mules yang disebut after pain post partum terjadi pada hari ke-2-3
hari.
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat
dengan berat uterus 750 gr.
3) Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat
simpisis dengan berat uterus 500 gr.
4) Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas simpisis
dengan berat uterus 350 gr.
5) Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus
50 gr.
b. Kontraksi uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan berguna untuk
mengirangi volume cairan intra uteri. Setelah 1-2 jam post partum, kontraksi
menurun stabil beururtan, kontraksi uterus menjepit pembuluh darah pada uteri
sehingga perdarahan setelah plasenta lahir dapat berhenti.
c. After pain
Terjadi karena pengaruh kontraksi uterus, normal sampai hari ke-3. After pain
meningkat karena adanya sisa plasenta pada vacum uteri, dan gumpalan darah
(stoll cell) dalam vacum uteri.
d. Endometrium
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim terjadi pada stratum
spunglosum, bagian atas setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan atas dari stratum
sponglosum yang tinggal menjadi nekrosis keluar dari lochia. Epitelisasi
endometrium siap dalam 10 hari, dan setelah 8 minggu endometrium tumbuh
kembali. Epitelisasi tempat plasenta +3 minggu tidak menimbulkan jaringan parut,
tetapi endometrium baru, tumbuh dibawah permukaan dari pinggir luka.
e. Ovarium
Selama hamil tidak terjadi pematangan sel telur. Masa nifas terjadi
pematangan sel telur, ovulasi tidak dibuahi terjadi menstruasi, ibu menyusui
mentruasinya terlambat karena pengaruh hormone proklatin.
f. Lochea
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagian dalam masa nifas,
sifat lochea alkalis sehingga memudahkan kuman penyakit berkembang biak.
Jumlah belih banyak dari pengeluaran darah dan lendir waktu menstruasi, berbau
anyir, tetapi tidak busuk.
1) Lochea rubra
Pada hari 1-2 berwarna merah, berisi lapisan decidua, sisa-sisa chorion, liguor
amni, rambut lanugo, verniks caseosa sel darah merah.
2) Lochea sanguinolenta
Dikeluarkan hari ke 3-7 warna merah kecoklatan bercampur lendir, banyak
serum selaput lendir, leukosit, dan kuman penyakit yang mati.
3) Lochea serosa
Dikeluarkan hari ke 7-10, setelah satu minggu berwarna agak kuning cair dan
tidak berdarah lagi.
4) Lochea alba
Setelah 2 minggu, berwarna putih jernih, berisi sekaput lendir, mengandung
leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan kuman penyakit yang telah mati.
g. Serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan, osteum externum dapat dilalui oleh 2 jari dan
pinggirnya tidak rata (retak-retak). Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui
oleh 1 jari saja. Vagina saat persalinan sangat diregang lambat dan laun mencapai
ukuran normal dan tonus otot kembali seperti biasa, pada minggu ke-3 post partum,
rugae mulai nampak kembali.
h. Perubahan pada dinding abdomen
Hari pertama post partum dinding perut melipat dan longgar karena regang
begitu lama. Setelah 2-3 minggu dinding perut akan kembali kuat, terdapat striae
melipat, dastosis recti abdimonalis (pelebaran otot rectus/perut) akibat janin yang
terlalu besar atau bayi kembar.
i. Perubahan sistem kardiovaskuler
Volume darah tergantung pada jumlah kehilangan darah selama partus dan
eksresi cairan extra vasculer.
j. Perubahan sistem urinaria
Fungsi ginjal normal, dinding kandung kemih memperlihatkan oedema dan
hiperemi karena desakan pada waktu janin dilahirkan. Kadang-kadang oedema
trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine.
Pengaruh laserasi/episiotomi yang menyebabkan refleks miksi menurun.
k. Perubahan gastro intesinal
Terjadi gangguan rangsangan BAB atau konstipasi 2-3 hari post partum.
Penyebabnya karena penurunan tonus pencernaan, enema, kekakuan perineum
karena episiotomi, laserasi, haemorroid dan takut jahitan lepas.
l. Perubahan pada mammae
Hari pertama bila mammae ditekan sudah mengeluarkan colustrum. Hari
ketiga produksi ASI sudah mulai dan jaringan mammae menjadi tegang,
membengkak, lebut, hangat dipermukaan kulit (vasokongesti vaskuler).
m. Laktasi
Pada waktu dua hari pertama nifas keadaan buah dada sama dengan
kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan colustrum yang dapat
dikeluarkan dengan memijat areola mammae. Colustrum yaitu cairan kuning
dengan berat jenis 1.030-1.035 reaksi alkalis dengan mengandung protein dan
garam, juga euglobin yang mengandung antibodi. Baik yang terbaik dan harus
dianjurkan kalau tidak ada kontra indikasi.
n. Temperatur
Temperatur pada post partum dapat mencapai 38oC dan normal kembali dalam
24 jam. Kenaikan suhu ini disebabkan karena hilangnya cairan melalui vagina
ataupun keringat, dan infeksi yang disebabkan terkontaminasinya vagina.
o. Nadi
Umunya denyut nadi pada masa nifas turun di bawah normal. Penurunan ini
akibat dari bertambahnya jumlah darah kembali pada sirkulasi seiring terlepasnya
placenta. Bertambahnya volume darah menaikkan tekanan darah sebagai
mekanisme kempensasi dari jantung dan akan normal pada akhir minggu pertama.
p. Tekanan darah
Keadaan tensi dengan sostole 140 dan diastole 90 mmHg baik saat kehamilan
ataupun post partum merupakan tanda-tanda suatu keadaan yang harus
diperhatikan secara serius.
q. Hormon
Hormon kehamilan mulai berkurang dalam urine hampir tidak ada dalam 24
hari, setelah 1 minggu hormon kehamilan juga menurun sedangkan prolaktin
meningkat untuk proses laktasi.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1) Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, anomaly janin, atau
melokalisasi kantong pada amniosintesis.
2) Amniosintesis
Cara amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru
janin.
3) Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin.
4) Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan
korioamnionitis.
5) Histopatologi
Cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal
endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban mengalami
kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis.
6) Kertas lakmus
Bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam, bila
biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.
7) Pemeriksaan Laboratorium
Adalah pemeriksaan untuk mendapat informasi tentang kesehatan pasien.
8) Pemeriksaan NST
Adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada
umur kehamilan > 32. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat
hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun persalinan.
Parameter Yang Diperiksa
1) Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua.
2) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
3) Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang di inginkan.
4) Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
5) Biarkan ibu beristirahat.
K. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Farmakologis
Pasien yang telah di diagnosis dengan gangguan depresi post partum,
diberikan pengobatan dengan antidepressant.
2) Psikoterapi
Psikoterapi sebagai tambahan dikombinasikan dengan fluoxetine .
3) Hormonal Replacement Therapy
Estradiol telah dievaluasi sebagai pengobatan untuk depresi post partum
yang diberikan dengan estradiol yang mempunyai penurunan skor depresi
yang signifikan selama bulan pertama.
4) Profilaksis Treatment
Pasien yang mengalami riwayat depresi setelah kehamilannya dapat beresiko
menjadi depresi postpartum setelah melahirkan. Terapi preventif setelah
melahirkan harus dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat depresi
sebelumnya.
b. Penatalaksanaan Operatif
1) Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2) 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur dengan tenang, usahakan
miring kiri maupun kanan
3) Hari ke 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senamnifas.
4) Hari ke -2 : mulai latihan duduk
5) Hari ke -3 : diperkenakan latihan berdiri dan berjalan
L. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah :
1) Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan Teknik septic.
2) Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan terjadi
rupture perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan episiotomy.
3) Atonia Uteri
Adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa berkontraksi setelah janin lahir
sehingga menyebabkan perdarahan hebat.
4) Retensi Plasenta
Kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah janin lahir
sedangkan retensi sisa plasenta adalah terdapat sebagian plasenta yang masih
tertinggal setelah plasenta lahir.
5) Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam dinding
lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan.
6) Kolpapo reksis
Adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina sehingga
sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina. Hal ini dapat terjadi pada
persalinan dengan disproporsi kepala panggul.
7) Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
8) Ruptur Uteri
Robekan uterus merupakan kondisi yang sangat berbahaya dalam persalinan
karena dapat menyebabkan perdarahan hebat.
9) Emboli Air Ketuban
Merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat air ketuban masuk ke
dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang terbuka pada daerah
plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler dalam paru-paru.
a) Biarkan ibu berada didekat neonatus.
b) Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga
dapat membantu kontraksi uterus.
c) Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi untuk buang air
kecil.
d) Pastikan bahwa ibu sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3 jam
pasca persalinan.
e) Berikan petunjuk kepada ibu atau anggota keluarga mengenai:
Cara mengamati kontraksi uterus
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus
ASKEP POST PARTUM NORMAL
1. Pengkajian
Data Subjektif :
1) Tanggal / jam
2) Keluhan utama yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien pada saat dilakukan
pengkajian
3) Riwayat kehamilan yaitu riwayat positif/negatif pasien pada saat sebelum hamil dan
sesudah hamil
4) Riwayat persalinan
5) Riwayat persalinan:
a) Jenis Pesalinan
b) Komplikasi dalam persalinan
c) Placenta dilahirkan secara spontan atau tidak, dilahirkan lengkap atau tidak,
ada kelainan atau tidak, ada sisa placenta atau tidak.
d) Tali pusat
e) Perineum
f) Perdarahan
6) Proses persalinan Bayi
a. Tanggal lahir: untuk mengetahui usia bayi
b. Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.
c. Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit
d. Pernapasan pada nifas normal 16 – 20 x/menit, suhu normalnya 360 C
e. BB dan PB : untuk mengetahui BB bayi normal atau tidak Normalnya > 2500 gr,
BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.
f. Cacat bawaan : bayi normal atau tidak
g. Air ketuban: Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh.
Banyaknya normal atau tidak. Normalnya 500- 1000 cc.
Data Objektif
1) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan ibu secara umum. Nifas normal
biasanya baik.
2) Keadaan emosional : Untuk mengetahui apakah keadaan emosional stabil /
tidak dan apakah terjadi post partum blues (depresi) pada post partum pada
klien tersebut. Pada ibu nifas normal keadaan emosional stabil.
3) Tanda Vital: 36,40C sampai 37,40C.
4) Pemeriksaan fisik
a) Muka
1. Kelopak mata : ada edema atau tidak
2. Konjungtiva : Merah muda atau pucat
3. Sklera : Putih atau tidak
b) Mulut
1. Lidah bersih
2. Gigi : ada karies atau tidak ada.
c) Leher
d) Dada
3. Payudara
f) Uterus
Untuk mengetahui berapa TFU, bagaimana kontraksi uterus,
konsistensi uterus, posisi uterus. Pada ibu nifas 1 hari post partum
normal TFU 2 jari di bawah pusat dan kontraksinya baik.
Konsistensinya keras dan posisi uterus di tengah.
g) Pengeluaran lochea
Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada
umumnya dan menentukan adanya kelainan atau tidak. Pada ibu nifas
yang normal 1 hari post partum loceha warna merah jumlah + 50 cc,
bau : dan konsistensi encer.
h) Perineum
Untuk mengetahui apakah pada perineum terdapat jahitan ataupun
bekas jahitan atau tidak. Pada nifas normal bisa ditemukan bekas
jahitan. Kaji kebersihan area perineum.
i) Kandung kemih
Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, pada ibu
nifas normal kandung kemih tidak teraba.
j) Extremitas atas dan bawah
1. Edema: ada atau tidak
2. Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
3. Kemerahan : ada atau tidak
4. Varices : ada atau tidak
5. Reflek patella kanan & kiri: normalnya + Reflek patella negatif
pada hypovitaminase B1 dan penyakit urat syarat.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidaknyaman pascapartum b.d involusi uterus
2) Keletihan b.d kondisi fisiologis
3) Resiko perdarahan d.d komplikasi pasca partum
3. Intervensi
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Ketidaknyaman Setelah dilakukan tindakan 1x 24 jam Manajemen Nyeri
Pascapartum b.d diharapkan ktidaknyaman pascapartum Observasi
involusi uterus dapat membaik: a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
a. Status Kenyamanan Pasca Partum frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
No Indikator SA ST b. Identifikasi nyeri non verbal
1 Keluhan tidak 3 5 Terapeutik
nyaman c. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
2 Meringis 3 5 rasa nyeri (mis, hipnosis,TENS, terapi musik,teknik
3 Merintih 3 5 imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin)
4 Kontraksi uterus 3 5 Edukasi
5 Tekanan darah 3 5 d. Jelaskan penyebab, periode nyeri, dan pemicu nyeri
6 Frekuensi Nadi 3 5 e. Jelaskan strategi meredakan nyeri
f. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
b. Tingkat Nyeri mengurangi rasa nyeri
No Indikator SA ST Perawatan Pasca Persalinan
1 Keluhan nyeri 3 5 Observasi