Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

POSTPARTUM NORMAL

Laporan

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Maternitas

Oleh
Hani Rahmawati
J.0105.20.008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
CIMAHI
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i

DAFTAR TABEL..................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ii

A. Definisi.............................................................................................................1

B. Anatomi Dan Fisiologi....................................................................................1

C. Etiologi.............................................................................................................9

D. Tujuan Pengawasan Postpartum.................................................................10

E. Pengkajian Postpartum................................................................................11

F. Tahapan Postpartum....................................................................................15

G. Adaptasi Fisiologis........................................................................................16

H. Adaptasi Psikologis.......................................................................................19

I. Adaptasi Keluarga........................................................................................22

J. Ciri-ciri Family Centered Maternity Care di Ruang Postpartum..............22

K. Discharge Planning.......................................................................................25

L. Home Care......................................................................................................25

M. Asuhan Keperawatan...................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Intervensi Keperawatan....................................................................30

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Stuktur Eksterna...........................................................................2


Gambar 1. 2 Stuktur Interna..............................................................................6

ii
A. Definisi

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa

nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk

pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum

adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi

sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).

Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa

aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala

dan persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).

Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau

obatobatan (prawiroharjo, 2000).

B. Anatomi Dan Fisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di

dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genetalia eksterna,

yang terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna

berkembang menjadi matur akibat rangsang hormon estrogen dan

progesteron (Bobak, 2005).

1
2

1. Stuktur Eksterna

Gambar 1. 1 Stuktur Eksterna

a. Vulva

Vulva adalah nama yang diberikan untuk struktur genetalia

externa. Kata ini berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk

lonjong, berukuran panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir

kecil sampai ke belakang dibatasi perineum.

b. Mons pubis

Mons pubis atau mons veneris adalah jaringan lemak subkutan

berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat

jarang di atas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar

sebasea dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar, dan ikal pada
3

masa pubertas, mons berperan dalam sensualitas dan melindungi

simfisis pubis selama koitus.

c. Labia mayora

Labia mayora adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang

menutupi lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.

Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengililingi

labia minora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora

melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina. Pada

wanita yang belum pernah melahirkan anak pervaginam, kedua labia

mayora terletak berdekatan di garis tengah, menutupi stuktur-struktur

di bawahnya.

Setelah melahirkan anak dan mengalami cedera pada vagina

atau pada perineum, labia sedikit terpisah dan bahkan introitus vagina

terbuka.

Penurunan produksi hormon menyebapkan atrofi labia mayora.

Pada permukaan arah lateral kulit labia tebal, biasanya memiliki

pigmen lebih gelap daripada jaringam sekitarnya dan ditutupi rambut

yang kasar dan semakin menipis ke arah luar perineum. Permukaan

medial labia mayora licin, tebal, dan tidak tumbuhi rambut.

Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri, dan suhu tinggi.

Hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas, yang

juga berfungsi selama rangsangan seksual.


4

d. Labia minora

Labia minora terletak di antara dua labia mayora, merupakan

lipatan kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang ,

memanjang ke arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu

dengan fourchett.

Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya

mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan

mukosa vagina. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia

berwarna merah kemerahan dan memungkankan labia minora

membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.

Kelenjar-kelenjar di labia minora juga melumasi vulva. Suplai saraf

yang sangat banyak membuat labia minora sensitif, sehingga

meningkatkan fungsi erotiknya.

e. Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang

terletak tepat di bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,

bagian yang terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Ujung badan

klitoris dinamai glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat

wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.

Kelenjar sebasea klitoris menyekresi smegma, suatu substansi

lemak seperti keju yang memiliki aroma khas dan berfungsi sebagai
5

feromon. Istilah klitoris berasal dari kata dalam bahasa yunani, yang

berarti ‘’kunci’’ karena klitoris dianggap sebagai kunci seksualitas

wanita. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak membuat

klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.

f. Vestibulum

Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu

atau lojong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.

Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan

kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak

berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia. Kelenjar vestibulum

mayora adalah gabungan dua kelenjar di dasar labia mayora, masing-

masing satu pada setiap sisi orifisium vagina.

g. Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan

tipis, dan terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan

minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan dan

fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen

h. Perineum

Perineum adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara

introitus vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan

perineum.
6

2. Struktur Interna

Gambar 1. 2 Stuktur Interna


a. Ovarium

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di

belakang tuba falopi. Dua lagamen mengikat ovarium pada tempatnya,

yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan

ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka

anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat

ovarium ke uterus. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan

ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal

mengandung banyak ovum primordial. Di antara interval selama masa

usia subur ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormon

seks steroid dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,

perkembangan, dan fungsi wanita normal.


7

b. Tuba fallopi

Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini

memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas legamen lebar dan

berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira

10 cm dengan berdiameter 0,6 cm. Tuba fallopi merupakan jalan bagi

ovum. Ovum didorong di sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi

terutama oleh gerakan peristaltis lapisan otot. Esterogen dan

prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltis. Aktevites peristaltis

tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar ialah

pada saat ovulasi.

c. Uterus

Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung

yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus normal memiliki

bentuk simetris, nyeri bila di tekan, licin dan teraba padat. Uterus

terdiri dari tiga bagian, fudus yang merupakan tonjolan bulat di bagian

atas dan insersituba fallopi, korpus yang merupakan bagian utama

yang mengelilingi cavum uteri, dan istmus, yakni bagian sedikit

konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal

sebagai sekmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi

uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,

kehamilan dan persalinan.


8

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :

1) Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah

suatu lapisan membran mukosa yang terdiri dari tiga lapisan :

lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang

berongga,dan lapisan dalam padat yang menghubungkan

indometrium dengan miometrium.

2) Miometrum yang tebal tersusun atas lapisan – lapisan serabut otot

polos yang membentang ke tiga arah. Serabut longitudinal

membentuk lapisan luar miometrium, paling benyak ditemukan di

daerah fundus, membuat lapisan ini sangat cocok untuk mendorong

bayi pada persalinan.

3) Peritonium perietalis

Suatu membran serosa, melapisi seluruh korpus uteri, kecuali

seperempat permukaan anterior bagian bawah, di mana terdapat

kandung kemih dan serviks. Tes diagnostik dan bedah pada uterus

dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen karena

peritonium perietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.

d. Vagina

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan

mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon dengan

cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron. sel-sel mukosa


9

tanggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil.

Sel-sel yang di ambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk

mengukur kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari

traktus genetalis atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi

antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan

keasaman. Apabila pH nik diatas lima, insiden infeksi vagina

meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina

mempertahankan kebersihan relatif vagina.

C. Etiologi

Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah

cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau

jalan lain, dengan bantuan.

1. Partus dibagi menjadi 4 kala :

a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol

sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan

berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-

jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam

sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval

2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir

kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara


10

mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih

mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir

seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar

berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk

melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat

untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.

c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit.

Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya

plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus

terdorong ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.

Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama,

observasi yang dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita,

pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, terjadinya

perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).

D. Tujuan Pengawasan Postpartum

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik yang fisik maupun psikologis.

2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.


11

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan nutrisi,

KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan

bayi sehari-hari.

4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

5. Mendapatkan kesehatan emosi.

E. Pengkajian Postpartum

Pengkajian pada ibu postpartum menurut Doenges, 2001 adalah

sebagai berikut :

1. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan

a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?

b. Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?

2. Pola Nutrisi Dan Metabolik

a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?

b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?

c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?

d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?


12

3. Pola Aktivitas Setelah Melahirkan

a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?

b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?

c. Apakah ibu tampak mengantuk ?

4. Pola Eliminasi

a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?

b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?

5. Neuro Sensori

a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?

b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?

c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?

d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?

e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?

6. Pola Persepsi Dan Konsep Diri

a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini


13

b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan

perubahan penampilan tubuhnya saat ini ?

7. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

1) Pemeriksaan TTV

2) Pengkajian tanda-tanda anemia

3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis

4) Pemeriksaan reflek

5) Kaji adanya varises

6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )

b. Payudara

1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )

2) Kaji adanya abses

3) Kaji adanya nyeri tekan

4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti

5) Kaji pengeluaran ASI


14

c. Abdomen Atau Uterus

1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri

2) Kaji adnanya kontraksi uterus

3) Observasi ukuran kandung kemih

d. Vulva Atau Perineum

1) Observasi pengeluaran lokhea

2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomy

3) Kaji adanya pembengkakan

4) Kaji adnya luka

5) Kaji adanya hemoroid

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Darah

Beberapa uji laboratorium biasa segera

dilakukan pada periode pasca partum. Nilai hemoglobin dan

hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada

partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.


15

b. Pemeriksaan Urin

Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan

cateter atau dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath)

spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis

rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling

di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu

harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan

kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2005).

F. Tahapan Postpartum

Masa nifas dibagi menjadi tiga tahapan menurut Bobak (2005) yaitu :

1. Peurperium dini (immediate puerperium) : Waktu 0-24 jam

post partum, yaitu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan

untuk berdiri dan berjalan-jalan.

2. Peurperium intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari

post partum, yaitu masa kepulihan menyeluruh dari organ-

organ reproduksi selama kurang lebih 6-8 minggu.

Remote Puerperium (later puerperium) : waktu 1-6

minggu post partum.Waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu apabila ibu

selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.


16

G. Adaptasi Fisiologis

Perubahan fisiologis secara normal terjadi pada sistem reproduksi,

endokrin, abdomen, urinarius, pencernaan, payudara, kardiovaskuler,

neurologis, musculoskeletal dan integument (Bobak, Lowdermilk, Jensen

& Perry, 1995). Perubahan fisiologis pada periode ini adalah :

1) Tanda-Tanda Vital

Perubahan pada tanda vital yaitu suhu tubuh pada 24 jam pertama
0
postpartum terdapat peningkatan suhu lebih 38 C sebagai akibat efek

dehidrasi pada saat persalinan, dan tekanan darah terjadi hipotensi ortostatik

sistolik dimana terdapat penurunan sampai 20 mmHg, sebagai akibat adanya

penurunan tekanan intrapelvik atau adanya perdarahan pada uterus.

2) Sistem Reproduksi

Adaptasi fisiologis pada sistem reproduksi meliputi; involusi uteri,

terjadi karena kontraksi otot-otot polos uterus sebagai respon terhadap

penurunan volume intrauterine yang dipengaruhi penurunan hormone

estrogen dan progesterone, serta pelepasan hormone oksitoksin. Respon

perempuan terhadap kontraksi uterus menimbulkan nyeri/afterpain (Bobak,

Lowdermilk, Jensen & Perry 1995; Sherwen, 1999).

Uterus sebagai tempat implantasi plasenta mengalami degenerasi atau

pelepasan jaringan nekrotik, dan selanjutnya regenerasi endometrium. Dari

uterus ini juga terjadi pengeluaran lochea; mula-mula rubra (hari ke 1-3),

serosa (hari ke 4-10), alba (hari ke 11- 2 minggu). Serviks, vagina, perineum,

dan jaringan penopang dasar panggul berangsur-angsur akan kembali ke

keadaan sebelum hamil selama periode postpartum ini.


17

3) Abdomen

Dinding abdomen yang rileks setelah melahirkan akan kembali ke

keadaan sebelum hamil dalam waktu enam minggu. Kulit abdomen

memperoleh kembali elastisitasnya, walaupun sejumlah striae akan menetap.

Pengmbalian tonus otot tergantung pada kondisi tonus otot sebelum hamil,

latihan fisikyang tepat dan jumlah jaringan lemak.

4) Sistem Urinarius

Adaptasi sistem urinarius postpartum meliputi: pengembalian fungsi

ginjal ke keadaan normal dalam waktu 1 bulan. Hipotonia, dilatasi ureter dan

pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil memerlukan waktu 2-8

minggu postpartum (Bobak, Lowdermilk, Jensen & Perry, 1995).

5) Sistem Pencernaan

Adaptasi sistem pencernaan dapat terjadi secara normal dalam

beberapa hari setelah melahirkan ditandai dengan adanya eliminasi pada hari

ke 2- 3 postpartum, tetapi bila dilakukan pemberian anastesi dan analgesi

dapat memperlambat pengembalian tonus dan motilitas otot traktus

pencernaan sehigga eliminasi lambat.

6) Payudara

Menurut Youngkin dan Davis (1998) dan Sherwen (1999) payudara

akan mengsekresi dan ekskresi kolostrum pada beberapa hari pertama

setelah melahirkan. Produksi ASI pada hari ke 2-3, ditandai dengan

pembengkakan dan nyeri payudara pada saat dipalpasi.


18

7) Sistem Kardiovaskuler

Adaptasi sistem kardiovaskuler meliputi perubahan volume darah

yang tergantung pada kehilangan darah selama melahirkan, mobilisasi, dan

mengeluarkan cairan ekstravaskuler. Pada minggu ke 3-4 volume darah

menurun sampai mencapai volume sebelum hamil. Curah jantung meningkat

selama 30-60 menit pada semua jenis persalinan atau pemakaian anastesi.

Volume plasma menurun, sementara itu sel darah merah meningkat. Hal ini

dikaitkan dengan peningkatan hematrokrit pada hari ke 3-7. Nilai leukosit

selama hari ke 10-12 postpartum antara 20.000-25.000/mm 3 merupakan hal

yang umum terjadi.

8) Sistem Integumen

Adaptasi pada sistem integumen yakni hilangnya kloasma,

hiperpigmentasi areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya, pada

beberapa ibu akan menetap. Spidernevi, eritemapalmar dan epulis biasanya

berkurang sebagai respon penurunan kadar estrogen. Rambut kasar yang

tumbuh biasanya menetap. Diaporisis terjadi terutama pada malam hari pada

hari ke 2-3 postpartum. Konsistensi dan kekuatan kuku akan kembali pada

keadaan sebelum hamil.

Adaptasi fisiologi yang terjadi pada ibu postpartum selain yang

tersebut di atas juga ada masalah fisiologis lain yaitu kelelahan,

intoleransi aktifitas, dan nyeri luka insisi. Dalam menghadapi masalah

ini perawat harus memperhatikan kebutuhan fisiologi ibu postpartum,

melakukan asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan istirahat

yang adekuat dan mengurangi nyeri.


19

H. Adaptasi Psikologis

Penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orangtua setelah

kelahiran bayi ada tiga fase. Fase penyesuaian ibu ini ditandai dengan

perilaku dependen (taking-in), dependen-mandiri (taking-hold), dan

perilaku interdependen (letting-go) (Rubin, 1960, dalam Gorie, Mckinney

& Murray, 1998).

1. Fase dependen (taking-in): fase ini berlangsung selama satu sampai

dua hari pertama postpartum, dimana fokus utama ibu adalah untuk

memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, seperti minum, makan, dan

tidur. Ibu berharap semua kebutuhannya dipenuhi oleh orang lain,

dan selama fase ini ibu selalu mengingat tentang pengalaman

kehamilan dan proses melahirkannya. Pada fase ini, lapangan

persepsi ibu menyempit akibat adanya kecemasan dan keasyikan

terhadap peran barunya. Oleh karena itu informasi yang diberikan

pada waktu ini perlu diulang. Hal ini dipertegas oleh Ament (1990)

dalam Bobak, Lowdermilk, Jensen & Perry, 2005).

2. Fase dependen-mandiri (taking-hold): fase ini kurang lebih

berlangsung selama sepuluh hari. Selama fase ini ibu merasa lebih

mandiri dan mulai menunjukkan perhatian terhadap kebutuhan

dirinya sendiri, seperti merawat diri dan bayinya. Ibu merasa bahagia

dan nyaman, tetapi secara verbal ibu cemas dengan kemampuannya

untuk menjadi seorang ibu. Ibu berespon dengan semangat untuk

memperoleh kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan


20

diri sendiri dan bayinya.

3. Fase interdependen (letting-go): selama fase ini perilaku mandiri ibu

muncul, hubungan antar pasangan sudah berubah dengan adanya

seorang anak. Fase ini merupakan fase penuh stress karena menjadi

orangtua, dimana pasangan harus membagi kesenangan dengan

kebutuhan dalam mengasuh anak, mengatur rumah tangga, dan

membina karier.

Sedangkan adaptasi psikologis menurut Mercer (1995 dikutip oleh

Ladewig, London, Moberly, & Olds, 2002) ada empat fase pencapaian

peran maternal yaitu : 1) Anticipatory stage, fase ini terjadi selama

kehamilan dimana pada masa ini seorang wanita melihat model peran,

khususnya ibunya sendiri untuk contoh bagaimana seorang ibu

menjalankan perannya, 2) Formal stage, fase ini dimulai dari kelahiran

bayi, pada fase ini biasanya ibu masih dipengaruhi oleh bimbingan dari

orang lain dan pada fase ini juga ibu percaya dan mau mencoba untuk

bertindak sebagai ibu seperti orang lain pada umumnya, 3) Informal stage,

fase ini dimulai sejak ibu memilih untuk mengasuh bayinya, dimana ibu

mulai mengembangkan kemampuan mengasuh bayinya seperti seorang ibu

dan mulai menemukan cara untuk melakukan perannya dengan baik

sebagai seorang ibu, 4) Personal stage adalah fase akhir pembentukan

model peran, dimana pada fase ini ibu telah mencapai perannya dan merasa

nyaman menjadi seorang ibu sejati. Peran ini dicapai terjadi dalam waktu

tiga sampai sepuluh bulan.


21

Perubahan emosional pada ibu post partum menurut Bobak (2005)

yaitu:

1) Baby Blues

Baby bluespasca salin, karena perubahan yang tiba-tiba dalam

kehidupan, merasa cemas dan takut dengan ketidakmampuan merawat

bayinya dan merasa bersalah.Perubahan emosi ini dapat membaik dalam

beberapa hari setelah ibu dapat merawat diri dan bayinya serta mendapat

dukungan keluarga.

2) Depresi Pascapartum

Depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari

dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan

depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan

menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan

kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan

suami)..Kriteria untuk mengklasifikasi depresi pascapartum bervariasi tetapi

sering pada sindrom afektif/emosi yang tarjadi selama enam bulan setelah

melahirkan.Namun, pengalaman depresi yang dialami juga menunjukan

konsentrasi buruk, perasaan bersalah, kehilangan energy dan aktivitas sehari-

hari.

3) Psikosis Pascapartum

Psikosis pascapartum ialah krisis psikiatri yang paling parah.

Gejalanya seringkali bermula dengan postpartum blues atau depresi

pascapartum. Waham, halusinasi, konfusi dan panik bisa timbul. Wanita

tersebut dapat memperlihatkan gajala yang menyarupai skizofrenia atau


22

kerusakan psikoafektif.Perawatan di rumah sakit selama beberapa bulan

mungkin diperlukan. Bunuh diri atau bahaya pada bayi atau keduanya

merupakan bahaya psikosis terbesar.

I. Adaptasi Keluarga

Perubahan fisik dan psikologis pada ibu postpartum memerlukan

proses adaptasi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses adaptasi

ibu dan keluarga adalah rasa tidak nyaman dan kelelahan setelah

melahirkan, kurang pengetahuan tentang kebutuhan ibu dan bayi,

ketersediaan sistem pendukung, dan harapan ibu terhadap diri dan bayinya

(Gorie, Mckinney & Murray, 1998).

J. Ciri-ciri Family Centered Maternity Care di Ruang Postpartum

Family centered maternity care (FCMC) atau keperawatan

maternitas yang berfokus pada keluarga didefinisikan sebagai melahirkan

secara aman dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas sambil

menggali, memfokuskan dan mengadaptasikan terhadap kebutuhan klien,

bayi dan keluarga. Penekanannya adalah pada pelayanan ibu dan bayinya

yang mendukung kesatuan keluarga sambil mempertahankan keamanan

dan keselamatan fisik (May, & Mahlmiester, 1994).

Ciri-ciri pendekatan yang digunakan pada model family centered

maternity care menurut Phillip dan Zwelling (1996) adalah :

a. Peristiwa persalinan dan kelahiran dipandang sebagai suatu keadaan


23

sejahtera (normal dan alamiah) bukan suatu keadaan sakit, tetapi ibu

saat ini mengalami perkembangan kedewasaan, sehingga ibu dapat

melakukan perawatan diri dan bayinya sendiri dengan batuan

keluarga.

b. Pelayanan perinatal bersifat personal disesuaikan dengan kebutuhan

fisik, psikososial, latar belakang pendidikan, spiritual dan budaya

dari setiap ibu dan keluarga, sehingga ibu dan keluarga dapat

melakukan aktifitasnya sesuai dengan kemampuan dan

pengalamannya.

c. Program komprehensif edukasi perinatal, mempersiapkan keluarga

untuk aktif berpartisipasi sepanjang periode perinatal, serta masa

menjadi orang tua. Program ini mempersiapkan ibu dan keluarga

sesuai kemampuannya belajar merawat diri, bayi dan keluarganya.

d. Penyedia pelayanan kesehatan membantu keluarga agar dapat

membuat keputusan untuk perawatan mereka dan membantu

keluarga memiliki pengalaman positif sesuai dengan harapannya.

Pelayanan yang diberikan diharapkan memberi pengalaman positif

dalam merawat keluarga, sehingga keluarga dapat memilih

pelayanan yang berkualitas.

e. Pasangan/suami/orang yang dipercaya ibu untuk membantu dirinya

secara aktif selama proses perinatal. Dalam hal ini FCMC

memfasilitasi pasangan/orang yang dipercaya ibu untuk belajar

merawat bayinya selama di.rumah sakit, agar dapat membantu


24

istrinya/ibu postpartum setelah pulang perawatan (di rumah).

f. Memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginan ibu dan keluarga

selama perawatan di ruang rawat. Model ini mengajarkan keluarga

bagaimana mengetahui masalah dan memecahkan/ mengatasi

masalahnya.

g. Perawatan rooming-in diberikan kecuali pada ibu dengan persalinan

seksio sesarea. Model ini memberi gambaran bagaimana peran

keluarga (ayah, ibu dan anak) dalam menjalankan perannya masing-

masing di rumah dengan memberikan kesempatan untuk melakukan

perawatan sendiri dengan pemantauan perawat. Pemulangan dini

dapat dilakukan setelah melihat kesiapan ibu dan keluarga, seperti

hasil penelitian Grullon, dan Grimes (1997) bahwa pemulangan dini

postpartum akan nampak aman bila dilakukan sesuai dengan kriteria

secara umum atau kriteria ibu dan bayi (http://www.greenjournal.org,

diperoleh 02 Februari 2008).

h. Ibu adalah perawat untuk bayinya sendiri, ibu melakukan aktifitas

untuk memenuhi kebutuhan bayinya kapanpun, dimanapun dan

dalam kondisi apapun.

i. Perawat memfasilitasi ibu dan bayi sebagai satu kesatuan yang

menjadi tanggung jawabnya, memberi gambaran pada ibu dan

keluarga, kebutuhan mana yang memerlukan bantuan orang lain.

j. Para orangtua diijinkan untuk merawat bayi mereka yang sakit/resiko


25

tinggi setiap ada waktu dan mereka diikutsertakan dalam merawat

bayinya sesuai dengan kondisinya, memberi kesempatan pada ibu

dan keluarga dengan melibatkan ibu dan pasangan dalam merawat

bayi yang bermasalah sesuai kemampuannya dengan melihat kondisi

bayi, sehingga keluarga tahu masalah bayi dan dapat mengambil

keputusan dalam meminta bantuan untuk mengatasinya.

K. Discharge Planning

Discharge planning yang diberikan selama perawatan antara lain :

1. Manajemen pengobatan

2. Manajemen nyeri

3. Pemberian ASI.

4. Selama dirawat di rumah sakit pasien akan diajarkan mengenai obat

yang akan diminum. Pendidikan manajemen obat sepenuhnya akan

disampaikan melalui konseling dengan keluarga dan pasien sebelum

pasien pulang.

5. Ibu diajarkan untuk menggunakan pompa ASI.

6. Perawatan luka

7. Perawatan bayi baru lahir, tanda kegawatdaruratan dan

penanganannya

8. Modifikasi lingkungan, program follow-up dan informasi pelayanan

kesehatan di lingkungan rumah diberikan oleh petugas medis saat

pasien akan pulang.


26

L. Home Care

Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah

pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan

kepada individu, keluarga, ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk

meningkatkan, mempertahankan, memulihkan tempat tinggal mereka yang

bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan

kesehatan/memaksimalkan kemandirian dan meminimalkan kecacatan

akibat dari penyakit. Kesehatan/memaksimalkan kemandirian dan

meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit.

Layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien/keluarga yang

direncanakan, dikoordinir, oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur

berdasarkan perjanjian bersama.

Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4x. Adapun tujuan

kunjungan rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta

mencegah, mendeteksi dan menangani komplikasi pada masa nifas.

Kunjungan rumah memiliki keuntungan sebagai berikut : perawat dapat

melihat dan berinteraksi dengan keluarga dalam lingkungan yang alami

dan aman serta perawat mampu mengkaji kecukupan sumber yang ada,

keamanan dan lingkungan di rumah. Sedangkan keterbatasan

dari kunjungan rumah adalah memerlukan biaya yang banyak, jumlah


27

perawat terbatas dan kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi

pasien di daerah tertentu.

Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai

dengan program pemerintah meliputi :

1) Kunjungan I (6-8 jam postpartum)

a. Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri

b. Deteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta lakukan

rujukan bila perdarahan berlanjut

c. Pemberian ASI awal

d. Konseling ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan

karenaatonia uteri

e. Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir

f. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahanhipotermi

2) Kunjungan II (6 hari postpartum)

a. Memastikan involusiuterus berjalan normal, uterus berkontraksi

baik, tunggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak

ada perdarahan abnormal

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan

c. Memastikan ibu cukup istirahat, makanan dan cairan

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada

tanda-tanda kesulitan menyusui

e. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

3) Kunjungan III (2 minggu postpartum)


28

Asuhan pada 2 minggu postpartum sama dengan asuhan yang

diberikan pada kunjungan 6 hari postpartum.

4) Kunjungan IV (6 minggu postpartum)

a. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama

masa nifas

b. Memberikan konseling KB secara dini

M. Asuhan Keperawatan

Konsep Asuhan Keperawatan Postnatal Care

1. Pengkajian

 Identitas Pasien

 Keluhan Utama : Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka

jahitan, takut bergerak

 Riwayat Kehamilan : Umur kehamilan serta riwayat penyakit

menyetai

 Riwayat Persalinan

1. Tempat persalinan

2. Normal atau terdapat komplikasi

3. Keadaan bayi

4. Keadaan ibu

 Riwayat Nifas Yang Lalu


29

5. Pengeluaran ASI lancar / tidak

6. BB bayi

7. Riwayat ber KB / tidak

 Pemeriksaan Fisik

8. Keadaan umum pasien

9. Abdomen

10. Saluran cerna

11. Alat kemih

12. Lochea

13. Vagina

14. Perinium dan rectum

15. Ekstremitas

16. Kemampuan perawatan diri

 Pemeriksaan psikososial

17. Respon dan persepsi keluarga

18. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri akut b.d trauma mekanis, edema / pembesaran

jaringan atau distensi efek-efek hormonal

b) Ketidakefektifan menyusui b.d tingkat pengetahuan,

karakteristik payudara
30

c) Gangguan eliminasi BAK b.d distensi kandung kemih,

perubahan- perubahan jumlah / frekuensi berkemih

d) Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan,

penurunan sistemkekebalan tubuh

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d

kehilangan cairan berlebih (perdarahan)


3. Intervensi Keperawatan

Tabel 1. 1 Intervensi Keperawatan

Dx. Kep Tujuan Intervensi Rasional


Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Observasi 1. Mengidentifikasi kebutuhan
keperawatan diharapkan nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, dan intervensi yang tepat
b.d trauma mekanis,
ibu berkurang durasi, frekuensi, kualitas, 2. Untuk mengalihkan perhatian ibu
edema / pembesaran
Kriteria evaluasi: intensitas nyeri dan rasa nyeri yang dirasakan
jaringan atau distensi
- Identifikasi skala nyeri 3. Memperlancar pengeluaran
efek-efek hormonal Skala nyeri 0-1, ibu mengatakan
- Identifikasi respons nyeri non lochea, mempercepat involusi dan
nyerinya berkurang sampai
verbal mengurangi nyeri secara bertahap.
hilang, tidak merasa nyeri saat
- Identifikasi faktor yang 4. Meningkatkan sirkulasi pada perinium
mobilisasi, tanda vital dalam
memperberat dan memperingan
batas normal. 5. Melonggarkan sistem saraf
nyeri
perifer sehingga rasa nyeri
S = 36-370C
- Monitor efek samping penggunaan
berkurang
N = 60-80 x/menit analgetik

TD = 120/80 mmhg Terapeutik

RR= 18-20 x / menit - Berikan teknik nonfarmakologi

31
32

untuk mengurangi nyeri (mis.


terapi musik, kompres dingin)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
- Jelaskan pada keluarga strategi
meredakan nyeri

Kolaboasi

- Kolaborasi pemberian analgetik,


jika perlu
Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji ulang tingkat pengetahuan 1. Membantu dalam mengidentifikasi
33

menyusui b.d tingkat keperawatan diharapkan ibu dan pengalaman ibu tentang kebutuhan saat ini agar memberikan
pengetahuan, dapat mencapai kepuasan menyusui sebelumnya intervensi yang tepat.
karakteristik menyusui 2. Demonstransikan dan tinjau ulang 2. Posisi yang tepat biasanya mencegah
payudara criteria evaluasi: teknik menyusui luka/pecah putting yang dapat
3. Anjurkan ibu mengeringkan puting merusak dan mengganggu
ibu mengungkapkan proses
setelah menyusui 3. Agar kelembapan pada payudara tetap
situasi menyusui, bayi mendapat
ASI yang cukup. dalam batas normal.
Gangguan eliminasi Setelah diberikan askep 1. Kaji dan catat cairan masuk dan 1. Mengetahui balance cairan pasien
BAK b.d distensi diharapkan ibu tidak mengalami keluar tiap 24 jam. sehingga diintervensi dengan
kandung gangguan eliminasi (BAK) 2. Anjurkan berkamih 6-8 jam post tepat
kemih, Kriteria hasil: partum. 2. Melatih otot-otot perkemihan
perubahan-perubahan Ibu dapat berkemih sendiri 3. Berikan teknik merangsang
3. Agar kencing yang tidak dapat keluar,
jumlah / frekuensi dalam 6-8 jam post partum tidak berkemih seperti rendam duduk,
bisa dikeluarkan sehingga tidak ada
berkemih. merasa sakit saat BAK, jumlah alirkan air keran
retensi.
urine 1,5-2 liter/hari. 4. Kolaborasi pemasangan kateter.
4. Mengurangi distensi kandung kemih.
Resiko tinggi terhadap Setelah diberikan askep Observasi 1. Untuk dapat mendeteksi tanda
infeksi berhubungan diharapkan infeksi pada ibu 1. Inspeksi insisi atau robekan infeksi lebih dini dan
dengan trauma tidak terjadi perineum (mis. episiotomi) mengintervensi dengan tepat
jaringan, penurunan Kriteria hasil : 2. Pembalut yang lembab dan banyak
Terapeutik
34

sistem kekebalan 1. Fasilitasi dalam membersihkan darah merupakan media yang menjadi
Dapat mendemonstrasikan
tubuh. perineum tempat berkembangbiaknya kuman.
teknik untuk menurunkan resiko
2. Pertahankan perineum tetap kering 3. Peningkatan suhu > 38°C
infeksi, tidak terdapat tanda-
3. Berikan posisi nyaman menandakan infeksi
tanda infeksi.
4. Berikan kompres es, jika perlu 4. Untuk memperlancar sirkulasi ke
5. Bersihkan area perineum secara perinium dan mengurangi udema.
teratur 5. Membantu mencegah kontaminasi
6. Berikan pembalut yang menyerap rektal melalui vaginal
Edukasi

1. Ajarkan pasien dan keluarga


mengobservasi tanda abnormal
pada perineum (mis. infeksi,
kemerahan, pengeluaran cairan
yang abnormal)

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
antiimflamasi, jika perlu
35

2. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Resiko tinggi terhadap Setelah diberikan askep ibu Observasi
- Mencegah terjadinya dehidrasi
ekurangan volume diharapkan tidak kekurangan - Monitor tanda dan gejala
- Peningkatan suhu dapat memperhebat
cairan b.d kehilangan volume cairan dengan KE : perdarahan
dehidrasi
cairan berlebih cairan masuk dan keluar - Monitor nilai
(perdarahan) seimbang, Hb/Ht dalam batas hematokrit/hemoglobin sebelum - Penurunan Hb tidak boleh melebihi 2
normal (12,0- 16,0 gr/dL) dan setelah kehilangan darah gram%/100 dL.

Terapeutik

- Pertahankan bed rest selama


perdarahan
- Batasi tindakan invasive, jika
perlu
- Hindari pengukuran suhu rektal

Edukasi

- Jelaskan tanda dan gejala


perdarahan
36

- Anjurkan meningkatkan asupan


cairan untuk menghindari
konstipasi
- Anjurkan menghindarii aspirin dan
antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan

Kolaboasi

- Kolaborasi pemberian obat


pengontrol perdarahan , jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Arif Annurrahman, R. W. (Juli 2018). Hubungan Pelaksanaan Discharge Planning

dengan Tingkat Kecemasan dan Kesiapan Pulang pada Pasien Post Sectio

Caesarea. Jurnal Keperawatan Klinis dan Komunitas , Vol. 2 (2) .

Irene M. Bobak, RN, PhD, FAAN, M. D. (Cetakan I : 2005). Buku Ajar

Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing) Edisi 4. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia

Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Edisi 1 Cetaka II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan

Perawat .

WIWIK SETIYANINGRUM. (2015). Asuhan Keperawatan Dengan Postpartum.

Fakultas Ilmu Kesehatan UMP.

YAYAT SURYATI. (2008). PENGALAMAN IBU PRIMIPARA DENGAN

PEMULANGAN DINI DARI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

CIBABAT. TESIS.

37

Anda mungkin juga menyukai