BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 359 per 100 ribu kelahiran
hidup. Target yang akan dicapai pada tahun 2015 adalah menjadi 102 orang
per tahun menurut Syafiq (2013). Indonesia berada di peringkat ketiga
tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN. Peringkat pertama
ditempati oleh Laos dengan 470 kematian ibu per 100.000 kelahiran,
sementara angka kematian paling kecil dimiliki oleh Singapura dengan 3
kematian per 100.000 kelahiran. Angka kematian ibu di Indonesia mencapai
9.900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2012 (Sulaiman,
2014).
Penyebab kematian ibu disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan
dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Penyebab langsung antara lain :
perdarahan 42%, eklamsia/pre ekalmsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%,
partus lama/persalinan macet 9%, dan penyebab lain 15 %. Di negara
majumaupun negara berkembang memperkirakan 15%-20% ibu hamil akan
mengalami resiko tinggi atau komplikasi. Jumlah kematian ibu sebanyak
500.000 orang setiap tahun dan 99% terjadi di negara berkembang (Sulaiman,
2014).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan abnormal yang terjadi di luar
rongga rahim, janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang
sama sekali. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi
seorang ibu yang dapat menyebabkan kondisi gawat bagi ibu karena dapat
menyebabkan kematian ibu akibat abortus pada umur kehamilan trimester
pertama (1-12 minggu). Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara
tepatdan cepat. Frekuensi kejadian kehamilan ektopikberkisar 1:14,6% dari
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kehamilan ektopik terganggu ?
2. Apa penyebab dan manifestasi klinis dari kehamilan ektopik terganggut ?
3. Bagaimana patofisiologi dan komplikasi yang terjadi pada kehamilan
ektopik terganggu ?
4. Apa saja prognosis serta pemeriksaan penunjang dari penyakit kehamilan
ektopik terganggu ?
5. Bagaimana penanganan dan penatalaksanaan untuk penyakit kehamilan
ektopik terganggu ?
6. Bagaimana konsep asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien
dengan kehamilan ektopik terganggu
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
mons veneris.
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak).
c. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak
dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang
memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette,
semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
3
4
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular,
pipih, cekung dan tampak
tampa k seperti bola lampu / buah peer terbalik
te rbalik yang
terletak di pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum.
Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan
teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian
corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus
uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan
berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding
5
6
fallopi
(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)
uteri)
(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis
inguinalis dan mencapai labia mayus
(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
pelvikum
(1) Terbentang dari infundibulum
infundibulum dan ovarium menuju dinding
panggul
menuju os sacrum
7
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara
kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan
ovum mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum
berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum
i nternum pada dinding
rahim.
8
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon –
hormon – hormon
hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium
Jenis : Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua
lembar ligamentum latum. Batasan parametrium :
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
9
yang lain.
Setelah sperma mencapai oosit terjadi :
a. reaksi zona atau reaksi kortikal pada selaput zona pelusida
b. Oosit menyelesaikan pembelahan keduanya sehingga menghasilkan
oosit definitive yang kemudian menjadi pronukleus wanita
c. Inti sel sperma membesar membentuk pronukleus pria
d. Ekor sperma lepas dan bergenerasi
e. Pronukleus pria dan wanita yang haploid membentuk zygote yang
diploid.
10
3. Implantasi / Nidasi
Kontak antara zigot stadium Blastokista dengan dinding rahim
akan menimbulkan berbagai reasi seluler sehingga sel trofoblas tersebut
dapat menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel
endometrium uterus. Tahap ini disebut sebagai implantasi / nidasi yang
terjadi kurang lebih enam hari setelah konsepsi. Apabila sudah terjadi
implantasi / nidasi maka baru dikatakan terjadi kehamilan (Gravid). Pada
hari ke empat, inti blastokista telah sampai pada permukaan stoma
endometrium. Pada hari ke enam, blastokista mulai masuk kedalam stoma
endometrium dan pada hari ke sepuluh, blastokista telah terbenam
seluruhnya ke dalam stroma endometrium, sehingga tahap implantasi /
nidasi berakhir. Selaput janin terdiri atas korion, amnion, kantung kuning
telur, alantois. Bagian korion fili tetap berkembang yang kelak akan
menjadi plasenta. Plasenta, selain terdiri dari komponen janin juga tyerdiri
dari komponen maternal yang disebut desidua (desidua basalis).
Desidua dibagi menjadi dua daerah, yaitu:
a. Desidua basalis, terletak diantara hasil konsepsi dengan dinding uterus
b. Desidua capsularis, terletak diantara hasil konsepsi dengan cavum uteri
c. Desidua parietalis/Vera, terletak meliputi/mengelilingi dinding uterus
yang lain.
4. Plasentasi
Pada ± minggu ke 16 seluruh kantong rahim telah ditutupi oleh vili
korialis. Setelah kantung membesar, vili diseberang janin (daerah desidua
capsularis) terjepit, mengalami degenerasi, sehingga menjadi halus (korion
halus). Vili di desidua basalis berkembang dengan cepat membentuk
plasenta (Plasenta Pars Fetalis).
Fungsi plasenta:
11
b. ekskresi, alat yang menyalurkan hasil metabolisme dari janin ke ibu.
c. respirasi, menyalurkan O2 dari ibu ke janin
d. alat pembentuk hormone (Endokrin)
5. Cairan Amnion
Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai rongga amnion.
Didalam ruang ini terdapat cairan amnion (Liquor Amnii). Volume cairan
amnion (air ketuban) pada kehamilan berkisar antara 1000 – 1500 ml.
Cairan amnion berasal dari sekresi oleh dindinmg selaput amnion/plasenta,
kemudian setelah system urinorius janin terbentuk, urine janin yang
diproduksi, juga dikeluarkan kedalam rongga amnion.
terbentuk mulut dengan lidah. Pada tahap ini calon tangan dan kaki
12
mulai terlihat menonjol pada sisi lateral corpus dan distal. Selanjutnya
akan terlihat garis-garis bakal terbentuknya jari-jari tangan dan kaki.
Juga mulai terbentuk organ-organ dalam utama seperti jantung, otak,
13
2. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki,
tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Menurut Mochtar
(2002), faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai
berikut:
14
2) Kelainan zigot,
zigot, yaitu kelainan kromosom
kromosom dan malformasi.
3) Faktor ovarium,
ovarium, yaitu migrasi luar ovum dan
dan pembasaran ovarium.
4) Penggunaan hormon eksogen.
5) Faktor lain, antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD.
15
yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil (Sukarni dan
Margareth, 2013).
4. Patofisiologi
Menurut Yulianingsih (2009), tempat-tempat implantasi kehamilan
ektopik antara lain ampula tuba (lokasi tersering), isthimus, ibrial, pars
interslitialis, cornu uteri, ovarium, rongga abdomen, servik, dan
ligamentum cardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar
tuba maupun secara interkolumnar. Karena tempat implantasi pada
kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat
kehamilan akan terkompromi.
Menurut Fauziyah (2012), sebagian besar kehamilan ektopik
terganggu hanya berumur kehamilan 6-10 minggu, karena pertumbuhan
hasil konsepsi kehamilan ektopikterganggu, sehingga janin tidak mungkin
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.
16
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan ektopik terganggu
yaitu ruptur tuba atau uterus (tergantung lokasi kehamilan) dan hal ini
6. Prognosis
Kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopikterganggu
turun sejalan dengan ditegakannya diagnosis dini dan persediaan darah
yang cukup. Kehamilan ektopik terganggu pada umumnya bersifat
bilateral. Sebagian wanita menjadi steril (tidak dapat mempunyai
keturunan) setealah mengalami keadaan tersebu tdiatas, namun dapat juga
mengalami kehamilan ektopikterganggu lagi pada tuba yang lain.
Angka kehamilan ektopikyang berulang dilaporkan antara 0%-
14,6%. Untuk wanita dengan anak yang sudah cukup, sebaiknya pada
operasi dilakukan salpingektomi bilateralis. Dengan sendirinya hal ini
perlu disetujui oleh suami istri sebelumnya (Rukiyah dan Yulianti,
Yulianti, 2014).
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kadar Haemoglobin dan Eritrosit menurun atau Leukosit
kehamilan.
17
18
19
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Secara Umum
Menurut Saifuddin (2006), penatalaksanaan atau penanganan untuk
20
21
d) Telah dilakukan
dilakukan rekonstruksi
rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya,
e) Pasien meminta dilakukan sterilisasi,
f) Perdarahan berlanjut pasca salpingotomi,
10. Pencegahan
Berikut ini berbagai macam cara yang bisa digunakan untuk
mencegah kehamilan ektopik :
a. Berhenti merokok
Berhenti merokok adalah salah satu cara yang bisa
digunakan untuk mencegah kehamilan ektopik. Wanita yang
menjadi perokok aktif sangat rentan untuk mengalami kehamilan
22
23
f. Pemeriksaan Kehamilan.
Saat akan melakukan pemeriksaan kehamilan pertama,
penting bagi wanita yang sedang hamil untuk melakukan USG.
24
D. Asuhan keperawatan
keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Purwaningsih, S. 2010, pengkajian yang dilakukan yaitu
Anamnase :
a. Menstruasi terakhir.
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menetukan
taksiran persalinan (TP).TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid
terakhir (HPHT).Untuk menentukan TP berdasrkan HPHT dapat
digunakan rumus Naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurang
tiga, tahun disesuaikan.
b. Adanya bercak darah yang berasal
berasal dari vagina.
c. Nyeri abdomen: kejang, tumpul.
d. Jenis kontrasepsi.
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibatkan buruk pada janin, ibu,
atau keduanya.Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didaptkan pada
saat kunjungan pertama.Penggunaan kontrasepsi oral sebelum
kelahiran dan berlanjut saat kehamilan yang tidak dikatahui dapat
berakibat buruk pada pembentukan organ seksual janin.
e. Riwayat gangguan tuba sebelumnya
Kondisi kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes melitus,
hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan.Oleh
karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi dan trauma pada
persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.
f. Tanda-tanda vital
25
26
a) Postur tubuh
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama
kehamilan. Keadaan ini mengakibatkan regangan pada otot
punggung dan tungkai.
b) Tinggi badan dan berat
berat
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar
untuk dapat menentukan kenaikan berat badan selama
kehamilan.Berat badan sebelum konsepsi kurang dari 45 kg
dan tinggi badan kurang dari 150 cm ibu beresiko melahirkan
d) Abdomen
Kontur,ukuran dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi
fundus diukur jika fundus bisa dipalpasi diatas simfisis
pubis.Kandung kemih harus dikosongkan
dikosongkan sebelum pemeriksaan
dilakukan untuk menentukan keakuratannya.Pengukuran
metode Mc. Donal dengan posisi ibu berbaring. Nyeri
merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu.
Pada ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-
tiba dan intesitas yang kuat disertai dengan perdarahan yang
27
28
9. Sistem reproduksi
a) Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi putting dan
pengeluaran kolostrum perlu dicatat.Adanya benjolan
benjola n dan tidak
simetris pada payudara membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
b) Organ reproduksi eksternal
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva dan anus perlu
diperiksa dari eksiorisasi, ulserasi, lesi, varises dan jarinagn
parut pada perineum
c) Organ reproduksi internal
29
(1) Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak hamil
dan berwarna merah kebiruan pada ibu hamil yang disebut
tanda Chadwik.
30
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah sebagai berikut :
Pre Op :
3. Intervensi
a. Diagnosa 1
terus - menerus)
31
3) Ciptakan lingkungan
lingkungan yang
yang nyaman
nyaman bagi
bagi klien.
Rasional : Dengan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi
klien akan dapat mengurangi rasa nyeri klien, karena lingkungan
yang tidak menambah persepsi nyeri klien.
4) Ajarkan tekhnik relakasasi, dsitraksi dan imajinasi
Rasional : Dengan mengajarkan tehnik relaksasi, distraksi dapat
meringankan nyeri
5) Berikan kompres hangat
Rasional : Dengan memberikan kompres hangat akan memberikan
8) Atur posisi
posisi yang
yang nyaman bagi klien
Rasional : Dengan mengatur posisi yang nyaman bagi klien akan
mengurangi rasa nyeri
9) Kolaborasi dengan tim medis
Rasional : Berkolaborasi akan membantu di dalam memberikan
terapi analgesic
b. Diagnosa 2
Defisit volume
volume cairan cairan tubuh
tubuh berhubungan dengan rupture pada
lokasi implantasi, perdarahan
32
membrane mukosa.
Rasional : Indikator langsung status cairan/hidrasi.
6) Awasi tekanan
tekanan darah dan frekwensi jantung.
jantung.
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemik
7) Berikan cairan IV
IV sesuai indikasi.
indikasi.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit karena
tak adanya pemasukan melalui oral, menurunkan resiko komplikasi
ginjal
8) Memberikan trombosit, dan factor pembekuan.
pembekuan.
c. Diagnosa 3
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih
banyak pada uterus.
Tujuan : perfusi jaringan adekuatnya dan perdarahan teratasi.
Kriteria Hasil : keadaan umum
umum ibu baik, tanda vital dalam batas
normal, sirkulasi darah baik.
33
Intervensi :
1) Kaji dan monitor perdarahan
perdarahan pervaginam
pervaginam yang abnormal
Rasional : dapat dijadikan sebagai indikator dari factor kegagalan
pembekuan darah.
2) Pemberian tranfusi dan komponen
komponen darah
darah sesuai dengan indikasi.
Rasional : transfuse darah dapat membantu pengurangan factor
pembekuan karena proses pembekuan yang abnormal.
3) Pemberian obat sesuai dengan indikasi
Rasional : pemberian obat untuk menghentikan perdarahan.
4) Monitor TTV
Rasional : pemonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi
terjadinya pemulihan atau penurunan
penurunan sirkulasi.
d. Diagnosa 4
Potensial syok berhubungan dengan banyaknya darah yang keluar
selama perdarahan.
Tujuan : perdarahan berhenti
Krteria hasil : Hb klien normal ( 11 - 13 ) gr %
Intervensi :
1) Monitor tanda –
tanda – tanda
tanda vital
Rasional : Monitor tanda-tanda vital akan mengetahui keadaan dan
perkembangan klien.
2) Kaji perdarahan (jumlah, warna, gumpalan)
Rasional : Mengkaji perdarahan, jumlah, warna, gumpalan akan
mengetahui gejala-gejala shock.
3) Cek hemoglobin
Rasional : Cek Hb akan mengetahui keadaan Hb klien.
4) Pemasangan infuse
34
e. Diagnosa 5
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder
akibat laparotomi.
Tujuan : Nyeri terkontrol atau hilang.
Kriteria Hasil : Ekspresi wajah klien tidak menyeringai menahan nyeri
Wajah klien tampak tenang.
Intervensi :
1) Catat lokasi,
lokasi, karakteristik
karakteristik dan intensitas nyeri.
nyeri.
Rasional : untuk pengawasan terhadap kemajuan penyembuhan.
2) Beri latihan relaksasi.
Rasional : relaksasi akan
ak an menurunkan konsumsi oksigen, frekwensi
pernapasan, frekwensi jantung dan ketegangan sehingga bissa
mengurangi nyeri.
3) Lakukan tindakan distraksi.
Rasional : mengalihkan infuls nyeri sehingga nyeri berkurang.
4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional :analgetik bekerja untuk mengurangi nyeri.
5) Atur posisi
posisi yang
yang nyaman bagi klien
Rasional : Dengan mengatur posisi yang nyaman bagi klien akan
mengurangi rasa nyeri.
35
nyeri.
7) Pantau tekanan
tekanan darah, nadi dan pernapasan.
Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah
meningkat, nadi dan pernapasan meningkat.
8) Pantau tekanan
tekanan darah, nadi dan pernapasan.
Rasional : Nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah
meningkat, nadi dan pernapasan meningkat.
f. Diagnosa 6
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka insisi/bedah operasi.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : - Tidak ada tanda-tanda infeksi
infeksi seperti pus
- Luka bersih, tidak lembab dan kotor.
- Tanda-tanda vital normal.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar
kemungkinan adanya gejala infeksi karena tubuh berusaha untuk
melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi
peningkatan tanda vital.
2) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptic mencegah risiko
infeksi.
3) Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter,
drainase luka, dll.
Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
4) Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah,
seperti Hb dan leukosit.
36
g. Diagnosa 7
Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang
pemahaman atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.
Tujuan : ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan
dalam istilah sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
Kriteria hasil : Mengerti menenai penyakit
pen yakit yang diderita
Intervensi :
1) Jelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi
hemoragia.
Rasional : Memberikan informasi, menjelaskan kesalahan konsep
pikiran ibu mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan
menurunkan stres yang berhubungan dengan prosedur yang
diberikan.
2) Berikan kesempatan bagi ibu untuk mengajukan pertanyaan dan
mengungkapkan kesalah konsep.
Rasional : Memberikan klasifikasi dari konsep yang salah,
identifikasi masalah-masalah dan kesempatan untuk memulai
mengembangkan ketrampilan penyesuaian (koping).
3) Diskusikan kemungkinan
kemungkinan implikasi jangka
jangka ependek pada ibu/ janin
dari keadaan pendarahan.
37
b. Diagnosa 2
Defisit volume
volume cairan cairan tubuh
tubuh berhubungan dengan rupture pada
lokasi implantasi, perdarahan
Tujuan : perdarahan berhenti
Intervensi
1) Mengkaji perdarahan (jumlah, warna dan gumpalan)
gumpalan)
2) Menganjurkan klien banyak minum
38
3) Memonitor hemoglobin
4) Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian transfusi darah
5) Mengevaluasi turgor kulit, pengisian
pengisian kapiler dan kondisi u
umum
mum
membrane mukosa.
6) Mengawasi tekanan darah
darah dan frekwensi jantung.
7) Memberikan cairan IV
IV sesuai indikasi.
indikasi.
8) Memberikan trombosit, dan factor pembekuan.
pembekuan.
c. Diagnosa 3
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih
banyak pada uterus.
Tujuan : perfusi jaringan adekuatnya dan perdarahan teratasi.
Intervensi :
1) Mengkaji dan monitor perdarahan
perdarahan pervaginam yang abnormal
2) Memberikan tranfusi dan komponen
komponen darah sesuai dengan indikasi.
3) Memberikan obat sesuai dengan
dengan indikasi
4) Memonitor TTV
5) Memberikan terapi oksigen sesuai indikasi.
d. Diagnosa 4
Potensial syok berhubungan dengan banyaknya darah yang keluar
selama perdarahan.
Tujuan : perdarahan berhenti
Intervensi :
1) Memonitor tanda –
tanda – tanda
tanda vital
2) Mengkaji perdarahan (jumlah, warna, gumpalan)
3) Memonitor hemoglobin
4) Pemasangan infuse
5) Melakukan pemeriksaan rhesus
rhesus golongan
golongan darah
6) Memberikan transfusi
7) Mengobservasi tanda –
tanda – tanda
tanda syok
39
e. Diagnosa 5
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder
akibat laparotomi.
7) Memantau tekanan
tekanan darah,
darah, nadi dan pernapasan.
8) Memantau tekanan
tekanan darah,
darah, nadi dan pernapasan.
f. Diagnosa 6
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka insisi/bedah operasi.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
1) Memantau tanda-tanda vital.
2) Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
g. Diagnosa 7
40
5. Evaluasi
Kriteria keberhasilan / evaluasi meliputi :
a. Nyeri berkurang
b. Keseimbangan cairan stabil dan tidak terjadi defisit volume cairan
c. Tidak terjadi perdarahan
d. Evaluasi adanya syok
e. Nyeri post op dapat berkurang
f. Tidak terjadi infeksi
g. Klien dan keluarga memahami dan mengenal sumber – sumber
informasi mengenai kehamilan ektopik.
41
BAB III
IMPLEMENTASI
42
C. Materi
a. Pokok bahasaan :
Kehamilan Ektopik Terganggu
D. Metode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
E. Media
1) Lembar balik
2) Booklet
43
44
G. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Klien menyepakati kontrak yang telah disepakati dan tersedianya media
penkes.
2. Evaluasi proses
Klien berpartisipasi selama kegiatan dan pelaksanaan sesuai dengan
rencana
3. Evaluasi hasil
a. Menjelaskan pengertian kehamilan ektopik terganggu dengan tepat
sesuai dengan bahasanya sendiri
b. Menjelaskan penyebab kehamilan ektopik terganggu dengan tepat
c. Menyebutkan 5 dari 10 tanda dan gejala kehamilan ektopik terganggu
dengan tepat
d. Menjelaskan penatalaksanaan kehamilan ektopik terganggu dengan
tepat sesuai bahasanya sendiri
e. Menjelaskan pencegahan kehamilan ektopik terganggu dengan tepat
45
B. Lampiran
2. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki,
tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Menurut Mochtar
(2002), faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai
berikut:
1) Faktor tuba, yaitu
yaitu salpingitis, perlekatan tuba, kelainan
kelainan konginetal tuba,
pembedahan sebelumnya, endometriosis, tumor yang mengubah
bentuk tuba dan kehamilan ektopik
ektopik sebelumnya.
2) Kelainan zigot,
zigot, yaitu kelainan kromosom
kromosom dan malformasi.
3) Faktor ovarium,
ovarium, yaitu migrasi luar ovum dan
dan pembasaran ovarium.
4) Penggunaan hormon eksogen.
5) Faktor lain, antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD.
46
4. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Secara Umum
Menurut Saifuddin (2006), penatalaksanaan atau penanganan untuk
kasus kehamilan ektopi terganggu secaraumum, antara lain adalah
sebagai berikut:
1) Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk
tindakan operatif gawat darurat.
2) Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk
melakukan tindakan operatif, karena sumber perdarahan harus
dihentikan.
3) Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh
tubuh
dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit
pertama) atau 2 L dalam dua jam pertama (termasuk selama
tindakan berlangsung).
4) Bila darah pengganti belum tersedia, berikan auto
transfusionberikut ini:
a) Pastikan darah yang dihisap dari rongga abdomen telah melalui
alat penghisap dan wadah penampung yang sterilil.
b) Saring darah
dar ah yang tertampung
terta mpung dengan kain steril dan masukan
kedalam kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak
tersedia masukan dalam botol bekas cairan infus (yang baru
47
48
49
5. Pencegahan
Berikut ini berbagai macam cara yang bisa digunakan untuk
mencegah kehamilan ektopik :
a. Berhenti merokok
Berhenti merokok adalah salah satu cara yang bisa digunakan
untuk mencegah kehamilan ektopik. Wanita yang menjadi perokok
aktif sangat rentan untuk mengalami kehamilan ektopik. Alasannya
adalah bahaya merokok , mengandung banyak zat-zat berbahaya yang
akan masuk ke dalam tubuh dan mempengaruhi kinerja tubuh wanita
tersebut. Jaringan di dalam rahim pun akan terganggu akibat dari
konsumsi rokok.
b. Tidak berganti pasangan
Wanita yang sering berganti pasangan akan rentan untuk
terkena penyakit menular seksual. Penyakit menular seksual tersebut
bisa menyebabkan seseorang
ses eorang terkena radang panggul. Radang panggul
adalah penyebab kehamilan ektopik yang paling umum. Radang
panggul bisa menyebabkan jaringan parut berada di saluran tuba
sehingga zigot yang berenang akan menempel di saluran tuba.
c. Menjaga kebersihan organ reproduksi
Organ intim yang tidak bersih dan tidak sehat dapat membuat
seseorang terkena PMS. Kuman dan jamur tersebut bisa berkembang
di vagina dan menyebabkan penyakit menular seksual seperti klamidia,
gonore dan masih banyak lagi lainnya.
d. Hindari berbagai macam pembedahan.
Pembedahan khusus di bagian reproduksi bisa meningkatkan
resiko seseorang terkena kehamilan ektopik. Pembedahan tersebut
misalnya saja pembedahan di saluran tuba, ovarium, pembedahan perut
dan juga pembedahan di bagian bawah perut. Alasannya adalah
50
51
DAFTAR PUSTAKA
52
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana ovum yang
telah dibuahi sperma mengalami implantasi dan tumbuh di tempat yang tidak
semestinya dan bukan di dalam endometrium kavum uteri. Tuba adalah tempat
yang sering terjadi pada kehamilan ektopik.
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak diketahui. Faktor pada lumen tuba, pada dinding
tuba, dan pada luar dinding tuba merupakan faktor yang memegang peranan
penyebab kehamilan ektopik.
B. Saran
53
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, T. 2012.
2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-nurhendif-5401-2
babii.pdf (Di akses pada tanggal 7 April 2017)
54