Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.Y DENGAN CA SERVIKS


DI RUANG RAJAWALI 4A RSUP DR.KARIADI SEMARANG

Disusun oleh:
Yenny Mayangsari
G3A017308

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Penyakit kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak
normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Salah satu penyakit
kanker tersebut adalah kanker serviks. Kanker serviks adalah kanker yang terdapat
pada serviks atau leher rahim, yaitu area bagian bawah rahim yang menghubungkan
rahim dengan vagina (Emilia, 2010).
Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat
493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian
sebanyak 273.505 jiwa per tahun. (Emilia, 2010). Secara nasional prevalensi
penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 diperkirakan
sekitar 347.792 jiwa dengan 15.000 kasus baru kanker serviks yang terjadi setiap
dengan angka kematiannya diperkirakan 7.500 kasus per tahun. Berdasarkan
estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan
estimasi penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 jiwa (Kementrian
Kesehatan RI, 2015 ; Wijaya, 2010).
Dampak dari penyakit kanker serviks antara lain dapat menyebabkan
kegagalan fungsi reproduksi karena komplikasi pengobatan lesi prakanker. Pada
kanker serviks stadium awal akan menyebabkan kegagalan fungsi reproduksi
khususnya pada penderita usia muda karena pengobatan pembedahan atau radiasi.
Kanker serviks stadium lanjut ataupun kanker serviks yang tumbuh lagi setelah
pengobatan dapat menyebabkan kematian pada penderitanya karena kegagalan
pengobatan. Pada stadium lanjut, kanker dapat menyebar atau metastase ke
berbagai organ lainnya sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi berbagai
organ seperti ginjal, paru-paru, hati, dan organ lainnya. Beberapa dampak inilah
yang juga dapat menimbulkan ketakutan atau kecemasan pada penderita kanker
serviks, sehingga dapat muncul berbagai masalah keperawatan (Nurwijaya, 2010).
Munculnya beberapa dampak negative dan berbagai masalah
keperawatan bagi kesehatan pada penderita kanker serviks inilah yang menjadi
latar belakang kami untuk memberikan asuhan keperawatan secara

2
komprehensif pada Ny.Y dengan Ca Serviks di ruang Rajawali 4A RSUP
Dr.Kariadi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai bentuk
pelayanan keperawatan profesional kepada pasien dengan penyakit Kanker
Serviks.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada Ny.Y
dengan Ca Serviks.
b. Mampu menggambarkan masalah-masalah keperawatan yang timbul pada
Ny.Y dengan Ca Serviks.
c. Mampu mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada Ny.Y dengan
Ca Serviks.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Kanker merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel epitelial
yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis.
(Dorland, 1998)
Ca Serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh
lapisan epitel pada daerah serviks uteri. (Wilson and Price, 1995)
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker leher rahim (serviks) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan
serviks. Kanker serviks merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel
epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastasis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher
rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian, yaitu alat reproduksi wanita
bagian dalam dan alat reproduksi wanita bagian luar.
1. Alat genitalia wanita bagian luar

a. Mons veneris

4
disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian
depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah
dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.
b. Bibir besar (Labia mayora)
merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, kedua bibir ini
dibagian bawah bertemu membentuk perineum permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea
(lemak)
c. Bibir kecil (labia minora)
merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar tanpa rambut, dibagian atau
klitoris bibir kecil bertemu membentuk prenulum klitoridis. bibir kecil ini
mengelilingi orifisium vagina.
d. Klitoris
merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris.

e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh : kedua bibir
kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah) pertemuan kedua bibir
kecil. Kedua bibir kecil yaitu uretra dua lubang saluran kelenjar skene.
f. Kelenjara Bartholin
1) Kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina bersifat rapuh dan
mudah robek
2) pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks
g. Himen (Selaput dara)
1) merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan
mudah robek
2) himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang
dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi
3) bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinik setelah mendapat
menstruasi
4) setelah persalinan sisanya disebut karunkel himenalis / karunkel
mirsiformis
2. Alat genitalia wanita bagian dalam

5
a. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva
1) Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani

dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan


2) Vagina terletak antara kandung kemih dan rectum
3) Panjang bagian depannya sekitar 9cm dan dinding belakangnya sekitar
11cm
4) Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae
dan terutama di bagian bawah
5) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus
6) Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan
asam susu dengan PH 4,5
7) keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeks
8) Fungsi utama vagina:
a. saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi
b. alat hubungan seks
c. jalan lahir pada waktu persalinan
b. Uterus
1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rectum
2) Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum
sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih
3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah peer) dan gepeng
1. Corpus uteri: berbentuk segitiga
2. Seviks uteri: berbentuk silinder
3. Fundus uteri: bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal
tuba

6
4. Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan: peritoneum, lapisan otot, dan
endometrium
c. Tuba Fallopi
Letak : terdapat ditepi atas ligamentum latum berjalan kearah lateral mulai
dari osteum tubae internum pada dinding rahim
Ukuran : panjang 12cm diameter 3-8 cm
Jenis :
a. pars interstitialis ( intramularis ) terletak diantara otot rahim mulai
dari osteum internum tubae
b. Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada diluar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit
c. pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk
“s”
d. pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai
yang disebut fimbriae tubae
Fungsi :
1. untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi
2. sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi
3. tempat terjadinya konsepsi
d. Ovarium
Letak : Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo
pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium
Jenis : ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1. Korteks ovarii
a. mengandung folikel primordial
b. berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraff
c. terdapat corpus luteum dan albikantes
2. Medula ovarii
a. terdapat pembuluh darah dan limfe
b. terdapat serat saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat diantara ke dua lembar
ligamentum latum
Batasan Parametrium
Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium
Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii

C. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi yang menonjol yaitu:

7
a. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual. penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin besar
kemungkinan mendapat kanker servik. Menikah pada usia 20 tahun dianggap
masih terlalu muda
b. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Kehamilan yang
optimal adalah kehamilan anak lebih dari tiga. Kehamilan setelah tiga
mempunyai resiko yang meningkat.
c. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker serviks
d. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus human papiloma (HPV) diduga
sebagai faktor penyebab kanker serviks
e. Sosial ekonomi
Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan faktor social ekonomi erat kaitannnya dengan gizi, imunitas, dan
kebersihan perorangan. Pada golongan social ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang, sehingga mempengaruhi imunitas
tubuh.
f. Merokok dan AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker. Wanita perokok memiliki
resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita
tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok
mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat
tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping merupakan ko-
karsinogen infeksi virus. Sedangkan pemakaian AKDR akan terpengaruh
terhadap servik yaitu bermula dari adanya erosi servik yang kemudian menjadi
infeksi yang berupa radang yang terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
g. Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang mempunyai
kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk
juga mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan orang normal. Beberapa
peneliti menduga hal ini berhubungan dengan berkurangnya kemampuan untuk
melawan infeksi HPV.

8
D. PATOFISIOLOGI
Kanker insitu pada serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terjadi pada
seluruh lapisan epitel disebut displasia . Displasia merupakan neoplasia serviks
intraepithelial (CNI). CNI terbagi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I ringan, tingkat
II sedang, tingkat III berat. Tidak ada gejala spesifik untuk kanker serviks
perdarahan merupakan satu-satunya gejala yang nyata. Tetapi gejala ini hanya
ditemukan pada tahap lanjut. Sedang untuk tahap awal tidak. CNI biasanya terjadi
disambungan epitel skuamosa dengan epitel kolumnar dan mukosa endoserviks.
Keadaan ini tidak dapat diketahui dengan cara panggul rutin, pap smear
dilaksanakan untuk mendeteksi perubahan. Neoplastik hasil apusan abnormal
dilanjutkan dengan biopsy untuk memperoleh jaringan guna memperoleh jaringan
guna pemeriksaan sitologik. Sedang alat biopsy yang digunakan dalam biopsy
kolposkop fungsinya mengarahkan tindakan biopsy dengan mengambil sample,
biopsy kerucut juga harus dilakukan.
Stadium dini CNI dapat diangkat seluruhnya dengan biopsy kerucut atau
dibersihkan dengan laser kanker atau bedah beku. Atau biasa juga dengan
histerektomi bila klien merencanakan untuk tidak punya anak. Kanker invasive
dapat meluas sampai ke jaringan ikat, pembuluh limfe dan vena. Vagina
ligamentum kardinale. Endometrium penanganan yang dapat dilaksanakan yaitu
radioterapi atau histerektum radiakl dengan mengangkat uterus atu ovarium jika
terkena kelenjar limfe aorta diperlukan kemoterapi.

9
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahan melalui vagina,
misalnya:
1. Setelah melakukan koitus atau perdarahan menstruasi lebih banyak atua timbul
perdarahan menstruasi lebih sering.
2. Timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
3. Apabila kanker sudah berada pada stadium lanjut bias terjadi perdarahan
spontan dan nyeri pada rongga panggul.
4. Keluhan dan gejala akibat bendungan kanker penderita mengalami halangan air
seni.
5. Nyeri pada pinggang bagian bawah.
6. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita
7. Perdarahan sesudah menopouse

F. KLASIFIKASI
Stadium Karakteristik

0 Lesi belum menembus membrane basalis

I Lesi tumor masih terbatas di serviks

IA1 Lesi telah menembus membrane basalis kurang dari 3 mm


dengan diameter permukaan tumor < 7 mm

IA2 Lesi telah menembus membrane basalis > 3 mm tetapi < 5


mm dengan diameter permukaan tumor < 7 mm

IB1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4 cm

IB2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4 cm

II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan


sepertiga proksimal vagina)

II A Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina

II B Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai


dinding panggul

10
III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium
dan atau sepertiga vagina distal)

III A Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal


III B Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul

IV Lesi menyebar keluar organ genitalia


IV A Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke
mukosa vesika urinaria

IV B Lesi meluas ke mukosa rectum dan atau meluas ke organ


jauh

G. Pathway

11
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher rahim sampai
mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak memberikan
keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari porsi
serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau
ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil
pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap
smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim secara akurat
dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker
leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif
secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap
tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan
yang normal, maka pemeriksaan pap smear
bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear
adalah sebagai berikut :
a. Normal
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar)

12
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam
atau ke organ tubuh lainnya).
Kategorisasi diagnosis deskriptif Pap smear berdasarkan sistem Bethesda

b. Pemeriksaan DNA HPV


Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap smear
untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala besar
mendapatkan bahwa Pap smear negatif disertai DNA HPV yang negatif
mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi
pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur di atas 30 tahun
karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV
pada usia 29 tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara
infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda.
Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif secara
seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga,
deteksi DNA HPV yang positif yang ditentukan kemudian lebih dianggap
sebagai HPV yang persisten. Apabila hal ini dialami pada wanita dengan
usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.
c. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupa
kan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan
asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna

13
putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada
infeksi pada serviks (Bryant, 2012).
d. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan
atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan
suatu abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil
pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah punch biopsy yang tidak
memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi.
Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks.
Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja.
e. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia.
Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear, karena
kolposkopi memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis dalam
mengetes darah yang abnormal.
f. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks
normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks
karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang
mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena
tidak ada glikogen.
g. Radiologi
a) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada
saluran pelvik atau peroartik limfe.
b) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks
tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter
terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi
kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena
(IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging
(MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai
penyebaran lokal dari tumor dan / atau terkenanya nodus limpa regional.

I. PENATALAKSANAAN
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup

14
melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi).
Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor,
stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk
hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri
(pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser
untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau
konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan
selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk
hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun
paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya
sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan
tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan
penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan
untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya
(subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA
(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila
keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65
tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti
penyakit jantung, ginjal dan hepar.
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium
II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi
disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.

15
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar
ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan
tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di
sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I
sampai III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada
stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar
berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya.
Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari
sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit,
penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat radioaktif terdapat di
dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini
dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit.
Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping
dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung
kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya.
Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat
didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal
lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang
kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit
dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika
kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai
paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara
kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan

16
agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan.
Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP
(Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin)
dan lain –lain.

J. PENCEGAHAN
Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan
menghindari faktor- faktor penyebab kanker meliputi :
1. Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda,
pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang
berhubungan seksual dibawah usia 20 tahun serta sering berganti pasangan
beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak menutup kemungkinan akan
terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan saja.
2. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu
melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk
dokter. Pemeriksaan Pap smear adalah cara untuk mendeteksi dini kanker
serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya
yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan untuk melakukan tes
Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan seksual dengan
frekuensi dua kali dalam setahun. Bila dua kali tes Pap berturut-turut
menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat dilakukan sekali setahun. Jika
menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik pemeriksaan terbaru
untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan teknologi Hybrid
Capture II System (HCII).
3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom,
karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.
4. Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat
mengatasi masalah kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan
yang terbalik antara konsumsi sayuran berwarna hijau tua dan kuning (banyak
mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan vitamin E) dengan
kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks. Artinya semakin
banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin
kecil risiko untuk kena penyakit kanker mulut rahim.
5. Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin pencegah infeksi HPV tipe
16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja dengan

17
cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki
sel-sel serviks. Selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini
juga bekerja ganda melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11
yang menyebabkan kutil kelamin.Yang perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini
baru efektif apabila diberikan pada perempuan yang berusia 9 sampai 26 tahun
yang belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam
jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa
menurun hingga 75%.

K. PENGKAJIAN
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
1. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat
jenis kelamin dan pendidikan terakhir. Terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi
dapat juga terjadi pada usia 18 tahun.
Keluhan utama
Pada umumnya pasien dating dengan keluhan keluhan intra servikal dan disertai
keputihan menyerupai air.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang sebelumnya mengalami kanker
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan apakah
mengeluarkan cairan putih dari vagina (keputihan). Pada umumnya klien
pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan,
keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian estrogen, atau steroid lainnya
dapat menimbulkan berkembangnya masalah fungsional genital pada
keturunannya. Data yang perlu dikaji antara lain: Riwayat abortus, infeksi
pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya
tumor, riwayat keluarga yang menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya: Ca. Serviks sering dijumpai
pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas

18
dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh,
serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
3. Pola kesehatan Fungsional
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola istirahat dan
kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur seperti nyeri, ansietas, keringat malam. Pekerjaan/profesi dengan
pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
b. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi cacat,
pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.
c. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi, perubahan
eliminasi urinarius misalnya : nyeri.
d. Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah serat, tinggi
lemak, aditif, bahan pengawet, rasa).
e. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan
ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit)
g. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i. Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah, karakteristik,
bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker serviks), Nullgravida
lebih besar dari usia 30 tahun multigravida pasangan seks multiple,
aktivitas seksual dini.
j. Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan, masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit primer,
riwayat pengobatan sebelumnya
4. Pengkajian Fisik

19
a. Rambut
Rontok karena efek dari kemoterapi
b. Conjungtiva
Anemis
c. Wajah
Pucat

d. Abdomen
Distensi abdomen
e. Vagina
Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua, berbau dan kental
f. Serviks
Terdapat nodul
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
HB menurun, Leukosit meningkat, Trombosit meningkat
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pap smear, kalposkopi, biopsy, MRI atau CT-Scan abdomen ataupun pelvis

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan
hubungan dengan pasangan dan keluarga.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi
bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ;
paradisis saraf.
d. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status hipermetabolik : kanker dan konsekuensi kemoterapi, radiasi dan
pembedahan.
f. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, interpretasi
terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi,
tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

M. INTERVENSI KEPERAWATAN

20
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
NO INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL

1. Ansietas berhubunganNOC : NIC :


dengan diagnosis kanker, - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
- Koping kecemasan)
takut akan rasa nyeri,Kriteria Hasil:
 Gunakan pendekatan yang
kehilangan femininitas dan  Klien mampu menenangkan
perubahan bentuk tubuh. mengidentifikasi dan  Nyatakan dengan jelas
mengungkapkan gejala harapan terhadap pelaku
cemas pasien
 Mengidentifikasi,  Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan dan dan apa yang dirasakan
menunjukkan tehnik selama prosedur
untuk mengontol cemas  Temani pasien untuk
 Vital sign dalam batas memberikan keamanan dan
normal mengurangi takut
 Postur tubuh, ekspresi
 Berikan informasi faktual
wajah, bahasa tubuh dan
mengenai diagnosis, tindakan
tingkat aktivitas
prognosis
menunjukkan
 Libatkan keluarga untuk
berkurangnya kecemasan
mendampingi klien
 Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan tehnik
relaksasi
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Kelola pemberian obat
anti cemas:........

2. Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan  Nutritional Status : food Nutrition Managemen
tubuh berhubungan dengan and Fluid Intake - Kaji adanya alergi makanan
status hipermetabolik :  Nutritional Status : - Kolaborasi dengan ahli gizi
kanker dan konsekuensi nutrient Intake untuk menentukan jumlah
kemoterapi, radiasi dan  Weight control kalori dan nutrisi yang
pembedahan Kriteria Hasil : dibutuhkan pasien.
- Adanya peningkatan - Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai meningkatkan intake Fe
dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk
- Berat badan ideal sesuai meningkatkan protein dan
dengan tinggi badan vitamin
- Mampumengidentifikasi - Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi - Yakinkan diet yang21 dimakan
- Tidak ada tanda tanda mengandung tinggi serat
malnutrisi untuk mencegah konstipasi
- Menunjukkan - Berikan makanan yang
peningkatan fungsi terpilih ( sudah
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Tanggal pasien masuk rumah sakit :10 Mei 2018
Tanggal pengkajian :16 Mei 2018

A. Identitas
1. Identitas pasien
Nama : Ny.Y
Alamat : Getasan
Umur : 62 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Kristen
Diagnosa medis : Ca Cerviks uteri 3B

2. Identitas penanggungjawab
Nama : Tn.S
Alamat : Getasan
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : swasta
Agama : Kristen
Hubungan dengan pasien : suami

B. Keluhan Utama
Pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun, nyeri slemet slemet terus menghilang
di perut bawah.

C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang
Pada bulan desmber 2017, klien mengeluh nyeri di sekitar perut, kemudian
masuk rumah sakit salatiga, dan dari hasil PA tanggal 18 Desember 2017 di
dapatkan hasil Ca Cerviks. pasien sempat di cuci darah satu kali, dan di
pasang DJ stent dupleks. Setelah pulang kontrol 4 kali pasien dirujuk ke RS.
Ken Saras dan dilakukan terapi sinar 25 kali. Kontrol seminggu sekali,
kenudian dirujuk ke RSDK 1,5 bulan yang lalu untuk sinar dalam.
2. Riwayat ginekologik :
22
a. Karakteristik menstruasi : teratur dengan lama 6 hari
b. Menarkhe : 15 tahun
c. Periode menstruasi terakhir : 8 tahun yang lalu
d. Pengalaman menstruasi : kadang sakit perut saat menstruasi
e. Menopause : 8 tahun yang lalu.
f. Usia pada saat kehamilan pertama : 20 tahun
g. Penyakit menular seksual : tidak
h. Status obstetrik : P5A0

D. Riwayat Kesahatan Lalu


Klien sebelumnya belum pernah sakit sampai di rawat di rumah sakit.

E. Pola Fungsional Kesehatan


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan kesehatan itu penting dan klien selalu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada. Bila terjadi gejala penyakit langsung memeriksakan diri ke
bidan terdekat atau langsung ke rumah sakit.

2. Pola nutrisi dan metabolik


- Sebelum sakit : klien makan 3 kali sehari dengan menu bubur, 1 porsi habis,
minum 6-8 gelas sehari (± 1500 – 2000 ml) BB sebelum sakit 55 kg
- Selama sakit : klien makan 1/3 – 1/2 porsi dengan menu bubur karena nafsu
makan kurang. Selama sakit kebiasaan minum klien tidak berubah yaitu 6-8
gelas / hari klien tidak mengalami alergi makanan tertentu. BB setelah sakit 38
kg

3. Pola eliminasi
- Sebelum sakit : klien BAB 1 hari sekali, kebiasaan BAK klien 5-6 kali sehari .
- Selama sakit : klien mengatakan BAB 1 hari sekali, , BAK 5-6 x/ hari.
4. Pola istirahat dan tidur
- Sebelum sakit : klien tidur 6-7 jam sehari kadang-kadang tidur siang
- Selama sakit : klien mengatakan tidak ada gangguan tidur.
5. Pola persepsi dan sensori
Klien mengatakan nyeri

P : klien mengatakan nyeri pada perut saat aktifitas.


Q : nyeri seperti diremas

R : nyeri pada perut

23
S : skala 3

T : sebentar, kemudian hilang

6. Pola aktivitas dan latihan


- Sebelum sakit : klien melakukan aktivitas sehari-hari sendiri dan bekerja sebagai
ibu rumah tangga
- Selama sakit : dalam melakukan aktivitas sehari-hari klien dibantu oleh suami
dan keluarganya.
7. Pola konsep diri
Klien mengatakan paham tentang penyakitnya, klien ingin segera sembuh dan
kembali ke rumah berkumpul dengan keluarganya

8. Pola hubungan dan peran.


Klien sebagai ibu rumah tangga mengatakan tidak mempunyai masalah baik dengan
keluarga maupun tetangga.

9. Pola stress dan adaptasi


Klien mengatakan bila mempunyai masalah selalu cerita dengan suaminya. Klien
mampu beradaptasi dengan kondisi sakitnya.

10. Pola nilai dan kepercayaan


Klien beragama Kristen, saat sakit klien selalu berdoa agar penyakitnya segera
sembuh.

F. Pemeriksaan Fisik
Kepala Bentuk Mesochepal, persebaran rambut merata, warna rambut
hitam dengan tampak uban.
Mata Pupil isokor, reflek cahaya ada, konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik
Hidung Lubang hidung simetris,tidak tampak pernapasan cuping
hidung,
Telinga Telinga kanan-kiri simetris.
Mulut Ada bau mulut, warna bibir pucat, mukosa bibir pucat
kering

24
Leher Tidak ada massa dan pembesaran kelenjar thyroid dan
kelenjar limfe,dan JVP(jugular vena pressure)
Inspeksi Tak tampak tarikan otot untuk membantu pernafasan RR :
20x/menit.
Dada Palpasi Tidak teraba adanya massa.
(paru) Perkusi Suara sonor di lapang parkiri dan pekak di temukan di
lapang paru kanan dari diafragma sampai intercosta
keempat.
Auskultasi Tidak terdengar ronchi, wheezing maupun krekels,
terdengar suara nafas terdengar vesikuler.
Jantung Inspeksi Ictus cordis tak tampak
Palpasi Ictus cordis teraba kuat di SIC ke-5 midline klavikula
Perkusi Batas kanan atas : parasternal SIC ke 2
Batas kanan bawah : parasternal SIC ke-4
Batas kiri atas : SIC ke 2 midline klavikula
Batas kiri bawah : SIC ke 6 ±2cm darikiri midline
klavikula
Auskultasi Bunyi jantung normal , SI dan S2 murni.
Inspeksi Tampak simetris
Auskultasi Bising usus 7x/menit
Perkusi Terdengar tympani di semua lapang abdomen
Abdomen Palpasi Tidak teraba ada pembesaran hepar, ada nyeri tekan di
bagian perut bawah, dibawah ±2 cm umbilikus dan diatas
simfisis pubis.
Atas Teraba hangat, nadi kuat,kekuatan otot ekstrimitas atas
kanan 5, ,kekuatan otot ekstrimitas atas kiri 5
Ekstrimitas
Bawah Teraba hangat, kekuatan otot ekstrimitas bawah kanan
5, ,kekuatan otot ekstrimitas bawah kiri 5
Sistem Inspeksi Warna kulit putih, turgor kulit kurang elastic, tampak
Integumen keriput, kulit kering.
Sistem Inspeksi Tingkat kesadaran compos mentis
Persyarafan

G. Tanda tanda vital


TD (mmHg) 120 / 80 mmHg
Nadi 80 kali / menit
RR 20 kali / menit
Suhu : (oC) 365oC

H. Terapi
25
Infus Ringer laktat 20 tpm
Etabion 1 tablet/12 jam peroral
Bicnat 120 mg/8jam peroral
CaCO3 500 mg/12 jam peroral

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan PA
Hasil tanggal 18 Desember 2017
Kesimpulan : cervik : mikroskopis sesuai dengan carcinoma squamosa
diferensiasi buruk

2. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 11 Mei 2018
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

KIMIA KLINIK
Ureum 39 mg/dL 15 - 39
Kreatinin 1,7 mg/dL 0,60 – 1,30
ELEKTROLIT
Natrium 150 mmol/L 136-145
Kalium 4,2 mmol/L 3,5-5,2
chlorida 108 mmol/L 98-107

Tanggal 11Mei 2018


Spesimen : darah
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI

Hemoglobin 11,2 g/dl 12,0 – 15,0


Hematokrit 33,8 % 35-47
Eritrosit 4,2 106/uL 4,4 – 5,9
MCH 29,6 pg 27-32
MCV 85,7 fL 76-96
MCHC 34,6 g/dl 29-36
Leukosit 6,91 103/ul 3,6-11
Trombosit 186 103/ul 150 – 400

26
RDW 13,3 % 11,60-14,80
MPV 8,68 fl 4-11

J. ANALISA DATA
Tanggal No Data Fokus Masalah
16 Mei 18 1 DS : Pasien mengatakan masih slemet Nyeri
slemet terus menghilang di bawah perut.

DO :

P : klien mengatakan nyeri pada perut


saat aktifitas.
Q : nyeri seperti diremas

R : nyeri pada perut

S : skala 3

T : sebentar, kemudian hilang

TTV : T :120/80 mmHg

S : 37oC

N : 88 kali / menit

RR : 20 kali / menit

2 DS : pasien mengatakan nafsu makan Nutrisi kurang dari


berkurang, mual
kebutuhan
DO : terjadi penurunan BB dari 60 kg mjd
39 kg. Kulit kering, turgor kurang

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi Ca
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan status hipermetabolik

L. RENCANA INTERVENSI

27
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
2. Ketidakseimbangan nutrisi Status nutrusi tercukupi - Anjurkan pasien untuk
kurang dari kebutuhan Kriteria Hasil : meningkatkan protein dan
tubuh berhubungan dengan - Adanya peningkatan vitamin
status hipermetabolik : berat badan sesuai - Berikan substansi gula
kanker dan konsekuensi dengan tujuan - Yakinkan diet yang dimakan
kemoterapi, radiasi dan - Berat badan ideal sesuai mengandung tinggi serat
pembedahan dengan tinggi badan untuk mencegah konstipasi
- Mampumengidentifikasi - BB pasien dalam batas
kebutuhan nutrisi normal
- Tidak ada tanda tanda - Monitor adanya penurunan
malnutrisi berat badan
- Menunjukkan - Monitor tipe dan jumlah
peningkatan fungsi aktivitas yang biasa
pengecapan dari menelan dilakukan
- Tidak terjadi penurunan - Monitor kulit kering dan
berat badan yang berarti perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
- Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor intake nuntrisi

1.Nyeri kronis berhubunganSkala nyeri terkontrol


Kriteria Hasil :  Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan infiltrasi Ca
 Mampu mengontrol nyeri komprehensif termasuk lokasi,
(tahu penyebab nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi,
mampu menggunakan kualitas dan faktor presipitasi
tehnik nonfarmakologi Observasi reaksi nonverbal dari
untuk mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
mencari bantuan)  Bantu pasien dan keluarga untuk
 Melaporkan bahwa nyeri mencari dan menemukan
berkurang dengan dukungan
menggunakan manajemen Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
 Mampu mengenali nyeri ruangan, pencahayaan dan
(skala, intensitas, frekuensi kebisingan
dan tanda nyeri)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Menyatakan rasa nyaman Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
setelah nyeri berkurang menentukan intervensi
 Tanda vital dalam rentang Ajarkan tentang teknik non
normal farmakologi: napas dala,
 Tidak mengalami gangguan relaksasi, distraksi, kompres
tidur hangat/ dingin
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri: ……...
 Tingkatkan istirahat
 Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan 28
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
M. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD
DX

16 Mei 1. 1. Mengkaji sumber nyeri. 1. Pasien tampak mendengarkan


2018 2. Mengukur TTV. dan mengajukan pertanyaan-
3. Mengajari tehnik relaksasi. pertanyaan saat dijelaskan oleh
4. Memberi obat sesuai
perawat.
therapi. 2. Pasien mengerti dan
5. Menjemput pasien dari
mengatakan mau menjalankan
radio therapi.
teehnik relaksasi bila sakitnya
datang.
16 Mei 2018 2. 1. Mengkaji pola makan 1. Pasien tampak memperhatikan
pasien apa yang dijelaskan oleh
2. Monitor mual muntah perawat.
3. Mendorong masukan nutrisi 2. Pasien makan habis ¼ porsi
peroral
17 Mei 2018 1 Mengkaji skala nyeri Skala nyeri berkurang skala 2
Memberikan posis Pasien tampak rileks

2 Memdorong pemenuhan Porsi makan habis ¼ porsi


nurisi oral
Melakukan oral hiegine

N. EVALUASI
DIAGNOSA
NO TGL/JAM EVALUASI TTD
KEPERAWATAN
1. 17 Mei Nyeri Kronis S : Pasien mengatakan nyeri berkurang.
2017 berhubungan dengan O : Pasien kelihatan lebih rileks, skala nyeri 2.
infiltrat Ca
A : Masalah nyeri belum terasi semua karena
proses penyakitnya.
P : Motivasi pasien untuk melakukan tehnik
rileksasi bila nyeri timbul.

29
2. 17 Mei Nutrisi kurang dari S : Pasien mengatakan masih mual, tp masih
2017 kebutuhan tubuh mau makan
berhubungan dangan O : Pasien makan habis nyaris 1 porsi
hipermetabolik
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan untuk motivasi pada klien.

30
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya infiltrasi Ca


Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018, diperoleh
data bahwa Ny. Y mengeluh nyeri hilang timbul pada perut bagian bawah.
Pada pasien dengan ca cervix stadium lanjut, dapat mengakibatkan nyeri
perut, punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf
lumbokalis. Proses perkembangan kanker serviks itu sendiri berlangsung lambat,
diawali dengan adanya perubahan dysplasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Dysplasia serviks merupakan suatu kondisi medis yang ditandai dengan
pertumbuhan sel yang abnormal yang melapisi permukaan serviks. Dysplasia ini
dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Pada umunya, infeksi virus yang dapat menimbulkan
kanker serviks dikenal dengan virus HPV (human papillomavirus). Akibatnya dapat
berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan.
Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke jaringan
pada serviks dan pada akhirnya dapat menginvasi ke rectum dan atau vesika
urinaria, serta menimbulkan infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf. Jika sel
karsinoma atau kanker ini sudah mendesak pada jaringan syaraf, maka dapat
menimbulkan masalah keperawatan nyeri.
Pada kasus yang dialami Ny. Y, Ny. Y mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah dilakukan intervensi dengan memberikan terapi relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri kronis pada pasien. Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan
oleh Sri Utami dengan judul “Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri pada Asuhan Keperawatan Ny. S dengan Post Operasi
Apendiktomi” menunjukkan bahwa teknik nafas dalam memberikan pengaruh
terhadap tingkat nyeri yang dirasakan. Menurut Smeltzer, teknik relaksasi
merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan intensitas
nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Tujuan
nafas dalam itu sendiri menurut Brunner dan Suddarth adalah untuk mencapai
ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi kerja nafas,

31
meningkatkan relaksasi otot, menghilangkan ansietas, melambatkan frekuensi
pernafasan dan menyingkirkan pola aktivitas otot-otot pernafasan yang tidak
berguna dan tidak terkoordinasi.
Evaluasi yang dilakukan pada Ny. Y setelah dilakukan intervensi
keperawatan, diperoleh data bahwa Ny. Y merasa lebih rileks dan nyaman setelah
melakukan relaksasi nafas dalam. Nyeri yang dirasakan oleh Ny. Y juga berkurang
dengan skala 2

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hipermetabolik


Keluhan pasien mual post radioterapi sehingga nafsu makan turun, data
objektif yang ditemukan yaitu kulit kering, konjungtiva anemis, wajah tampak
pucat, adanya penurunan porsi makan hanya ¼ dari porsi yang diberikan dari
rumah sakit. Penatalaksanaan untuk kanker serviks ada beberapa macam yaitu
melalui pembedahan,radioterapi dan kemoterapi. Radioterapi adalah pengobatan
yang biasa diterapkan pada pasien kanker untuk menangani pertumbuhan sel
kankernya. Terapi radiasi menggunakan radiasi tingkat tinggi yang bertujuan untuk
membunuh sel kanker serta mengecilkan ukuran tumor.
Faktor pemicu rasa mual dan muntah meliputi aroma masakan dari Rumah
Sakit,makanan yang berminyak, makanan yang berlemak, makanan dan minuman
yangmanis, bau yang menyengat, makanan dengan tekstur yang basah, makanan
yangberbau amis. Menurut Hawkins &Grunberg (2009), mual dan muntah dapat
dipicu oleh selera, bau, pikiran dan kecemasan terkait dengan radioterapi.
Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa mual dan muntahdengan
mengkonsumsi makanan yang segar dan makanan yang tidak terlalu manis.
Edukasi bagi pasien yang mual dan muntah karena efek radioterapi perlu dilakukan
dari mulai memberikan cara-cara agar mual tidak mengganggu makan dan tidak
sampai pada muntah, dengan mengkonsusmsi makanan yang segar, tidak terlalu
manis, jika makanan yang akan dimakan berbau yang memicu mual maka tunggu
agak dingin agar aroma berkurang, berikan aroma segar di hidung (seperti :
memeras kulit jeruk didepan hidung) sebelum makan agar makan tetap terjaga
sehingga kondisi tubuh tetap stabil, sehingga program terapi dapat berjalan lancar.
Selain itu, perawat juga perlu memberikan informasi tentang program diit yang
harus diikuti agar kondisi pasien tetap terjaga sehingga anemia, trombositopenia,
leukopenia maupun leukositosis dapat ditanggulangi dimana asupan nutrisi yang

32
buruk akan membuat status nutrisi buruk dan mempengaruhi kondisi daya tahan
tubuh yang buruk pula. Bila daya tahan tubuh buruk, dampak yang akan terjadi
adalah tubuh menjadi rentan pada perubahan-perubahan kearah penurunan kondisi
kesehatan jika terpapar pada faktor resiko.
Evaluasi yang dilakukan pada Ny. Y setelah dilakukan intervensi
keperawatan, diperoleh data bahwa Ny. Y habis nyaris 1 porsi, masih sedilit mual,
tapi sudah mau makan

33
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina.
Salah satu penatalaksanaan pada Ca Cerviks yang diterapkan pada pasien adalah
terapi radiasi yang bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan
parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Metode radioterapi yang digunakan dapat
berupa radioterapi eksternal ataupun brakiterapi. Dengan radioterapi ini diharapkan
pasien dapat sembuh ataupun mengurangi rasa sakit pasien yang mengalami kanker.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan
hubungan dengan pasangan dan keluarga.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan
sensori/motor ; paradisis saraf.
d. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik : pembedahan
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status hipermetabolik : kanker dan konsekuensi kemoterapi, radiasi dan
pembedahan.
f. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari
informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
a. Diharapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Ca Serviks secara menyeluruh.

34
b. Melalui laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran dan
pokok pembahasan/diskusi terkait dengan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Ca Serviks
2. Perawat
Dalam melakukan pengkajian diharapkan mampu melakukan
pengkajian secara komperehensif yang mencakup bagaimana cara
pencegahan timbulnya dampak dari penyakit maupun program terapi yang
diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Emilia, Ova, dkk, 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: MedPress.

35
Gralla, J. R., Grunberg, M. S., Messner, C.2008. Coping with Nausea aVomiting from
Chemotheraphy.www.cancercare.com
Hawkins, R., & Grunberg, S. 2009.Chemotherapy Induced Nausea
andVomiting:Challenges andOpportunities for Improved PatientsOutcomes.
Journal of OncologyNursing or the Oncology NursingSociety. Vol. 13, No. 1.
Nurwijaya, Hartati, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex Media
Komputindo
Smeltzer C. Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC
Sutandyo, Noorwati. 2007. Nutrisi pada Pasien Kanker yang Mendapat Kemoterapi.
Indonesian Journal of Cancer (4); 144-148.
Wijaya, Delia, 2010. Pembunuh Ganas itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Sinar
Kejora.

36

Anda mungkin juga menyukai