KARSINOMA UTERI
1. Anatomi
Uterus merupakan organ berotot, berongga (hollow organ) dan berbentuk
buah pir, yang terletak dalam rongga panggul di anatara kandung kemih dan rektum
pada panggul wanita. Posisi uterus adalah anteversi (menekuk ke depan) dan
antefleksi (membelok ke depan). Uterus matur memiliki panjang sekitar 7,5 cm,
lebar 5 cm (pada diameter terpanjangnya), tebal 2,5 m, dan beratnya sekitar 60 g.
Uterus atau uterus terdiri atas tiga bagian: bagian atas disebut fundus,
tengah disebut corpus, dan bagian bawah adalah cervix. Secara lapisan, dinding
uterus memiliki dua lapisan; lapisan endometrium pada bagian dalam, dan
miometrium pada bagian luar. Kanker uteri dapat terbentuk pada salah satu jaringan
yang membentuk Uterus (Creasman et al., 2011; FIGO, 2011).
1
Mini Referat
2
Mini Referat
3
Mini Referat
4
Mini Referat
1.3.Struktur Penyokong
Uterus dan Serviks dipertahankan pada posisinya dalam panggul oleh
ligament yaitu (Gray et al., 2005):
1. Ligamen kardinal : terbentang dari permukaan lateral serviks dan vagina ke
dinding lateral rongga panggul
2. Ligamen Puboservikal : terbentang dari serviks, dibawah kandung kemih,
kea rah depan ke tulang pubis.
3. Ligamen Uterosakral : terbentang dari serviks ke arah atas dan belakang, ke
periosteum sacrum, dan mengitari rectum.
4. Ligament Lebar (Latum) : terikat ke dinding lateral uterus dan berfungsi
menopang uterus
5. Ligament Rotundum : terbentang dari kornu uterus ke bawah ke arah labia
mayor, dan berfungsi mempertahankan uterus dalam posisi anteversi dan antefleksi.
2. EPIDEMIOLOGI
5
Mini Referat
6
Mini Referat
7
Mini Referat
• Diabetes, terdapat risiko 2-3 kali pada orang yang mengalami diabetes.
• Riwayat keluarga dengan kanker uterus, wanita yang memiliki keluaraga
dengan riwayat kanker uterus memiliki peningkatan resiko dua kali lipat.
• Riwayat terpapar radiasi pada bagian pelvis
Gambar 5 Rangkuman Faktor Risiko Kanker Uterus (Felix dan Brinton, 2018)
Tabel 1 Rangkuman Relative Risk Kanker Uterus dan Penjelasannya (Felix dan
Brinton, 2018)
Estimated Heterogeneity of
Domain Factor Comments
Relative Riska risk
Each 5 kg/m2 increase in
Association stronger
body mass index (BMI) is
Obesity 2.0–5.0 for type I than II
associated with a 62%
cancers
increased risk
Uncertain extent to which
No heterogeneity
Diabetes 2.0 relations are confounded by
observed
obesity
Association between
Metabolic hypertension and
factors endometrial cancer was
Hypertension 1.1–1.3 Not examined
weaker, but still significant,
among studies with
adjustment for BMI
Adjustment for
overweight/obesity does not
Metabolic No heterogeneity
1.4–2.0 eliminate increased risks
syndrome observed
associated with metabolic
syndrome factors
8
Mini Referat
9
Mini Referat
4. Diagnosis
4.1.1. Anamnesis
10
Mini Referat
Papanicolaou/Pap Test yang abnormal. Selain itu, dokter umum dapat menggali
adanya faktor risiko pada tabel 1 yang telah dipaparkan (Felix dan Brinton, 2018).
Sarkoma uterus dapat muncul dengan cara yang mirip dengan karsinoma
endometrium dengan perdarahan vagina, dan seringkali tekanan panggul.
Pencitraan akan mengungkapkan massa dan pembesaran uterus. Leiomyosarcoma
dapat muncul pada wanita di awal dekade keenam kehidupan dengan menstruasi
tidak teratur atau perdarahan pascamenopause. Gejala lain termasuk nyeri, tekanan
panggul, dan massa panggul yang membesar dengan cepat. Sayangnya, diagnosis
jarang dibuat sebelum operasi definitif. Sarkoma stroma endometrium (ESS)
biasanya muncul dengan perdarahan pascamenopause, nyeri panggul, dan massa
yang membesar. Seperti tumor mullerian campuran (MMT), ESS biasanya muncul
pada dekade ketujuh kehidupan. Penurunan berat badan, anoreksia, dan perubahan
kebiasaan buang air besar atau kandung kemih adalah tanda-tanda penyakit lanjut
pada semua kasus kanker uterus (Felix dan Brinton, 2018).
11
Mini Referat
12
Mini Referat
untuk melihat jika terdapat sel-sel yang abnormal. Prosedur ini disebut juga
papsmear (Cote et al., 2015).
13
Mini Referat
Histeroskop adalah instrumen tipis seperti tabung dengan cahaya dan lensa untuk
menginspeksi dan memungkinkan untuk mengambil sampel jaringan yang akan
diperiksa di bawah mikroskop untuk mencari tanda-tanda kanker (Cote et al.,
2015).
14
Mini Referat
15
Mini Referat
16
Mini Referat
2. CT-Scan
CT scan adalah prosedur x-ray yang menghasilkan gambar penampang
bagian dalam tubuh secara mendetail. Pemindai CT mengambil banyak gambar saat
kamera berputar di sekitar pasien. Komputer kemudian menggabungkan gambar-
gambar ini menjadi gambar potongan tubuh Anda. Mesin akan mengambil gambar
dari banyak irisan bagian tubuh pasienyang sedang dipelajari (Matoba et al., 2016;
Siegel et al., 2018).
CT scan tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker uterus. Tetapi mereka
dapat membantu melihat apakah kanker telah menyebar/metastasis ke organ lain
dan untuk melihat apakah kanker itu kembali lagi setelah diberikan treatment
(Matoba et al., 2016; Siegel et al., 2018).
17
Mini Referat
18
Mini Referat
19
Mini Referat
20
Mini Referat
21
Mini Referat
6. Penatalaksanaan
6.1. Pembedahan
Operasi harus dilakukan pada semua jenis kanker uterus terlepas dari
jenisnya jika terdapat kemungkinan reseksi tumor primer. Pembedah primer
mempunyai tingkat kesembuhan yang lebih tinggi dari radioterapi radikal khusus
untuk pengobatan utama kanker uterus (Sorbe et al., 2013; FIGO, 2018).
Stadium I dan II
Pembedahan merupakan pilihan yang disarankan, histerektomi totalis,
salpingo-ooforektomi bilateral, bilasan peritonium dan/atau pengangkatan kelenjar
getah bening pelvis dan para aorta dalam kasus-kasus tertentu. Limfadenektomi
22
Mini Referat
dulu belum merupakan bagian pembedahan standar. Mungkin ada situasi dimana
histerektomi Wertheim dan limfadenektomi pelvis dapat dipertimbangkan.
Histerektomi vaginal dapat dipertimbangkan dimana kontraindikasi utamanya
adalah pembedahan pada abdomen (Sorbe et al., 2013; FIGO, 2018).
6.2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan energi dan partikel-partikel x-ray yang tinggi
untuk membunuh sel-sel yang abnormal. Pemberian radioterapi mempunyai waktu-
waktu tertentu. Indikasi untuk kombinasi radioterapi pasca-operasi (FIGO, 2018):
• Tumor grade 3
• invasi miometrium> 1/2
• Stadium II atau lebih
• Keterlibatan kelenjar getah bening
• Teknik Radioterapi
a) terapi sinar eksternal untuk seluruh pelvis: 3 atau 4 bidang 'brick'
menggunakan 9 atau 16 MeV foton (seperti untuk karsinoma serviks) Dosis:
4500cGy dalam 20 fraksi selama 4 minggu
b) Cesium vagina menggunakan 'line source’ dengan Dosis: 3000cGy pada
mukosa vagina dalam waktu sekitar 8 jam.
23
Mini Referat
Pasien yang berulang atau metastasis dan terdapat gejala lokal juga dapat diberikan
radioterapi paliatif (FIGO, 2018).
24
Mini Referat
7. Follow-up
7.1. Setelah Pembedahan
Pemeriksaan pasca-operasi setelah enam minggu. Pemeriksaan selanjutnya
3 bulan pada 1 tahun pertama, 6 bulan pada 2 tahun berikutnya dan setiap tahun
sampai 5 tahun. Jika setelah 5 tahun hasilnya baik, hasil pap smear tidak
mempunyai indikasi untuk penanganan kanker uterus (Sorbe et al., 2013).
25
Mini Referat
spotting diantara menstruasi, atau kapan saja pada wanita yang sudah mengalami
menopause, kadang-kadang pasien juga merasa nyeri pada pelvis (Anwar et al.,
2011).
Penanganan pada karsinoma korpus uteri yang mengalami rekurensi dapat
dilakukan sendiri: Pembedahan, radioterapi, hormon dan/ atau kemoterapi dapat
digunakan. Rekurensi yang bersifat lokal dapat diintervensi dengan pembedahan,
Pasien yang belum mendapatkan radioterapi dapat dipertimbangkan untuk
radioterapi. Dosis yang dianjurkan 5000cGy ke mukosa vagina dalama sekali
insersi (Anwar et al., 2011).
26
Mini Referat
DAFTAR PUSTAKA
Creasman, F Odicino, et al. 2011. Carcinoma of the corpus uteri : Figo annual
Report.
Anwar, Mochmad, et al. 2011. Ilmu kandungan, edisi 3. Kanker Korpus uteri.
Jakarta : PT. Bina pustaka Sarwono Prwihardjo.
Kinkel K, Forstner R, Danza FM, et al. Staging of endometrial cancer with MRI:
Guidelines of the European Society of Urogenital Imaging. Eur
Radiol. 2009; 19: 1565– 1574.
Sohaib SA, Houghton SL, Meroni R, Rockall AG, Blake P, Reznek RH. Recurrent
endometrial cancer: Patterns of recurrent disease and assessment of
prognosis. Clin Radiol. 2007; 62: 28– 34; discussion 35–36
27
Mini Referat
Creasman WT, Ali S, Mutch DG, Zaino RJ, Powell MA, Mannel RS, et
al. Surgical-pathological findings in type 1 and 2 endometrial cancer: An
NRG Oncology/Gynecologic Oncology Group study on GOG-210
protocol. Gynecol Oncol. 2017;145(3):519–25
Cote ML, Alhajj T, Ruterbusch JJ, Bernstein L, Brinton LA, Blot WJ, et al. Risk
factors for endometrial cancer in black and white women: a pooled analysis
from the Epidemiology of Endometrial Cancer Consortium (E2C2). Cancer
causes & control : CCC. 2015;26(2):287–96
Matoba, Y., Kisu, I., Saotome, K., Katayama, M., Taniguchi, M., Miura, Y., Goto,
T. and Hirao, N., 2016. Clear cell carcinoma of the lower uterine segment:
A case report. Molecular and Clinical Oncology, 5(6), pp.701-704.
FIGO - Amant, F., Mirza, M., Koskas, M. and Creutzberg, C., 2018. Cancer of the
corpus uteri. International Journal of Gynecology & Obstetrics, 143, pp.37-
50.
FIGO - Abu-Rustum, N., Zhou, Q., Iasonos, A., Alektiar, K., Leitao, M., Chi, D.,
Sonoda, Y., Soslow, R., Hensley, M. and Barakat, R., 2011. The Revised
2009 FIGO Staging System for Endometrial Cancer: Should the 1988 FIGO
Stages IA and IB Be Altered?. International Journal of Gynecologic
Cancer, 21(3), pp.511-516.
28