Oleh
Alfan Caisar Ridho Prasetya
17010100002
i
LEMBAR PENGESAHAN
GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA
BULAN JANUARI – DESEMBER 2020
Diajukan Oleh :
Menyetujui
Achvrida Mega Charisma, S.Si.,M.Si Dr. Hj. Farida Anwari, M.PH., M.M
NIDN. 0713069102 NIDN. 0712019101
Ditetapkan : Sidoarjo
Tanggal : Juni 2021
Mengetahui,
Ketua Program Studi
DIII Teknologi Laboratorium Medis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA
BULAN JANUARI – DESEMBER 2020
Diajukan Oleh :
Menyetujui
Achvrida Mega Charisma, S.Si.,M.Si Dr. Hj. Farida Anwari, M.PH., M.M
NIDN. 0713069102 NIDN. 0712019101
Mengetahui,
Ketua Program Studi
DIII Teknologi Laboratorium Medis
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data rekam
Rumah Sakit umum Anwar Medika Sidoarjo yang diolah untuk menjadi karya tulis
ilmiah, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar Ahli
Teknologi Laboratorium Medis di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
kutipan yang ditulis, disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena dalam tugas akhir
ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKES RSU
Anwar Medika Sidoarjo dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
iv
GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM ANWAR MEDIKA
BULAN JANUARI – DESEMBER 2020
ABSTRAK
Prasetya, Alfan, C.R; 2021; GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA
PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM
ANWAR MEDIKA BULAN JANUARI – DESEMBER
2020. Skripsi. Program Studi Diploma Analisis Kesehatan, STIKES
Anwar Medika.
v
IMAGE OF BLOOD GLUCOSE LEVELS IN MELLITUS DIABETES IN
ANWAR MEDIKA GENERAL HOSPITAL LABORATORY
JANUARY - DECEMBER 2020
ABSTRACT
Prasetya, Alfan, C.R; 2021; IMAGE OF BLOOD GLUCOSE LEVELS IN
MELLITUS DIABETES IN ANWAR MEDIKA GENERAL HOSPITAL
LABORATORY JANUARY - DECEMBER 2020. Final Project. Diploma
of Medical Analysist Study Program, STIKES Anwar Medika.
vi
MOTTO
vii
PERSEMBAHAN
dalam jiwa dan ragaku tak pernah aku lupa hingga akhir hayatku.
4. Ibu Nining yang memberi semangat dan dorongan dalam di setiap langkah
– langkahku.
5. Adikku tersayang yang memberi semangat dan energi di kala aku merasa
viii
KATA PENGANTAR
ix
x
DAFTAR ISI
xi
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 38
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 38
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 39
3.3 Alat dan Bahan ............................................................................................ 39
3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ......................................................... 39
3.5 Tahapan Penelitian ....................................................................................... 39
3.6 Diagram Alur Prosedur Kerja ...................................................................... 41
3.7 Alur Prosedur Kerja ..................................................................................... 41
3.8 Prosedur Kerja ............................................................................................. 41
3.9 Analisis Data ............................................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 43
4.1 Data pasien yang teridentifikasi diabetes mellitus di RSU Anwar Medika . 43
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 50
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 50
5.2 Saran ........................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 52
LAMPIRAN GAMBAR ALAT – ALAT PEMERIKSAAN ............................ 57
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
normal. Dimana kadar glukosa darah diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang
diproduksi oleh pankreas. Penyakit diabetes dapat menyerang siapa saja. Tua muda,
meningkat 30 - 80% dari tahun 2016 sampai dengan 2019 terakhir (WHO,2016),
sebesar 10,7% atau sekitar 10,7 juta orang Indonesia terkena diabetes mellitus. Obesitas
merupakan salah satu penyakit tidak menular yang dapat menimbulkan resiko bagi
Jatim,2018), prevalensi obesitas yang diperiksa sebesar 16% atau sekitar 1.163.118 juta
98.442 penduduk. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko terkena diabetes
mellitus. Diabetes mellitus dapat menimbulkan tanda dan gejala jika tidak terdeteksi
secara dini, tanda dan gejala yang ditimbulkan adalah meningkatnya frekuensi buang
air kecil, rasa haus berlebihan, penurunan berat badan, kelaparan, kulit jadi bermasalah,
penyembuhan lambat, infeksi jamur, iritasi genital, keletihan dan mudah tersinggung,
pandangan yang kabur, dan kesemutan atau mati rasa. Tanda dan gejala yang tidak
1
gula menetap dalam aliran darah untuk waktu yang lama, hat itu dapat mempengaruhi
pembuluh darah, saraf, mata, ginjal dan sistem kardiovaskular. Komplikasi termasuk
serangan jantung dan stroke, infeksi kaki yang berat (menyebabkan gangren, dapat
mengakibatkan amputasi), gagal ginjal stadium akhir dan disfungsi seksual. Setelah 10-
dengan cara melakukan tes kadar gula darah sewaktu, kadar gula puasa, dan tes lanjutan
lainnya. Kadar gula adalah terjadinya suatu peningkatan setelah makan dan mengalami
penurunan di waktu pagi hari bangun tidur. Bi1a seseorang dikatakan mengalami
hyperglycemia apabila keadaan kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal,
penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal (Richard & Rudy, 2015). Menurut
yang berdasarkan pada etiologi penyakit dan terdapat empat kategori diabetes yaitu
diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional, dan diabetes akibat penyakit
lainnya.
Hasil data observasi penelitian July dkk. (2013), faktor risiko hipertensi pada
pasien DM tipe 2 sebanyak 60.1% dari sampel atau sebanyak 153 kasus mengalami
kadar gula darah sewaktu tinggi sebanyak 77,1% sisanya dalam batas normal (July et
al., 2013). Kemudian Penelitian kadar ureum dan kreatinin, pada pasien DM tipe 2
terjadi peningkatan pada wanita , hasil kadar ureum yang tinggi pada wanita berjumlah
70% dari total keseluruhan sampel (Valentina et al., 2019). Hasil penelitian lainnya
2
oleh Putra dan Fuad (2018) menunjukkan 10 pasien DM dengan komplikasi gagal
ginjal memiliki hemoglobin di rentang 10.1 – 11.0gr/dL (Putra dan Fuad, 2018).
RSU Anwar Medika merupakan rumah sakit umum yang berlokasikan di Jl. Raya
By Pass Krian KM 33 Balong Bendo Krian Sidoarjo (Mukhamad, 2016). RSU Anwar
Medika pada bulan Januari – Desember 2020 telah melayani lebih dari 1000 pasien
DM. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terkait gambaran klinis pasien DM di
RSU Anwar Medika. Penulis mengambil data di RSU Anwar Medika mempergunakan
rekam medik dimana data tersebut dipergunakan untuk penelitian sebagai “Gambaran
Kadar Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Anwar
3
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan program Diploma III Analis
Kesehatan STIKES Rumah Sakit Umum Anwar Medika Sidoarjo Jawa Timur.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah. Kadar
gula darah digunakan untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk penentuan diagnosis,
darah plasma vena. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat
Kadar glukosa darah merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran
kerja tubuh. Pengaruh berbagai faktor dan hormon insulin yang dihasilkan kelenjar
pankreas disesuaikan oleh kerja liver dalam mengatur kadar glukosa dalam darah. Bila
kadar glukosa dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya proses pencernaan dan
glikogen. Proses ini hanya terjadi di dalam hati dan dikenal sebagai glikogenesis.
Sebaliknya, bila kadar glukosa menurun, glikogen diuraikan menjadi glikosa. Proses
menghasilkan energi (dalam bentuk energi kimia, ATP). Kadar normal glukosa puasa
sintesis asam lemak dan kolesterol dari glukosa. Kadar glukosa darah yang tinggi dapat
bagian komposisi lemak yang ada dalam tubuh, dimana jika kadar trigliserida dalam
5
batas normal mempunyai fungsi yang normal dalam tubuh, semisal sebagai sumber
2.1.1 Glukosa
yang paling banyak digunakan pada sebagian besar organisme hidup, tak terkecuali
lain untuk bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amina protein. Hal tersebut secara
alamiah terjadi sehingga banyak organisme menggunakan glukosa sebagai bahan baku
matahari, air dan karbon dioksida sehingga dapat digunakan oleh semua organisme
hidup sebagai sumber energi dan karbon. Namun sebagian besar glukosa tidak terdapat
dalam bentuk bebasnya, melainkan dalam bentuk polimernya, yaitu laktosa, sukrosa,
starch dan lain-lain yang merupakan zat cadangan energi. Glukosa juga terdapat pada
selulosa dan kitin yang merupakan komponen dinding sel pada tumbuhan atau jamur.
al., 2015). Pada manusia dewasa, terdapat sekitar 18 g glukosa, di antaranya sekitar 4
g terdapat dalam darah. Manusia akan tetap memertahankan kadar glukosa stabil
mengingat beberapa organ, salah satunya otak, yang hanya dapat memroses glukosa
sebagai bahan baku metabolisme sel neuron agar sel neuron dapat memertahankan
integritas dan tidak mengalami lisis. Setidaknya, sekitar 180 hingga 220 g glukosa
6
diproduksi di hati orang dewasa dalam 24 jam. Hal tersebut (John et al., 2012).
Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel manusia. Glukosa terbentuk
dari karbohidrat yang dikonsumsi melalui makanan. dan disimpan sebagai glikogen di
hati dan otot. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen.
Faktor endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, glukagon dan kortisol
sebagai sistem reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi serta aktivitas yang dilakukan (Lestari dkk., 2013).
Jika tubuh tidak mempunyai insulin, tak ada cara untuk mengendalikan glukosa
di dalam darah, maka seseorang berada pada suatu kesusahan besar. Semua glukosa
dari makanan akan tinggal di dalam darah, dan kadar gula darah akan sangat tinggi
sehabis makan, dan seseorang itu akan merasa sangat sakit. Bahkan seseorang itu bisa
menjadi tidak sadarkan diri. Tubuh tak mampu mengatasi gula yang berlebihan di
dalam darah seperti itu dalam suatu ketika terjadilah yang disebut dengan hiperglikemia
7
2.1.1.1 Ambilan Glukosa pada Sistem Pencernaan Manusia
Glukosa yang tertelan awalnya berikatan dengan reseptor rasa manis di lidah
manusia. Kompleks protein Taste receptor type 1 member-2 (T1R2) dan T1R3
mengandung glukosa. Sumber glukosa pada manusia utamanya, sekitar 300 g per hari
pasokan glukosa tubuh diproduksi dari hasil pemecahan makanan, walaupun seperti
yang sebelumnya telah dijelaskan beberapa organ tubuh seperti liver mampu
pencernaan kimiawi melalui perantara enzim amilase yang terkandung dalam air liur,
serta oleh maltase, laktase, dan sukrase pada brush border usus kecil.
pendegradasi sering kali diturunkan dari poli- dan disakarida tertentu. Misal, untuk
pati), selulase (dinamai selulosa), kitinase (dinamai kitin) dan banyak lagi. Selanjutnya
untuk pembelahan disakarida terdapat enzim maltase, laktase, sukrase, trehalase dan
8
Dalam kaitannya dengan Diabetes Melitus, proses penyerapan glukosa pada
tubuh manusia menjadi kunci yang harus dipahami. Proses keluar masuknya glukosa
dari membran sel dan membran kompartemen sel dibutuhkan sebuah protein transpor
khusus. Di usus halus (lebih tepatnya di jejunum), glukosa diambil ke dalam sel epitel
usus dengan bantuan transporter glukosa (GLUT) melalui mekanisme transpor aktif
glukosa 1. Transfer lebih lanjut terjadi pada sisi basolateral sel epitel usus melalui
transporter glukosa GLUT2. Selain itu, GLUT2 juga berperan dalam penyerapan
glukosa ke dalam sel hati, sel ginjal, sel pulau Langerhans, sel saraf, astrosit, dan
tanycytes. Glukosa memasuki hati melalui vena portae dan disimpan di sana sebagai
glikogen seluler. Di dalam sel hati, glukosa difosforilasi oleh glukokinase pada posisi
di hati, dan akan terus tersedia untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah yang
cukup. Di sel lain, penyerapan terjadi dengan transpor pasif melalui salah satu dari 14
protein GLUT.
Pengangkut glukosa GLUT1 diproduksi oleh sebagian besar jenis sel dan sangat
penting bagi sel saraf dan sel pankreas. Kemudian, GLUT3 diekspresikan dalam sel
saraf. Glukosa dari aliran darah diambil oleh GLUT4 dari sel-sel otot (dari otot rangka
dan otot jantung) dan sel-sel lemak. GLUT14 dibentuk secara eksklusif di testis.
Kelebihan glukosa dipecah dan diubah menjadi asam lemak, yang disimpan sebagai
triasilgliserida. Di ginjal, glukosa dalam urin diserap melalui SGLT1 dan SGLT2 di
membran sel apikal dan ditransmisikan melalui GLUT2 di membran sel basolateral.
9
Sekitar 90% reabsorpsi glukosa ginjal melalui SGLT2 dan sekitar 3% melalui SGLT1.
Transpor glukosa dalam organ manusia bergantung pada transporter glukosa, jika
terjadi imbalansi pada keadaan Diabetes Mellitus, maka terdapat disregulasi pada
sistem transporter glukosa khususnya dalam proses pemasukan glukosa ke dalam sel
Tidak seperti manusia yang tidak mampu berfotosintesis. Manusia, dan eukoariota
liannya, memiliki jalur metabolisme yang dimulai dengan molekul yang mengandung
dua sampai empat atom karbon (C) dan berakhir pada molekul glukosa yang
glukoneogenesis terjadi di hati dan ginjal. Di hati sekitar 150 g glikogen disimpan,
sedangkan otot rangka sekitar 250 g. Namun, glukosa yang dilepaskan dalam sel otot
pada saat pemecahan glikogen tidak dapat langsung dikirim ke sirkulasi karena glukosa
harus terlebih dahulu difosforilasi oleh heksokinase. Setelah menjadi glukosa dengan
dari metabolit lain, termasuk laktat atau asam amino tertentu, sambil terus
ini juga mencegah terjadinya hipoglikemia pada manusia dan memertahankan kadar
10
Gambar 2.2 Rantai Proses Glukoneogenesis (Thorens et al., 2015)
glikolisis serta jalur pentosa fosfat. Glikolisis digunakan oleh semua organisme hidup
yang memiliki mitokondria. Ada beberapa tahap dalam glikolisis seperti dekarboksilasi
oksidatif, siklus asam sitrat (siklus Krebs sinonim), dan rantai respirasi. Jika tidak ada
cukup oksigen yang tersedia untuk ini, degradasi glukosa pada manusia terjadi secara
anaerobik menjadi laktat melalui fermentasi asam laktat dan melepaskan lebih sedikit
energi. Laktat otot memasuki hati melalui aliran darah pada mamalia, di mana
glukoneogenesis terjadi (siklus Cori). Dengan suplai glukosa yang tinggi, metabolit
asetil-KoA dari siklus Krebs juga dapat digunakan untuk sintesis asam lemak. Glukosa
juga digunakan untuk mengisi kembali simpanan glikogen tubuh, yang terutama
ditemukan di hati dan otot rangka. Proses ini diatur secara hormonal.
11
Penggunaan glukosa sebagai sumber energi dalam sel adalah dengan respirasi
fosforilasi glukosa oleh heksokinase untuk membentuk glukosa 6-fosfat. Alasan utama
untuk fosforilasi glukosa adalah untuk mencegah glukosa berdifusi keluar dari sel
karena gugus fosfat bermuatan mencegah glukosa 6-fosfat dengan mudah melintasi
dari dua molekul ATP (empat molekul ATP diproduksi selama glikolisis melalui
fosforilasi tingkat substrat, tetapi dua diperlukan oleh enzim yang digunakan selama
proses). Dalam respirasi aerobik, molekul glukosa jauh lebih menguntungkan karena
Gambar 2.3 Proses Glikolisis Aerob (Kiri) dan Anaerob (Kanan) (Campbell et al.,
2012)
12
2.1.2 Relevansi Klinis Glukosa Darah
Glukosa dalam darah disebut gula darah. Kadar gula darah diatur oleh glucose-
lidah menginduksi pelepasan berbagai hormon metabolisme, baik melalui glukosa atau
melalui bentukan gula lain yang menyebabkan peningkatan penyerapan seluler dan
Kandungan gula darah orang sehat dalam keadaan puasa, mis. setelah puasa
semalaman, adalah sekitar 70 hingga 100 mg/dL darah (4 hingga 5,5 mM). Dalam
plasma darah, nilai yang terukur sekitar 10-15% lebih tinggi. Selain itu, nilai dalam
darah arteri lebih tinggi daripada konsentrasi dalam darah vena karena glukosa diserap
ke dalam jaringan selama perjalanan dari kapiler. Juga dalam darah kapiler, yang sering
digunakan untuk penentuan gula darah, nilainya terkadang lebih tinggi daripada di
darah vena (Koekkoek et al., 2017). Kandungan glukosa darah diatur oleh hormon
juga regulasi yang tidak bergantung pada hormon, yang disebut sebagai autoregulasi
glukosa. Setelah asupan makanan konsentrasi gula darah meningkat. Nilai lebih dari
200 mg/dL dalam darah utuh vena adalah patologis dan disebut hiperglikemia, nilai di
aliran darah oleh glukosa-6-fosfatase dari glukosa-6-fosfat yang berasal dari glikogen
hati dan ginjal, sehingga mengatur homeostasis konsentrasi glukosa darah (La fleur et
al., 2014).
13
Beberapa glukosa diubah menjadi asam laktat oleh astrosit, yang kemudian
digunakan sebagai sumber energi oleh sel-sel otak. Sebagian glukosa digunakan oleh
sel usus dan sel darah merah, sedangkan sisanya mencapai hati, jaringan adiposa dan
sel otot, di mana ia diserap dan disimpan sebagai glikogen (di bawah pengaruh insulin).
Glikogen sel hati dapat diubah menjadi glukosa dan dikembalikan ke darah ketika
insulin rendah atau tidak ada. Glikogen sel otot tidak dikembalikan ke darah karena
kekurangan enzim. Dalam sel lemak, glukosa digunakan untuk menggerakkan reaksi
yang mensintesis beberapa jenis lemak dan memiliki tujuan lain. Glikogen adalah
mekanisme "penyimpanan energi glukosa" tubuh, karena jauh lebih "efisien ruang" dan
kurang reaktif daripada glukosa itu sendiri (La fleur et al., 2014).
Karena pentingnya bagi kesehatan manusia, glukosa merupakan analit dalam tes
glukosa yang digunakan dalam konteks medis. Makan atau puasa sebelum mengambil
sampel darah akan memengaruhi analisis glukosa dalam darah. Kadar gula darah
glukosa puasa yang tinggi mungkin merupakan tanda pradiabetes atau diabetes mellitus
glukosa darah dari karbohidrat yang dicerna. Kepentingan klinis indeks glikemik masih
resorpsi karbohidrat dan menurunkan indeks glikemik, mis. es krim. Indikator alternatif
adalah indeks insulin yang diukur sebagai dampak konsumsi karbohidrat pada tingkat
insulin darah. Beban glikemik merupakan indikator jumlah glukosa yang ditambahkan
ke kadar glukosa darah setelah dikonsumsi, berdasarkan indeks glikemik dan jumlah
14
2.2 Definisi Diabetes Melitus
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutarna
mata, ginjal, saraf jantung, dan pembuluh darah. World Health Organization (WHO)
dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat
dikatakan sebagai sesuatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari
sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan
Penyakit DM biasanya disebut silent killer karena hampir sepertiga orang dengan
menjadi serius yang berhubungan dengan komplikasi. Elemen patogenik penting yang
harus di garis bawa faktor genetik. Seseorang yang kedua orang tuanya menderita DM
maka kemungkinan faktor genetik. Seseorang yang kedua orang tuanya menderita DM
maka kemungkinan 50% akan menderita DM. Selain itu, faktor pemicu utama
terjadinya DM ialah gaya hidup dan makan berlebih yang berakibat timbulnya
Salah satu kelompok umur yang beresiko terjadinya kelebihan berat badan adalah
kelompok usia remaja. Usia remaja beresiko karena adanya pergeseran pola makan
dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung protein lemak, gula,
garam dan mengandung sedikit serat. Komposisi makanan seperti itu sangat digemari
15
terutama anak muda. Kebiasaan ini berkontribusi terhadap kejadian obesitas (Lestari,
dkk., 2013).
Sebagian besar faktor resiko diabetes melitus adalah gaya hidup yang tidak sehat
seperti kurangnya aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang serta
obesitas. Maka dari itu hal terpenting dari pengendalian diabetes melitus adalah
mengendalikan faktor resiko. Tujuan penting dari pengelolaan diabetes melitus adalah
(Arisman. 2011).
beberapa komponen tubuh yang mengampu satu fungsi, yaitu fungsi ambilan glukosa.
demikian, seperti halnya mesin, akhirnya terjadi kecacatan yang dapat kita amati
dengan timbulnya apa yang disebut dengan gangguan toleransi glukosa ((GTG)
(Rochmah., 1994).
Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil
dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
mutu secara teratur).Walaupun demikian sesuai dengan kondisi setempat dapat juga
16
dipakai bahan darah utuh (whole blood), vena ataupun kapiler dengan memperhatikan
angka-angka kriteria diagnostic yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Untuk
2009).
menjadi dua bagian besar berdasarkan ada atau tidaknya gejala khas DM. Gejala khas
DM terdiri dari polyuria, polidipsia, polifagia dan berat badan menurun tanpa sebab
yang jelas. Sedangkan gejala tidak khas DM antaranya lemas, kesemutan, luka yang
sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria), dan pruritis vulva (wanita).
Apabila ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja
sudah cukup menegakkan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan gejala khas DM,
maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa darah abnormal (Purnamasari, 2009).
DM juga dikenal sebagai penyakit stress oksidatif. Stress oksidatif terjadi ketika
produksi antioksidan secara alami. Hal ini dapat menyebabkan kelainan pada
komponen sel seperti lemak, protein, bahkan asam nukleat yang secara langsung
berperan dalam perkembangan dan progresi komplikasi bagi penderita DM (St. Rabiul
and Sanusi, 2013). Menurut ADA (Americans Diabetes Association) tahun 2015, DM
terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh
darah.
17
2.3 Tipe Diabetes Melitus
DM ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena
kerusakan dari sel beta pankreas. Organ pankreas dalam tubuh penderita diabetes tipe
1 tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel
tubuh akan mengolah lemak dan otot menjadi energi sehingga menyebabkan turunnya
berat badan. Ini dapat mengakibatkan kondisi akut yang disebut ketoasidosis diabetik
Penderita diabetes tipe I sangat bergantung pada insulin. Tipe ini juga terkadang
dikenal dengan istilah diabetes "Remaja" karena umumnya menyerang pasien dibawah
usia 40 tahun terutama pada masa remaja. Organ pankreas dalam tubuh penderita
diabetes tipe 1 tidak memproduksi insulin sehingga penderita harus menerima suntikan
insulin tiap hari. Insulin sangat penting karena berfungsi untuk mengendalikan kadar
gula dalam darah. Kadar gula darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan
DM in] disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar
insulin normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme
glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi
hiperglikemia. 75% dari penderita DM type 11 dengan obesitas atau ada sangat
Timbulnya resistensi insulin pada usia lanjut disebabkan oleh`4 faktor yaitu
pertama adanya perubahan komposisi tubuh. Penurunan jumlah masa otot dari 19%
18
menjadi 12%, disamping peningkatan jumlah jaringan lemak dari 14% menjadi 30%,
kedua adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan jumlah
Selain dua tipe yang telah dibahas diatas, menurut American Diabetes Assoc.
Penyakit DM memiliki banyak faktor risiko. Secara umum dibagi menjadi dua
kelompok: faktor risiko dapat dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko dapat
dimodifikasi erat kaitannya dengan perilaku hidup kurang sehat, yaitu berat badan
diet tidak seimbang, riwayat toleransi glukosa terganggu, dan merokok. Sedangkan
faktor risiko tidak dapat dimodifikasi antara lain ras, etnik, umur, jenis kelamin, riwayat
19
keluarga, riwayat parturitas dengan berat badan bayi >4000 gram atau berat badan bayi
dalam segi finansial dan keberhasilan. Penyakit diabetes biasanya diawali pada keadaan
sangat sedikit sebelumnya. Namun, dapat dipastikan jika suatu kelompok telah
mengalami keadaan prediabetes dan tidak melakukan perubahan gaya hidup, peluang
dokter keluarga kepada pasien dengan menentukan strategi dan target ideal kadar gula
darah pasien
Penyakit diabetes mellitus dikenal juga dengan penyakit kencing manis atau
kencing gula. Lebih kurang dua ribu tahun yang lalu, dua ahli kesehatan Yunani. yaitu
Celcus dan Areteus, memberikan sebutan diabetes pada orang yang menderita banyak
minum dan banyak kencing. Oleh karena itu, sampai saat ini penderita "banyak minum"
dan "banyak kencing " tersebut, dalam dunia kedokteran, dikenal dengan istilah
tidak dapat secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya.
Pada tubuh yang sehat, kelenjar pankreas melepas hormon insulin yang bertugas
mengangkut gula melalui darah ke otot-otot jaringan lain untuk memasok energi. Gula
20
di dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat yang terdapat dalam
makanan. Gugus/molekul gula dalam karbohidrat dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Gugus gula tunggal (monosakarida), yaitu karbohidrat yang terdiri atas satu
2. Polisakarida, atau karbohidrat yang terdiri atas banyak gugusan gula, misalnya
Dalam kondisi normal, kadar gula dalam darah saat berpuasa, berkisar antara 80
- 120 mg/dL, sedangkan satu jam setelah makan dapat mencapai 170 mg/dL, dan
dua jam setelah makan akan turun sampai 140 mg/dL (Irianto,2014).
Penderita diabetes mellitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
21
berbagai sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Beberapa konsekuensi dari
− Neuropati di kaki yang meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi, dan bahkan
amputasi
− Diabetikum nefropati, gagal ginjal disebabkan kadar glukosa tinggi dalam darah
Disebutkan, bahwa resiko kematian penderita DM dua kali lipat lebih tinggi
dibandingkan bukan penderita DM. Data yang disajikan Infodatin Kemenkes (2013)
− Angina (7,40%)
− Dan penyakit lainnya seperti Miocard Infark, Stroke, Amputasi, dll hingga
10%
22
2.6. Epidemiologi Diabetes Mellitus
perawatan berlanjut dan manajemen diri sendiri oleh pasien untuk mencegah
komplikasi akut dan mengurangi risiko komplikasi jangka panjang (Shafiee et al.,
2012). Hiperglikemia merupakan tanda khas penyakit Diabetes Mellitus (DM) dengan
penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat mencukupi kebutuhan insulin
menyebabkan tingginya kadar glukosa dalam darah dan berimbas pada kerusakan
serius organ-organ, terlebih pada jaringan saraf dan pembuluh darah. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) mencatat penderita diabetes telah meningkat dari 108 juta pada 1980
menjadi 422 juta pada 2014. Pada 2016, diperkirakan 1,6 juta kematian secara langsung
jumah penyandang DM dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
2 – 3 kali lipat pada tahun 2035 (PERKENI, 2015). Prediksi lainnya juga diutarakan
meningkat dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035 (Ogurtsova
et al., 2017). Kerugian bagi negara juga meningkat akibat tingginya prevalensi.
angka 6,7% dengan total 10.276.100 kasus pada orang dewasa dan menghabiskan
sekitar 168USD/jiwa untuk biaya pengobatan. Studi pendahuluan dilakukan oleh Dinas
23
Kesehatan Kabupaten Malang pada tahun 2016 menunjukkan jumlah penderita DM
merupakan penyebab utama kebutaan, gagal ginjal, serangan jantung, stroke, dan
2.7. Patofisiologi
terdiri atas dua macam sel yaitu sel α dan β. Sel α mensekresikan glukagon dan sel β
berperan dalam stimulasi ambilan glukosa di jaringan perifer dan glikogenesis di hepar.
Bila setelah makan terjadi peningkatan kadar glukosa darah maka sel βmensekresikan
insulin ke sirkulasi untuk menurunkan kadar glukosa darah, tetapi sebaliknya bila kadar
glukosa darah menurun maka sel α akan mensekresikan glukagon untuk meningkatkan
Diabetes mellitus tipe I mempunyai ciri dengan penurunan produksi insulin oleh
sel beta pankreas karena faktor genetik maupun autoimun kronis. Timbulnya penyakit
klinis merupakan tahap akhir dari kerusakan sel beta yang mengarah ke DM tipe 1.
Diabetes ini sering berkembang pada anak-anak, bermanifestasi pada pubertas dan
memburuk sejalan dengan bertambahnya usia. Untuk bertahan hidup diabetes tipe ini
24
memerlukan insulin eksogen seumur hidup (Homenta,2012).
oleh hati dalam keadaan post prandial. Peningkatan glukosa hati muncul pada awal
diabetes, setelah permulaan abnormalitas sekresi insulin dan resistensi insulin pada otot
skelet (Nurahmi,2017).
Pada saat diagnosis DM tipe2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat berkurang.
Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah sulfonilurea, meglitinid,
(DPP- 4).
25
2. Disfungsi sel alpha pankreas
Sel alfa pankreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam hiperglikemia dan
sudah diketahui sejak 1970. Sel alfa berfungsi pada sintesis glukagon yang dalam
basal meningkat secara bermakna dibanding individu yang normal. Obat yang
3. Sel lemak
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin, menyebabkan
peningkatan proses lipolisis dan kadar asam lemak bebas (free fatty acid (FFA))
insulin. Gangguan yang disebabkan oleh FFA ini disebut sebagai lipotoksisitas.
4. Otot
terjadi gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen,
dan penurunan oksidasi glukosa. Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin
dan tiazolidinedion.
5. Hepar
Pada penyandang DM tipe 2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
26
glukoneogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh hepar
(hepatic glucose production) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur in]
6. Otak
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang obese
mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan
justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. Obat
yang bekerja di jalur ini adalah agonis GLP-l, amilin dan bromokriptin.
7. Kolon/Mikrobiota
2, dan obesitas sehingga menjelaskan bahwa hanya sebagian individu berat badan
8. Usus halus
Glukosa yang ditelan mernicu respons insulin jauh lebih besar dibanding kalau
diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek inkretin ini
resisten terhadap hormon GIP. Hormon inkretin juga segera dipecah oleh
keberadaan enzim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat
27
yang bekerja menghambat kinerja DPP-4 adalah DPP-4 inhibitor. Saluran
glukosa darah setelah makan. Obat yang bekerja untuk menghambat kinerja
9. Ginjal
Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh persen dari
glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran enzirn sodium glucose
sisanya akan diabsorbsi melalui peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan
asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urin. Pada penyandang DM
glukosa darah. Obat yang menghambat kinerja SGLT-2 ini akan menghambat
10. Lambung
lam bung dan peningkatan absorpsi glukosa di usus halos, yang berhubungan
28
dengan peningkatan kadar glukosa postprandial.
Terdapat bukti bahwa sitokin menginduksi respon fase akut (disebut sebagal
sistemik derajat rendah berperan dalam induksi stres pada endoplasma akibat
inflamasi kronik derajat rendah pada jaringan perifer seperti adiposa hepar dan
otot.
2.8. Diagnosis
Association (ADA) telah menetapkan bahwa diabetes diindikasikan bila nilai glukosa
plasma puasa (fasting plasma glucose, FPG) lebih atau sama dengan 7 mmol/L (Tabel
2.1).
29
Tabel 2.1 Penggolongan diabetes dan intoleransi glukosa 2 jam dari WHO dan
puasa dari ADA. Untuk mengonversikan konsentrasi glukosa dari mmol/L menjadi
• Kadar, glukosa plasma acak (sewaktu - waktu) > 11, 1 mmol/L (200 mg/dL )
• Kadar glukosa plasma > 11. 1 mmol/L (200 mg/dL) 2 jam setelah glukosa
macam, yaitu:
a. Diabetes mellitus tipe I disebabkan oleh kerusakan set beta pankreas akibat reaksi
autoimun. Pada tipe ini hormon insulin tidak diproduksi. Kerusakan set beta
tersebut dapat terjadi sejak anak-anak maupun setelah dewasa. Penderita hares
30
mendapat suntikan insulin setiap hari selama hidupnya sehingga dikenal dengan
b. Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh resistensi hormon insulin, karena jumlah
reseptor insulin pada permukaan set berkurang, meskipun jumlah insulin tidak
berkurang. Hal ini menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam set insulin,
walaupun telah tersedia. Kondisi ini disebabkan oleh obesitas, diet tinggi lemak
pankreas, gangguan endokrin lain, efek obat-obatan, bahan kimia, infeksi virus
dan lain-lain.
(lrianto,2014).
Glukosa sewaktu adalah pengukuran kadar glukosa dalam darah yang diambil
kapan saja, tanpa mempertimbangkan makan terakhir. Nilai normal glukosa sewaktu
Glukosa adalah pemeriksaan ini memerlukan puasa 8 jam sebelum darah diambil
untuk diperiksa. Puasa adalah keadaan tanpa suplai makanan (kalori) selama 8 jam,
tetapi diperbolehkan minum air putih. Jadi bukan puasa makan dan minum yang biasa
dilakukan. Jika kadar glukosa darah puasa sama atau lebih dari 126 mg/dL, maka
31
dikategorikan Diabetes Mellitus.
yang dilakukan setelah 2 jam pembebasan glukosa yang setara dengan 75 gram
glukosa. Pemeriksaan in] dapat digunakan untuk evaluasi insulin dalam tubuh. Nilai
Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada tiga jenis atau
tahap, yaitu:
Pencegahan primer adalah cara yang paling sulit karena yang menjadi sasaran
adalah orang-orang yang belum sakit artinya mereka yang masih sehat. Cakupannya
menjadi sangat luas, yang bertanggung jawab bukan hanya profesi tetapi seluruh
sehat dan menghindari pola hidup berisiko, menjelaskan kepada masyarakat bahwa
mencegah jauh lebih baik daripada mengobatinya. Kampanye makanan sehat dengan
pola tradisional yang mengandung lemak rendah atau pola makanan seimbang adalah
alternatif terbaik dan harus sudah mulai ditanamkan pada anak-anak sekolah sejak
taman kanak-kanak.
Selain makanan juga cara hidup berisiko lainnya harus dihindari. Jaga berat
badan agar tidak gemuk, dengan olahraga teratur. Dengan menganjurkan olahraga
kepada kelompok risiko tinggi misalnya anak-anak pasien diabetes, merupakan salah
32
satu upaya pencegahan primer yang sangat efektif dan murah.
menunjang upaya pencegahan primer. Hal ini tentu saja akan menimbulkan
misalnya di tiap sekolahan harus ada sarana olahraga yang memadai (Suyono, 2009).
populasinya lebih kecil, yaitu pasien diabetes yang sudah diketahui dan sudah berobat,
tetapi kenyataannya tidak demikian. Tidak gampang memotivasi pasien untuk berobat
teratur, dan menerima kenyataan bahwa penyakitnya tidak bisa sembuh. Syarat
mencegah komplikasi adalah kadar glukosa darah harus selalu terkendali mendekati
Pada pencegahan sekunder pun, penyuluhan tentang perilaku sehat seperti pada
kesehatan primer dipusat-pusat pelayanan kesehatan mulai dari rumah sakit kelas A
sampai ke unit paling depan yaitu puskesmas. Disamping itu jug diperlukan
yang terampil baik oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang sudah dapat
Peran profesi sangat ditantang untuk menekan angka pasien yang tidak
terdiagnosis ini, supaya pasien jangan datang minta pertolongan kalau sudah sangat
33
sangat tinggi. Dari sekarang harus sudah dilakukan upaya bagaimana caranya
menjaring pasien yang tidak terdiagnosis itu agar mereka dapat melakukan upaya
pencegahan sekunder
penyakit organ
jaringan
Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik sekali baik antara pasien
dengan dokter maupun dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan
motivasi pasien untuk mengendalikam diabetesnya. Peran ini tentu saja akan
merepotkan dokter yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu dia harus dibantu oleh
orang _yang sudah dididik untuk keperluan itu yaitu penyuluh diabetes (diabetes
34
2.11. Glukosa Darah
2.11.1 Definisi
Glukosa darah merupakan gula yang terdapat dalam darah yang berasal dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan di otot rangka.
Glukosa darah berfungsi sebagai penyedia energi tubuh dan jaringan-jaringan dalam
tubuh. Kadar glukosa juga dipengaruhi berbagai faktor dan hormon insulin yang
dihasilkan kelenjar pankreas, sehingga hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah.
Kadar glukosa darah dalam keadaan normal berkisar antara 70 - 110 mg/dl. Nilai
normal kadar glukosa dalam serum dan plasma adalah 75 – 115 mg/dl, kadar gula 2
jam postprandial ≤ 140 mg/dl, dan kadar gula sewaktu ≤ 140 mg/dl (Yuni,2018).
Hiperglikemia bisa terjadi karena asupan karbohidrat dan glukosa yang berlebihan.
Beberapa tanda dan gejala dari hiperglikemia yaitu peningkatan rasa haus, nyeri kepala,
penurunan berat badan. Sedangkan hipoglikemia juga bisa terjadi karena asupan
karbohidrat dan glukosa kurang. Beberapa tanda dan gejala dari hipoglikemia yaitu
palpitasi, takikardia, gelisah, pucat, kedinginan, gugup, dan rasa lapar (Rosman,2013).
tipe 2 akan meningkat 5-10 kali lipat karena terjadi perubahan perilaku rural-tradisional
menjadi urban. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologi diperkirakan adalah:
bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh,
kurangnya aktifitas jasmani dan hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan
35
beberapa faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Stadtes, 2005)
pemeriksaan menggunakan darah vena puasa dan 2-jam setelah makan karena
alat POCT, Yaitu mudah digunakan dapat dilakukan oleh perawat, pasien dan keluarga
untuk monitoring pasien, hasil yang relatif singkat, volume sampel yang dipakai lebih
sedikit, alat lebih kecil sehingga tidak perlu ruang khusus dan bisa dibawa. Adapun
kekurangan dari alat POCT kemampuan pengukuran terbatas, hasil dipengaruhi oleh
suhu, hematokrit, dan dapat terintervensi dengan zat tertentu, pra-analitik sulit
dikontrol bila yang melakukan bukan orang yang kompeten. (Kemenkes, 2016). Jenis-
jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan POCT yaitu glukosa darah, kolesterol,
Photometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau
kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan
darah dan dalam pengerjaannya memerlukan waktu yang lama dan harga yang mahal.
karena dianggap sebagai alat yang paling tepat untuk menggambarkan kadar glukosa
darah. Tak heran photometer dijadikan sebagai standar pemeriksaan kadar glukosa
36
darah.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
= Diukur
GD2PP GDS
GDP
= Tidak Diukur
Tinggi
36 – 45 46 – 56 Laki-laki Perempuan
38
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data rekam medik pasien
diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Anwar Medika Sidoarjo dari bulan Januari –
Desember 2020.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Responden berjenis kelamin laki - laki
klinik yaitu kadar glukosa darah puasa. Kriteria eksklusinya adalah data yang tidak
Pada penelitian ini populasi yang dipergunakan adalah seluruh pasien penderita
DM di Rumah Sakit Umum Anwar Medika Sidoarjo pada bulan Januari sampai dengan
Desember 2020 dan sampel yang diambil dihitung dengan rumus sebagai berikut:
N
Sampel : n=
1+ N (d 2 )
200
n=
1+ 200 (5% 2 )
39
200
n=
1+ 200 .0,05 2
200
n=
1 + 200 .0,0025
200
n=
1 + 0,05
200
n=
1,5
n = 130
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Tingkat kesalahan 5%
Populasi sampel diambil di rekam medik Rumah Sakit Umum Anwar Medika Sidoarjo
Tahap penelitian ini dilakukan dengan memilih jenis penelitian yang digunakan
dan data yang dipergunakan berupa data rekam medik pasien penderita DM kemudian
hasil penelitian dalam bentuk tabel untuk melihat nilai rata-rata dari masing-masing
variabel.
40
3.7 Diagram Alur Prosedur Kerja
terlebih dahulu.
3. Penulis mensurvei bagian rekam medik lalu mengambil data rekam medik dan
6. Data disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan tujuan disertai penjelasan.
41
3.9 Analisis Data
Analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat. Analisa univariat merupakan
analisa yang digunakan untuk menentukan presentase serta distribusi dari setiap
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Data Pasien yang Teridentifikasi Diabetes Mellitus di RSU Anwar Medika
35%
yakni berjumlah 19 dari 55 orang (35%) dan responden dengan jenis kelamin
43
Distribusi Responden berdasarkan Jenis
Kelamin
58%
42%
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden terbanyak berada pada rentang usia
lansia awal (46 hingga 56 tahun) sebanyak 32 dari 55 orang (58%) kemudian disusul
70% 64%
60%
50%
40% 33%
30%
20%
10% 3%
0%
GULA DARAH
44
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden terbanyak berada pada rentang hasil
Kemudian, pada rentang gula darah 300 – 400mg/dL terdapat 18 dari 55 responden atau
sebesar 33%. Terakhir, rentang gula darah > 400mg/dL terdapat sebanyak 2 dari 55
4.2 Pembahasan
ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar gula darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan
atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan gula darah
yang dianjurkan adalah pemeriksaan gula secara enzimatik dengan bahan darah plasma
vena, sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan
menggunakan pemeriksaan gula darah kapiler dengan glucometer atau Point of Care
menimbang kelebihan dan kekurangan masing-masing alat. Dalam kasus DM, POCT
tidak dapat digunakan sebagai alat diagnostik melainkan alat monitoring dalam
menjaga kadar gula darah pada pasien DM. Endiyasa dkk tahun 2018 membandingkan
45
sebesar 121,17 mg/dL, dengan nilai terendah 70 mg/dL dan nilai tertinggi 261 mg/dL
Pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan alat POCT) dari sampel sebanyak 52
orang memberikan nilai rerata sebesar 130,38 mg/dL, dengan nilai terendah 78 mg/dL
dan nilai tertinggi 269 mg/dL. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai (p) sebesar
= 0,084 (> dari α 0,05), yang berarti pada α = 5% tidak ada perbedaan yang signifikan
kadar glukosa darah metode POCT dengan metode photometer pada sampel
Medika Sidoarjo didominasi oleh jenis kelamin wanita dengan rentang usia 46 – 55
tahun (Lansia awal). Hasil pengukuran kadar gula darah didapatkan bahwa sebanyak
38 dari 55 responden (64%) memiliki kadar gula darah sebesar 200 – 300mg/dL, 18
dari 55 responden (33%) memiliki kadar gula darah sebesar 300 – 400mg/dL,
sedangkan 2 dari 55 responden (3%) memiliki kadar gula darah diatas 400mg/dL.
darah juga akan semakin menurun. Chia dkk (2018) kemudian menambahkan bahwa
perubahan komposisi tubuh dan resistensi insulin dapat terjadi seiring bertambahnya
usai yang akan engakibatkan disregulasi jalur fisiologis yang mengarah pada obesitas
dan diabetes mellitus. (Suiraoka et al., 2012; Chia et al., 2018). Begitu pula dengan
jenis kelamin, walau Wannamethee dkk (2012) menyimpulkan tidak ada perbedaan
ambilan glukosa pada laki-laki dan wanita penyintas DM, namun Miller dkk (2018)
46
mengungkapkan adanya perbedaan signifikan hasil pengukuran kadar glukosa darah
pada laki-laki dan wanita penyintas DM usia >45 tahun (Lansia awal), hal tersebut
darah pada pasien berjenis kelamin laki – laki yang terkena diabete mellitus sebanyak
(65%) dari 55 penderita diabetes mellitus. Menurut Willer dkk (2018) beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa perbedaan tingkat faktor risiko antara individu
diabetes dan non-diabetes lebih besar pada wanita daripada pria terutama untuk
variabel antropometri tubuh. Dengan demikian, perbedaan antara wanita dan pria
dalam prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas, dimorfisme jenis kelamin dalam
gender (Wannamethee et al., 2012). Wanita dewasa juga cenderung akan mendapatkan
diabetes tipe 2 yang relatif lebih tinggi daripada pria. Dengan demikian, wanita
mungkin sudah mengalami keadaan resistensi insulin dan disfungsi metabolik yang
endotel yang lebih parah pada wanita dibandingkan pria, termasuk perubahan penanda
abnormal pada wanita premenopause dengan diabetes tipe 2 daripada pada pria
47
(Vanhoutte et al., 2009; Regensteiner et al., 2015). Wanita juga lebih cenderung
memiliki peningkatan kadar TC, TG, dan LDL-C daripada pria yang akan
meningkatkan peluang timbulnya Penyakit Tidak Menular (PTM) salah satunya DM.
dan laki-laki yang disebabkan oleh perbedaan kromosom seks, ekspresi gen spesifik
jenis kelamin dari autosom, hormon seks, dan efeknya pada sistem organ. Wanita
menunjukkan perubahan yang lebih dramatis dalam hormon dan tubuh karena faktor
reproduksi selama hidup. Sejalan dengan penelitian kali ini. Di Indonesia, tahun 2018
melalui Riset Kesehata Dasar, prevalensi penderita DM pada wanita baik yang
terdiagnosis oleh dokter atau pemeriksaan gula darah, wanita selalu lebih banyak
Bila ditinjau dari rentang usia, umur 36 – 45 tahun sebanyak 23 orang (42%) yang
Proses aging atau gangguan fungsi organ menjadi patofisiologi utama terutama pada
organ. Jadi, sistem ini seperti lingkaran yang saling memperburuk satu sama lainnya.
Penuaan dan diabetes keduanya merupakan faktor risiko gangguan fungsional. Usia
akan membuat seseorang menjadi kurang aktif secara fisik dan meningkatkan risiko
timbulnya gangguan fungsional yang lebih banyak dibandingkan mereka yang lebih
muda. Kemudian, ketika seseorang dengan usia yag tua menderita diabetes, terdapat
interaksi antara kondisi medis yang menyertai seperti neuropati perifer, kesulitan
penglihatan dan pendengaran, dan masalah gaya berjalan dan keseimbangan. Hal
48
tersebut jelas akan menimbulkan morbiditas. Diketahui, neuropati perifer, hadir pada
50-70% pasien diabetes yang lebih tua, meningkatkan risiko ketidakstabilan postural,
masalah keseimbangan, dan atrofi otot (Tszoke et al., 2007; Brewer et al., 2016). Di
tahun memang lebih banyak dibanding rentang usia dibawahnya, salah satunya ialah
49
BAB V
5.1. Kesimpulan
gula darah pasien DM di RSU Anwar Medika Sidoarjo, maka peneliti dapat
2020.
3. Pasien DM di RSU Anwar Medika terbanyak memiliki kadar gula darah 200 –
300mg/dL.
5.2. Saran
1. Sebaiknya pada saat pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak hanya memeriksa
dengan satu metode, namun menggunakan metode lain seperti urine reduksi
ataupun HbA1c.
2. Sebaiknya pada saat melakukan uji klinis pemeriksaan kadar glukosa darah
tidak hanya melakukan satu kali pengukuran saja, dilakukan dua kali
50
3. Melakukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh keteraturan minum obat,
riwayat keluarga dengan DM, durasi menderita DM, Indeks Massa Tubuh,
DM.
51
DAFTAR PUSTAKA
52
PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan Diabetes Mlitus Tipe 2 di Indonesia.
Semarang: PB PERKENI.
PERKENI. 2019. Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia.
https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2020/07/Pedoman-
Pengelolaan-DM-Tipe-2-Dewasa-di-Indonesia-eBook-PDF-1.pdf.
Diakses 5 Januari 2021.
Purnamasari, D. (2009). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Dalam: Sudoyo,
A., Setyohadi, B., Alwi, I., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5
Jilid 3. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 1880-1883.
Richard, & Rudy. 2015. Buku Pegangan Diabetes Edisi Ke 4. Bumi Medika. Jakarta.
Riyani, A. (2009). Laporan Praktikum Kimia Klinik II. Bandung: Analis Kesehatan
Bandung.
Rochmah, W. (1994). Hubungan Antara Konsentrasi Insulin dan Kadar Glukosa
Plasma Darah pada Golongan Lanjut Usia. Laporan Penelitian DPP
UGM: Yogyakarta.
Sabrina, Q. (2011). Kajian Sifat Optis Glukosa Darah. Universitas Islam Negeri
Syarief Hidayatullah: Jakarta.
Sofianingrum. 2019. Efektivitas Antidiabetik Oral Baik Kombinasi Maupun Tunggal
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di RSUD Kota Madiun. STIKES
Bhakti Husada Mulia. Madiun.
Suyono, S. (2009). Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam: Sudoyo, A., Setyohadi,
B.,Alwi, I., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jild 3. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. 1873-1879.
Suryaatmadja, M. (2003). Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Jakarta:
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
WHO. (1999). Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its
Complications. World Healt Organization Departement of Non-
communicable Disease Surveil: lance.
WHO. 2016. Diabetes. World Health Organization. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/diabetes#:-:text=Diabetes prevalence has been
rising, were directly caused by diabetes. Diakses 3 Januari 2021.
53
WHO. 2019. Diabetes. World Health Organization. https://www.who.int/health-
topics/diabetes#tab_1. Diakses 3 Januari 2021.
Wahdah, Nurul. 2011. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multipress
Thorens, B. (2015). "GLUT2, glucose sensing and glucose
homeostasis". Diabetologia. 58 (2): 221–32. doi:10.1007/s00125-014-3451-1
John F. 2012. Robyt: Essentials of Carbohydrate Chemistry. Springer Science & Business
Media.
Garrett, Reginald H. (2013). Biochemistry (5th ed.). Belmont, CA: Brooks/Cole, Cengage
Learning. ISBN 978-1-133-10629-6.
Donald Voet, Judith G. 2010. Voet: Biochemistry, 4th Edition. John Wiley & Sons,
ISBN 978-0470-57095-1. p. 363
Koekkoek, L. L.; Mul, J. D.; La Fleur, S. E. (2017). "Glucose-Sensing in the Reward
System". Frontiers in Neuroscience. 11: 716. doi:10.3389/fnins.2017.00716
La Fleur, S. E.; Fliers, E.; Kalsbeek, A. (2014). Neuroscience of glucose homeostasis. Handbook
of Clinical Neurology. 126. pp. 341–351. doi:10.1016/B978-0-444-53480-
4.00026-6
Wannamethee SG, Papacosta O, Lawlor DA, Whincup PH, Lowe GD, Ebrahim S.
2012. Do women exhibit greater differences in established and novel risk
factors between diabetes and non-diabetes than men? The British Regional
Heart Study and British Women’s Heart Health Study. Diabetologia.
55(1):80–7
Vanhoutte PM (2009) Endothelial dysfunction: the first step toward coronary
arteriosclerosis. CircJ 73(4):595–601. https://doi.org/10.1253/circj.CJ-08-
1169
Regensteiner JG, Bauer TA, Huebschmann AG et al (2015) Sex differences in the effects
of type 2 diabetes on exercise performance. Med Sci Sports Exerc 47(1):58–
65.
Endiyasa, E., Ariami, P. and Urip, U., 2019. Perbedaan Kadar Glukosa Darah Metode
Poin Of Care Test (Poct) Dengan Photometer Pada Sampel Serum Di
Wilayah Kerja Puskesmas Jereweh. Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS),
5(1), p.40.
54
Chia, C., Egan, J. and Ferrucci, L., 2018. Age-Related Changes in Glucose Metabolism,
Hyperglycemia, and Cardiovascular Risk. Circulation Research, 123(7),
pp.886-904.
Suiraoka, IP. 2012 Penyakit degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika. p. 45-51
Szoke, E., Shrayyef, M., Messing, S., Woerle, H., van Haeften, T., Meyer, C., Mitrakou,
A., Pimenta, W. and Gerich, J., 2007. Effect of Aging on Glucose
Homeostasis: Accelerated deterioration of -cell function in individuals with
impaired glucose tolerance. Diabetes Care, 31(3), pp.539-543.
Brewer, R., Gibbs, V. and Smith, D., 2016. Targeting glucose metabolism for healthy
aging. Nutrition and Healthy Aging, 4(1), pp.31-46.
PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2. 1st ed.
Jakarta: PB Perkeni, p.1.
Allende-Vigo, M. (2015). Diabetes Mellitus Prevention. American Journal of Therapeutics,
22(1), pp.68-72.
Brian A., B. (2001). Definitions of Risk. Journal of Dental Education, 10(65), pp.1007-1008.
Budnitz DS, Pollock DA, Weidenbach KN, Mendelsohn AB, Schroeder TJ, Annest JL
(October 2006). "National surveillance of emergency department visits for
outpatient adverse drug events". JAMA. 296 (15): 1858–
66. doi:10.1001/jama.296.15.1858. PMID 17047216
American Diabetes Association. 16. Diabetes advocacy: Standards of Medical Care in
Diabetes - 2019. Diabetes Care 2019;42(Suppl. 1):S182–S183
American Diabetes Association. 2. Classification and diagnosis of diabetes: Standards
of Medical Care in Diabetes - 2019. Diabetes Care 2019;42(Suppl.1):S13–S28
Allende-Vigo, M. (2015). Diabetes Mellitus Prevention. American Journal of Therapeutics,
22(1), pp.68-72.
Dinas Kesehatan Kabupaten Malang (2016). Data Penyakit FKTL Kab. Malang. Malang:
Dinkes Kab. Malang, pp.1-6.
Ogurtsova, K., da Rocha Fernandes, J., Huang, Y., Linnenkamp, U., Guariguata, L.,
Cho, N., Cavan, D., Shaw, J. and Makaroff, L. (2017). IDF Diabetes Atlas:
Global estimates for the prevalence of diabetes for 2015 and 2040. Diabetes
Research and Clinical Practice, 128, pp.40-50.
55
Adi Soelistijo, S., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Swastika, K. and Manaf, A.
(2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2. 1st ed.
Jakarta: PB Perkeni, p.1.
56
Lampiran 1 Data Hasil Penelitian
Angka Kategori
No Kelamin Umur Kategori
Diabetes usia
1 L 48 th 258 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
2 L 47 th 303 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
3 L 47 th 202 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
4 L 48 th 346 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
5 L 46 th 348 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
6 L 48 th 308 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
DEWASA
7 L 40 th 302 Diabetes Mellitus
AKHIR
8 L 53 th 224 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
DEWASA
9 L 45 th 242 Diabetes Mellitus
AKHIR
10 L 47 th 301 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
11 L 46 th 265 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
12 L 47 th 204 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
DEWASA
13 L 40 th 308 Diabetes Mellitus
AKHIR
DEWASA
14 L 43 th 242 Diabetes Mellitus
AKHIR
DEWASA
15 L 45 th 301 Diabetes Mellitus
AKHIR
16 L 46 th 214 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
17 L 50 th 265 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
18 L 48 th 228 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
DEWASA
19 L 39 th 230 Diabetes Mellitus
AKHIR
DEWASA
20 P 44 th 353 Diabetes Mellitus
AKHIR
21 P 49 th 286 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
22 P 49 th 355 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
DEWASA
23 P 45 th 251 Diabetes Mellitus
AKHIR
DEWASA
24 P 44 th 336 Diabetes Mellitus
AKHIR
DEWASA
25 P 43 th 201 Diabetes Mellitus
AKHIR
DEWASA
26 P 45 th 375 Diabetes Mellitus
AKHIR
27 P 48 th 258 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
28 P 48 th 403 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
57
29 P 48 th 204 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
30 P 49 th 298 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
DEWASA
31 P 40 th 282 Diabetes Mellitus
AKHIR
32 P 49 th 235 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
33 P 46 th 231 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
DEWASA
34 P 39 th 309 Diabetes Mellitus
AKHIR
35 P 53 th 205 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
DEWASA
36 P 43 th 224 Diabetes Mellitus
AKHIR
37 P 46 th 776 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
38 P 50 th 304 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
DEWASA
39 P 43 th 313 Diabetes Mellitus
AKHIR
40 P 48 th 348 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
DEWASA
41 P 38 th 335 Diabetes Mellitus
AKHIR
42 P 50 th 287 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
43 P 50 th 223 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
DEWASA
44 P 39 th 262 Diabetes Mellitus
AKHIR
DEWASA
45 P 40 th 204 Diabetes Mellitus
AKHIR
46 P 52 th 240 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
DEWASA
47 P 41 th 209 Diabetes Mellitus
AKHIR
DEWASA
48 P 44 th 201 Diabetes Mellitus
AKHIR
DEWASA
49 P 43 th 203 Diabetes Mellitus
AKHIR
DEWASA
50 P 41 th 205 Diabetes Mellitus
AKHIR
DEWASA
51 P 42 th 201 Diabetes Mellitus
AKHIR
52 P 48 th 305 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
53 P 49 th 208 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
54 P 52 th 250 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
55 P 49 th 215 Diabetes Mellitus LANSIA AWAL
58