Anda di halaman 1dari 15

lOMoARcPSD|15286293

Pembahasan AUB - Grade: 7

Media Dan Sumber Belajar (Universitas Muhammadiyah Malang)

StuDocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)
lOMoARcPSD|15286293

REFERAT

PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL

Pembimbing:
dr. Moch. Ma’roef, Sp.OG

Oleh :
Faiq Shabri Maulana (201920401011147)
Siti Qomariyah (201920401011160)

SMF OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUD JOMBANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Haid normal adalah suatu proses fisiologis dimana terjadi pengeluaran

darah, mucus (lendir) dan seluler debris dari uterus secara periodik dengan

interval waktu tertentu yang terjadi sejak menarche sampai menopause dengan

pengecualian pada masa kehamilan dan menyusui, yang merupakan hasil

regulasi harmonik dari organ-organ hormonal (HIFERI-POGI, 2013).

Gangguan haid atau disebut juga dengan Perdarahan Uterus Abnormal

adalah keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan datang ke

dokter atau faskes pertama. Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah istilah

yang digunakan untuk menggambarkan semua kelainan haid baik dalam hal

jumlah maupun lamanya. Manifestasi klinisnya dapat berupa pendarahan

dalam jumlah yang banyak atau sedikit, dan haid yang memanjang atau tidak

beraturan (Sarwono, 2016; Cunningham, 2014).

Data di beberapa negara industri menyebutkan bahwa seperempat

penduduk perempuan dilaporkan pernah mengalami menorrhagia, 21%

mengeluh siklus haid memendek, 17% mengalami perdarahan antar haid, dan

6% mengeluh pedarahan pasca senggama. Selain menyebabkan gangguan

Kesehatan, ganggua haid juga menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari.

Sebanyak 28% merasa terganggu saat bekerja sehingga berdampak pada

kondisi ekonomi. Dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pada tahun 2007 dan

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

2008 didapatkan angka kejadian perdarahan uterus abnormal sebanyak 12,48%

dan 8,8% dari seluruh kunjungan poli kandungan (Sarwono, 2017).

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh

tentang Perdarahan Uterus Abnormal mengenai definisi, etiologi, faktor

resiko, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya.

1.3 Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan

pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Perdarahan Uterus Abnormal

beserta patofisiologi dan penangananannya.

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perdarahan Uterus Abnormal

Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah perubahan signifikan pada

pola atau volume darah menstruasi. Perdarahan uterus abnormal merupakan

hal yang paling banyak dikeluhkan oleh wanita (Wantania, 2016).

Terdapat banyak istilah yang digunakan untuk terminologi keluhan

gangguan haid, seperti menoragia, metroragia, oligimenorea, dan

polimenorea. Terminologi tersebut berdasarakan karakteristik haid normal

yaitu durasi 4-7 hari, jumlah darah 30-80 ml, dan interval 24-35 hari

(Sarwono, 2017).

Tabel 1. Terminologi Perdarahan Uterus Abnormal

Menoragia (Hipermenorea) Jumlah darah lebih banyak dan/atau

durasi lebih lama dari normal, siklus

normal teratur.

Hipomenorea Jumlah darah lebih sedikit dan/atau

durasi lebih pendek dari normal.

Polimenorea Siklus lebih pendek dari normal

(kurang dari 21 hari).

Oligomenorea Siklus lebih panjang dari normal

(lebih dari 35 hari).

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

Metroragia Perdarahan antara dua siklus haid

(interval tidak teratur), jumlah darah

dan durasi lebih dari normal.

(Sarwono, 2017).

Tabel 2. Parameter Klinis Haid Pada Usia Reproduksi

(Sarwono, 2017; HIFERI-POGI, 2013).

2.2 Epidemiologi Perdarahan Uterus Abnormal

Perdarahan Uterus Abnormal merupakan sebab tersering perdarahan

abnormal per vaginam pada masa reproduksi wanita. Dilaporkan gangguan ini

terjadi pada 5-10% wanita. Lebih dari 50% terjadi pada masa perimenopause,

sekitar 20% pada masa remaja, dan kira-kira 30% pada wanita usia

reproduktif. Ras bukan faktor penting, tetapi insidensi leiomioma pada wanita

ras Afrika lebih tinggi dan mereka memiliki kadar estrogen yang lebih

banyak, karena itu

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

mereka cenderung untuk lebih sering mengalami episode perdarahan abnormal

pervaginam (Rifki, Maria, Frank, 2016).

2.3 Klasifikasi

A. Klasifikasi Perdarahan Uterus Abnormal Berdasarkan Penyebab

Perdarahan

Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics

(FIGO), terdapat 9 kategori utama yang disusun sesuai dengan akronim

“PALM COEIN”. Kelompok “PALM” adalah merupakan kelompok

kelainan struktur penyebab PUA yang dapat dinilai dengan berbagai

teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi. Kelompok

“COEIN” adalah merupakan kelompok kelainan non struktur penyebab

PUA yang tidak dapat dinilai dengan teknik pencitraan atau histopatologi

(HIFERI-POGI, 2013).

(HIFERI-POGI, 2013).

Gambar 1. Klasifikasi PUA Berdasarkan Penyebab (FIGO)

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

1. PUA-P (Polip)

Pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat lokal

mungkin tunggal atau ganda, berukuran mulai dari beberapa milimeter

sampai sentimeter. Polip endometrium terdiri dari kelenjar, stroma,

dan pembuluh darah endometrium (HIFERI-POGI, 2013).

2. PUA-A (Adenomiosis)

Merupakan invasi endometrium ke dalam lapisan miometrium,

menyebabkan uterus membesar, difus, dan secara mikroskopik tampak

sebagai endometrium ektopik, non neoplastik, kelenjar endometrium,

dan stroma yang dikelilingi oleh jaringan miometrium yang

mengalami hipertrofi dan hiperplasia (HIFERI-POGI, 2013).

3. PUA-L (Leimioma)

Leiomioma adalah tumor jinak fibromuscular pada permukaan

myometrium. Berdasarkan lokasinya, leiomioma dibagi menjadi:

submukosum, intramural, subserosum (HIFERI-POGI, 2013).

4. PUA-M (Malignancy and Hyperplasia)

Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan abnormal

berlebihan dari kelenjar endometrium. Gambaran dari hiperplasi

endometrium dapat dikategorikan sebagai: hiperplasi endometrium

simpleks non atipik dan atipik, dan hiperplasia endometrium kompleks

non atipik dan atipik (HIFERI-POGI, 2013).

5. PUA-C (Coagulopathy)

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

Terminologi koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan

hemostasis sistemik yang mengakibatkan PUA (HIFERI-POGI, 2013).

6. PUA-O (Ovulatory Disfunction)

Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan

ketidakseimbangan hormonal yang dapat menyebabkan terjadinya

pendarahan uterus abnormal (HIFERI-POGI, 2013).

7. PUA-E (Endometrial)

Pendarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan

dengan siklus haid teratur akibat gangguan hemostasis lokal

endometrium (HIFERI-POGI, 2013).

8. PUA-I (Iatrogenic)

Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan

penggunaan obat-obatan hormonal (estrogen, progestin) ataupun non

hormonal (obat-obat antikoagulan) atau AKDR (HIFERI-POGI, 2013).

9. PUA-N (Not Yet Classified)

Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit

dimasukkan dalam klasifikasi (HIFERI-POGI, 2013).

B. Klasifikasi Perdarahan Uterus Abnormal Berdasarkan Jenis Perdarahan

1. PUA Akut

Perdarahan haid yang banyak sehingga perlu dilakukan

penanganan segera untuk mencegah kehilangan darah. Perdarahan

uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi PUA kronik atau tanpa

riwayat sebelumnya (HIFERI-POGI, 2013).

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

2. PUA Kronik

Perdarahan uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3

bulan (HIFERI-POGI, 2013).

3. Intermenstrual Bleeding

Perdarahan haid yang terjadi diantara 2 siklus haid yang

teratur. Pendarahan dapat terjadi kapan saja atau dapat juga terjadi di

waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan untuk

menggantikan terminologi metroragia (HIFERI-POGI, 2013).

2.4 Patofisiologi Perdarahan Uterus Abnormal Iatrogenik (PUA-I) Karena

Kontrasepsi IUD

Telah dilaporkan meskipun IUD tidak mempengaruhi ovulasi, dapat

terjadi pendarahan menstruasi yang terjadi lebih awal daripada siklus

menstruasi yang normal. Efek samping paling sering dari kontrasepsi IUD

adalah pendarahan yang berlebihan pada saat menstruasi. Gangguan

menstruasi yang umum ditemukan pada penggunaan IUD terutama dapat

terjadi dalam kurun waktu antara tiga sampai enam bulan pertama pasca

insersi IUD. Gangguan haid yang terjadi dapat berupa timbulnya rasa nyeri,

maupun terjadinya pendarahan yang bersifat lama dan berkepanjangan.

Meskipun keluhan ini biasanya membaik, seringkali dapat menjadi alasan

penyebab untuk penghentian penggunaan IUD. Kejadian infeksi maupun

kemungkinan terdapatnya kelainan ginekologi perlu disingkirkan apabila

pendarahan tidak teratur terus berlangsung (HIFERI-POGI, 2013).

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

Jumlah pendarahan yang hilang selama menstruasi biasanya 2 kali

lipat pasca insersi IUD. Pendarahan akibat penggunaan IUD yang lebih sering

dengan jumlah yang berlebihan dan masa pendarahan yang memanjang

berpotensi dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi. Dalam kurun

waktu 1 tahun diperkirakan 10-155 perempuan akan menghentikan pemakaian

IUD karena efek samping pendarahan yang cukup mengganggu (HIFERI-

POGI, 2013).

Terdapat beberapa mekanisme penyebab kelainan pendarahan pada

pengguna IUD. Beberapa studi melaporkan bahwa pemasangan IUD dapat

meningkatkan produksi prostaglandin di endometrium yang mengakibatkan

peningkatan vaskularisasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, dan

menghambat aktivitas trombosit, yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya

peningkatan jumlah darah menstruasi. Xin dkk, menemukan bahwa terdapat

ekspresi berlebihan mRNA dan protein enzim COX-2 yang menyebabkan

produksi berlebihan prostaglandin di endometrium pasca insersi IUD

(HIFERI- POGI, 2013).

Penelitian terbaru melaporkan bahwa pemasangan IUD menyebabkan

peningkatan ekspresi COX-2 (siklooksigenase isoenzim 2), yang selanjutnya

akan diikuti dengan peningkatan biosintesis prostanoid dan ekspresi faktor

pro- angiogenik, seperti VEGF (vascular endothelial growth factor), bFGF

(basic fibroblast growth factor), PDGF (platelet-derived growth factor), Ang-

1(angiopoietin-1) dan Ang-2 (angiopoietin-2) dan sebaliknya akan terjadi

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

down-regulation dari ekspresi gen antiangiogenik seperti cathepsin-D

(HIFERI-POGI, 2013).

Zat vasoaktif lain yang juga mungkin terlibat adalah nitrit oksida (NO)

yang merupakan vasodilator kuat yang dihasilkan endotel pembuluh darah.

NO yang disintesis sebagai respon terhadap reaksi inflamasi akibat adanya

IUD di endometrium berhubungan dengan peningkatan sintesis prostaglandin.

NO berinteraksi langsung dengan meningkatkan aktivitas enzim

siklooksigenase yang bertanggung jawab terhadap sintesis prostaglandin

(HIFERI-POGI, 2013).

2.5 Diagnosis

 Anamnesis

Untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Perlu

digali siklus haid sebelumnya dan waktu mulai terjadi PUA, serta kelainan

hemostasis di keluarga. Beberapa penyakit sistemik juga perlu ditanyakan

yang mungkin bisa menjadi sebab perdarahan. Misalnya penyakit tiroid,

hati, gangguan pembekuan darah, tumor hipofisis, dan keganasan tidak

boleh dilewatkan untuk dieksplorasi (HIFERI-POGI, 2013).

 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan

hemodinamik akibat PUA. Bila kondisi stabil, selanjutnya pemeriksaan

umum untuk mengetahui kemungkinan kelainan yang menjadi sebab

perdarahan. Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk

pemeriksaan

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

Pap smear dan harus disingkirkan kemungkinan adanya mioma uteri,

polip, hyperplasia endometrium atau keganasan (HIFERI-POGI, 2013).

 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fungsi hemostasis untuk menyingkirkan kemungkinan

gangguan koagulasi, apakah ada anemia akibat perdarahan yang dialami.

Pemeriksaan USG panggul direkomendasikan sebagai prosedur lini

pertama diagnosis etiologi AUB (HIFERI-POGI, 2013).

2.6 Tatalaksana

Terapi untuk perdarahan karena kontrasepsi nonhormonal seperti IUD antara

lain :

 Asam traneksamat

Asam traneksamat merupakan inhibitor kompetitif aktivasi plasminogen,

sehingga bertindak sebagai antifibrinolitik. Dosis yang digunakan untuk

PUA adalah 2-3 x 500 mg sehari (HIFERI-POGI, 2013).

(HIFERI-POGI, 2013)

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

Gambar 2. Asam Traneksamat Menghambat Aktivator Plasminogen

Endometrium

 Obat Anti Inflamasi Non Steroid

Systematic review yang dilakukan oleh Godfrey dkk, menyimpulkan AINS

dan antifibrinolitik dapat mencegah pendarahan ireguler pada penggunaan

kontrasepsi IUD. Dosis asam mefenamat 500 mg, 3 kali perhari sampai 5

hari dan naproxen 250-275mg (HIFERI-POGI, 2013).

 Doksisiklin

Dosis yang digunakan untuk PUA-I pada penggunaan IUD adalah 2 X 100

mg dalam 10 hari (HIFERI-POGI, 2013).

Berikut adalah algoritma tatalaksana PUA-I pada penggunaan IUD.

(HIFERI-POGI, 2013)

Gambar 3. Algoritma Tatalaksana PUA-I Pada Penggunaan IUD

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)


lOMoARcPSD|15286293

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, 2017, Ilmu Kandungan Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
HIFERI-POGI, 2013, Konsensus Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal Karena
Efek Samping Kontrasepsi, Jakarta.
Wantania, 2016, Perdarahan Uterus Abnormal – Menoragia Pada Masa Remaja,
Jurnal Biomedik Vol. 8(3), pp. 135-142.
Rifki, Maria, Frank, 2016, Profil perdarahan uterus abnormal di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2014, Journal e-
Clinic, Vol. 4(1), pp. 1-6.

Downloaded by Angga Rifqi (anggarifqimu@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai