Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU OBSTETRI& GINEKOLOGI Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN Januari 2020


UNIVERSITAS TADULAKO

MENOMETRORAGHIA

Disusun Oleh :
Deri Ezra SIbarani
N 111 18 041

Pembimbing Klinik :
dr. Daniel Saranga Sp.OG. (K)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa yang


bersangkutan sebagai berikut:

Nama : Deri Ezra Sibarani


No. Stambuk : N 111 18 041
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Universitas Tadulako Palu
Judul Lapsus : MENOMETRORAGHIA
Bagian : Obstetri dan Ginekologi

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian


Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Undata Palu, Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

Palu, Januari 2020


Pembimbing Mahasiswa

dr. Daniel saranga, Sp. OG(K) Deri Ezra Sibarani


BAB I
PENDAHULUAN

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam


kehidupan seorang individu. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam
proses tumbuh kembang anak. Umur awitan pubertas sangatlah bervariasi,
umumnya awitan pubertas sebelum usia 8 tahun untuk anak perempuan. Haid
merupakan tahap akhir pubertas, umumnya menarke terjadi dalam dua tahun sejak
terjadi perkembangan payudara dengan rerata pada usia 12,8 tahun dengan
rentang usia 10-16 tahun.Berbagai masalah yang timbul pada menstruasi
merupakan masalah ginekologi yang sering dikeluhkan pada remaja dan oarng
dewasa, seperti ketidakteraturan menstruasi, amenorea, menoragia,menometroragia
dismenorea, dan gejala lain yang berhubungan..[1]
Perdarahan rahim disfungsional merupakan perdarahan rahim abnormal
tanpa penyebab organik (gangguan organ saat menstruasi). Seorang wanita dapat
mengalami perdarahan rahim yang abnormal. Perdarahan rahim disfungsional
terjadi pada 5% wanita dengan siklus menstruasi, dimana 80% kasusnya
merupakan menoragia yang paling banyak menyebabkan anemia karena
kekurangan zat besi [2]
Sekitar 90% perdarahan uterus disfungsional (perdarahan rahim) terjadi
tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi. Penyebabnya
antara lain obesitas (terlalu gemuk), pekerjaan berat dan stress diduga ikut
berperan terjadinya menometroragia (menstruasi berkepanjangan) .[2]
Perdarahan haid merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan
sistem horrnon dengan organ tiibuh, i aitu hipotalamus, hipofise, ovariu m, dan u
rems serta faktor lain di luar organ rcproduksi. Bisa dibayangkan penyebab
gangguan haid pas ti sanga t banyak dan bervariasi. Diagnosis banding gangguxn
haid menjadi sangat mas sehingga mcnyc- babkan para klinisi nicngalami
kesulitan saat menangani keadaan tersehur. Agar bisa meinahaiii i secara benar
penyebab, cara evaluasi dan penanganan gangguan haid, pe- mahaman terhadap
fisiologi hard yang tclah dibahas pada tab sebelumnya non tlak di- perlukan.[4

Menometroragia adala pendarahan yang terjadi pada interval yang tidak


teratur, Biasanya dalam jumlah dan lama pendarahan yang bervariasi. Untuk
penyebab sama dengan metroragi, perdarahan yang banyak, di luar siklus haid
dan biasanya terjadi dalam masa antara dua haid dapat disebabkan oleh kelainan
organik atau oleh kelainan fungsionams/
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Menometroragia


Menometrorrhagia merupakan perdarahan uterus yang berlebihan
yang terjadi pada dan diantara siklus haid. Ini disebut juga dengan
perdarahan disfungsional. Menometrorrhagia banyak sekali terjadi pada
wanita dalam masa pubertas dan masa menjelang menopause
Menometroragia merupakan perdarahan haid yang lebih banyak dan lebih
lama dari normal (lebih dari 8 hari).. [6]

2.2 Etiopatogenesis
Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan dengan
darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi yang panjang
( > 7 hari).

 Sebab-sebab Organik
Perdarahan dari uterus , tuba, dan ovarium disebabkan kelainan pada:
 serviks uteri : polip servisis uteri, erosi porsionis uteri, ulkus pada porsio
uteri, Ca servisis uteri
 korpus uteri : polip endometrium, abortus imminens, abortus sedang
berlangsung,abortus inkompletus, molahidatidosa, koriokarsinoma,
subinvolusio uteri, Ca korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.
 tuba fallopi : radang tuba, tumor tuba.
 ovarium :radang ovarium, tumor ovarium

 Sebab-sebab Fungsional
Perdarahan ovulatoar :
Gangguan dianggap berasal dari faktor2 neuromuskular, vasomotorik, atau
hematologik. Etiologinya:
 Korpus luteum persisten
 nsufisiensi korpus luteum
 Apopleksia uteri
 Kelainan darah

 Perdarahan anovulatoar
Gangguan dianggap bersumber pada gangguan endokrin.

2.3 Patofisiologi
Pada siklus ovulasi terjadi perdarahan uterus disfungsi yang disebabkan
oleh terganggunya kontrol lokal hemostasis dan vasokontriksi yang berguna
untuk mekanisme membatasi jumlah darah saat pelepasan jaringan
endometrium haid. Saat ini telah diketahui uji berbagai molekul yang
berguna untuk mekanisme kontrol tersebut, antara lain yaitu endotelin,
prostaglandin, VEGF, MMPs, enzim lisosom, dan fungsi platelet. Beberapa
keadaan lain yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan uterus
disfungsi pada siklus ovulasi adalah korpus lutcum persisten dan
insufisiensi korpus luteum.
Pada siklus anovulasi terjadi stimulasi cstrogcn berlcbihan (unopposed
estrogen) pada endometrium. Endometrium mengalami proliferasi berlebih
tetapi tidak diikuti dengan pembentukan jaringan penyangga yang baik
karena kadar progesteron rendah. Endometrium menjadi tebal tapi rapuh,
jaringan endometrium lepas tidak bersamaan dan tidak ada kolaps
jaringan sehingga terjadi perdarahan yang tidak teratur. Penycbab an-
ovulasi bermacam-macam mulai dari belum matangnya aksis hipotalamus -
hipofisis - ovarium sampai suatu keadaan yang mengs anggu aksis
tersebut. Sindroma ovariu ir polikistik merupakan contoh salah satu
keadaan yang men gganggu aksis hipotalamus - hipofisis - ovarium
sehingga terjadi perdarahan u terus disfungsi anovulasi

2.4 Diagnosis
Sebagai langkah awal dalam menegakan diagnosis perlu dilakukan
Anamesa yang cermat meliputi :
1). Riwayat Menstruasi : Bagaimana mulainya pendarahan Apakah didahului oleh
siklus memanjang oligomenorea atau, sifat pendarahan ( banyak atau sedikit
atausedikit ) Lama pendarahan, darah yang hilang ( misalnya warna, konsistensi,
gumpalan ), Periode menstruasi terakhir, periode menstruasi normal terakhir,
Menarce

2). Riwayat riwayat kesehatan perlu diperhatikan adanya penyakit metabolik,


penyakit endokrin, penyakit menahun yang dicurigai sebagai penyebab dari
pendarahan.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, perhatikan kesehatan sistem


dan melakukan pemeriksaan panggul untuk menyingkirkan Kausa Pendarahan
yang jelas, abortus inkomplit, polip endometrium, leimioma, kanker uterus atau
serviks, Benda asing atau vaginitis.

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan meliputi uji kehamilan


yang sensitif jika diindikasikan, hitung darah lengkap untuk mengevaluasi
anemia, biopsi endometrium untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma hyperplaia endometrium. untuk mengetahui Ada tidaknya ovulasi
dapat dilakukan dengan pemeriksaan suhu basal dan badan , sitologi vagina, atau
analisa hormonal (FSH, LH, Proklaktin, dan progesteron) . cara pasti untuk
menegakkan diagnosis tergantung dari usia dan anatomi pasien.
Perdarahan yang banyak, di luar siklus haid dan biasanya terjadi dalam
masa antara dua haid dapat disebabkan oleh kelainan organik atau oleh kelainan
fungsiona

2.5 Penatalaksanaan
 Tujuan
a. Menghentikan perdarahan
b. Memulihkan pola haid ovulatoar
c. Mencegah akibat jangka panjang dari keadaan anovulasi
d. Meningkatkan Kualitas hidup
 Prinsip
a. Singkirkan dulu kelainan organik
b. Bila terjadi perdarahan banyak atau KU jelek atau Anemis, segera hentikan
perdarahan dengan injeksi estrogen atau progesteron kemudian transfusi.
c. Perdarahan yang tidak mengganggu KU, terapi cukup dengan estrogen atau
progesteron oral saja
d. Terapi lain : antifibrinolitik atau anti prostaglandin
e. Setelah perdarahan berhenti atau gangguan haid teratasi selanjutnya atur
siklus haid selama 3 bulan berturut – turut
f. Setelah 3 bulan pengaturan siklus haid, keadaan kembali lagi seperti semula,
cari penyebab lain (analisa hormon)
- Pengobatan pada siklus anovulatorik
· Tujuan
Menghentikan perdarahan dan mengembalikan siklus haid sampai terjadi ovulasi
atau sampai hormon-hormon untuk memicu ovulasi terpenuhi.
Obat yang diberikan :
a Estrogen dosis tinggi
Estradiol diprolionas 2,5 mg
Estradiol benzoas 1,5 mg
Ø Pil kombinasi 2 x 1 tablet selama 3 hari
1 x 1 tablet selama 21 hari
b Progesteron
MPA 10 – 20 mg / hari selama 7 – 10 hari
Linestrenol 5 mg
- Pengobatan pada Menometroraghia berat
Beri estrogen konjugasi dosis tinggi untuk merangsang terbentuknya lapisan
mukopolisakarida pada dinding kapiler dan arteriola sehingga luka pada pembuluh
darah tertutup.
Dosis :
25 mg IV / 3-4 jam. Maksimal 4 kali suntikan
Bila KL estrogen, beri progesteron 100 mg untuk merangsang kontraksi sitmik
pada vasomotor dan menjaga ketahanan endometrium.
- Pengobatan operatif
Terapi ini bertujuan menghentikan perdarahan, dengan angka keberhasilan 40 % –
60 %.
- Pengobatan lain
Yaitu dengan pemberian anti fibrinolitik.
Aktivitas fibrinolitik di uterus tinggi karena akibat enzimatik plasmin atau
plasminogen yang menyebabkan degradasi fibrin, fibrinogen, faktor V dan VIII.
Proses seperti urakinase, tripsin, dan streptokinase. Dapat dihambat oleh asam
amino keproat dan AS traneksamat dosis 4 gr / hari (4 kali pemberian).
Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak,
dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi tranfusi darah. Setelah
pemeriksaan ginekologik menunjukan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan
tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat
dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan: a. Estrogen dalam dosis
tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan
perdarahannya berhenti. Dapat diberikan secara intra muskulus dipropionas
estradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg.
Keberatan terapi ini adalah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul
lagi.

b. Progesteron: pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan


fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi
pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-
progesteron 125 mg, secara intramuskulus, atau dapat diberikan per os sehari
norethindrone 15 mg atau asetas medroksi- progesterone (provera) 10 mg, yang
dapat diulangi. Terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.

Terapi yang paling baik adalah dilatasi dan kerokan,tindakan ini penting,
baik untuk terapi maupun untuk diagnosis. Dengan terapi ini banyak kasus
perdarahan tidak terulang lagi. Apabila ada penyakit metabolik, penyakit
endokrin, penyakit darah, dan lain-lain yang menjadi sebab perdarahan, tentulah
penyakit ini harus ditangani.

Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsional timbul lagi,


dapat diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat
karena sebagian besar perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrinisme.
Pemberian progesteron saja berguna apabila produksi estrogen secara endogen
cukup. Dalam hubungan dengan hal-hal tersebut diatas pemberian esterogen dan
progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan, untuk keperluan ini pil-pil
kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat dilakukan mulai hari ke 5
perdarahan terus untuk 21 hari dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari,
mulai hari ke 21 siklus haid. Androgen dapat berguna pula dalam terapi teradap
perdarahan disfungsional yang berulang. Terapi per os umumnya lebih dianjurkan
daripada terapi dengan suntikan. Dapat diberikan metiltestosteron 5 mg sehari,
dalil dalam terapi dengan androgen ialah pemberian dosis yang sekecil-kecilnya
dan sependek mungkin.
Sebagai tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan
disfungsional terus menerus walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali dan
yang sudah mempunyai anak cukup ialah histerektomi.

2.7 Komplikasi[3]

Pendarahan menstruasi yang berlebihan dapat berdampak signifikan pada


kesehatan dan kualitas hidup. Kehilangan darah yang signifikan dapat
menyebabkan anemia. Anemia adalah suatu kondisi di mana darah Anda
kekurangan sel darah merah pembawa oksigen. Tanpa darah kaya oksigen, Anda
akan merasa lemah dan lelah.Pendarahan menstruasi yang berlebihan juga dapat
menjadi gejala dari beberapa kanker reproduksi dan kondisi yang mempengaruhi
kesuburan

2.7 Pencegahan
Menormeroragia tidak sepenuhnya dapat dicegah. Namun melakukan hal berikut
ini dapat menurunkan risiko terjadinya menoragia:

 Tidur 6–8 jam di malam hari


 Hindari stres atau kelelahan
 Melakukan olahraga dengan rutin 5 kali per minggu
 Mengkonsumsi banyak sayuran hijau dan biji-bijian
 Minum air putih 1,5–2 liter per har

2.8 Prognosis

pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan
bahwa lambat laun dan menjadi normal dan siklus menstruasi menjadi
ovulasi. Angka kesembuhan 90%. Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi
dalam proses Anolulasi, dapat di obati dengan baik .
BAB III
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS
Nama : Ny. M
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Jln. Raya bulangisi
Tanggal Masuk RS : 10 Desember 2019

2.2 ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)


A. Keluhan Utama
Nyeri Perut

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien perempuan usia 23 tahun, g datang ke IGD Kebidanan
RSUD Undata Palu dengan keluhan nyeri perut bagian bawah,
dirsakan sudah 3 hari yang lalu sebelm masuk rumah sakit,pasien juga
mengeluhkan darah haid yang keluar lebih banyak dari haid
sebelumnya, eluhan dirasakan mengganggu aktiftas dan merasa lemas.
Keluhan disertai mual (-), nyeri ulu hati (+), pusing (+), dan lemas (+).
Keluhan perdarahan dari jalan lahir (+), demam (-), sakit kepala (-),
BAK (+) lancar, BAB (+) biasa.

C. Riwayat Penyakit Terdahulu


Tidak ada riwayat penyakit terdahulu

D. Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, DM, dan Asma.
E. Riwayat Antenatal Care
Tidak pernah memeriksakan diri dan tidak hamil

F. Riwayat menstruasi
Pertama kali haid saat berusia 14 tahun, siklus teratur tiap bulan,
lama 7 hari, ganti pembalut 2 kali, tidak nyeri.

G. Riwayat Perkawinan
Belum menikah

H. Riwayat kehamilan dan kelahiran


Tahun
Umur Jenis Penolon Hidup
No Hamil ke Persalin JK
Kehamilan Persalinan g /Mati
an
1

HPHT :
Tafsiran persalinan :

I. Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)


Pasien belum pernah ber KB

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum : Sakit Sedang BB : 56 Kg
B. Kesadaran : Compos Mentis TB : 157 cm
C. Tanda Vital : IMT : 23 Kg/m2
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 104 x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 36,90C Axilla
D. Status Generalisata
Kepala :
Bentuk : Normochepal
Mata : Eksoftalmus (-/-), penglihatan kabur (-/-)
Konjungtiva : Anemis (+/+)
Sclera : Ikterik (-/-)
Leher :
Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)

Thorax :
Paru paru :
- Inspeksi : Simetris bilateral (+/+)
- Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), whezzing (-/-)
Jantung :
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V linea
midclavivula sinistra
- Perkusi : batas jantung normal
- Auskultasi : bunyi jantung 1 & 2 murni regular, gallop (-),
murmur (-)
Ekstremitas
o Superior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)
o Inferior : akral hangat (+/+), edema (-/-), Tremor (-/-)

E. Status Obstetri
Abdomen :
Inspeksi : Tampak perut datar, simetris, linea nigra (+)
Palpasi :
o Leopold I : belum teraba
o Leopold II : belum teraba
o Leopold III : belum teraba
o Leopold IV : belum teraba
Tapsiran Berat Janin :-
HIS :-
BJF :-
Pemeriksaan dalam vagina :-

F. Hasil Laboratorium
NILAI
HASIL SATUAN
RUJUKAN
Hemoglobin 10,1 12-14 g/dl
Eritrosit 4,95 4-6.20 x106/mm3
Hematokrit 36% 40-45 %
Leukosit 10,1 4.000-11.000 x103/mm3
Trombosit 286 150 rb- 450 rb x103/mm3

G. Diagnosis
Dismenorhea+Menometroragia

H. Penatalaksanaan
1. IVFD RL : 20 tpm
2. Inj.kalnex 500mg/2jam
3. Terapi PRC 2 labu/hari
4. Tablet SF 1x1
5. Pasang kateter
2.3 FOLLOW UP
1. 11-12-2019
Subject :
PPV (+) Nyeri perut Kudaran Bawah (+) Keluhan mual (-), muntah
(_) , nyeri ulu hati (+), lemas (+), pusing (+), demam (-), BAK (+)
lancar, BAB (+) biasa.
Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :110/60 mmHg Nadi : 84x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36.50C,
CRT : <2 detik.
Pembukaan : - HIS :-
PPV (-)
Edema : Ekstremitas Superior (-/-)
Ekstremitas Inferior (-/-)
Assesment :
Dismenorhea+menometroragia+anemia berat

Planing :
1. Rl 20 tpm
2. Inj.Kalnex 500mg/8jam
3. Inj.Furosemid bila tekanan <90/60
4. Asam Folat 1x1 tab
5. Ibuprofen Tab 3x1
2. 12-12-2019
Subject :
PPV (-) Nyeri perut Kudaran Bawah (+) Keluhan mual (-), muntah
(_) , nyeri ulu hati (+), lemas (+), pusing (+), demam (+), BAK (+)
lancar, BAB (+) biasa.
Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :110/70 mmHg Nadi : 82x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 38.50C,
CRT : .
Pembukaan : - HIS :-
Edema : Ekstremitas Superior (-/-)
Ekstremitas Inferior (-/-)
Assesment :
Dismenorhea+menometroragia+anemia berat

Planing :
1. Rl 20 tpm
2. Inj.Kalnex 500mg/8jam
3. Inj.Furosemid bila tekanan <90/60
4. Asam Folat 1x1 tab
5. Ibuprofen Tab 3x1
6. Rencana USG

4. 13-12-2019
Subject :
PPV (-) Nyeri perut Kudaran Bawah (-) Keluhan mual (-), muntah (_) ,
nyeri ulu hati (-), lemas (-), pusing (-), demam (-), BAK (+) lancar,
BAB (+) biasa.
Object :
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD :120/70 mmHg Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36,60C
Pembukaan : - HIS :-
PPV (-)
Edema : Ekstremitas Superior (-/-)
Ekstremitas Inferior (-/-)

Assesment :
Dismenorhea+menometroragia+anemia berat

Planing :
1. Aff infus
2. Asam Folat 2x1 tab
3. Asam tranexamat 3x 500mg
4. Boleh pulang
5. Kontrol poli 21/12/2019

.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien perempuan usia 23 tahun, g datang ke IGD Kebidanan RSUD Undata
Palu dengan keluhan nyeri perut bagian bawah, dirasakan sudah 3 hari yang lalu
sebelm masuk rumah sakit,pasien juga mengeluhkan darah haid yang keluar lebih
banyak dari haid sebelumnya, eluhan dirasakan mengganggu aktiftas dan merasa
lemas
Pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital tekanan darah 100/60 mmHg,
frekuensi nadi 104 x/menit, reguler, kuat , rekuensi napas 18 x/menit, dangkal, suhu
36,6oC . Pemeriksaan abdomen datar, simetris, linea nigra (+), stria (+), massa (-),
nyeri tekan epigastrium (+),
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan dismenore + menometroragia karena
berdasarkan anamnesis pada pasien ini ditemukan adanya gejala nyeri perut bagian
bahwa di sertai haid yang lama disertai pendarahan yang banyak, pasien juga 3x ganti
pembalut dalam sehari, keluhan tersebut sampai menggangu aktivitas sehari-hari
sampai pekerjaanya. Pendarahan tersebut membuat pasien terasa lemas dalam
menjalankan aktifitasnya
Dimana diketahui bahwa menometroragia adalah pendarahan yang banyak
diluar siklis haid yang berlangsung lebih dari 7 hari dan dismenore adalah nyeri atau
keram di bagian punggung atau bagian perut bawah yang muncul atau sebelum
waktu menstruasi
Dalam hasi pemeriksaan laboratorium di dapatkan HB dari pasien menunjukan
10.1 gr/DL ini menunjukan adanya kehilangan darah yang membuat pasien terasa
mudah lelah dalam beraktifitas sehari hari..
Untul kasus ini sering terja disebabkan oleh terganggunya kontrol lokal hemostasis
dan vasokontriksi yang berguna untuk mekanisme membatasi jumlah darah saat
pelepasan jaringan endometrium haid. Saat ini telah diketahui uji berbagai molekul
yang berguna untuk mekanisme kontrol tersebut, antara lain yaitu endotelin,
prostaglandin, VEGF, MMPs, enzim lisosom, dan fungsi platelet. Beberapa keadaan
lain yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan uterus disfungsi pada siklus
ovulasi adalah korpus lutcum persisten dan insufisiensi korpus luteum.
Namun dalam penegakan diagnosis ini perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
lebih lanjut perhatikan kesehatan sistem dan melakukan pemeriksaan panggul untuk
menyingkirkan Kausa Pendarahan yang jelas, abortus inkomplit, polip
endometrium, leimioma, kanker uterus atau serviks, Benda asing atau vaginitis.
Pasien ini diberikan tatalaksana IVFD RL : 20 tpm,Inj.kalnex 500mg/2jam,
Terapi PRC 2 labu/hari,Tablet SF 1x1 ,Pasang kateter

Pemberian terapi cairan RL : 20 tpm diindikasikan untuk mengembalikan


cairan dalam tubuh yang hilang pasca pendrahan
Pemberian injeksi kalnex (tranexamad acid) pada pasien ini berfungsi sebagai
anti fibrinolisis dimana dapat mengurangi pendarahan berat dalam menstruasi.
Kanlen injeksi sekrang dapat di pakai pasca oprasi bedah untuk memgurangi
pendarahan kalnex injeksi dipakai karna mempunyai kontraindikasi yang dapat di
toleransi.
Pemberian PRC 2 labu di indikasikan untuk mencegah gejala anemia dimana
indikasi tranfusi pada wanita dengan pendarahan berat yaitu Hb <10 g/dL dengan
gejala anemia dan atau tanda vital tidak stabil.
Pemberian tablet SF di indikasikan salah satu upaya untuk mengatasi anemia
dalam hal ini pasien di berikan tablet untuk mencegah anemia defisiensi besi di
karenakan pendarahan yang terjadi terus menerus.
BAB V
KESIMPULAN

 Menometrorrhagia adalah pengeluaran darah yang banyak, lama, dan tidak


teratur yang dapat terjadi pada dan diantara periode haid.
 Penyebabnya dapat berupa kelainan anatomis atau hormonal secara fisiologis
maupun patologis.
 Beberapa penyebab antara lain adalah karena kelainan anatomis, seperti polip
rahim dan lain- lain.
 Penyebab yang lain bisa terjadi karena ketidakseimbangan hormone yang
mempengaruhi siklus haid.

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

1. Hesti lestrari,Jenimetusala,.Gambaran Dismenorea pada Remaja Putri Sekolah


Menengah Pertama di Manado. Jurnal FK unsrat.2016. Sari pediatri
2. Dyah Trusthaning ,Tyas. Perbedaan tingkat kecemasan pada pasien
menometroraghia yang diberikan kie dan tidak diberikan kie di rs dr. soetarto
yogyakarta tahun 2015.Jurnal Sekolah tinggi ilmu kesehatan
Yogyakarta.2015.vol.1

3. Kustini,Triana Riski.Asuhan kebidanan komprehensif pada ny ”d” akseptor


aktif suntik 3 bulan dengan menometroragia di puskesmas lamongan tahun
2015.Jurnal Universitas Islam Lamongan.Vol1.1

4. Sarwono,Rawirharjo,2014..Ilmu Kandungan.Jakarta : YBP

5. Kamus saku Kedokteran Dorlan.2012.Penerbit Buku


Kedokteran.Elsevier.Jakarta

6. Rawiroharjo, Sarwono. 2005. ILmu Kandungan. Jakarta : YBP

7. Dr Charlotte Earnshaw, Dr Melanie Poole. Tranexamic Acid.2019.Basic


Science.Tutorial 406

Anda mungkin juga menyukai