Anda di halaman 1dari 29

Case Report Session

PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL

OLEH:

Hasbiyetil Husni 1210312061

Maghfirah Rahima 1740312121

PRESEPTOR:

dr. Hj. ROZA SRI YANTI, Sp.OG (K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan uterus abdnormal (PUA) adalah suatu istilah yang menggambarkan suatu
kelainan haid baik dalam jumlah maupun lamanya. PUA dapat disebabkan oleh berbagai hal.
Salah satunya adalah mioma uteri.1 Mioma uteri adalah suatu tumor jinak otot polos yang
terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri
dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma merupakan neoplasma
jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma bisa menyebabkan
gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak, penekanan pada daerah
pelvis, dan disfungsi reproduksi. Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada
organ reproduksi wanita. Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana
prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70% dengan pemeriksaan patologi anatomi
uterus, yang membuktikan bahwa banyak wanita yang menderita mioma uteri
asimptomatik.2,3
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka
40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya
hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi
sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Di Indonesia, angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39-11,87% dari semua
penderita ginekologi yang dirawat.3
Perihal penyebab pasti terjadinya tumor mioma belum diketahui. Bentuk tumor bisa
tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang dikenal dengan
intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh ke
dalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan di
luar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh di kulit luar rahim yang dikenal
dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang baru
mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan di daerah perut dijumpai benjolan
keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar. Selain itu,
mioma juga dapat menimbulkan kompresi pada traktus urinarius sehingga terjadi gangguan
berkemih.3,4
Penatalaksanaan mioma uteri dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan
(medisinalis) maupun secara operatif. Pemberian GnRH analog merupakan terapi medisinalis
2
yang bertujuan untuk mengurangi gejala perdarahan yang terjadi dan mengurangi ukuran
mioma. Penatalaksanaan operatif terhadap gejala-gejala yang timbul atau adanya pembesaran
massa mioma adalah miomektomi atau histerektomi.2
1.2 Rumusan Masalah
Penulisan case report session ini membahas mengenai tinjauan pustaka dan laporan
kasus mioma uteri yang ada di RSUP DR.M.Djamil Padang
1.3 Tujuan Penulisan
Case Report Session ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian
Obstetri dan Ginekologi RSUP DR.M.Djamil Padang dan diharapkan dapat menambah
pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca, khususnya
kalangan medis.
1.4 Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan metode tinjauan kepustakaan yang merujuk pada
berbagai literatur.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pendarahan Uterus Abnormal (PUA)


Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan semua kelainan haid baik dalam hal jumlah maupun lamanya.
Manifestasi klinisnya dapat berupa pendarahan dalam jumlah yang banyak atau sedikit,
dan haid yang memanjang atau tidak beraturan.1
1.2 Klasifikasi
1.2.1 Klasifikasi PUA berdasarkan jenis pendarahan.
A. Pendarahan uterus abnormal akut didefinisikan sebagai pendarahan haid yang
banyak sehingga perlu dilakukan penanganan segera untuk mencegah
kehilangan darah. Pendarahan uterus abnormal akut dapat terjadi pada kondisi
PUA kronik atau tanpa riwayat sebelumnya.1
B. Pendarahan uterus abnormal kronikmerupakan terminologi untuk pendarahan
uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini biasanya
tidak memerlukan penanganan yang segera seperti PUA akut.
C. Pendarahan tengah (intermenstrual bleeding) merupakan pendarahan haid yang
terjadi diantara 2 siklus haid yang teratur. Pendarahan dapat terjadi kapan saja
atau dapat juga terjadi di waktu yang sama setiap siklus. Istilah ini ditujukan
untuk menggantikan terminologi metroragia.1
1.2.2 Klasifikasi PUA berdasarkan penyebab pendarahan
Klasifikasi utama PUA berdasarkan FIGO. Sistem klasifikasi ini telah
disetujui oleh dewan eksekutif FIGO sebagai sistem klasifikasi PUA berdasarkan
FIGO. Terdapat 9 kategori utama yang disusun berdasarkan akronim “PALM-
COEIN”. Kelompok “PALM” adalah merupakan kelompok kelainan
strukturpenyebab PUA yang dapat dinilai dengan berbagai teknik pencitraan dan
atau pemeriksaan histopatologi. Kelompok “COEIN” adalah merupakan kelompok
kelainan non struktur penyebab PUA yang tidak dapat dinilai dengan teknik
pencitraan atau histopatologi. PUA terkait dengan penggunaan hormon steroid seks
eksogen, AKDR, atau agen sistemik atau lokal lainnya diklasifikasikan sebagai
“iatrogenik”.1

4
Keterangan:
A. Polip (PUA-P)
Polip adalah pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat lokal mungkin
tunggal atau ganda, berukuran mulai dari beberapa milimeter sampai sentimeter.
Polip endometrium terdiri dari kelenjar, stroma, dan pembuluh darah
endometrium.1
B. Adenomiosis (PUA-A)
Merupakan invasi endometrium ke dalam lapisan miometrium, menyebabkan
uterus membesar, difus, dan secara mikroskopik tampak sebagai endometrium
ektopik, non neoplastik, kelenjar endometrium, dan stroma yang dikelilingi oleh
jaringan miometrium yang mengalami hipertrofi dan hiperplasia.1
C. Leiomioma uteri (PUA-L)
Leiomioma adalah tumor jinak fibromuscular pada permukaan myometrium.
Berdasarkan lokasinya, leiomioma dibagi menjadi: submukosum, intramural,
subserosum.1
D. Malignancy and hyperplasia(PUA-M)
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan abnormal berlebihan dari
kelenjar endometrium. Gambaran dari hiperplasi endometrium dapat dikategorikan

5
sebagai: hiperplasi endometrium simpleks non atipik dan atipik, dan hiperplasia
endometrium kompleks non atipik dan atipik.1
E. Coagulopathy(PUA-C)
Terminologi koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan hemostasis
sistemik yang mengakibatkan PUA.1
F. Ovulatory dysfunction(PUA-O)
Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan ketidakseimbangan
hormonal yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan uterus abnormal.
G. Endometrial(PUA-E) 1
Pendarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid
teratur akibat gangguan hemostasis lokal endometrium.1•–”ƒ
H. Iatrogenik (PUA-I)
Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan penggunaan obat-
obatan hormonal (estrogen, progestin) ataupun non hormonal (obat-obat
antikoagulan) atau AKDR.1
I. Not yet classified (PUA-N)
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit dimasukkan
dalam klasifikasi (misalnya adalah endometritis kronik atau malformasi arteri-
vena).1

2.1 Mioma Uteri


Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat
kenyal, batas jelas, mempunyai pseudokapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.
Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine
fibroid.3 Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila
dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan
luarnya adalah kapsul.5
2.2 Epidemiologi
Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh faktor
yang tidak diketahui dengan pasti. Insidensinya 3-9 kali lebih banyak pada ras kulit
berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih. Mioma uteri belum pernah dilaporkan
terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang
masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20-30% dari seluruh wanita.

6
Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi
yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35-45 tahun (kurang
lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang
sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini
dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik
menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau
hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,
kegemukan dan nulipara.4,5
2.3 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal
yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor
mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga
kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas : lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan
ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang
setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.4
2.4 Patofisiologi
Penyebab mioma uteri menurut teori onkogenik dibagi menjadi 2 faktor, yaitu
inisiator dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma uteri masih
belum diketahui dengan pasti. Dari penelitian yang menggunakan glucose-6-phosphatase
dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan yang uniseluler.
Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi somatik dari

7
miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan growth factor
lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan tumor.2
Tidak didapatkan bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma,
namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari
reseptor estrogen dengan konsistensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan miometrium
sekitarnya, namun konsentrasinya lebih rendah jika dibandingkan dengan endometrium.
Hormon progesteron meningkatkan aktivitas mitotik dari mioma pada wanita muda,
namun mekanisme dan faktor pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti.
Progesteron memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis
dari tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi
matriks ekstraseluler.2
Namun, tidak ada bukti yang kuat untuk mengatakan bahwa estrogen menjadi
penyebab mioma. Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor
pertumbuhan miomatosa. Mioma tumbuh cepat saat penderita hamil atau terpapar
estrogen dan mengecil atau menghilang setelah menopause.5
2.5 Klasifikasi Mioma Uteri
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.3,4,5

Lokasi
1. Cervical (2,6%) umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi
2. Isthmica (7,2%) lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius
3. Corporal (91%) merupakan lokasi paling lazim dan seringkali tanpa gejala

Lapisan Uterus
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%),
submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).

1. Mioma Submukosa
Mioma submukosa berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar
mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa,
walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma
submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui
saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapat menyebabkan dismenorrhea.

8
Dari sudut klinik, mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting
dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural
walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak
berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan
keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga
sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedunculated. Mioma submukosa pedunculated adalah jenis mioma submukosa
yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,
dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah
mengalami infeksi, ulserasi, nekrosis, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita
akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

2. Mioma Intramural
Mioma intramural terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium.
Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk
simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak
mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan
konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga
dapat menimbulkan keluhan miksi.
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih
kecil dan tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering
tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya
massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadangkala tumor tumbuh sebagai
mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot
rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim
dominan).
Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus.
Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan
daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat,
sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik
maka konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi

9
keras. Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang
membentuk pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus
fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel
otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada
mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atrofi postmenopausal, infeksi, perubahan
dalam sirkulasi atau transformasi maligna.

3. Mioma Subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus yang diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di
antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut
sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum, atau
mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

4. Mioma Intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma
saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran
servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan
pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena
pertumbuhan.

10
Gambar 2. Jenis-Jenis Mioma Uteri

2.6 Gejala Klinis


Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala klinis hanya ditemukan pada 35-
50% penderita mioma. Walaupun seringkali asimtomatik, gejala yang mungkin
ditimbulkan sangat bervariasi, seperti metroragia, nyeri, menoragia, hingga infertilitas.4
Berbagai keluhan penderita dapat berupa :

1. Perdarahan Abnormal Uterus 1,3,4


Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi
pada 30% penderita. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya berupa
hipermenorrhea, menorrhagia dan dapat juga terjadi metrorrhagia. Bila perdarahan
terjadi secara kronis, maka dapat terjadi anemia defisiensi besi.
Perdarahan pada mioma submukosa seringkali diakibatkan oleh hambatan
pasokan darah endometrium, tekanan, dan bendungan pembuluh darah di area tumor
(terutama vena), atau ulserasi endometrium di atas tumor. Tumor bertangkai
seringkali menyebabkan trombosis vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan
dari infeksi. Dismenorrhea dapat disebabkan oleh efek penekanan, kompresi,
termasuk hipoksia lokal miometrium.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain :
♣ Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno
karsinoma endometrium.
♣ Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
♣ Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

11
♣ Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik.

2. Rasa Nyeri 4,5


Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus, kecuali apabila kemudian
terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi
akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma, atau kontraksi uterus
sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum uteri. Gejala akut
abdomen dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya infark atau degenerasi
merah yang mengiritasi selaput peritoneum, seperti pada peritonitis. Mioma yang
besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan sensasi untuk mengedan. Nyeri
pinggang dapat terjadi pada penderita mioma akibat penekanan pada persyarafan
yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenorrhea.

3. Gejala dan Tanda Penekanan 2,4,5


Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar.
Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna dan perlekatannya
dengan omentum dapat menyebabkan strangulasi usus. Bila ukuran tumor lebih
besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih, dan rektum.
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio
urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum

12
dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

4. Disfungsi Reproduksi 2,4


Abortus spontan dapat terjadi akibat efek penekanan langsung mioma terhadap
kavum uteri. Hubungan antara mioma uteri dengan infertilitas masih belum jelas.
Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.
Mioma yang terletak di daerah kornu dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan
transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri
juga dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya
diperlukan untuk motilitas sperma di dalam uterus.
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena
adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi
embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi
endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.

2.7 Diagnosis

1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.4

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur,
gerakan bebas, dan tidak nyeri. Mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan
bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan
kontur uterus.3,4

13
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL)
terutama untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan laboratorium lainnya disesuaikan
dengan keluhan pasien. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang berlebihan dan habisnya cadangan zat besi.
Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus
menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit
ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan
peningkatan tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan
eritropoetin ginjal.3

4. Pemeriksaan Imaging

a. Ultrasonografi
USG transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya
mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang
kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui
ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran
ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun
pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik
dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang
hipoekoik.

b. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat. Dapat
digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah kavum uteri
pada pasien infertil.

c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi
jarang diperlukan dan biaya pemeriksaan lebih mahal. Pada MRI, mioma
tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari
miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat
dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi
alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.3

14
2.8 Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri
tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga
biasanya mioma yang ditangani, yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta
mioma yang diduga menyebabkan infertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri
terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.4
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause
tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
♣ Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
♣ Bila anemia (Hb < 8 g/dl), maka lakukan transfusi.4

1. Terapi Medisinalis (Hormonal)


Saat ini pemakaian Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH) agonist
memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh
mioma uteri. Pemberian GnRH agonist bertujuan untuk mengurangi ukuran mioma
dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Dari penelitian
didapatkan data bahwa pemberian GnRH agonist selama 6 bulan pada pasien
dengan mioma uteri, didapatkan adanya pengurangan volume mioma sebesar 44%.
Efek maksimal pemberian GnRH agonist baru terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan
berikutnya, tidak terjadi pengurangan volume mioma secara bermakna.2
Pemberian GnRH agonist sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan
mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan
pembedahan. Terapi hormonal lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat
progesteron akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang abnormal, namun tidak
dapat mengurangi ukuran mioma.2

2. Terapi Pembedahan
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala. Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan
American Society for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada
pasien dengan mioma uteri adalah :
a) Perdarahan uterus yang tidak berespon terhadap terapi konservatif
b) Dugaan adanya keganasan
15
c) Pertumbuhan mioma pada masa menopause
d) Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba
e) Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu
f) Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
g) Anemia akibat perdarahan 2

Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan
fungsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada
beberapa tindakan untuk melakukan miomektomi berdasarkan ukuran dan lokasi
dari mioma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi,
histereskopi, maupun dengan laparoskopi.2
Tindakan miomektomi dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum
pada myoma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang
mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila
miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan
akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.2,4

Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan pembedahan untuk pengangkatan uterus.
Histerektomi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan pendekatan
perabdominal (laparotomi), pervaginam, dan pada beberapa kasus secara
laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh
kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi
bila didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus
urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu.2,4
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total
abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH).
Masing-masing prosedur histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
STAH dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih besar, seperti
perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum.
Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan serviks, dimana kemungkinan
timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Dengan menyisakan serviks, menurut
penelitian didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih rendah
16
dibandingkan dengan yang menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan
fungsi seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat
menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana
keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.2
Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan vagina,
dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada abdomen. Histerektomi
pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan
tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Secara umum, histerektomi vaginal hampir
seluruhnya merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang
dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat
diminimalisasi. Selain itu, kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi juga
lebih minimal. Masa penyembuhan pada pasien yang menjalani histerektomi
vaginal lebih cepat dibandingkan dengan yang menjalani histerektomi abdominal.2,4
Prosedur histerektomi dengan laparoskopi dapat berupa miolisis. Miolisis per
laparoskopi efektif untuk mengurangi ukuran mioma dan menimbulkan
devaskularisasi mioma sehingga mengurangi gejala yang terjadi.2
.

Mioma

Besar < 14 mgg Besar > 14 mgg

Tanpa keluhan Dengan keluhan

Konservatif Operatif

Gambar 3. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri

17
2.9 Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan sekunder tersebut, antara lain :
♣ Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah persalinan, mioma uteri menjadi kecil.
♣ Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Terjadi pada mioma yang telah matang
atau “tua” dimana bagian yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat
kehilangan pasokan nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau
melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi hialin.
♣ Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari
mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga
menyerupai limfangioma. Adanya kompresi atau tekanan fisik pada bagian tersebut
dapat menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum peritoneum, atau
retroperitoneum.
♣ Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita
berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan
memberikan bayangan pada foto rontgen. Umumnya mengenai mioma subserosa yang
sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat menyebabkan pengendapan
kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.
♣ Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan
dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan
vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah
berwarna merah yang disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis,
haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau
mioma bertangkai.
♣ Degenerasi lemak (miksomatosa) : jarang terjadi dan umumnya asimtomatik,
merupakan kelanjutan degenerasi hialin dan kistik.

18
♣ Septik : defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis di bagian
tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan nyeri, kaku dinding
perut, dan demam akut.5

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri :

a) Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh
mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya
baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan
akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.

b) Torsi (Putaran Tangkai)


Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.
Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.

c) Nekrosis dan Infeksi


Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya.4

19
BAB 3
LAPORAN KASUS

A. ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama : Ny. LMD
No. MR : 01022465
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Padang Panjang
Tanggal Masuk RS : 06 Agustus 2018

Anamnesis
- Seorang pasien wanita umur 41 tahun kiriman dari Poliklinik kebidanan RSUP Dr. M.
Djamil Padang dengan diagnosis Mioma Uteri pro Laparatomi.
Keluhan Utama
- Keluar darah yang banyak ketika haid sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
- Keluar darah yang banyak ketika haid sejak 2 tahun sebelum masuk rumah sakit
- Perdarahan pervaginam sejak 2 tahun SMRS. Perdarahan pervaginam terjadi di dalam
siklus haid. Siklus haid 1x30 hari, lama haid 10-15 hari, mengganti pembalut 6-8 kali
per hari, nyeri haid (+). Perdarahan diluar siklus haid tidak ada.
- Perut terasa semakin membesar sejak 18 tahun SMRS. Terdapat benjolan di perut
bawah, semakin membesar dalam 1 tahun ini, rasa penuh di perut bawah (+)
- Riwayat keputihan (+), dirasakan semenjak usia 15 tahun hingga sekarang, bersifat
hilang timbul, dirasakan terutama satu minggu menjelang haid. Keputihan berwarna
putih kekuningan, bau amis (-), gatal (-).
- Pasien sudah menikah, 1 kali, riwayat nyeri saat berhubungan (+). Riwayat keluar
darah setelah berhubungan (-). Saat ini telah cerai dengan suami sejak 8 tahun yang
lalu
- Riwayat penurunan berat badan drastis (-)
- Riwayat demam tidak ada.
- Buang air kecil jumlah dan konsistensi biasa
20
- Buang air besar jumlah berkurang, frekuensi biasa
- Pasien sudah dikenal dengan Mioma Uteri sejak 18 tahun yang lalu.
- Riwayat menstruasi : menstruasi pertama umur 13 tahun, teratur 1 kali tiap bulannya,
selama 5 hari, 2-3x ganti duk setiap hari, nyeri pada ari-ari setiap kali permulaan
menstruasi, dan pasien menggunakkan obat penghilang rasa nyeri (asam mefenamat).
Namun 10 tahun belakangan siklus haid berubah sesuai dengan yang dikeluhkan
- Riwayat obstetri: pasien pernah hamil 1x, tahun 2005
- Riwayat kontrasepsi: pasien menggunakan KB suntik selama 2 tahun di tahun 2006-
2008
Riwayat Kehamilan/Persalinan/Abortus dan Nifas
- Riwayat kehamilan/persalinan/abortus: 1/1/0
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien tidak ada riwayat penyakit hipertensi,diabetes melitus, paru, jantung, hati, ginjal dan
alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Keluarga pasien tidak ada menderita penyakit keturunan, menular dan kejiwaan.
- Tante pasien menderita penyakit tumor rahang bawah dan saat ini telah meninggal
Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan & Kebiasaan
Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Kebiasaan : Tidak pernah mengkonsumsi alkohol, rokok, dan narkoba.
Riwayat Perkawinan : 1x tahun 2009
Riwayat Menstruasi : Menarche usia 13 tahun, siklus 28 hari, lama 7 hari,
banyaknya 6x ganti pembalut per hari, nyeri (++)
Riwayat Kontrasepsi : Riwayat penggunaan KB pil (+) dan suntik (-) selama 2 tahun
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmestis kooperatif
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 55 kg
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,7 ºC
Sianosis : Tidak ada
21
Edema : (-/-)
Anemis : (-/-)
Ikterik : (-/-)

STATUS GENERALISATA
Kulit : Tidak tampak kelainan
KGB : Tidak tampak dan tidak teraba pembesaran KGB
Kepala : Normocephal
Rambut : hitam tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, JVP 5-2 cmH20
Dada
Paru :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler normal, rhonki-/-, wheezing -/-
Jantung:
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari lateral linea midclavicula sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung kiri 1 jari lateral linea midclavicula sinistra RIC V
Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada, gallop tidak ada
Abdomen : Status ginekologi
Punggung : Tidak tampak kelainan
Genitalia : Status ginekologi
Anus : RT tidak dilakukan
Ekstremitas : CRT < 2s, udem (-).

STATUS GINEKOLOGI
Abdomen :
I : perut bawah tampak membuncit
Pa : NT (-). NL (-), DM (-)
Teraba benjolan sebesar kepalan tangan dewasa pada abdomen regio hipogastrik,

22
permukaannya rata, berbatas tegas, konsistensi kenyal padat, terfiksir, nyeri (-),
ukuran 18x13x2 cm.
Pr : pekak pada daerah uterus
A : Bising usus (+) N
Genitalia :
I : v/u tenang, PPV (+)
Inspekulo : Vagina : tumor (-), laserasi (-)
Portio : sulit dinilai, tertarik ke anterior
VT bimanual : Vagina : tumor (-)
Portio : tumor (-) tertarik ke anterior (+) nyeri goyang (-)
CUT : sebesar jempol orang dewasa
AP : sulit dinilai
OD : menonjol

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (23 juli 2018)
- Hb : 12,7 gr/dl
- Leukosit : 5.100/mm3
- Trombosit : 458.000/mm3
- Ht : 39%
- PT (C=10,8) : 10,3 detik (9,0-12,3)
- APTT (C=33,7) : 33,0 detik (31,2-41,4)
- GDS : 97 mg/dl
- Total protein : 7,3 g/dl (6,6-8,7)
- Albumin : 4,4 g/dl (3,8-5,0)
- Globulin : 2,9 g/dl (1,3-2,7)
- SGOT : 16 u/l (<32)
- SGPT : 9 u/l (<31)
- Na : 137 Mmol/L (136-145)
- K : 4,6 Mmol/L (3,5-5,1
- Ca : 9,2 mg/dl (8,1-10,4)
- Cl : 111 Mmol/L (97-111)
- Ur : 27 mg/dl (10-50)
- Cr : 1,0 mg/dl (0,6-1,2)
23
USG : 23 Juli 2018
Tampak uterus besar dari normal ukuran 19,9x11,25x13,75 cm
Tampak massa hiperechoic berbatas tegas ukuran 10,30x8,84cm, feeding arteri (+)
Ovarium kanan ukuran 4,53x2,65 cm
Ovarium kiri ukuran 6,00x1,94 cm
K/ Mioma Uteri

24
DIAGNOSIS
- Mioma Uteri
TATALAKSANA
- Kontrol KU,VS, PPV
- Informed consent
- R/ Laparatomi Miomektomi 7/8/2018
- Crossmatch 2 PRC
- Inj Ceftriaxone 1gr 2 jam pre op

25
FOLLOW UP
6/8/2018
S/ Keluhan (-)
O/

KU KES TD Nadi RR T

Sakit CM 120/70 80x/i 20x/i 36,2


sedang mmHg

Abdomen : NT (-), NL (-), DM (-)


Genitalia : v/u tenang, PPV (-).
A/ Mioma Uteri Pre Laparatomi+Miomektomi
P/ -Kontrol KU,VS, PPV
- Informed consent
- R/ Laparatomi Miomektomi 7/8/2018
- Crossmatch 2 PRC
- Inj Ceftriaxone 1gr 2 jam pre op

26
BAB 4
DISKUSI

Seorang pasien perempuan berusia 41 tahun kiriman Poliklinik dengan diagnosa


Mioma uteri pro laparotomi. Pasien sudah dikenal dengan Mioma Uteri
Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang timbul, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang ada. Pasien mengeluhkan keluar darah yang banyak ketika
haid sejak 2 tahun yang lalu dan bengkak disertai rasa penuh pada perut bagian bawah sejak 6
bulan yang lalu. Nyeri perut (+). Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang
mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi.(6) Gejala-gejala tersebut antara lain gangguan haid berupa menoragia
yaitu perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari
8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri
dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang
terganggu.(6) Gejala yang lain yaitu rasa penuh, nyeri dan berat pada perut bagian bawah serta
gangguan BAK berupa retensio urin. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma
uteri sehingga menimbulkan gejala dan tanda penekanan.(6)
Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik, yang berarti
hemodinamik pasien masih baik. Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan teraba
benjolan sebesar kepalan tangan dewasa pada abdomen regio hipogastrik, permukaannya rata,
berbatas tegas, konsistensi kenyal padat, terfiksir, nyeri (-). Hal ini karena adanya massa
mioma yang tumbuh pada uterus. Konsistensi dari mioma bervariasi dari keras seperti batu
hingga lembek, walaupun sebagian besar memiliki konsistensi kenyal padat seperti karet. (7)
Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan: tampak uterus lebih
besar dari normal ukuran 19,9x11,25x13,75 cm. Tampak massa hiperechoic berbatas tegas
ukuran 10,30x8,84cm, feeding arteri (+). Ovarium kanan ukuran 4,53x2,65 cm. Ovarium kiri
ukuran 6,00x1,94 cm dengan kesan mioma uteri. Pemeriksaan dengan CT scan juga dapat
dilakukan, namun lebih mahal dan menghabiskan waktu lebih lama tetapi tidak memberikan
informasi yang lebih daripada USG.(8)
Penatalaksanaan pasien ini dilakukan persiapan operasi dan konsul anastesi untuk
mengevaluasi keadaan pasien untuk operasi. Direncanakan Laparatomi pada pasien karena
perlu mempertahankan fungsi uterus. Total Abdominal Histerektomi (TAH) elektif dapat
dipilih untuk mengendalikan perdarahan, selain itu pada pasien yang tidak mempunyai
keinginan untuk hamil lagi sehingga tidak perlu mempertahankan fungsi dari rahim.
27
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma
servisis uteri.(6)

28
DAFTAR PUSTAKA

1. POGI, 20XX. Konsensus Tatalaksana Perdarahan Uterus Abnormal. Himpunan


Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI).
2. Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3
September 2005. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, RSUD H. Adam Malik Medan. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-%20(9).pdf
(Accessed on July, 2018).
3. Anonim, 2006. Biomolekuler Mioma Uteri. Available from :
http://digilib.unsri.ac.id/download/Biomolekuler%20Mioma%20Uteri.pdf (Accessed on
July 20, 2012).
4. Jevuska O, 2007. Mioma Geburt. Available from : http://oncejevuska.blogspot.com.
(Accessed : July, 2018).
5. Adriansz G, 2011. Tumor Jinak Organ Genitalia. Dalam Anwar M, Baziad A, Prabowo
RP. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirodihardjo : Jakarta.
6. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.
7. Marjono B. A. et all., 2008. Tumor Ginekologi. Available from:
http://www.geocities.com. Accested : March 02, 2008.
8. Edward E., 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available from:
http://www.gynalternatives.com. Accested : March 02, 2008.

29

Anda mungkin juga menyukai