PENDAHULUAN
Gangguan perdarahan uterus abnormal merupakan suatu penyakit,
dimana salah satnya adalah Disfungsional Uterine Bleeding. Disfungsi uterine
bleeding
lain
(seperti
kehamilan,
infeksi
maupun
tumor)
dari
secara
hormonal
menjadi
salah
satu
pilihan
walaupun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Definisi
Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah suatu perdarahan
uterus yang berlebihan baik jumlah, frekuensi atau lamanya, yang terjadi baik di
dalam maupun di luar siklus haid, yang merupakan perwujudan klinik dari
gangguan fungsional, tanpa ditemukan adanya kelainan antomik/neoplasma,
infeksi maupun kehamilan, tetapi disebabkan karena gangguan fungsi mekanisme
kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium tanpa disertai kelainan
organik baik dari genital maupun dari ekstragenital. 3,4
Menurut Anwar, perdarahan uterus disfungsi adalah perdarahan cavum
uteri sebagai manifestasi dari siklus ovarium yang anovulatoar tanpa
didapatkannya kelainan medik atau patologik. Tiga kategori besar dari perdarahan
disfungsi tersebut adalah : Estrogen breakthrough bleeding, Estrogen withdrawal
bleeding dan Progestin breakthrough bleeding. 5
Adapun kelainan ini terjadi sejak menars (pertama kali datangnya
haid) hingga memasuki usia reproduksi, yang biasanya berlangsung sampai 3-5
tahun setelah menars dan ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur baik
lamanya maupun jumlah darahnya. Siklus anovulatorik adalah siklus dimana
terjadinya haid tanpa didahului ovulasi. 2
Epidemiologi
Angka kejadian perdarahan uterus disfungsional sebenarnya cukup
tinggi, karena hampir terjadi pada semua wanita. Akan tetapi mengingat sebagian
perdarahan uterus disfungsional dapat berhenti/sembuh sendiri tanpa pengobatan,
maka hanya perdarahan uterus disfungsional yang berat sampai pada keadaan
gawat darurat.2 Sampai saat ini belum ada data mengenai insidens masing-masing
penyebab Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) di Indonesia, padahal data ini
penting untuk pelaksanaan yang akurat sesuai dengan kausa penyakit. Menurut
Puspita dkk, didapatkan angka kejadian PUA di Los Angeles, Amerika Serikat
selama tahun 1995 dimana 20% wanita akan mengalami hal ini. 1
II.3
Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional sering terjadi ketika endometrium
Etiologi7
Penyebab dari PUD sulit untuk diketahui dengan pasti. Perdarahan
kronis, tumor ovarium dan sebagainya. Selain itu stres yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan perdarahan uterus disfungsional.
Sebab-sebab organik1
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada :
a) Serviks uteri, seperti polipus servitis uteri, erosio prosionis uteri, ulkus pada
porsio uteri, karsinoma servisis uteri.
b) Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus iminens, abortus inkompletus,
mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korposis uteri,
sarkoma uteri, mioma uteri.
c) Tuba Falopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
d) Ovarium seperti radang ovarium, tumor ovarium.
Sebab-sebab fungsional1
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab
organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat
terjadi pada setiap umur antara menarch dan menopause. Tetapi, kelainan ini lebih
sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua
pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan
disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3% dibawah 20 tahun. Sebetulnya
dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa
pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang
diperlukan perawatan di rumah sakit.
II.5
Manifestasi Kinis
Perdarahan dapat terjadi setiap waktu dalam siklus haid, perdarahan
II.6
Diagnosis
10
Masalah
Abortus, kehamilan
ektopik
Hamil
Hipotiroid
Hipertiroid
Koagulopati
Penyakit hati
Sindrom ovarium polikistik
(SOPK)
Displasia serviks, polip endoserviks
Tumor hipofisis
11
bersangkutan. Selain itu perlu juga ditanyakan kehidupan keluarga serta latar
belakang emosionalnya. Perlu juga ditanyakan tentang aktivitas seksual,
penggunaan kontrasepsi, medikasi saat ini dan tindakan bedah yang pernah
dialami.7
Pemeriksaan
Ginekologik.
Pemeriksaan
ini
dilakukan
untuk
12
13
II.7
Diagnosa Banding
Semua kelainan yang dapat menimbulkan perdarahan dari uterus.7
II.8
Komplikasi 10
* Anemia
* Adenokarsinoma uteri
* Efek ketergantungan akibat pemakaian kontrasepsi oral
II.9
Penatalaksanaan
Pengobatan PUD tergantung pada penyebab perdarahan dan usia
Menghentikan perdarahan
a. Kuret (tidak perlu MRS, kecuali bila akan dilakukan transfusi). Prosedur
dilakukan pada wanita yang telah menikah
b. Obat-obatan
1. Estrogen. Biasanya dipilih estrogen alamiah, seperti estrogen
konjugasi (conjugated estrogen), misalnya Estradiol Valerat
(Premarin). Estrogen jenis ini lebih menguntungkan karena tidak
membebani hepar dan tidak meningkatkan kadar renin maupun
gangguan pembekuan darah. Jenis estrogen yang lain adalah Etinil
Estradiol. Estrogen jenis ini dimetabolisme di hepar, sehingga lebih
mengganggu fungsi hepar. Bila perdarahan banyak (profuse)
14
Pemberian
keseimbangan
progesteron
pengaruh
dimaksudkan
pemberian
untuk
estrogen.
15
anti
16
atau hingga
haid berhenti. Efek samping : gangguan pencernaan, diare, perburukan asma pada
penderita yang sensitif, ulkus peptikum hingga kemungkinan terjadinya
perdarahan dan peritonitis.
HORMONAL6
A). Estrogen
Sediaan ini digunakan pada kejadian perdarahan akut yang banyak.
Sediaan yang digunakan adalah EEK, dengan dosis 2.5mg per oral 4x1 dalam
waktu 48 jam. Pemberian EEK dosis tinggi tersebut
pemberian obat anti-emetik
dapat
disertai
dengan
tidak
terkait
langsung
dengan
meningkat
sehingga
diharapkan
pengobatan
selanjutnya
dengan
menggunakan progestin aka n lebih baik. Efek samping berupa gejala akibat efek
estrogen yang berlebihan seperti perdarahan uterus, mastodinia dan retensi cairan.
B). PKK
Perdarahan haid berkurang pada penggunaan pil kontrasepsi
kombinasi akibat endometrium yang atrofi. Dosis yang dianjurkan pada saat
perdarahan akut adalah 4 x 1 tablet selama 4 hari, dilanjutkan dengan 3 x 1 tablet
17
selama
hari,
kemudian
paling tidak
selama
bulan
dapat dibuat perdarahan lucut. Efek samping dapat berupa perubahan, mood, sakit
kepala, mual, retensi cairan, payudara tegang, deep vein thrombosis, stroke dan
serangan jantung.
C). Progestin
Obat ini akan bekerja menghambat penambahan reseptor estrogen
serta akan mengaktifkan enzim 17-hidroksi steroid
dehidrogenase
pada
sel-sel endometrium, sehingga estradiol akan dikonversi menjadi estron yang efek
biologisnya
mitotik,
yang
begitu
berulang-ulang
tanpa
memperhatikan
pola
perdarahannya.
Apabila perdarahan terjadi pada saat sedang mengkonsumsi progestin,
maka dosis progestin dapat dinaikkan. Selanjutnya hitung hari pertama perdarahan
tadi sebagai
kombinasi
apabila
terdapat
kontra-indikasi
(misalkan
hati). Sediaan
18
Efek samping : peningkatan berat badan, perdarahan bercak, rasa begah, payudara
tegang,sakit
D). Androgen
Danazol adalah suatu sintetik
intra
muskular
wanita menopause
(misalkan hot
19
20
Emergensi
(Hb < 10,
hemodinamik
tidak stabil)
Stop
Primer
Pasang iv line
resusitasi
cairan dengan
RL rujuk
Sekunder
Transfusi bila
Hb
< 7.5
Tersier
EEK 4x2.5 mg
(bila tidak
berhenti
dalam waktu 24
jam,
lakukan D&K,
harus
ada persetujuan
pada nona)
PKK 4x1 4d
PKK 3x1 3d
PKK 2x1 2d
PKK 1x1 21d
As. traneksamat
3x1 g
AINS 3x500mg
- PKK
-Progestin siklik
edikamentosa
- GnRH agonis
- LNG IUS
- Danazol
Operatif
- D&K
- Ablasi
- Histerektomi
- ingin hamil
tata laksana
infertilitas
tata laksana
infertilitas
- risiko
tinggi kanker
endometrium
D&K (bila
ablasi
dijumpai
endometrium
hiperplasia atipik
histerektomi)
hiperplasia non
atipik
progestin siklik
- gagal
medikamentosa
histerektomi
ablasi
endometrium
- ingin stop
haid
- LNG IUS
- GnRH agonis
- Danazol
ablasi
endometrium
perdarahan
Manajemen
Follow up
- regulasi haid
Tabel. 4 Manajemen
21
II.11 Prognosis
Respon terhadap pengobatan PUD sangat individual dan sulit diprediksi.
Hasil yang diperoleh secara luas tergantung pada kondisi medis dan usia pasien.
Banyak wanita khususnya usia remaja berhasil diobati dengan hormon (biasanya
kontrasepsi oral). Sebagai usaha terakhir, histerektomi dapat menghilangkan
sumber masalah dengan mengangkat uterus, tetapi operasi ini bukannya tanpa
risiko, atau kemungkinan terjadinya suatu komplikasi.11
22
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah perdarahan uterus
abnormal dalam hal jumlah, frekuensi, dan lamanya yang terjadi baik di dalam
maupun di luar siklus haid, merupakan gejala klinis yang semata-mata karena
suatu gangguan fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium
endometrium tanpa adanya kelainan organik alat reproduksi.
Untuk mendiagnosa PUD, berbagai penyebab potensial yang bersifat
organik harus disingkirkan. Dengan melakuan pembuatan anamnesa yang cermat
penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan umum perlu diperhatikan
tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinan penyakit metabolik, endokrin
dan penyakit menahun. Kecurigaan terhadap salah satu penyakit tersebut
hendaknya menjadi suatu dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan teliti
ke arah penyakit yang bersangkutan. Selain itu perlu juga ditanyakan kehidupan
keluarga serta latar belakang emosionalnya. Perlu juga ditanyakan tentang
aktivitas seksual, penggunaan kontrasepsi, medikasi saat ini dan tindakan bedah
yang pernah dialami. Pemeriksaan Ginekologik dilakukan untuk menyingkirkan
kelainan organik yang dapat menyebabkan perdarahan abnormal, seperti polip
serviks, ulkus, perlukaan, erosi, radang, tumor, abortus dan keganasan.
Prinsip pengobatan pada PUD adalah membuat diagnosa dengan
menyingkirkan kemungkinan kelainan organic, menghentikan perdarahan,
mengatur haid supaya normal kembali, bila didapatkan anemia (Hb < 8 gr%),
dilakukan transfuse, menghentikan perdarahan, dapat dilakukan, Kuret (tidak
perlu MRS, kecuali bila akan dilakukan transfusi). Prosedur dilakukan pada
wanita yang telah menikah. Obat-obatan, Estrogen, Pil Kombinasi, Progesteron,
Senyawa Anti-Prostaglandin. Mengatur haid
23
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
Chou Betty, Vlahos Nikos. Abnormal Uterin Bleeding, dalam ; The John
Hopkins Manual og Gynecology and Obstetrics. Ed 2 : 2002
6.
Available
from:
24
25