Pembimbing:
dr. Moch. Maroef, Sp.OG
Disusun Oleh:
Galih Mega Putra
09020091
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan kenikmatan kesehatan baik jasmani maupun rohani
sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas
referat yang berjudul Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Prematur. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang dapat membnagun dari berbagi pihak agar
dikesempatan yang akan datang penulis dapat membuatnya lebih baik lagi
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada dr. Moch. Maroef, Sp.OG serta berbagai pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan referat ini.
Semoga referat ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
2
3
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
BAB II Pembahasan
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
7
7
Patofisiologi
10
Diagnosis
12
Penatalaksanaan
14
Komplikasi
16
Pencegahan
17
Prognosis
17
19
20
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan
dengan
penyulit
kelahiran
prematur
dan
terjadinya
infeksi
penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti KPD, flora vagina
yang normal ada biasa menjadi pathogen yang akan membahayakan baik pada ibu
maupun pada janinnya. Oleh karena itu membutuhkan pengelolaan yang agresif
seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk
mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi. Kedua adalah kurang bulan
atau prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan.
Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak
nafas atau respiratory distress syndrome (RDS) yang disebabkan karena belum
masaknya paru (Saifudin, 2014).
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Ketuban Pecah Dini (amniorrhexis-premature rupture of the membrane
PROM) adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi proses persalinan.
Secara klinis diagnose KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami pecah
selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal
persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut
merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan pengamatan adanya tandatanda awal persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa
tersebut disebut KPD Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the
membrane preterm amniorrhexis (Curningham, 2011).
Pengertian KPD menurut WHO yaitu rupture of the membranes before the
onset of labour. Hacker (2011) mendefinisikan KPD sebagai amnioreksis sebelum
permulaan persalinan pada setiap tahap kehamilan. Sedangkan menurut Mochtar
(2012) mengatakan bahwa KPD adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu
bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5
cm. Hakimi (2013) medefiniskan KPD sebagai ketuban yang pecah spontan 1 jam
atau lebih sebelum dimulainya persalinan(Curningham, 2011). Sednagkan
menurut Yulaikah (2014) ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum terdapat tanda
persalinan. Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi Rahim disebut
ketuban pecah dini (periode laten) (Curningham, 2011). Kondisi ini merupakan
penyebab persalinan premature dengan segala komplikasinya.
Ketuban pecah dini adalah penyebab pecahnya ketuban sebelum inpartu,
yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 dan pada multipara kurang dari 5
cm.
Ada juga yang disebut ketuban pecah dini preterm yakni ketuban pecah
saat usia kehamilan belum masa aterm atau kehamilan dibawah 38 42 minggu.
Arti klinis ketuban pecah dini:
1. Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul
maka kemungkinan terjadinya prolapses tali pusat menjadi besar.
2. Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan
bagian terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul sering
kali merupakan tanda adanya gangguan keseimbangan foto pelvik.
3. KPD sering diikuti dengan adanya tanda-tanda persalinan sehingga
dapat memicu terjadinya persalinan preterm.
4. Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture
of membrane) seringkali disertai dengan infeksi intrauterine.
5. Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramion dan dalam jangka
panjang kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi
amnion bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.
Epidemiologi
Ketuban pecah dini premature terjadi pada 1% kehamilan. Pecahnya
selaput ketuban berkaitan denngan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam
kolagen matriks ekstraseluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin.
Membrane janin dan disedua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan
peregangan selaput ketuban denngan membrane preduksi mediator seperti
prostaglandid, sitokinin, dan protein hormone yang merangsang aktivitas matrix
degrading enzyme.
Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm, preterm dan pada
kehamilan midtrester. Frekuensi terjadinya sekitar 8%, 1-3%, dan kurang dari 1%.
Secara umum insidensi KPD terjadi sekitar 7-12% (Chan, 2014). Insidensi KPD
kira-kira 12% dari semua kehamilan (Mochtar, 2012), sedangkan menurut
Rahmawati 2011 insidensi KPD adalah sekitar 6-9% dari semua kehamilan.
Etiologi
Penyebab KPD menurut Manuaba 2013 dan Morgan 2013 meliputi:
1. Serviks inkopeten menyebabkan dinding ketuban yang paling bawah
mendapatkan tekanan semakin tinggi.
2. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, dan kelainan
genetik)
3. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia dan
meningkatnya enzim proteolitik. Masa interval sejak ketuban pecah sampai
terjadinya kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten makin tinggi
kemungkinan infeksi. Makin muda usia kehamilan, makin sulit upaya
pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin dan komplikasi ketuban
pecah dini meningkat.
4. Multipra, grandemultipra, pada kehamilan yang terlalu sering akan
memperngaruhi proses embryogenesis sehingga selaput ketuban yang
terbentuk akan lebih tipis dan yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah
sebelum tanda-tanda inpartu.
5. Overdistensi uterus pada hidramnion, kehamilan ganda, dan sevalopelvik
disproporsi. Hidramnion atau sering disebut polihidramnion adalah
banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. hidramnion dapat terjadi pada kasus
anensefalus, atresia esophagus, gemeli, dan ibu yang mengalami diabetes
mellitus gestasional. Ibu dengan diabetes mellitus gestasional akan
melahirkan bayi dengan berat badan berlebihan pada semua usia kehamilan
sehingga kadar cairan amnion juga akan berlebih. Kehamilan ganda adalah
kehamilan dengan dua janin atau lebih sehingga kemungkinan terjadinya
hidramnion bertambah 10 kali lebih besar.
6. Kelainan letak yaitu letak lintang.
7. Penduluran abdomen (perut gantung).
8. Usia ibu yang lebih tua
9. Riwayat KPD sebelumnya
10. Merokok selama kehamilan.
1. Inkompetensia serviks
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher Rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu
menahan desakan janin yang semakin besar. Serviks memiliki suatu kelainan
anatomi yang nyata, yang bisa disebabkan laserasi sebelumnya melalui
ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks sehingga
memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules
dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi.
2. Peninggian tekanan intra uterin
terdiri dari 98% -99% air, 1-2% garam anorganik dan bahan organic (protein
terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks koscosa, dan sel-sel epitel
dan sirkulasi sekitar 500cc/jam.
Minggu
gestasi
16
28
36
40
Janin
Plasenta
100
1000
2500
3300
100
200
400
500
Cairan
amnion
200
1000
900
800
Persen
cairan
50
45
24
17
11
langkah
pertama
untuk
mendiagnosis
KPD
karena
12
Memastikan diagnosis
Menentukan usia kehamilan
Evaluasi infeksi maternal atau janin, pertimbangkan butuh antibiotic atau
Pasien dengan kecurigaan ketuban pecah dini harus dirawat di rumah sakit
untuk diobservasi
Jika selama perawatan, air ketuban tidak pecah lagi maka boleh pulang
13
Penatalaksanaan Konservatif
Jika terjadi ketuban pecah dini pada kehamilan premature (PPROM)
sangat disarankan untuk dirawat di rumah sakit selama minimal 48 jam untuk
dilakukan observasi. Hal ini dikarenakan antara 48 sampai dengan 72 jam
merupakan waktu yang rentan persalinan atau terjadi korioamnionitis.
Prinsip tatalaksana untuk perawatan di rumah sakit adalah sebagai berikut:
Usia gestasi kurang dari 32 minggu, disarankan rawat inap, jika air
ketuban masih keluar. Tunggu hingga berhenti, segera berikan steroid
untuk pematangan paru-paru janin, antibiotik untuk mencegah terjadinya
infeksi pada ibu, yang terpenting selalu observasi kondisi ibu dan janin.
Usia gestasi 32 sampai dengan 37 minggu
Apabila belum inpartu berikan steroid untuk pematangan paru-paru
janin dan berikan profilaksis antibiotik, dan tetap lakukan
observasi tanda-tanda dari infeksi, dan kesejahteraan janin melalui
denyut jantung janin.
Apabila sudah ada tanda-tanda dari inpartu segera berikan steroid
untuk pematangan paru-paru janin, antibiotik intrapartu profilaksis,
Penatalaksaan Aktif
Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi oksitosin atau misoprostol 25 g
50 g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi
berikan antibiotik dosis tinggi dan terminasi persalinan. Bila skor pervik < 5,
lakukan pematangan pelviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil lakukan seksio
sesarea. Bila skor pelviks > 5 lakukan induksi persalinan.
14
Indikasi Antibiotik
Pemberian antibiotik, terutama pada usia gestasi < 37 minggu, dapat
mengurangi risiko terjadinya korioamnionitis, mengurangi jumlah kelahiran bayi
dalam 2-7 hari, dan mengurangi morbiditas neonates. Salah satu rekomendasi
mengenai pemilihan antibiotic antepartum, yaitu:
Ampisilin 1-2 gram secara iv, setiap 4-6 jam, selama 48 jam.
Eritromisin 250 mg secara iv, setiap 6 jam, selama 48 jam.
Kemudian dilanjutkan dengan 2 terapi oral selama 5 hari, amoksisilin dan
eritromisin (4x250 mg secara peroral). Pada pasien yang alergi penisilin,
diberikan terapi tunggal klindamisin 3x600 mg secara peroral. Sumber
lain, mengatakan bahwa pada PPROM, pemberian eritromisin hingga 10
hari.
Hindari pemberian co-amoksiklav pada perempuan dengan PPROM, dapat
menyebabkan NEC.
Tokolisis
Tidak direkomendasikan pemberian tokolisis pada pasien yang mengalami
ketuban pecah dini di usia gestasi <37 minggu (diatas 34 minggu). Pada beberapa
penelitian, pemberian tokolitik
15
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu
terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septis, pneumonia, ofalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah
Dini premature, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi
sekunder pada Ketuban Pecah Dini menigkat sebanding dengan lamanya periode
laten.
Komplikasi ibu:
Endometritis
Penurunan aktifitas myometrium (dystonia, atonia)
Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat
banyak)
Syok septik sampai kematian ibu
Komplikasi janin
Asfiksia janin
Sepsis perinatal sampai kematian janin
16
Usia kehamilan
Adanya infeksi/ sepsis
Faktor resiko/ penyebab
Ketepatan diagnosis awal dan penatalaksanaan
Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan,
lebih sedikit bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang
lahir antara 34 dan 37 minggu mempunyai komplikasi yang tidak serius dari
kelahiran premature.
17
BAB III
KESIMPULAN
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik
berkaitan
dengan
penyulit
kelahiran
premature
dan
terjadinya
infeksi
18
DAFTAR PUSTAKA
Soewarto, S., 2014. Ketuban Pecah Dini. Dalam Prawirohardjo S. Ilmu
Kebidanan. Bagian ketiga: Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan
Bayi Baru Lahir. Edisi keempat. Cetakan Kedua. Jakarta. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, hal 677-682.
Manuaba I.B.G., Chandranita Manuaba I.A., Fajar Manuaba I.B.G.(eds), 2014.
Pengantar Kuliah Obstetri Ginekologi dan KB. EGC: Jakarta, hal 221225.
Manuaba I.B.G., Chandranita Manuaba I.A., Fajar Manuaba I.B.G.(eds), 2014.
Pengantar Kuliah Obstetri Bab 6: Komplikasi Umum Pada Kehamilan.
Ketuban Pecah Dini. Cetakan Pertama: Jakarta, Penerbit EGC. Pp 456460.
Nili, F., Ansari, AAS. 2014. Neonatal Complications of Premature Rupture of
Membranes. Acta Medica Iranica. [online] 2014. Vol 41. No. 3. Diunduh
dari http://journals.turns.ac.ir/upload_files/pdf/59.pdf.
Curningham, G.F., Levenco, J.K., Bloom, L.S., Hauth C.J., III Gilstrap Larry,
Wenstrom D Katharine, Williams., 2014. Obstetrics. Edisi 22.
Saifudin, Abdul B., 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesahatan
Maternal & Neonatal. Jakarta: yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifudin, Abdul B., 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
19
POMR OBGYN
Summary of
Clue and Cue
Database
(status Presens)
Ny. Jumaidah
Kenceng(28 tahun) IRT
kenceng
Nama suami:
Ketuban (-)
Suyadi (34
Keputihan,
tahun) Sopir
berwarna
Alamat:
kekuningan
renojoyo RT 05
dan berbau
RW 03 Gempol
amis
Anamnesis:
Keluhan
utama: datang
jam 5 kencengkenceng mulai
dari jam 2,
ketuban
ngrembes.
RPS: Kencengkenceng mulai
dari jam 2, UK
28-30 minggu,
Problem List
Ketuban
Pecah
Dini
Initial
Diagnosis
Diagnosis
G2
P1001
A00 T/H
KPD
20
USG
DL
Tes pH
Terapi
RL 1500
cc/24 jam,
20
tetes/mnt
Amoxilin
iv 3x1
amp
Dexameth
ason iv
2x1
Konsultasi
dokter
SpOG
Planning
Monitoring
Kedaan
umum
GCS
Vital
sign
DJJ
Observ
asi
temper
atur
tiap 3
jam
Edukasi
Memberitahukan
kepada keluarga
mengenai kondisi
pasien
Memberitahukan
kepada keluarga
mengenai terapi
yang akan
diberikan kepada
pasien
HPHT 9
November 2014,
TP 16 Agustus
2015
G2 P1001 A00
Anak pertama
perempuan lahir
aterem, per
vaginal, BB: 3,2
Kg.
RPD :
sering
keputihan,
warna
kekuningan dan
berbau amis
RPSos: BAB
dan BAK di
sungai
RPK: DM (-)
HT(-)
Pemeriksaan
Fisik:
KU: Lemas,
21
compos mentis,
GCS : 456
Vital Sign: TD
120/90, RR:
24x/menit,
Nadi : 99x/mnt,
suhu axila:
36,9C; suhu
rektal: 37,3C
Leopod I:
presentasi
bokong
TFU: 26 cm
Leopod II:
presentasi
punggung kiri
Leopod III:
presentasi
kepala
Leopod IV:
kepala belum
masuk PAP
VT obstetri:
pembukaan 1
cm
22
Presentasi
kepala
Ketuban: (-)
23
5. VT Obstetri :
Pembukaan I
Ketuban (-)
24