Nama : Nn. FE
Usia : 15 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum menikah
Masuk RS : 14 12 2016
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan di payudara kiri
Keluhan Tambahan :
Pasien mengatakan mulai mengetahui ada benjolan di payudara kirinya
kira-kira 6 bulan yang lalu. Benjolan terasa berubah bentuk dan membesar dari
pertama kali diketahui. Namun tidak terasa nyeri atau gatal dan tidak ada
perubahan warna kulit di sekitarnya. Pasien mengaku tidak pernah mengalami
keluar cairan dari puting payudara. Pasien juga tidak merasakan nyeri pada
benjolan saat menstruasi dan tidak mengalami penurunan nafsu makan maupun
berat badan.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 130/80mmHg
Nadi : 94 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 37.20C
Status Generalis
Kepala :
Mata : CA (-/-), SI (-/-), pupil isokor, refleks pupil +/+
Hidung : discharge (-/-) deviasi septum (-)
Telinga: bentuk normal, otorea (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-) JVP tidak meningkat
Thorax :
Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor pada kedua hemithorax
Auskultasi :
Pulmo : SNV kanan = kiri normal, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor : Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar dan supel, distensi (-)
Palpasi : NT (-), NL (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani di keempat kuadran
Auskultasi : bising usus (+) normal
Status Lokalis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 14 Desember 2016
Hematologi Rutin
Hemoglobin 11,6 g/dL 11.0 15.0
Eritrosit 5,04 jt/ul 4.2 5.4
Hematokrit 35,4 % 35 47
Trombosit 258 103/uL 150 400
Leukosit 9,3 103/ul 3,6 11,0
MCHC 32,8 % 32-36
MCV 70,2 (L) fL 82-92
RDW-CV 15,3 (H) % 11,5 14,5
RDW-SD 38,4 fL 35-47
MPV 11,5 (H) fL 6.8-10.0
PDW 14,8 (H) fL 9.0-13.0
P-LCR 35,8 %
PT 12,9
Ratio 1,02 detik 10 14
INR 1,03
APTT 33,6 detik
kontrol 31,5 detik
Golongan darah A
BT 3 27
CT 5 4 10
Kimia klinik
DIAGNOSIS KERJA
Tumor mammae sinistra curiga jinak
PENATALAKSANAAN
Rencana Operasi eksisi biopsi
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Resume
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi mammae
Mammae (payudara) merupakan kelenjar aksesoria (kelenjar keringat yang
termodifikasi) pada kulit yang memiliki kemampuan mensekresi air susu.
Mammae terdiri dari 15 hingga 20 lobus yang dipisahkan dan disanggah oleh
berkas fibrosa dari jaringan ikat yang disebut ligamen Cooper.1,2,3 Setiap lobus
mengandung beberapa lobulus yang kemudian bercabang menjadi duktus kecil
dan berakhir di alveoli sekretorik.1 Mammae pada wanita dewasa berada pada
costae ke 2 atau 3 hingga garis inframammaria pada costae ke 6 atau 7, secara
horizontal membentang dari batas sternum hingga garis aksilaris anterior. Axillary
tail of Spence berada di sebelah lateral dari lipat aksila anterior. Kuadran atas
lateral mammae memiliki volume yang lebih besar dibandingkan jaringan pada
kuadran lain. Mammae memiliki bentuk kerucut dengan ukuran sirkular kira-kira
10 hingga 12 cm, namun ukuran mammae bervariasi pada setiap individu.
Mammae pada nulipara memiliki konfigurasi hemisferik dengan bentukan rata di
atas puting. Dengan stimulasi hormonal yang mengikuti kehamilan dan laktasi,
mammae menjadi lebih besar serta mengalami peningkatan volume dan densitas.
Sedangkan pada proses penuaan diasumsikan menjadi lebih pipih, lunak, dan
terjumbai karena terjadi penurunan volume.2,3
Fisiologi mammae
Mammae mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon.
Perubahan pertama dimulai dari masa kanak-kanak hingga pubertas, di mana
hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan hormon hipofisis
menyebabkan berkembangnya duktus dan pembentukan asinus. Perubahan kedua
mulai dari masa fertil hingga klimakterium sebelum menopause, di mana
perubahan dipengaruhi terjadi sesuai dengan siklus menstruasi yaitu terjadinya
pembesaran mammae sekitar hari ke-8 haid. Terkadang dapat pula ditemukan
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Menjelang haid, mammae meregang dan terasa
nyeri. Gejala ini berkurang setelah menstruasi terjadi.5
Perubahan terakhir adalah terjadinya pembesaran mammae pada
kehamilan akibat proliferasi epitel duktus lobul dan duktus alveolus serta
pertumbuhan duktus baru, dan terbentuknya air susu oleh sel-sel alveolus pada
masa laktasi akibat sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior. Air susu ini
kemudian mengisi asinus dan dikeluarkan melalui duktus ke puting susu saat
terpicu oleh hormon oksitosin.5
Kelainan jinak pada mammae
Beragam kondisi dapat terjadi pada mammae, dimulai dari abnormalitas
kongenital, kondisi akibat perubahan hormonal selama kehidupan reproduktif, dan
kelainan fisiologis akibat kehamilan dan laktasi. Terdapat juga penyakit infeksi
dan proliferatif.7
Beberapa kelainan pada mammae yang bersifat jinak telah terbukti
meningkatkan risiko terbentuknya kanker mammae pada kemudian hari. Hal ini
tergantung dengan sifat lesi penyakit proliferatif (contoh adenosis sklerosis,
hiperplasia duktal, skar radial, papilloma intraduktal) meningkatkan risiko kanker
mammae, terlebih lagi apabila diikuti dengan atipia (hiperplasia atipikal). Atribut
spesifik dari pasien juga mempengaruhi risiko terbentuknya kanker mammae
(usia, riwayat keluarga, etnis, waktu lesi, dan status hormonal).7
Kista Massa kistik pada palpasi, Area bulat hitam batas tegas
dapat multipel, tidak disertai mudah ditemukan, terkadang
pembesaran KGB multipel, diameter mudah
dinilai
Pemeriksaan mammae
Pada pemeriksaan kelainan mammae, dapat dilakukan anamnesa yang
mencakup aspek sebagai berikut: perubahan bentuk atau tekstur mammae, massa
yang terpalpasi, retraksi puting, pembengkakan atau gambaran peau dorange,
perubahan ukuran, sekresi dari puting, rasa nyeri atau panas, kemerahan, riwayat
penyakit mammae sebelumnnya, riwayat keganasan, riwayat keluarga,
penggunaan obat kontraseptif, usia menarke dan menopause, tanggal terakhir
pemeriksaan mammae, dan riwayat pemeriksaan yang pernah dilakukan
sebelumnya.7
Pemeriksaan klinis mammae (clinical breast examination, CBE) dapat
dilakukan langsung setelah menstruasi. Mammae pada wanita pascamenopause
lebih mudah diperiksa dibandingkan pada wanita premenopause karena sudah
terjadi involusi.7
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan pencitraan yang paling penting
dan paling banyak digunakan. Informasi utama yang paling mudah diperoleh
adalah untuk melihat adanya lesi kistik dengan cairan di dalamnya dari suatu lesi
padat. Pemeriksaan mammografi dapat memberikan informasi mengenai lesi yang
mencurigakan atau untuk memonitor pasien dengan riwayat kanker mammae pada
keluarga. Pemeriksaan sitologi dan mikrobiologi juga dapat memberikan petunjuk
bermakna untuk diagnosis. Sampel pemeriksaan ini dapat berupa sekresi dari
puting, aspirasi bajah halus, atau swab basah dari biopsi insisional. Namun harus
tetap diingat bahwa semua pemeriksaan hanya memberikan informasi tambahan
mengenai penyakit mammae yang ada. Diagnosis final hanya dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan histologi.7
Mammae merupakan organ yang mudah diakses sehingga biopsi
eksisional merupakan tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk menegakkan
diagnosis. Anestesi lokal biasanya dapat digunakan untuk lesi yang superfisial dan
anaestesi umum untuk lokalisasi yang lebih dalam. Lesi dieksisi dari insisi semi-
sirkular di atas lesi di sekitar areola. Prosedur biopsi eksisional ini merupakan
prosedur yang bersifat diagnostik sekaligus terapeutik karena massa dari mammae
dikeluarkan. Apabila pengangkatan massa secara total tidak memungkinkan maka
pengambilan sebagian kecil spesimen dari massa yang ada disebut sebagai biopsi
insisional.7
Kelainan
mamma
e
Massa Discharge
Nyeri
terpalpasi puting
Massa Terkait
Cairan echo- dengan Kemeraha Darah, Serosa,
pada USG dense menstrua n/panas unilateral bilateral
pada USG si
Ketidaksei
Kista Fibro- Mastodyni
Mastitis Papilloma mbangan
sederhana adenoma a
hormon
Gambar 4. Alur tanda-gejala yang mengarah berdasarkan diagnosis banding7
Kista mammae
Kista mammae merupakan kavitas berdinding epitel berisi cairan di dalam
mammae yang besarnya bervariasi. Kista ini dapat terpalpasi apabila isi cairan
berjumlah 20 30 ml dan ditemukan pada minimal 1 dari 14 wanita dengan 50%
merupakan kista multipel atau rekuren. Patogenesis terbentuknya kista masih
belum jelas namun diduga merupakan hasil dari destruksi dan dilatasi lobulus dan
duktulus terminalis. Penelitian mikroskopik menunjukkan adanya fibrosis pada
atau di dekat lobulus yang disertai sekresi kontinus sehingga menyebabkan
ekspansi dari kavitas yang berisi cairan. 4,5
Kista dipengaruhi oleh hormon ovarium sehingga perkembangannya
bervariasi sesuai dengan siklus menstruasi. Seringkali kista ditemukan pada
wanita di atas 35 tahun (berkisar pada usia 50 tahun) dan insidensinya terus
meningkat hingga masa menopause, kemudian menurun tajam. Pembentukan kista
pada usia yang lebih lanjut biasanya terjadi apabila sedang mendapatkan
pengganti hormon eksogen. 4,5
Keganasan dari kista sangat jarang (0.1%). Kista dapat dikonfirmasi
dengan aspirasi atau ultrasonografi. Cairan kista yang diaspirasi dapat berwarna
seperti jerami, opak, atau hijau gelap, dapat juga disertai flek atau debris. Apabila
cairan kista tidak mengandung darah dan kista tidak rekuren maka tidak wajib
dikirimkan untuk analisa sitologis. Apabila kista rekuren lebih dari 2 kali, maka
diperlukan pemeriksaan sitologi. Terapi pengangkatan tumor secara bedah
diindikasikan apabila temuan sitologis mencurigakan atau apabila kista
rekuren.2,4,5
Fibroadenoma mammae
Fibroadenoma mammae adalah tumor padat jinak pada mammae yang
terdiri dari unsur stroma dan epitel yang merupakan tumor tersering kedua setelah
karsinoma pada mammae. Insidensi tersering ditemukan pada wanita usia remaja
dan masa reproduktif (< 30 tahun) dan tidak ditemukan pada wanita
pascamenopause. Secara klinis fibroadenoma teraba sebagai massa kenyal padat
yang membesar dalam beberapa bulan, dapat berbenjol/berlobulasi, simpai licin,
dan bebas digerakkan. Biasanya massa ini tidak disertai rasa nyeri. Pemeriksaan
USG dapat secara jelas membedakan tumor ini dari kista.2,4,5
Telah ditemukan 2 subtipe dari fibroadenoma yaitu Giant fibroadenoma
yang merupakan fibroadenoma dengan ukuran yang sangan besar (>5 cm), dan
juvenile fibroadenoma yang terjadi pada remaja dan dewasa muda serta secara
histologis lebih kaya sel dibandingkan dengan fibroadenoma biasa. 4,5
Eksisi diperlukan pada kasus ini karena tumor akan terus membesar
meskipun tidak berpotensi ganas. Pada eksisi akan ditemukan massa yang
terbungkus kapsul/simpai yang mudah dilepas dari jaringan sekitarnya.
Tatalaksana kuratif dari fibroadenoma ialah pengangkatan secara bedah dengan
eksisi total tumor. 2,4,5
Perubahan fibrokistik/mastodynia
Perubahan fibrokistik terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal dan
terkait dengan proses penuaan alami. Gejala seperti bengkak, adanya benjolan
yang kadang nyeri sentuh, pengerasan mammae sebelum periode menstruasi yang
mengganggu aktivitas sehari-hari merupakan contoh manifestasi perubahan
fibrokistik yang membawa pasien ke dokter. Biopsi dapat dilakukan apabila
pasien merasa takut dan mengehendaki. Dapat ditemukan lima belas macam
gambaran pada pemeriksaan patologis perubahan fibrokistik antara lain: adenosis,
epiteliosis, fibrosis stroma, kista multipel dengan fibrosis, dan metaplasia dan
hiperplasia epitel.5
Pada pemeriksaan mammografi, jaringan mammae tampak memadat tanpa
disertai kelainan lain. Kelainan ini tidak berbahaya, namun pasien dengan riwayat
kanker mammae pada keluarga terlebih apabila ditemukan gambaran hiperplasia
atipik perlu diwaspadai. Kelainan ini seringkali disebut sebagai mastalgia atau
mastodynia yang termasuk dalam golongan kelainan diplasia mammae.5
DAFTAR PUSAKA
8. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates pocket guide to physical examination and
history taking. 7th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health; 2013.