Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
Sistem urogenitalia atau genitourinaria terdiri atas sistem organ reproduksi dan
urinaria. Keduanya dijadikan satu kelompok sistem urogenitalia, karena mereka
saling berdekatan, berasal dari embriologi yang sama, dan menggunakan saluran yang
sama sebagai alat pembuangan, misalnya uretra pada pria. Sistem organ genitalia atau
reproduksi proa terdiri atas testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis,
kelenjar prostat, dan penis. Pada umumnya organ genitalia terletak di rongga
retroperitoneal dan terlindung oleh organ lain yang berada disekitarnya, kecuali testis,
epididimis, vas deferens, penis, dan uretra. Banyak kelainan yang dapat terjadi di
setiap struktur anatomi sistem reproduksi pria.1,2
Gangguan pada sistem reproduksi pria dapat terjadi, seperti infeksi urogenitalia,
batu saluran kemih, obstruksi saluran kemih, disfungsi saluran kemih, hiperplasia
prostat, striktur uretra, inkontinensia uri, sindroma nyeri buli, buli overaktif, trauma
urogenitalia, anomali traktus urinarius, onkologi urogenitalia, disfungsi seksual,
infertilitas pada pria, hipogonadisme onset lambat, dan gangguan pada kelenjar
suprarenal. Pada makalah ini akan dibahas mengenai Benign Prostat Hiperplasia,
Karsinoma prostat, dan Scrotal mass.2,3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Anatomi Sistem Reproduksi Pria


Organ sistem reproduksi pria terdiri atas testis, duktus (epididimis, duktus

deferens, duktus ejakulatorius, dan uretra), kelenjar aseksorius (vesikula seminalis,


prostat dan kelenjar bulbouretral) dan beberapa struktur pendukung lainnya seperti
skrotum dan penis.1
2.1.1 Skrotum
Skrotum merupakan struktur pendukung testis yang terdiri atas kulit dan lapisan
subkutan yang menggantung dari akar dari peniss. Dari luar, skrotum terlihat sebagai
kantung kulit yang terpisah menjadi dua bagian oleh tepi medial yang disebut raphe.
Dari dalam, septum scrotum membagi skrotum menjadi dua buah sakus. Setiap sakus
mengandung sebuah testis. Septum tersebut terbuat dari lapisan subkutan dan jaringan
otot yang disebut m. Dartos yang terdiri atas serabut otot polos. M. Dartos ini juga
ditemukan di lapisan subkutan skrotum.

Pada setiap testis juga terdapat m.

Kresmaster yang merupakan otot polos yang turun sebagai ekstensi m. Oblikus
interna melalui korda spermatikus untuk menyelimuti testis. Lokasi dari skrotum dan
kontraksi otot-otot ini akan mengatur suhu dari testis.1
2.1.2 Testis
Testis merupakan sepasang kelejar berbentuk oval didalam skrotum dengan panjang
sekitar 5 cm dan berdiameter 2,5 cm. Berat tiap testis 10-15 gram. Testis berkembang
didekat ginjal, bagian posterior abdomen dan selama pertengahan akhir bulan ke-7
perkembangan fetusm, testis

mulai turun kedalam skrotum melalui kanalis

inguinalis.1
Membrana serosa yang disebut tunica vaginalis yang berasal dari peritoneum dan
terbentuk selama proses turunnya testis akan membungkus testis. Kumpulan cairan
serosa didalam tunica vaginalis disebut hidrokel. Hal tersebut dapat dikarenakan
trauma pada tstis atau inflamasi dari epididimis. Biasanya tidak dibutuhkan

pengobatan. Bagian dalam dari tunika vaginalis adalah kapsula fibrosa yang
mengandung jaringan konektif irreguler yang disebut tunika albuginea. Tunika
albuginea memanjang kedalam membentuk septa yang membagi testis menjadi
kompartemen internal yaitu lobulus. Setiap 200-300 lobulus mengandung satu hingga
tiga tubulus yang berkelok yang disebut tubulus seminiferus yang memproduksi
sperma.1
Tubulus seminiferus mengandung dua tipe sel, yaitu sel spermatogenik yang
memproduksi sperma dan sel sertoli yang mendukung spermatogenesis. Stem cells
yang disebut spermatogonia berkembang dari sel germinativum primordial yang
berasal dari yolk sac dan masuk ke dalam testis selama minggu kelima
perkembangan. Pada testis embrionik, sel germ primordial berdiferensiasi menjadi
spermatogonia dan dorman selama masa anak-anak dan aktif kembali memproduksi
sperma saat pubertas.1

Gambar 2.1 Anatomi Testis


Dalam proses pematangan akan membentuk spermatosit primer, sekunder, spermatid
dan sel sperma. Setelah terbentuk, maka spermatozoa akan dilepaskan kedalam

tubulus seminiferus. Diantara spermatozoa yang berada didalam tubulus seminiferus


terdapat sel sertoli besar atau sel sustentakular yang berada di sepanjang membran
basal ke lumen tubulus. Sel sertoli mendukung dan melindungi sel spermatogonia,
memberi nutrisi spermatosit, spermatid, dan sperma, memfagositosis sitoplasma
spertmatid yang berlebihan dan mengendalikan pergerakan sel spermatogonia dan
pelepasan sperma kedalam lumen tubulus seminiferus. Sel sertol juga memproduksi
cairan untuk transportasi sperma, menyekresikan hormon inhibin dan mengatur efek
testosterone dan FSH.1
Antara tubulus-tubulus seminiferus terdapat kumpulan sel leydig yang
menyekresikan testosterone. Testostenone merupakan hormon androgen yang
meningkatkan perkembangan kateristik maskuli dan libido pria.1

Gambar 2.2 Testis

2.1.3 Duktus pada Testis


Tekanan yang berasal dari cairan yang dihasilkan oleh sel sertoli mendorong sperma
dan cairan sepanjang tubulus seminiferus dan duktus yang pendek disebut straight
tubules. Tubulus ini akan menuju sebuah jaringan duktus pada testis disebut rete
testis. Dari rete testis, sperma bergerak kedalam duktus efferen pada epididimis
kemudian menuju sebuah duktus yang disebut duktus epididimis.1
2.1.4 Epididimis
Epididimis merupakan organ berbentuk koma dengan panjang 4 cm yang terletak
sepanjang tepi poseterior setiap testis. Setiap epididimis mengandung banyak duktus
epididimis yang berkelok-kelok. Duktus eferen dari testis bergabung dengan duktus
epididimis di bagian superior dari epididimis yang disebut caput epididimis. Korpus
epididimis merupakan bagian tengah yang sempit dari epididimis dan cauda
epididimis merupakan bagian inferior. Pada bagian distal, cauda epididimis akan
bersambung menjadi duktus vas deferens.1
Epididimis merupakan tempat pematangan sperma dalam motilitas dan kemampuan
fertilisasi ovum. Proses ini terjadi selama 2 minggu. Epididmis juga membantu
mendorong sperma kedalam duktus vas deferens selama seksual dengan kontraksi
otot-otot polos. Epididmis juga menyimpan sperma hingga delapan bulan. Sperma
yang tidak diejakulasi akan direabsorbsi.1
2.1.5 Duktus Vas Deferens
Duktus deferens terletak sepanjang tepi posterior epididimis dan melewati korda
spermatika dan masuk ke kavum pelvis. Duktus deverens akan melengkung
sepanjang ureter dan melewati tepi dan turun ke permukaan posterior vesika urinaria.
Bagian akhir yang berdilatasi disebut ampulla. Mukosa duktus deferens menganung
epitel kolumna pseudostratified dan lamina propria. Duktus vas deferens berfungsi
untuk menghantarkan sperma selama aktivitas seksual dari epididimis menuju uretra
dengan kontraksi otot. Selain itu duktus vas deferens juga dapat menyimpan sperma
untuk beberapa bulan.1

Gambar 2.3 Anatomi Sistem Reproduksi Pria


2.1.6 Korda Spermatika
Korda spermatika merupakan struktur penunjang sistem reproduksi pria. Korda
spermatika mengandung duktus vas deferens, arteri testikularis, vena testikularis yang
memperdarahi

testis

dan

membawa

pampiniformis), saraf otonom,

testosteron

kedalam sirkulasi

(plexus

pembuluh limfatikus dan m. Kremaster. Korda

spermatika dan n. Ilioinguinalis berjalan melewati canalis inguinalis yang memiliki


panjang 4-5 cm. Kanalis inguinalis berasal dari deep inguinal ring, pintu dari
aponeurosis m. transversus abdominis dan berakhir pada superficial inguinal rin yang
merupakan pintu dari aponeurosis m. oblikuus externa. Pada wanita, ligamnetum uteri
dan n. Ilioinguinal melewati kanalis inguinal.1
Varikokel adalah pembengkakan skrotum karena dilatasi vena yang
memperdarahi testis.1
2.1.7 Duktus Ejakulatorius
Duktus ejakulatorius memiliki panjang 2 cm dan dibentuk oleh gabungan dari
duktus vesikula seminalis dan ampula duktus vas deferens. Duktus ejakulatorius
terletak dari bagian superior ke basis dari prostat dan melwati posterior dan anterior

prostat. Duktus ini berakhir pada uretra pars prostatika yang merupakan tempat
sperma dan sekresi vesikula seminalis diejakulasikan.
2.1.8 Uretra
Pada pria, uretra adalah duktus terminal dari sistem genitourinarius yang
merupakan tempat lewatnya urin dan semen. Dengan panjang sekitar 20 cm, uretra
melewati prostat, motot profunda perineum dan penis, uretra dibagi menjadi 3 bagian.
Uretra pars prostatika memiliki panjang 2-3 cm dan melewati prostat. Kemudian
berlanjut melewawti otot profunda perineum menjadi uretra pars membranosa. Uretra
pars membranosa memiliki panjang 1 cm. Kemudian duktus melew2ari korpus
spongiosum penis dan disebut uretra pars spongiosum. Dan pada akhirnya akan
berakhir pada orificium uretra eksterna.1
2.1.9 Vesikula Seminalis
Vesikula seminalis merupakan struktur berbetuk seperti kantung yang terletak
pada bagian posterior dari basis vesika urinaria dan terletak anterior dari rektum.
Vesikula seminalis menyekresikan alkalin, cairan yang mengandung fruktosa,
prosaglandin, dan protein pembeku yang berbeda dengan darah. Alkaline yang
terdapat dalam cairan seminalis berfungsi untuk menetralisasi lingkungan asam dari
uretra pria dan traktus reproduksi wanita yagn dapat menginaktivasi dan membunuh
sperma. Fruktosa digunakan untuk produksi ATP oleh sperma. Prostaglandin
berkontribusi untuk motilitas dan viabilitas sperma dan menstimulus kontraksi otot
polos pada traktus reproduksi wanita. Protein pembeku membantu mengkoagulasi
semen setelah ejakulasi. Cairan disekresikan oleh vesikula seminalis merupakan 60%
dari volume semen.1
2.1.10 Prostat
Prostat merupakan kelenjar berbentuk seperti buah kenari dengan berat normal
pada orang dewasa 20 gram. Mc Neal membagi kelenjar Prostat dalam beberapa
zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskular
anterior dan zona periuretra.2 Secara lambat, ukuran prostat akan membesar dari lahir
hingga pubertas. Pertambahan ukuran yang cepat terjadi sekitar umur 30 tahun dan
stabil pada umur 45 tahun, walaupun pembesaran juga dapat terjadi.1

Prostat menyekresikan cairan bersifat asam (pH 6,5) yang mengandung beberapa
substansi. (1) Asam sitrat pada cairan prostat berguna untuk produksi ATP sperma
melalui siklus krebs. (2) Beberapa enzim proteolitik, seperti Prostate-spesific Antigen
(PSA), pepsinogen, lysozyme, amylase, dan hyaluronidase yang akan menghancurkan
protein pembeku vasikula seminalis. (3) Asam fosfatase yang belum diketahui
fungsinya. (4) Seminalplasmin pada cairan prostatica merupakan antibiotik yang
dapat membunuh bakteri. Seminalplasmin dapat membantu menurukan jumlah
bakteri pada semen dan traktur reproduksi wanita. Sekresi prostati akan memasuki
uretra pars prostatika melalui duktus prostatika. Sekresi prostatika merupakan 25%
dari volume semen dan memiliki peran dalam motilitas dan viabilitas sperma.1
2.1.11 Kelenjar Bulbourethral
Kelenjar bulbourethral terletak di bagian inferior dari prostat dan sisi dari uretra
pars membranosa dengan otot profunda perineum. Muara duktus kelenjar
bulbourethral akan menuju uretra pars spongiosa. Selama aktivitas seksual, kelenjar
bulbourethral menyekresikan cairan alkaliner kedalam uretra yang melindungi
sperma dengan menetralisir asam yang berasal dari urin pada uretra. Kelenjar ini juga
menyekresikan mukus yang melubrikasi ujung penis dan seluruh uretra. 1
2.1.12 Penis
Penis merupakan saluran ejakulasi semen dan ekskresi urin. Bentuknya silindris
dan terdiri atas korpus, gland dan root. Korpus penis terdiri atas tiga buah jaringan
massa berbentuk silindris yang dikelilingi jaringan fibrosa yaitu tunika albuginea.
Dua buah jaringan massa yang terletak dorsolateral disebut korpus kavernosa penis.
Sedangkan massa yang terletak dibagian midventral disebut korpus spongiosum penis
yang mengandung uretra pars spongiosum dan menjaga tetap terbuka ketika ejakulasi.
Lapisan kulit dan subkutan menutupi permukaan ketiga jaringan massa ini. Lapisan
ini mengandung banyak jaringan erektil yang mengandung sejumlah pembuluh darah
yang dilapisi sel endotel dan dikelilingi oleh oto polos dan jaringkan konektif elastis.1
Ujung distal dari korpus spongiosum penis membesar dan membentuk bagian
glans penis dan tepinya disebut corona. Uretra distar membesar pada bagian glans

penis dan membentuk pintu akhir yang disebut orifisium uretra eksterna. Glans penis
yang belum disirkumsisi diselimuti oleh lapisan kulit yang disebut preputium.1
Berat dari penis dibantu oleh dua ligamentum yang merupakan lanjutan dari
fascia pada penis yaitu ligamentum fundiformis yang berasal dari bagian bawah linea
alba

dan

ligamentum

suspensorium

yang

berasal

dasri

simfisis

pubis. 1

Gambar 2.5 Struktur Anatomi Penis

Gambar 2.6 Vaskularisasi Sistem Reproduksi Pria


2.2 Benign Hyperplasia Prostate
2.2.1 Definisi
Benign Hyperplasia Prostat adalah kelainan berupa hiperplasia kelenjar
periurethral yang mendesak jaringan prostat asli ke perifer menjadi simpai bedah.3
2.2.2 Etiologi
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat,
yaitu:2
1. Teori DHT (Dihidrotestosteron)
Pada dasarnya, testosteron dengan bantuan enzim 5-alfa reduktase dikonversi
menjadi DHT yang akan merangsang pertumbuhan kelenjar prostat. Pada
BPH, aktivitas enzim tersebut lebih tinggi dan jumlah resptor androgen lebih
banyak. Oleh karena itu, sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT
sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan prostat normal
2. Ketidak seimbangan antara tesotsterone-estrogen
Pada usia tua, testosterone semakin sedikit jumlahnya namun estrogen relatif
tetap. Estrogen didalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel
kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel prostaterhadap

10

rangsagan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan


menurunkan apoptosis.
3. Interaksi stroma-epitel
Sel stroma yang mendapatkan stimulus DHT dan estradiol akan mensintesis
growth factor sehingga terjadi proliferasi sel epitel dan stroma.
4. Berkurangnya apoptosis sel prostat
Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel
karena setelah dilakuka kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel
kelenjar prostat. Estrogen juga diduga memperpanjang usia sel-sel prostat
sedangkan faktor pertumbuhan TGF berperan dalam proses apoptosis.
5. Teori stem cell
Untuk mengganti sel-sel yang mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel baru.
Didalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem yang mempunyai kemampuan
untuk berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung
pada keberadaan hormon androgen, sehingga jika kadar hormon terganggu
maka akan terjadi apoptosis. Namun terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH
dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga terjadi
produksi yang berlebihan sel stroma maupun epitel.
2.2.3 Patofosiologi
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan
intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan
anatomik buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekula, selula, sakula dan
divertikel buli-buli. Perubahan struktur ini dirasakan pasien dalam bentuk keluhan
pada saluran kemih sebelah bawah atau Lower Urinary Tract Symptom (LUTS)
berupa gejala storage (urgensi, frekuensi miksi yang > 8 kali perhari, nokturia,
disuria, stranguria),voiding(hesitansi, pancaran miksi lemah, intermitensi), dan pasca
miksi (perasaan tidak puas setelah miksi, dribbling,.2
Ketika detrsusor tidak mampu lagi berkontraksi maka terjadi dekompensasi yang
menyebabkan retensi urin sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin

11

didalam kandung kemih dan timbul rasa miksi tidak tuntas. Jika hal ini terus
berlanjut, pada suatu saat terjadi kemacetan total sehingga penderita tidak mampu
lagi miksi. Karena produksi urin terus terjadi, pada suatu saat vesikatidak mampu
lagi menampung urin sehingga tekanan intravesika terus meningkat. Apabila tekanan
vesika menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi akan terjadi
inkontinensia paradoksal. Retens kronik menyebabkan refluks vesiko-ureter,
hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Pada waktu miksi, penderita akan
mengedan sehingga lama kelamaan menyebabkan gernia atau hemoroid.3
Karena terdapat selalu sisa utin, terdapat batu endapan didalam kandung kemih.
Batu ini dapat menambah keluhan iritasi, menimbulkan hematuria, sistitis dan bila
terjadi refluks akan terjadi pielonefritis.
2.2.4 Gambaran Klinis
Obstruksi prostat menimbulkan keluhan berupa2:
a. Lower Urinary Tract Symptom (LUTS)
Kumpulan gejala saluran kemih bawah yaitu keluhan storage (penyimpanan),
voiding (pengeluaran), dan paska miksi. Keluhan storage ialah urgensi,
frekuensi, nokturia, disuria. Keluhan voiding adalah hesitansi, pancaran miksi
yang lemah dan intermitensi. Keluhan paska miksi adalah terminal dribling
atau inkontinensia paradoks.
b. Gejala saluran kemih bagian atas
Berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang
(tanda hidronefrosis) atau demam sebagai tanda infeksi atau urosepsis.
c. Gejala di luar saluran kemih
Penderita mengeluh adanya herniainguinalis atau hemoroid akibat sering
mengejan pada saat miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdominal.
2.2.5 Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis hiperplasia prostat, yaitu2,3:
a. Anamnesis untuk mencari gejala dan tanda obstruksi atau iritasi. Dengan
menggunakan Internatipnal Prostatic Symptom Score (IPSS) yang terdiri atas
tujuh pertanyaan megenai LUTS dan satu pertanyaan yang berhubungan

12

dengan kualitas hidup. Dari skor IPSS akan dikelompokkan gejala LUTS
mdalam 3 derajat, yaitu (1) Ringan: skor 0-7, (2) Sedang: skor 8-19, dan (3)
Berat: skor 20-35.
Pertanyaan, Jawaban dan skor
Keluhan Pada bulan terakhir
Tidak ada <20% <50%
sama sekali
a. Adakah anda merasa buli-buli
tidak kosong setelah BAK ?
0
1
2
b. Berapa kali anda hendak BAK
0
1
2
lagi dalam waktu 2 jam setelah
BAK ?
c. Berapa kali terjadi bahwa arus
0
1
2
kemih berhenti sewaktu BAK ?
d. Berapa kali terjadi anda tidak
0
1
2
dapat menahan kemih ?
e. Berapa kali terjadi arus lemah
0
1
2
sekali waktu BAK ?
f. Berapa kali terjadi anda menga0
1
2
lami kesulitan memulai BAK ?
g. Berapa kali anda bangun untuk
BAK diwaktu malam ?
0
1
2
h. Andaikata cara BAK seperti anda
alami sekarang ini akan seumur hidup tetap seperti ini, bagaimanakah
perasaan anda ?
0
1
2
(tidak ada masalah)

Jumlah skor
0 = Baik sekali.
1 = Baik.
2 = Kurang baik.
b.

50% >50% Hampir


Selalu
3
3

4
4

5
5

5(tdk bisa terima)

3 = Kurang.
4 = Buruk.
5 = Buruk sekali.

Pemeriksaan fisik, salah satunya adalah pemeriksaan fisk abdomen. Pada


palpasi teraba benjolan di pinggang. Selain itu ditemukan buli-buli terisi

c.

penuh dan teraba massa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urine.
Rectal Touche/Colok dubur. Dari pemeriksaan colok dubur dapat dinilai tonus
sfingter ani/ refleks bulbokavernosus, mukosa rektum, keadaan prostat yaitu
adanya nodul, krepitasi, konsistensi prostat, simetri antar lobus dan batas
prostat. Pada BPH, ditemukan pembesaran prostat tanpa nodul, konsistensi

d.

kenyal (seperti meraba ujung hidung), lobus kanan dan kiri simetris.
Pemeriksaan penunjang

13

1) Pemeriksaan Laboratorium berupa pemeriksaan urin untuk: (a) melihat


adanya infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Jika ada infeksi maka
kultur urine dapat dilakukan untuk mencari jenis kuman penyebab. (b)
mengetahui faal ginjal untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang
mengenai saluran kemih bagian atas. (c) pemeriksan gula darah untuk
mencari kemungkinan dibabetes mellitus yang pdapat menyebabkan
kelainan buli-buli neurogenik. (d) PSA untuk mengetahui kemungkinan
keganasan prostat.
2) Pemeriksaan pencitraan yaitu BNO dan pielografi intravena untuk
memperoleh keterangan berupa hidronefrosis, divertikulum vesica
urinaria, kalkulosa prostat, dan batu saluran kemih yaitu batu opak
(kalsium oksalat atau kalsium fosfat) dan batu semi opak (batu struvit) di
saluran kemih. Pada pemeriksaan USG Abdominal akan diperoleh
keterangan adanya batu radioluscent (batu asam urat). Pemeriksaan USG
berupa Trans Abdominal Ultrasonography (TAUS) dan Trans Rectal
Ultrasonography (TRUS). Selain untuk menentuka pembesaran prosta,
USG juga dapat menentukan volume vesika urinaria, sisa urin, dan
keadan patologi. Pemeriksaan sistografi dilakukan jika apada anamnesis
ditemukan hematuria, atau pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
mikrohematuria.
2.2.6

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari BPH, yaitu: BPH, kelainan buli-buli neurologik, kekakuan
leher kandung kemih (fibrosis), karsinoma prostat, uretralitiasis, uretristis akut atau
kronik, dan striktur uretra.3
2.2.7 Tatalaksana
Derajat berat gejala klinis dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan
pada colok dubur dan sisa volume urin.
Derajat
I
II

Colok dubur
Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba
Penonjolan prostat jelas, batas dapat mudah

Sisa volume urin


<50 ml
50-100 ml

14

III
IV

dicapai
Batas atas tidak dapat dicapai

>100 ml
Retensi total

Tidak semua pasien BPH perlu menjalani tindakan medik. Kadang-kadang pasien
yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh dengan nasehat dan konsultasi berupa
konsumsi minum tidak terlampau banyak dan tidak mengkonsumsi kopi dan alkohol,
mengurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi bului-buli seperti
coklat dan kopi, mengurangi makanan pedas dan asin dan jangan menahan miksi
terlalu lama. 2
Tujuan terapi pada pasien BPH yaitu memperbaiki keluhan miksi, meningkatkan
kualitas hidup, mengurangi obstruksi nfravesika, memperbaiki fungsi ginjal jika
terjadi gagal ginjal. Mengurangi volume residu urine setelah miksidan mencegah
progresifitas penyakit. Dibawah ini merupakan pilihan terapi yang dapat diberikan:
a. Watchful waiting2,3,4
Terapi ini digunakan untuk pasien dengan skor IPSS 8, yaitu keluhan ringan
yang tidak mengganggun aktivitas sehari-hari. Pasien tidak mendapatkan terapi
apapun dan hanya diberikan penjelasan mengenai sesuatu hal yang dapat
memperburuk keluhannya, misalnyakonsumsi minum terlampau banyak,
mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi
buli-buli seperti coklat dan kopi, penggunaan obat influenza yang mengadung
fenilpropanolamin,

makanan

pedas

dan

asin

dan

menunda

miksi

terlalulama.Setelah itu, secara periodik pasien diminta untuk datang kontrol skor
IPSS dan dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urin, atau uroflometri.2
b. Medikamentosa
Terapi diberikan pada pasien dengan skor IPSS 8 atau keluhan mengganggu
aktivitas. 2,3
Penghambat reseptor adrenergik-a
Obat ini akan mengurangi resistensi otot polos prostat. Obat yang digunakan
adalah obat penghambat adrenergik-a1 yang tidak menyebabkan efek sistemik.
Beberapa golongan obat tersebut adalah prazosin yang diberikan dua kali sehari,
tamsulosin, erazosin, afluzosin, dan doksazosinyang diberikan sekali sehari.2,3
Penghambat 5 a-reduktase

15

Obat ini berkerja menghambat pembentukan dihidrotestosterone (DHT) yang


menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel prostat menurun. Bentuk dari obat
ini adalah finasteride 5 mg sehari yang diberikan sekali selama 3-6 bulan mampu
menyebabkan penurunan prostat hingga 28%, gal ini memperbaiki keluhan miksi
dan pancaran miksi.2,3
Fitofarmaka
Beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk memperbaiki
gejala akibat obstruksi prostat, tetapi data-data farmakologi tentang kandungan
zat aktif yang mendukung mekanisme kerja obat fitoterapi sampai saat ini belum
diketahui dengan pasti. Kemungkinan fitoterapi berkerja sebagai: anti-estrogen,
anti-androgen, menurunkan kadar sex hormone binding globulin (SHBG),
inhibisi basic fibroblas growth factor (Bfgf) dan epidermal growth factor (EGF),
mengacaukan metabolisme prostaglandin, efek anti-inflamasi, menurunkan
outflow resistance, dan memperkeil volume prostat. Diantara fitotrerapi yang
dipasarkan adalah: Pyegium africanum, Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix
urtica, dll. 2,3
c. Pembedahan
Penyelesaian maslaah pasien hiperplasia prostat jangka panjang yang paling
baik saat ini adalah pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non
invasif lainnya membutuhkan jangka waktu yang sangat lama untuk melihat hasil
terapi.2
Desobstruksi kelenjar prostat akan menyembuhkan gejala obstruksi dan miksi
yang tidak lampias. Hal ini dapat dikerjakan dengan cara operasi terbuka, reseksi
prostat transurethral (TURP), atau insisi prostat transurethral (TUIP/ BNI).
Pembedahan direkomendasikan kepada pasien BPH: (1) Tidak menunjukkan
perbaikan dengan terapi medikamentosa, (2) Mengalami retensi urin, (3) Infeksi
saluran kemih berulang, (4) Hematuria, (5) Gagal ginjal, (6) Timbulnya batu
saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah. 2
Pembedahan yang dilakukan dapat terbuka dan tertutup. Pembedahan tertutup
(TURP) dilakukan pada prostat dengan berat <60 gram sedangkan pembedahan
terbuka dilakukan pada prostat dengan berat >60 gram.5
Pembedahan Terbuka

16

Beberapa macam teknik operasi prostatektomi terbuka adalah metode dari


Millin yaitu enukleasi kelenjar prostat melalui pendekatan tetropubik infravesika,
Freyer

melalui

pendekatan

suprapubik

transvesika

atau

transperineal.

Prostatektomi terbuka dianjurkan pada prostat yang sangat besar (>100 gram).2
TURP (Transurethral Resection Prostat)
Pembedahan endourologi transurethra menggunakan tenaga elektrik TURP
atau dengan menggunakan laser. Pada TURP, kelenjar prostat direseksi melalui
uretra dengan menggunakan cairan irigan (aquades steril) agar daerah yang akan
direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang digunakan
adalah larutan onik sehingga tidak terjadi hantaran listrik pada saat operasi. Perlu
mengenali adanya sindroma TURP yaitu gelisah, kesadaran somnolen dan
bradikardi yang dapat terjadi. Jika tidak dsegera diatasi, pasien akan mengalami
edema otak yang akhirnya koma dan meninggal. Maka dari itu, untuk
mengurangi resiko timbulnya sindroma TURP makan operator harus membatasi
diri untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam.2,3,5
d. Invasif minimal
Selain tindakan invasif seperti yang telah disebutkan diatas, saat ini sedang
dikembangkan tindakan invasif minimal yang terutama ditujukan untuk pasien
yang mempunyai resiko tinggi terhadap pembedahan. Tindakan inavsif minimal
itu diantaranya adalah thermoterapi, TUNA (Transurethral needle ablation),
pemasangan stent (prostacath), HIFU (High Intensity Focused Ultrasound), dan
dilatasi balon (transurethral baloon dilatation).2,3
2.3 Karsinoma Prostat
Karsinoma prostat merupakan keganasan saluran kemih kedua paling sering
dijumpai sesudah keganasan kandung kemih.3 Tumor ini menyerang pasien yang
berusia 50 tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada
usia lebih dari 80 tahun.Kanker ini jarang menyerang pria berusia sebelum berusia 45
tahun.2 Akan tetapi, hanya 10% dari mereka yang berkembang sampai stadium klinis.3
2.3.1 Etiologi
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya adenokarsinoma
prostat adalah: (1) predisposisi genetik, (2) pengaruh hormonal, (3) diet, (4) pengaruh

17

lingkungan, dan (5) infeksi.2 Keganasan prostat sama dengan prostat normal, untuk
pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada hormon androgen. Hal ini tidak
berarti bahwa karsinoma prostat disebabkan oleh hormon androgen. Banyak
keganasan prostat sensitif terhadap hormon sehingga dapat digunakan pengobatan
hormona.3 Kemungkinan untuk menderita kanker prostat menjadi dua kali jika
saudara laki-lakinyua menderita penyakit ini. Kemungkinannya naik menjadi lima
kali jika aayah dan saudaranya juga menderita. Selain itu diet yang banyak
mengandung lemak, susuyang berasal dari binatang, daging merah, dan hati diduga
meningkatkan kejadian kanker prostat. Beberapa nutrisi diduga dapat menurunkan
insidens kanker prostat, diantaranya adalah vitamin A, beta karoten, isoflavon atau
fitoestrogen yang banyak terdapat pada kedelai, likofenm selenium dan vitamin E.
Kebiasan merokok dan paparan bahan kimia Cadmium (Cd) yang banyak terdapat
pada alat listrik dan baterai berhubungan erat dengan timbulnya kanker prostat.2
2.3.2 Patogenesis dan Patologi
Keganaan prostat biasanya berupa adenokarsinoma yang berasal dari kelenjar
prostat yang menjadi hipotrofik pada usia dekade kelima sampai ketujuh. Angka
proses menjadi ganas sudah mulai pada jaringan prostat yang masih muda.3
Kemungkinan tahapan patogenesis kanker adalah: kelenjar prostat normal PIN
(Prostate Intraepithelial neoplasia) karsinoma prostat karsinoma prostat
stadium lanjut karsinoma prostatmetastasis HRPC (Hormone Refactory
Prostate Cancer). Pada karsinoma prostat, kurang lebih 75% terdapat pada zona
perifer prostat dan 15-20% terdapat pada zona sentral dan zona transisional.2
Biasanya karsinoma prostat berupa lesi multisentriuk. Derajat keganasan
didasarkan pada diferensiasi kelenar, atipi sel, dan kelainan inti sel. Derajat GI, yaitu
berdifernesiasi baik, derajat G II yang berdiferensasi sedang, dan derajat GIII yang
berdiferensiasi buruk. Pembagian derajat keganasan ini merupakan indikator
pertumbuhan dan progresivitas tumor.3
Karsinoma prostat menyebar ke kelenjar limf pelvis kemudian ke kelenjar limf
retroperitoneal atas. Peneyebaran hematogen terjadi melalui v.vertebralis ke tulang
panggul, femur proksimal, ruas tulang lumbal, dan tulang iga artinya tulang-tulang

18

yang berdekatan dengan prostat. Metastasis tulang sering bersifat osteoklastik. Tumor
ini jarang menyebar ke sumsum tulang, hati dan paru-paru.3
Tingkat penyebaran karsinoma pristat yang lazim dipakai didasarkan pada sistem
tingkat penyebaran TNM.
T

Tumor Primer

Tx

Tumor primer tidak dapat ditentukan

T0

Tumor primer tidak dapat ditemukan

T1

Tumor primer tidak teraba atau tidak terlihat dengan pencitraan


T1a Penemuan histologik kebetulan apda <5% jaringan yang direseksi
T1b Penemuan histologik kebetulan pada >5% jaringan yang direseksi
T1c Tumor ditemukan pada biopsi (misal, karena kenaikan kadar PSA)

T2a

Kurang dari setengah lobus

T2b

Lebih dari setengah lobus

T2c

Mengenai kedua lobus

T3a

Menembus simpai (satu sisi atau kedua sisi)

T3b

Invasi vesika seminalis

T4

Terfiksasi pada struktur sektiar atau invasi ke struktur sekitar selain

vesika seminalis
Kelenjar Limfe Regional

NX

Kelenjar limf regional tidak dapat ditentukan

N0

Tidak ada penyebaran ke Kelenjar limf

N1
M

Terdapat penyebaran ke Kelenjar limf


Metastasis jauh

MX

Metastasis jauh tidak dapat ditentukan

M0

Tidak terdapat metastasis jauh

M1a

Penyebaran ke kelenjar limf non-regional

M1b

Penyebaran ke tulang

M1c

Penyebaran jauh ke organ lain (paru, hati)


Selain itu, terdapat derajat diferensiasi menurut Gleason. Skor Gleason adalah

salah satu parameter yang memperkirakan adanya risiko rekurensi setelah

19

prostatektomi. Skor Gleason adalah penjumlahan dari derajat Gleason (Gleason


grade) yang paling dominan dan kedua yang paling dominan. Pengelompokan
skor Gleason terdiri dari Diferensiasi baik 6,sedang/moderat 7 dan buruk (8-10).6

Gambar 2.7 Pengelompokan Stadium AJCC 2010


2.3.3 Gambaran Klinis
Kecurigaan akan meningkat dengan adanya gejala lain seperti: nyeri tulang,
fraktur patologis ataupun penekanan sumsum tulang. Untuk itu dianjurkan
pemeriksaan PSA usia 50 tahun, sedangkan yang mempunyai riwayat keluarga
dianjurkan untuk pemeriksaan PSA lebih awal yaitu 40 tahun.6
Karsinoma prostat stadium A biasanya ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan histologik setelah prostatektomi, TUR, pemeriksaan colok dubur berupa
nodul keras pada prostat atau secara kebetulan ditemukan adanya peningkatan kadar
penanda tumor PSA pada saat pemeriksaan laboratorium. 2,3Karena pada stadium
permulaan karsinoma prostat biasanya tidak memberi gejala dan tanda klinis,
kebanyakan penderita baru datang pada stadium lanjut dengan keluhan obstruksi atau
tanda metastasis tulang atau organ lain, seperti gejala lesi medula spinalis, nyeri pada
tulang, fraktur patologik, atau hematuria. Kadang metastasis ke tulang pun tidak
memberi keluhan yang jelas. Keganasan prostat sering ditemukan secara kebetulan
pada penderita yang disangka menderita hiperplasia prostat; pada pemeriksaan
patologik ditemukan karsinoma insidental.3

20

2.3.4 Diagnosis
Kecurigaan keganasan prostat biasanya timbul bila ditemukan kelainan
konsistensi yaitu bagian prostat yang keras, nodul, ketidak rataan atau asimetri pada
pemeriksaan colok dubur.3 Kanker prostat dapat dideteksi dengan colok dubur jika
volumenya sudah > 0.2 ml. Jika terdapat kecurigaan dari colok dubur berupa: nodul
keras, asimetrik, berbenjol-benjol, maka kecurigaan tersebut dapat menjadi
indikasi biopsi prostat.6 Diagnosis pasti hanya dengan pemeriksaan patologik.
Sediaan biopsi dapat diperoleh dengan menggunakan jarum biopsi besar secara
transrektal atau transperineal. Cara lain untuk mendapatkan bahan pemeriksaan
patologisitologi adalah biopsi core dengan jarum 18G.3
Selain itu, USG Ttansrektal (TRUS) ditambah dengan pemeriksaan colok dubur,
diharapkan

dapat ditemukan keganasan lebih awal. 3 Pada TRUS dapat dketahui

adanya area hipoekoik (60%) yang merupakan salah satu tanda adanya kanker prostat
dan sekaligus mengetahui adanya ekstensi tumor ke ekstrakapsuler. Selain dengan
tuntunan USG dapat diambil contoh jaringan pada area yang dicurigai keganasan
melalui biopsi aspirasi dengan jarum halus (BAJAH).2 CT Scan dan MRI juga dapat
membantu mendiagnosis keganasan prostat. CT Scan diperiksa jika dicurigai adanya
metastasis pada limfonodi(N) yaitu pada pasien yang menunjukkan skor Gleason
tinggi (>7) atau kadar PSA tinggi. Dibandingkan dengan USG transrektal, MRI lebih
akurat dalam menentukan luas ekstensi tuomr ke ekstrakapsuler atau ke vesikula
seminalis. Bone Scan juga dapat digunakan untuk mencari metastasis hematogen pada
tulang. Meskipun pemeriksaan ini sensitif, tetapi beberapa kelainan tulang juga
memberikan hasil positif palsu.3
Untuk keganasan prostat dikenal petanda tumor, yaitu fosfatase asam prostat
(prostate acid phosphatase,PAP) dan antigen khas prostat (prostate spesific antigen,
PSA) yang sensitifitas dan spesifitasnya tidak terlalu tinggi, tetapi lebih tinggi
dibandingkan PAP. Selain untuk keperluan PSA dapat digunakan untuk mengikuti
perkembangan penyakit atau hasil pengobataN.2,3 Nilai baku PSA di Indonesia saat
ini yang dipakaiadalah 4 ng/ml.6 Pada metastasis tulang biasanya kada fosfatase
asam didarah meningkat.2,3 Delapan belas persen dari seluruh penderita Kanker

21

prostat terdeteksi hanya dari colok dubur saja, dibandingkan dengan kadar PSA.
Penderita dengan kecurigaan pada colok dubur dengan disertai kadar PSA>2 ng/ml
mempunyai nilai prediksi 5-30%.6
2.3.5

Tatalaksana

Tindakan yang dilakukan terhadap pasien kanker prostat tergantung pada stadium,
umur harapan hidup, dan derajat diferensiasinya.2
1. Observasi
Ditujukan untuk pasien dalam stadium T1 dengan umur harapan hidup kurang
dari 10 tahun.
2. Prostatektomi radikal
Pasien yang berada dalam stadium T1-2 N0 M0 adalah cocok untuk dialkukan
prostatektomi radikal yaitu berupa pengangkatan kelenjar prostat bersama
dengan vesikula seminalis.
3. Radiasi
Ditujukan untuk pasien tua atau pasien dengan tumor loko-invasif dan tumor
yang telah mengadakan metastasis. Pemberian radiasi eksterna biasanya
didahului dengan limfadenektomi. Diseksi kelenjar limfe saat ini dapat
dikerjakan melalui bedah laparoskopik disamping operasi terbuka.
4. Terapi hormonal
Ada bermacam-macam cara dan jenis obat untuk terapi hormonal.
Tindakan/Obat
Orkidektomi
Estrogen
LHRH Agonis
Antiandrogen non steroid
Antiandrogen steroid
Blokade androgen total

Mekanisme Kerja
Menghilangkan sumber androgen dari
testis
Anti androgen
Kompetisi dengan LHRH
Menghambat sintesis androgen
Menghilangkan sumber androgen dari
testis maupun dari kelenjar suprarenal

Macam Obat
DES (dietil stillbesterol)
Leuprolide, Buserelin, Goserelin
Ketonazole,
aminoglutetimid,
spironolaktone
Spiroteron asetat
Kombinasi orkidektomi atau
LHRH agonis dengan anti
androgen

Tulang adalah tempat paling sering terjadinya metastasis kanker prostat; kejadian
metastasis kanker ini pad tulang kurang lebih 80%. Metastasis tulang menyebabkan
berbagai morbiditas diantaranya nyeri, kompresi korda spinalis, dan fraktur patologi.
Terapi kanker prostat stadium lanjut termasuk yang telah metstasis ke tulang adalah
ADT (Androgen Deprivation therapy).2 Androgen Deprivation Therapy(ADT)

22

merupakan baku emas terapi kanker prostat lanjut setelah penemuan Huggins dan
Hodges di tahun 1941.Terapi ini dapat berupa kastrasi dengan obat atau pembedahan
(orkhidektomi).Tingkat kastrasi yang diinginkan adalah kadar testosteron < 20ng/dL.
Pemberian Lutenising Hormone Releasing-Hormone(LHRH) agonis seharusnya
disertai pemberian anti-androgen untuk mencegah flareup sedikitnya 14 hari.
Bermacam-macam strategi yang digunakan dalam penggunaan ADT ini, menurut
jenis blokadenya dapat komplit (Complete AndrogenBlokade/CAB) LHRH agonis
ditambah anti-androgen ataupun tunggal(hanya LHRH agonis saja). Menurut lama
waktu pemberian terbagi atas: kontinyu dan intermiten. Menurut awal waktu
pemberian: segera (immediate) atau ditunda (deferred).6
Berdasarkan hasil studi review maupun meta-analisis keuntungan blokade
komplit (CAB) terhadap terapi tunggal hanya < 5%. Pemberian CAB jangka panjang
akan menginduksiterjadinya sel independen androgen, dalam jangka waktu rata-rata 2
tahun.Oleh karena itu disarankan penghentian pemberian obatsecara berkala
(intermiten) yang dibuktikan dari beberapapenelitian penting bahwa hasilnya tidak
berbeda. Pemberian ADT segera akan menurunkan progresi penyakit dankomplikasi
secara bermakna dibandingkan ditunda. Tetapi hal ini tidak meningkatkan cancerspecific survival.6
2.4 Scrotal Mass
Pada pemeriksaan dasar kelainan di dalam skrotum terlebih dahulu harus dijawab
tiga pertanyaan.3
Pertanyaan pertama ialah apakah kelainan jelas terbatas di sebelah atas.
Kelainan yang tidak terbatas di sebelah proksimal biasanya merupakan hernia
inguinalis. Sedangkan bila kelainan jelas terbatas di sebelah atas, pasti terdapat suatu
kelainan struktur di dalam skrotum.3
Pertanyaan kedua ialah apakah kelainan bersifat kistik atau padat. Kistik kecil
kadang tidak menunjukkan fluktuasi, sedangkant tumor padat yang lunak sekali dapat
memberi kesan adanya fluktuasi. Yang menentukan ialah pemeriksaan transluminasi
karena cairan jernih selalu bersifat tembus cahaya.3

23

Pertanyaan ketiga menyangkut letak dan struktur anatomik kelainan yang harus
diperiksa secara palpasi. Skrotum terdiri atas kulit yang membentuk kantung yang
mengandung

funikulus

spermatikus,

epididimis

dan

testis.

Karena

untuk

spermatogenesis testis membutuhkan suhu yang lebih rendah dibandingkan suhu


tubuh. Kulit skrotum tipis sekali tanpa jaringan lemak di subkutis yaitu lapisan isolasi
suhu. Keadaan ini memungkinkan palpasi ketiga struktur di dalam skrotum secara
teliti. 3
Anulus inguinalis selalu dapat diraba di dinding perut bgian bawah. Fukulus
spermaikus dapat ditentukan karena keluar dari anulus ingunalis eksternus. Sebaiknya
pemeriksaan funikulus bilateral sekaligus untuk membandingkan kiri dengan kanan.3
Didalam funikulus dapat diraba vas deferens karena sebagian besar dindingnya
terdiri atas otot. Prosesus vaginalis didalam funikulus pada anak mungkin teraba
seperti lapisan sutera, yang mungkin menjadi tanda diagnostik untuk hernia inguinalis
pada anak. Struktur lain didalam funikulus adalah pembuluh arteri dan vena serta otot
kremaster yang sukar diraba tersendiri, kecuali bila didapatkan bendungan pleksus
pampiniformis yang merupakan varikokel.3
Biasanya diagnosis kelainan skrotum dan isinya dapat ditentukan dengan
anamnesis dan pemecahan ketiga pertanyaan dengan pemeriksaan fisik yang
disebutkan diatas. Emeriksaan penting ialah ultrasonografi untuk menentukan adanya
ruang yang mengandung cairan dan dibatasi struktur padat.3
2.4.1 Varikokel
Definisi
Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pleksus pampiniformis akibat
gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terjadi pada 15%
pria.2
Etiologi
Sampai sekarang belum diketahui penyebab varikokel, tetapi dari pengamatan
bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai pada sebelah kiri karen vena
spermatika interna kiri bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus,

24

sedangkan yang kanan bermuara ke vena kava dengan arah miring. Disamping itu
vena spermatika interna kiri lebih panjang daripada yang kanan dan katupnya lebih
sedikit dan inkompeten.2
Jika terdapat varikokel di sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai
adanya kelainan pada rongga retroperitoneum (obstruksi vena karena tumor), muara
vena spermatika kanan pada vena renalis kanan, atau adanya situs inversus.2
Patofisiologi
Patofisiologi disfungsi testikular oleh varikokel melalui beberapa mekanisme
antara lain refluks metabolit renal, hipertermia, hipoksia, ketidakseimbangan hormon
testikular lokal, dan cedera hiperperfusi intratestikular. Efek toksik varikokel
menyebabkan gangguan perkembangan testis, abnormalitas semen, disfungsi sel
Leydig, dan perubahan histologis (penebalan tubulus, fibrosis interstitial, penurunan
spermatogenesis, berhentinya maturasi).7 Hal ini dikarenakan2:
1. Terjadi stagnasi darah balik pada sirkulasi testis maka akan terjadi hipoksia
testis.
2. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan
prostaglandin), melalui vena spermatika interna ke testis.
3. Peningkatan suhu testis
4. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan, yang
menunjukkan zat-zat hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke
kanan sehingga menyebabkan gangguan spermatogenesis testis kanan dan
pada akhirnya terjadi infertilitas.
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Pasien datang ke dokter dengan keluhan belum mempunyai anak setelah beberapa
tahun menikah atau kadang-kadang mengeluh adanya benjolan diatas testis yang
terasa nyeri serta nyeri pada testis setelah olahraga atau bekerja.2,7 Keluhan lain yaitu
testis terasa berat akibat tekanan yang tinggi di dalam v. Testis yang tidak berkatup
dari muara v.kava inferior atau v. Renalis sampai di testis.3
Untuk menegakkan diagnosis maka dilakukan pemeriksaan dalam posisi berdiri,
dengan memperhatikan keadaan skrotum kemudian dilakukan palpasi. Jika
diperlukan, pasien diminta untuk melakukan manuver valsava atau mengedan. Jika

25

terdapat varikokel, pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan
cacing-cacing didalam kantung yang berada disebelah kranial testis.2,3
Secara klinik, varikokel dibedakan atas 3 derajat:
1. Derajat kecil: varikokel dapat dipalpasi setelah pasien melakukan valsava
manuver
2. Derajat sedang: varikokel dapat dipalpasi tanpa melakukan valsava manuver
3. Derajat berat: varikokel sudah dapat dilihat bentuknya tanpa melakukan
valsava manuver
Terkadang sulit untuk menemukan adanya bentukan varikokel secara klinis
meskipun terdapat tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya varikokel. Untuk itu
pemeriksaan auskultasi dengan memakai stetoskop doppler sangat membantu, karena
alat ini dapat mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada pleksus
pampiniformis. Varikokel yang sulit diraba secara klinis seperti ini disebut varikokel
subklinik.2
Selain itu, perlu diperhatikan konsistensi testis dan ukurannya denga
membanndingkan antara testis kiri dan kanan. Pengukuran volume testis dapat
dilakukan dengan orkidometer. Untuk menilai seberapa jauh varikokel telah
menyebabkan

kerusakan

pada

tubulus

seminiferus

maka

perlu

dilakukan

pemeriksaam analisis semen. Menurut McLeod, hasil analisis semen pada varikokel
menunjukkan pola stress yaitu penurunan motilitas semen, meningkatnya jumlah
sperma muda dan terdapat kelainan bentuk sperma. 2 Diagnosis varikokel dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti venografi, angiografi, thermografi dan
ultrasonografi, akan tetapi pemeriksaan standar saat ini menggunakan USG doppler
resolusi tinggi dengan probe 7- 10 MHz. Ultrasonografi doppler warna
menggambarkan

anatomi

dan

fisiologi

varikokel.

Warna

yang

tampak

menggambarkan aliran darah dan alur varikokel. Karakteristik aliran varikokel


ditandai dengan aliran darah yang terbalik dan waktu mengalir yang lama.7
Terapi
Tindakan yang dapat dilakukan adalah: (1) ligasi tinggi vena spermatika interna
secara Palomo melalui operasi terbuka atau bedah laparoskopi, (2) Varikokelektomi

26

(3) atau secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena
spermatika interna.2
Evaluasi
Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasi terapi dengan melihat beberapa
indikator antara lain: (1) bertambahnya volume testis, (2) perbaikan hasil analisis
semen setiap 3 bulan, (3) pasangan menjadi hamil.2

Gambar 2.8 Varikokel


2.4.2 Hidrokel Testis
Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan diantara lapisan parietalis
dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadsan normal, cairan yang berada didalam
rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik disekitarnya.2
Etiologi
Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya)
pada transluminasi.3

27

Hidrokel terjadi pada bayi baru lahit dapat disebabkan karena belum tertutupnya
secara sempurna prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke
prosessus vaginalis atau belum sempurnanya sistem limfatik didaerah skrotum dalam
melakukan reabsorbsi cairan.2
Pada orang dewasa hidrokel terjadi secara idiopatik dan sekunder. Penyebab
sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang
menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel.
Hidrokel dapat disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor
testis, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis.2,3
Gambaran Klinis dam Diagnosis
Pasien mengeluh ada benjolan pada kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya bejolan dikantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transluminasi. 2 Jika
tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus dicari di sebelah dorsal
karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika vaginalis berada di sebelah
depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang
tunika vaginalis yan membesar. Hidrokel testis mungkin kecil atau mungkin besar
sekali.3
Pada hidrokel yang terinfeksi atau kuli skrotum yang tebal kadang sulit
melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan USG.
Menurut letak kantung hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokel yaitu hidrokel testis, hidrokel funikulus, dan hidrokel komunikan.2
1. Hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga tida teraba. Pada
anamnesis besar kantong tidak berubah sepanjang hari.
2. Hidrokel funikulus
Kantung hidrokel berada di funikulus yaitu diatas testis sehingga pada palpasi
testis dapat diraba dan berada diluar kantong hidrokel. Pada anamnesis besar
kantong tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dan rongga peritoneum sehingga
prosessus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, besar

28

kantong berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis, pada
palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam
rongga abdmen
Terapi
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai umur 1 tahun
dengan harapan setelah prosessus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh tetapi
jika hidrokel tetap ada atau bertambah besar akan dikoreksi.2
Hidrokel dapat dikosongkan dengan pungsi tetapi sering kambuh kembali. Pada
pungsi didapatkan cairan jernih. Indikasi dilakukan operasi adalah hidrokel yang
besar dan dapat menekan pembuluh darah, indikasi kosmetik, hidrokel permagna
yang terasa berat dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada hidrokel kongenital
dilakuakn pendekatan inguinal karena seringkali disertai hernia inguinalis sehingga
dilakukan operasi hidrokel dan herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan
sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel
funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in Toto.2

Gambar 2.9 Hidrokel Testis


2.4.3 Kista Epididimis
Kista epididimis dapat ditemukan di setiap bagian epididimis dan bersifat tembus
cahaya pada transluminasi karena cairannya jernih. Biasanya kista ini berbenjol dan
agak tegang sehingga sukar menentukan fluktuasinya. Kista lain di epididimis
merupakan spermatokel. Kista ini biasanya bulat, agak lunak, dan kurang translusen
karena isinya agak keruh. Testis yang mengalami anteversi dengan hidrokel sukar

29

dibedakan dari kista epididimis merupakan masalah akademik yang mungkin


dipecahkan melalui ultrasonografi.3

Gambar 2.10 Kista Epididimis


2.4.4 Epididimitis
Definisi
Epididimitis adalah reaksi inflamasi yang terjadi pada epididimis yang dapat
bersifat akut maupun kronis.2
Patogenesis
Banyak penyebab dari epididimitis yaitu infeksi yang berada didalam buli-buli
prostat atau uretra secara ascending menjala ke epididimis. Refluks urine melalui
duktus ejakulatorius, penyebaran bakteri secara hematogen atau langsung ke
epididimtis seperti pada penyebaran kuman tuberkulosis. Mikroba penyebab infeksi
pada pria dewasa muda (<35 tahun) yaitu Chlamidia trachomatis atau Nesisseria
gonorrhoeae. Sedangkan apda anak-anak atau orang tua yaitu E. Coli atau
Ureaplasma ureaitycum.2

Gambaran Klinis dan Diagnosis


Pasien datang dengan keluhan yang hampir sama dengan torsio testis. Pasien
mengeluh yaitu nyeri mendadak oada daerah skrotum, diikuti bengkak pada kauda
hingga kaput epididimis dan ada demam, malaise, nyeri dirasakan hingga ke
pinggang.2

30

Pemeriksaan fisik menunjukkan pembngkaka hemiskrotum dan kadang kala pada


palpasi sulit memisahkan epididimis dengan testis. Dapat disertai hidrokel sekunder.
Gejala klinis epididimitis akut sulit dibedakan dengan torsio testis pada usia 10-20
tahun. Pada epididimitis akut jika dilakukan elevasi testis, nyeri berkurang.2
Pemeriksaan urinalisis dan darah lengkap dapat membuktikan adanya proses
inflamasi. Pemeriksaan dengan USG Doppler dan stetoskop Doppler dapat
mendeteksi peningkatan aliran darah di daerah epididimis.2
Terapi
Pemberian antibiotik tergantung pada kuman penyebab. Pada pasien berusia < 35
tahun dapat diberikan amoksisilin dengan disertai probenesid atau ceftriaxon
intravena. Selanjutnya diteruskan dengan pemberian doksisiklin atau eritromisisn per
oral selama 10 hari. Sebagai terapi simtomatis maka untuk menghilangkan nyeri
dapat dianjurkan memakai celana ketat agar testis terangkat, mengurangi aktivitas
atau pemberian anastesi lokal atau topikal. Untuk mengurangi bengkak dapat
diberikan kompres es. Terapi diberikan untuk menghilangkan nyeri dalam beberapa
hari akan tetapi pembengkakan akan sembuh setelah 4-6 minggu dan indurasi pada
epididimis akan bertahan sampai beberapa bulan.2
2.4.6 Torsio Testis
Torsio testis terjadi pada anak dengan insersi tunika vaginalis tinggi di funikulus
spermatikus sehingga funikulus dengan testis dapat terpuntir didalam tunika
vaginalis. Akibat puntiran tangkai, terjadi gangguan pendarahan testis mulai dari
bendungan vena sampai iskemia yang menyebabkan gangre, keadaan insersi tinggi
tunika vaginalis di funikulus biasanya gambarkan sebagai lonceng dengan bandul
yang memutar dan mengalami nekrosis dan gangren.3
Kadang torsio dicetuskan oleh cedera olahraga. Biasanya nyeri testis hebat timbul
tiba-tiba yang sering disertai nyeri perut dalam serta mual atau muntah. Nyeri perut
selalu ada karena berdasarkan pendarahan dan persarafanny, testis tetap merupakan
organ perut. Pada permulaan testis teraba agak bengkak dengan nyeri tekan dan
terletak agak tinggi di skrotum dengan funikulus yang juga bengkak. Akhirnya kulit
skrotum tampak udem dan menjadi merah sehingga menyuitkan palpasi dan kelainan

31

ini sukar diberdakan dengan epididmitis akut. Diagnosis bandingnya adalah semua
keadaan darurat dan akut di daalm skrotum seperti hernia inkarserata, orkitis akut,
epididimitis akut dan torsio hidatid morgagni.3
Torsio Morgagni
Gejala dan tanda torsio hidatid Morgagni tidak begitu hebat dan dominan
daibandingkan torsio testis. Untuk menegakkan diagnosis, kadang dibutuhkan operasi
walaupun torsio Morgagni sebenarnya tidak perlu dibedah.3

Gambar 2.11 Torsio Testis

BAB III
KESIMPULAN
Organ sistem reproduksi pria terdiri atas testis, duktus (epididimis, duktus
deferens, duktus ejakulatorius, dan uretra), kelenjar aseksorius (vesikula seminalis,
prostat dan kelenjar bulbouretral) dan beberapa struktur pendukung lainnya seperti
skrotum dan penis.1
Benign Hyperplasia Prostat adalah kelainan berupa hiperplasia kelenjar
periurethral yang mendesak jaringan prostat asli ke perifer menjadi simpai bedah.
Adapun gejala klinis pada pasien BPH terdiri atas gejala obstruktif dan iritatif.
Penegakan diagnosis ditentukan melalui anamnesis untuk mencari gejala dan tanda
obstruksi atau iritasi serta menggunakan International Prostatic Symptom Score
(IPSS), pemeriksaan fisik, salah satunya adalah pemeriksaan fisk abdomen dan Rectal

32

Touche/Colok dubur, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan laboratorium, dan


pemeriksaan pencitraan yaitu BNO dan pielografi intravena. Diagnosis banding dari
BPH, yaitu: BPH, kelainan buli-buli neurologik, kekakuan leher kandung kemih
(fibrosis), karsinoma prostat, uretralitiasis, uretristis akut atau kronik, dan striktur
uretra.3 Untuk tatalaksana BPH ialah Watchful waiting ialah terapi yang digunakan
untuk pasien dengan skor IPSS 8, yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggun
aktivitas sehari-hari, Medikamentosa ialah terapi yang diberikan pada pasien dengan
skor IPSS 8 atau keluhan mengganggu aktivitas berupa Penghambat reseptor
adrenergik-a,Penghambat 5 a-reduktase, Fitofarmaka dan pembedahan. 2,3,4
Karsinoma prostat merupakan keganasan saluran kemih kedua paling sering
dijumpai sesudah keganasan kandung kemih.3 Tumor ini menyerang pasien yang
berusia 50 tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada
usia lebih dari 80 tahun.Kanker ini jarang menyerang pria berusia sebelum berusia 45
tahun.2 Akan tetapi, hanya 10% dari mereka yang berkembang sampai stadium klinis.3
Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya adenokarsinoma prostat
adalah: (1) predisposisi genetik, (2) pengaruh hormonal, (3) diet, (4) pengaruh
lingkungan, dan (5) infeksi.2 Kecurigaan akan meningkat dengan adanya gejala lain
seperti: nyeri tulang, fraktur patologis ataupun penekanan sumsum tulang. Untuk itu
dianjurkan pemeriksaan PSA usia 50 tahun, sedangkan yang mempunyai riwayat
keluarga dianjurkan untuk pemeriksaan PSA lebih awal yaitu 40 tahun. 6 Penegakan
diagnosis dapat ditentukan melalui pemeriksaan colok dubur, pemeriksaan patologik,
USG Ttansrektal (TRUS), peningakan fosfatase asam prostat (prostate acid
phosphatase, PAP) dan antigen khas prostat (prostate spesific antigen, PSA). 2,3
Tindakan yang dilakukan terhadap pasien kanker prostat tergantung pada stadium,
umur harapan hidup, dan derajat diferensiasinya,yaitu Observasi, Prostatektomi
radikal, Radiasi, dan Terapi hormonal.2,3
Scrotal mass merupakan kelainan pada skrotum dan isinya. Scrotal mass dapat
berupa Varikokel, Hidrokel Testis, Kista Epididimis, Epididimitis, Orkitis Luetika dan
Torsio Testis.2,3

33

34

Anda mungkin juga menyukai