Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU BEDAH REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2019


UNIVERSITAS TADULAKO

TUMOR JINAK TULANG

DISUSUN OLEH:
WAHYUNI TASLIM
N 111 17 087

PEMBIMBING:
dr. Muh. Ardi Munir, M.Kes, Sp.OT, FICS, MH

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
BAB I

PENDAHULUAN

Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem musculoskeletal yang bersifat


neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan, sedangkan setiap
pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma. Tumor dapat bersifat
jinak atau ganas. Tumor ganas dapat bersifat primer yang berasal dari unsur-unsur
tulang itu sendiri atau sekunder dari meatastasis (infiltrasi) terutama umor-tumor
ganas organ lain ke dalam tulang.
Insiden terjadinya dari seluruh tumor tulang primer : 65,8% bersifat jinak dan
34,2% bersifat ganas, ini berarti dari setiap tiga tumor tulang terdapat satu yang
bersifat ganas. Tumor ganas tulang menempati urutan kesebelas dari seluruh
tumor ganas yang ada dan hanya 1,5% dari seluruh tumor ganas organ.
Perbandingan insiden tumor tulang pada pria dan wanita adalah sama. Tumor
jinak tulang primer yang paling sering ditemukan adalah osteoma (39,3%),
osteokondromo (32,5%), kondroma (9,8%) dan sisanya adalah tumor tulang jinak
yang lain. Osteogenik sarkom (48,8%) merupakan tumor ganas primer tulang
yang paling sering ditermukan, diikuti giant cell tumor (17,5%), kondrosarkomo
(10%) dan sisanya adalah tumor tulang ganas yang lain.
Tumor- tumor tulang primer dapat jinak atau ganas, tumor yang jinak lebih
sering terjadi, tetapi tumor – tumor yang ganas seringkali berakibat fatal. Tumor
tumor ganas cenderung tumbuh cepat, menyebar dan menginvasi secara tidak
beraturan. Tumor tumor semacam ini paling sering terlihat pada anak anak remaja
dan dewasa muda.
Berikut penjelasan tentang Tumor Jinak Tulang mengenai definisi,
etiologi, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumor Tulang
2.1.1 Definisi
Tumor tulang merupakan kelainan pada system muskuloskeletal
yang bersifat neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti
benjolan. Sedangkan setiap pertumbuhan yang baru dan abnormal
disebut neoplasma.
Tumor adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif dimana
sel-selnya tidak pernah menjadi dewasa. Tumor tulang primer
merupakan tumor tulang dimana sel tumornya berasal dari sel-sel yang
membentuk jaringan tulang, sedangkan tumor tulang sekunder adalah
anak sebar tumor ganas organ non tulang yang bermetastasis ke tulang.
2.1.2 Epedemiologi
Insiden terjadinya dari seluruh tumor tulang primer : 65,8% bersifat
jinak dan 34,2% bersifat ganas, ini berarti dari setiap tiga tumor tulang
terdapat satu yang bersifat ganas. Tumor ganas tulang menempati
urutan kesebelas dari seluruh tumor ganas yang ada dan hanya 1,5%
dari seluruh tumor ganas organ. Perbandingan insiden tumor tulang
pada pria dan wanita adalah sama. Tumor jinak tulang primer yang
paling sering ditemukan adalah osteoma (39,3%), osteokondromo
(32,5%), kondroma (9,8%) dan sisanya adalah tumor tulang jinak yang
lain.Osteogenik sarkom (48,8%) merupakan tumor ganas primer tulang
yang paling sering ditermukan, diikuti giant cell tumor (17,5%),
kondrosarkomo (10%) dan sisanya adalah tumor tulang ganas yang lain.
2.1.3 Etiologi
Tumor tulang sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa
penyebabnya. Penyebab pasti dari tumor tulang pada anak belum
diketahui secara pasti. Tetapi ada beberapa faktor pencetus yang bisa
menyebabkan terjadinya tumor tulang, diantaranya:-1
 biasanya berhubungan dengan penyakit paget
 adanya terapi radiasi pada penyakit lain
 Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
 Keturunan, Contoh faktor genetika yang dapat meningkatkan resiko
kanker tulang adalah:
1. Multiple exostoses
2. Rothmund-Thomson sindrom
3. Retinoblastoma genetik
4. Li-Fraumeni sindrom
 Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit
paget (akibat pajanan radiasi ).

2.1.4 Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi
oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon
osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon
osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang
lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi,
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

Faktor resiko: keturunan, radiasi, tidak diketahui pasti



Etologi

Adanya tumor tulang

Jaringan lunak diinvasi oleh tumor

Reaksi tulang normal

Osteolitik (destruksi tulang), Osteoblastik (pembentukan tulang).

Pertumbuhan tulang yang abortif

Gambar 1. Skema Patofisiologi Tumor Tulang


2.1.5 Gambaran Klinis Tumor Tulang
Penderita dengan tumor primer tulang umumnya datang dengan
pembengkakan, nyeri yang seringnya dirasakan lebih sakit pada malam
hari tanpa adanya aktivitas dari tulang, atau patah tulang patologik.
Sering pada diagnosis pertama disangka distorsi atau cedera olahraga
karena sering didapat riwayat trauma lokal pada neoplasma
musculoskeletal. Tapi gejala-gejala umum seperti: penurunan berat
badan, demam, keringat malam, malaise, biasanya tidak ditemukan.
Pertumbuhan neoplasma jinak yang lambat jarang menimbulkan
gejala. Nyeri merupakan gejala yang sering dikeluhkan pada neoplasma
ganas yang bertumbuh cepat. Mula-mula nyeri hanya sedang saja dan
hilang timbul tetapi akhirnya menjadi progresif, difus, dan terus-
menerus. Nyeri umumnya karena tekanan pada periost dan endosteum
yang sensitif. Nyeri hebat dan tiba-tiba biasanya disebabkan oleh
fraktur patologis. Pembengkakan lokal dapat diketahui apabila kelainan
telah menembus batas tulang. Pembengkakan dari kelainan jinak
biasanya menetap dan tidak nyeri kecuali pada osteoma osteoid.
2.1.6 Diagnosis
Untuk menetapkan diagnosis Tumor Tulang, dibutuhkan beberapa
hal yaitu :
A. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui riwayat penderita,
apakah sebelumnya sudah ada riwayat kelainan (bawaan) atau
trauma. Faktor yang dipertimbangkan untuk anamnesis ini antara
lain: umur, lama dan perkembangan tumor, nyeri, serta
pembengkakan. Nyeri menjadi keluhan utama bagi penderita tumor
ganas, karena menjadi indikator adanya ekspansi tumor yang cepat
dan terjadi penekanan pada jaringan disekitarnya, perdarahan atau
degenerasi.
B. Pemeriksaan Fisik
 Lokasi
Beberapa jenis tumor mempunyai lokasi yang klasik dan
tempat tempat predileksi tertentu seperti didaerah epifisis,
metafisis tulang atau menyerang tulang tulang tertentu
misalnya osteoma pada daerah tengkorak, osteogenik sarkoma
pada daerah metafisis, osteoblatoma pada daerah vertebra.
 Besar, bentuk, batas dan sifat tumor.
Tumor yang kecil kemudian suatu tumorjinak, sedangkan
tumor yang besar kemungkinan adalah tumor ganas, penting
pula diperhatikan bentuk tumor apakah disertai pelebaran
pembuluh darah atau ulkus yang merupakan karateristik suatu
tumor ganas, tanda tanda efusi sendi mungkin dapat ditemukan
pada tumor yang berdekatandengan sendi.
 Gangguan pergerakan sendi
Pada tumor yang besar disekitar sendi akan memberikan
gangguan pada pergerakan sendi.
 Spasme otot dan kekakuan tulang belakang.
Apabila tumor terdapat pada tulang belakang, baik jinak
atau ganas, dapat memberikan spasme atau kekakuan otot tulang
belakang.
 Fraktur patologis
Beberapa tumor ganas dapat memberikan komplikasi
fraktur oleh karena terjadi kerapuhan pada tulang sehingga
penderita akan datang dengan gejala fraktur.
 Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan ini dilakukan secara cermat bila ada keluhan
dari penderita untuk menentukanapakah gangguan diakibatkan
penekanan tumor pada saraf tertentu.
C. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Radiologi
1. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran tentang:
 Tumor jinak berbatas tegas dan korteks selalu utuh
 Batas tumor ganas biasanya kurang jelas atau samar
 Umumnya terlihat pembentukan tulang baru
 Lokalisasi pada tulang vertebra :
a. jinak : osteoma osteoid, osteoblastoma, atau
hemangioma
b. ganas: metastasis atau mieloma
- Lokalisasi pada tulang pipih seperti pelvis atau
skapula
c. metastasis, mieloma, atau kondrosarkoma
- Lokalisasi pada tulang panjang:
d. epifisis: kondrosarkoma atau tumor sel raksasa
e. metafisis : osteosarkoma
f. diafisis : metastasis atau tumor Ewing
2. Radionuklida scanning
3. CT Scan
4. MRI
 Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan darah meliputi : LED, Hb, serum alkali


fosfatase, serum elektroforesis protein
2. Pemeriksaan urine : yang penting adalah pemeriksaan
protein Bence Jones.
 Pemeriksaan Biopsi
Tujuan untuk memperoleh material yang cukup untuk
pemeriksaan histologis, untuk membantu menentapkan
diagnosisi serta staging tumor.Waktu pelaksanaan biopsi sangat
penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologis
yang dipergunakan pada staging. Dikenal dua metode
pemeriksaan biopsi yaitu secara tertutup dan secara terbuka.
Biopsi tertutup dilakukan dengan menggunakan jarum halus
(fine nidle aspiration biopsi) untuk melakukan stadiodiagnosis,
merupakan salah satu cara biopsi untuk melakukan diagnosa
pada tumor. Metode biopsi melalui tindakan operatif. Biopsi
dapat dilakukan dengan cara yaitu biopsy insisional yang
dilakukan melalui pengambilan sebagian jaringan tumor dan
biopsi eksisional yang dilakukan dengan mengeluarkan seluruh
tumor baik dengan hanya seluruh jaringan atau dikeluarkan
bersama sama dengan amputasi.
2.1.7 Penatalaksanaan

Eksisi tumor dengan cara operasi dapat dilakukan dengan beberapa


tehnik :

1. Intralesional atau intrakapsuler


Tehnik ini dilakukan dengan cara eksisi/kuretase tumor, tidak
dianjurkan pada tumor ganas dan biasanya dilakukan pada kelompok
tumor low grade tumor, misalnya giant cell tumor.
2. Eksisi marginal
Eksisi marginal adalah pengeluaran tumor di luar dari kapsulnya.
Tehnik ini terutama dilakukan pada tumor jinak atau tumor ganas
jenis low grade malignancy
3. Eksisi luas (eksisi en block)
Pada eksisi luas, tumor dikeluarkan secara utuh disertai jaringan di
sekitar tumor yang berupa pseudokapsul atau jaringan yang bereaksi
di luar tumor. Tindakan eksisi luas dilakukan pada tumor ganas dan
biasanya dikombinasi dengan pemberian kemoterapi atau radioterapi
pada pre/pasca operasi.
4. Operasi radikal
Operasi radikal dilakukan seperti pada eksisi luas dan ditambah
dengan pengeluaran seluruh tulang serta sendi dan jaringan sebagai
satu bagian yang utuh. Cara ini biasanya berupa amputasi anggota
gerak diatasnya dan disertai pengeluaran sendi di atasnya.
2.1.7 Klasifikasi Tumor Tulang
Klasifikasi menurut WHO ditetapkan berdasarkan atas kriteria
histologis, jenis diferensiasi sel sel tumor yang diperlihatkan dan jenis
intraseluler matriks yang diproduksi.Dalam hal ini dipertimbangkan
sifat sifat tumor asal usul sel serta pemeriksaan histologis menetapkan
jenis tumor bersifat jinak atau ganas.Sel sel dari muskuloskeletal
berasal dari mesoderm tapi kemudian berdeferensiasi memjadi beberapa
sel osteoklas, kondroblas, fibroblas dan mieloblas.Oleh karena itu
sebaiknya klasifikasi tumor tulang berdasarkan atas sel, yaitu bersifat
osteogenik, kondrogenik atau mielogenik, meskipun demikian terdapat
kelompok yang tidak termasuk dalam kelompk tumor yaitu kelainan
reaktif (reaktif bone) atau harmatoma yang sebenarnya berpotensi
menjadi ganas.
Klasifikasi tumor tulang dan jaringan lunak (WHO 1972)

Asal Sel Jinak Ganas


Jaringan Osteoma Osteosarkoma
tulang(Osteogenik) Osteoid osteoma Parosteal osteosarkoma
Osteoblastoma
Jaringan tulang rawan Kondroma Kondrosarkoma
(Kondrogenik) Osteokondroma Kondrosarkoma juksta
Kondroblastoma kortikal
Fibroma kondromiksoid
Giant Cell Tumor --- Osteoklastoma
Sumsum tulang Sarkoma Ewing
(Mielogenik) --- Limfosarkoma
Reticulosarkoma
Multiple myeloma
Vaskuler Hemangioma
Limfagioma
Tumor glomus Angiosarkoma
Intermediate :
Hemangioma-
endotelioma
Hemangioma-perisitoma
Jaringan ikat Fibroma desmoplastik Fibrosarkoma
Lipoma Liposarkoma
Mesenkimoma ganas
Sarkoma tak
berdiferensiasi
Tumor lain Neurilemoma Kordoma
Neurofibroma Adamantinoma
Tumor tanpa klasifikasi Kista soliter
Kista aneurisma
Kista juksta-artikuler
Defek metafisis Tumor ganas akibat
Granuloma eosinofil metastasis
Displasia fibrosa
Miositis osifikans
Tumor brown
Hiperparatiroidisme

Klasifikasi keganasan didasarkan luas penyebaran menurut TNM,


yaitu penyebaran setempat dan metastasis. Selain itu, ditentukan
derajat keganasan sel secara histologik berdasarkan derajat diferensiasi
sel, aktivitas mitosis, dan kecepatan perkembangan gambaran klinis.

Klasifikasi TNM
T – Tumor primer

Tx - Tumor primer tidak dapat dinilai


T0 - Tidak ada tumor primer

T1 - Tumor terbatas dalam periosteum

T2 - Tumor menembus periosteum

T3 - Tumor masuk organ atau struktur sekitar tulang

N – Kelenjar limfe regional

N0 - Tidak ditemukan tumor di kelenjar limfe

N1 - Tumor di kelenjar limfe regional

M – Metastasis jauh

Mx - Metastasis jauh tidak dapat dinilai

M0 - tidak ada metastasis jauh

M1 - terdapat metastasis jauh


2.2 Tumor Jinak Tulang
Tumor jinak adalah suatu pertumbuhan baru jaringan yang sifatnya
terlokalisasi dan tidak memiliki kemampuan untuk menginfiltrasi,
menginvasi, atau menyebar, ke tempat lain.
Tumor Tulang Jinak (Benigna Bone Tumor) adalah pertumbuhan abnormal
pada sel-sel di dalam tulang yang kemungkinannya benigna (non kanker) atau
tumor jinak (benigna) tidak menyerang dan menghancurkan
tissue (sekumpulan sel terinterkoneksi yang membentuk fungsi serupa dalam
suatu organisme) yang berdekatan, tetapi mampu tumbuh membesar secara
lokal. Biasanya setelah dilakukan operasi pengangkatan (tumor jinak), tumor
jenis ini tidak akan muncul lagi.
Dari sekian banyak klasifikasi dari teumor jinak tulang, yang paling
banyak ditemukan antara lain :
1. Tumor asal jaringan tulang (Osteogenik):
 Osteoma
 Osteoid osteoma
 Osteoblastoma .
2. Tumor asal jaringan tulang rawan (Kondrogenik):
 Osteokondroma
 Enkondroma
 Kondroblastoma
2.2.1 Osteoma
Klinis :
Tumor jinak yang paling sering ditemukan (39,3%) dari seluruh
tumor jinak tulang. Terutama pada usia 20-40 tahun. Bentuk kecil
tetapi dapat menjadi besar tanpa menimbulkan gejala yang spesifik.

Lokasi :
Kelainan ini ditemukan pada tulang tengkorak seperti maxila,
madibula, palatum, sinus paranasal, dan dapat pula pada tulang-tulang
panjang seperti tibia, femur, dan falangs.
Pemeriksaan radiologis :
Pada foto rontgen osteoma berbentuk bulat dengan batas tegas
tanpa adanya destruksi tulang. Pada pandangan tangensial osteoma
terlihat seperti kubah.

Patologi
Dapat ditemukan lesi pada tulang kompak (compact osteoma)
dengan sistem Harvers atau trabekula tulang dengan sumsumnya
disebut spongiosteoma. Strukturnya terdiri atas jaringan tulang
dewasa yang didominasi oleh struktur struktur lamelar dengan
pertumbuhan yang sangat lambat. Osteoma yang berlokasi pada
tulang panjang biasanya bersifat multipel dan merupakan bagian dari
sindroma Gardner.

Sediaan terdiri dari jaringan osteoblastik dengan pembentukan


trbekula kecil dan jaringan osteoid (jaringan tulang yang belum
mengalami kalsifikasi).
Pengobatan :
Bila osteoma kecil dan tidak memberikan keluhan tidak perlu
tindakan khusus. Bila besar menimbulkan gangguan kosmetik dan
terdapat penekanan ke jaringan sekitar sebaiknya dilakukan eksisi.
2.2.2 Osteoid Osteoma
Klinis
Osteoid osteoma adalah tumor jinak, jarang ditemukan (1,8%),
terutama pada umur 10 – 25 tahun. Tumor ini lebih sering pada laki
laki dari pada wanita dengan perbandingan 2:1. Gejala yang paling
menonjol adalah nyeri pada suatu daerah tertentu dan menghilang
dengan
pemberian salisilat.
Lokasi : Dapat mengenai semua tulang, tetapi biasanya pada tulang
panjang seperti Femur dan Tibia.
Radiologi : Tampak sebagai daerah nidus radiolusen yang dikelilingi
oleh pinggir sklerotik. Lesi terletak di bagian tengah dari garis tulang.
Ukuran lesi tidak lebih dari 1-2 cm.
Gambaran X-Ray polos

Nidus radiolusen dikelilingi skelerosis , periosteal jinak


menyebabkan penebalan korteks

Osteoid osteoma pada tulang femur


Osteoid osteoma pada distal humerus fosa olekranon

Osteoid osteoma pada tulang tibia

Patologi :
Kelainan terdiri atas jaringan seluler dengan tingkat vaskularisasi
yang tinggi dan jaringan tulang yang belum matang serta jaringan
osteoid.

Tampak banyak osteoid,osteoblast, fibroblas dan pembuluh darah


Terapi :
Operatif, dengan melakukan eksisi lengkap daripada seluruh
jaringan nidus disertai eksisi sebagian tulang. Setelah itu evaluasi
dengan pemeriksaan Ro perlu dilakukan untuk menilai apakah eksisi
yang dilakukan akurat.

2.2.3 Osteoblastoma (Osteoid Osteoma Raksasa)


Klinis
Tumor ini seperti osteoid osteoma ditemukan pada dewasa muda
dan lebih sering pada laki laki daripada wanita. Gejala nyeri yang
ditemukan lebih ringan dibanding osteoid osteoma dan lebih jarang
terjadi. Kelainan ini hanya merupakan 2,5% dari seluruh tumor jinak.
Lokasi
Osteoblatoma terutama ditemukan pada os vertebra dan tulang
tulang pendek lainnya seperti os ilium, costa, os phalanx dan os tarsal.
Pemeriksaan radiologis
Osteoblastoma dapat terlihat sama dengan osteoid osteoma,
meskipun terdapat perbedaan ukuran diameter (≥ 1,5-2 cm) yang
disebut dengan giant osteoid osteoma. Tipe ini kadang-kadang
menunjukkan sclerosis, tetapi kurang reaktif dibandingkan dengan
osteoid osteoma. Akan tetapi reaksi periosteal tampak lebih menonjol.
Terlihat adanya daerah osteolitik dengan batas batas yang jelas serta
adanya bintik bintik kalsifikasi.

Pada foto polos akan terlihat lesi osteolitik dengan pinggiran yang
sklerotik (Nielsen,2017), biasanya diameter berkisar antara 2-5 cm
dan dapat lebih besar lagi. Lesi pada umumnya terletak di central
namun dapat juga eksentrik atau periosteal (Jonathan,2018).
Patologi : Gambaran histologinya adalah mirip dengan osteid
osteoma, tetapi perangainya lebih agresif, dengan ukuran lebih besar
dari 2 cm. Gambaran histopatologi pada osteoblastoma akan didapati
tulang yang belum dewasa (callus )dan osteoid di dalam stroma
fibrovaskular yang banyak. Gambaran histopatologi pada
osteoblastostoma sama dengan gambaran histopatologi pada osteoid
osteoma.
Terapi
Pengobatan yang dilakukan adalah eksisi tumor, kemudian rongga
yang terjadi diisi dengan tulang dari tempat lain (bone graft)
2.2.4 Osteokondroma
Klinis
Merupakan tumor jinak tersering kedua (32,5%) dari seluruh tumor
jinak tulang. Terutama ditemukan pada remaja yang pertumbuhannya
aktif dan pada semasa muda. Gejala nyeri terjadi bila terdapat
penekanan pada bursa atau jaringan lunak sekitarnya. Benjolan yang
keras dapat ditemukan pada daerah sekitar lesi.

Lokasi
Biasanya pada daerah metafisis tulang panjang khususnya femur
distal, tibia proksimal dan humerus proksimal. Osteokondroma juga
bisa ditemukan pada tulang scapula dan ilium. Tumor bersifat soliter
dengan dasar lebar atau kecil seperti tangkai dan bila multiple dikenal
sebagai diafisial aklasia (eksostosis herediter multiple) yang bersifat
herediter dan diturunkan secara dominan gen mutan.

Radiologis :

Ditemukan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai


eksostosis yang muncul dari metafisis tetapi yang terlihat lebih kecil
disbanding dengan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik oleh
karena sebagian besar tumor ini diliputi oleh tulang rawan. Tumor
dapat bersifat tunggal atau multiple tergantung dari jenisnya.

Penonjolan seperti bunga kol (cauliflower) dengan komponen


kondrosit sebagai bunga dan komponen osteosit sebagai tangkai
Patologi :
Ditemukan adanya tulang rawan hialin di daerah sekitar tumor dan
terdapat eksostosis yang berbentuk tiang di dalamnya. Lesi yang
besar dapat berbentuk gambaran bunga kol dengan degenerasi dan
kalsifikasi di tengahnya.
Terapi :
Apabila terdapat gejala penekanan pada jaringan lunak misalnya
pada pembuluh darah atau saraf sekitarnya atau tumor tiba-tiba
membesar disertai rasa nyeri maka diperlukan tindakan operasi
secepatnya, terutama bila hal ini terjadi pada orang dewasa.

2.2.5 Kondroma/Enkondroma
Klinis
Kondroma (disebut juga enkodroma) merupakan tumor jinak
tulang dengan frekuensi 9,8 % dan seluruh tumor jinak tulang,
Sebagian ahli menganggap tumor itu sebagai suatu hamartoma.
Tumor jinak ini didapat pada dewasa muda dan tidak mengakibatkan
keluhan sakit/nyeri.
Lokasi
Lokasi terutama pada tulang tangan,kaki,iga, dan tulang-tulang
panjang. Bersifat soliter tapi dapat juga multiple sebagai
enkonromatosis yang bersifat kongenital.

Radiologi
Gambaran radiologik memperlihatkan adanya daerah radiolusen
yang bersifat sentral (enkondroma) antara metafisis dan diafisis.
Mungkin ditemukan sedikit ekspansi dari tulang. Pada tulang yang
matur dapat ditemukan adanya bintik-bintik kalsifikasi pada daerah
lusen.
Patologi
Pembentukan tulang rawan matur tanpa tanda-tanda pleomorf,
mitosis atau gejala keganasan lainnya. Sering ditemukan perubahan
miksoid pada jaringan Enchondromatosis adalah bentuk multiple
daripada enchondroma disebut juga sebagai ollier’s disease. Bila
enchondromatosis disertai dengan adanya multiple hemangioma di
jaringan lunak disebut sebagai Mafucci Syndrome. Perubahan kearah
keganasan pada enkondromatosis (enkondroma multiple) lebih sering
dari pada enkondroma soliter.Tanda tanda keganasan biasanya terjadi
setelah umur 30 tahun dengan gejala gejala berupa nyeri, pembesaran
tumor yang tiba tiba dan erosi korteks tulang.

Histopatologi enkondrma
Terapi
Pengobatan tidak selalu diperlukan, apabila tumor bertambah bear
atau ditemukan adanya fraktur patologis maka tumor sebaiknya
dikeluarkan melalui kuretase kemudian diisi dengan jaringan tulang
dari tempat lain (bone graft).
Prognosis
Ada kemungkinan terjadi degenerasi maligna terutama bila tumor
didapat pada tulang panjang besar atau di pelvis sebesar kurang lebih
20-25%. Dicurigai perubahan ke arah ganas bila tumornya terasa
sakit, lebih sering pada enkondromatosis daripada enkondroma soliter.

2.2.6 Kondrobalstoma
Klinis
Merupakan tulang jinak yang jarang ditemukan dan sering pada
umur 10-25 tahun, beberapa penulis menyatakan lebih sering
ditemukan pada laki-laki daripada wanita. Pertumbuhan tumor ini
sangat lambat. Gejala nyeri merupakan gejala gejala yang utama
khususnya pada sendi. Ada penulis yang menganggap bahwa 50%
dari tumor ini dapat menjadi ganas.
Lokasi
Kondromablastoma jinak berasal dari daerah epifisis dan
berkembang ke arah metafisis. Tumor terutama ditemukan pada tulang
panjang, terutama epifisis tibia proksimal, femur distal dan humerus
proksimal
Radiologis
Pada foto Rontgen plain terlihat rekfaksi yang jelas pada tulang
kanselosa yang dapat melebar di luar dari daerah garis epifisis.
Bentuknya eksentrik dengan korteks yang tipis tetapi penetrasi keluar
jarang terjadi. Batas-batas tumor bersifat ireguler, tidak tegas disertai
dengan bintik-bintik kalsifikasi sebagai gambaran adanya deposisi
kalsium.
Kondroblastoma : tampak bayangan radiolusen pada epifisis tibia
bagian lateral yang meluas ke metafisis
Patologi
Gambaran patologi ditandai dengan gejala-gejala karakteristik dari
sel-sel yang banyak dan bersifat tidak berdiferensiasi dengan sel-sel
yang bulat atau poligonal dari sel-sel yang menyerupai kondroblas
dengan sel-sel raksasa inti banyak dari sel osteoklas yang diatur secara
sendiri-sendiri atau kelompok. Hanya ditemukan sedikit jaringan
seluler dari jaringan matriks tulang rawan yang disertai dengan
kalsifikasi fokal dan jaringan retikulin.

Tampak sel tidak beriferensi, sel bulat atau poligonal menyerupai


kondroblas, sel raksasa berinti banyak dari sel osteoklas
Pengobatan yang biasanya dilakukan berupa kuretase diikuti bone
graft.
BAB III
KESIMPULAN
 Tumor tulang merupakan kelainan pada tulang yang bersifat neoplastik.
Dengan istilah lain “Tumor Tulang” adalah pertumbuhan abnormal pada
tulang yang bisa jinak atau ganas.
 Klasifikasi neoplasma tulang berdasarkan asal sel, yaitu: primer
(osteogenik, kondrogenik, fibrogenik, mielogenik, tumor asal vaskuler,
tumor tulang lainnya) dan sekunder/metastatik (tumor yang berasal dari
organ lain yang menyebar ke tulang).
 Untuk menetapkan diagnosis tumor tulang diperlukan beberapa hal, yaitu:
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, pemeriksaan
radiologis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan biopsi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

2. Nielsen and Rosenberg. 2017. Diagnostic Pathology Bone. 2nd


edition.Philadelphia :Elsevier. Page: 22-29
3. Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis

Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC

4. Rasjad, Choiruddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar :

Bintang Lamimpatue

5. Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Badan Penerbit FK

UI.

6. Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.

Jakarta : EGC

7. Otto, Shirley E. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC

8. Ortmann,Fred. 2016. Osteoblastoma. Diunduh dari:

http://reference.medscape.com/. [Diakses Tanggal : 01 Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai