Anda di halaman 1dari 21

Oktober 2020

“POSBINDU LANSIA”
Masa covid-19
PUSKESMAS MABELOPURA

OLEH :

Nama : dr. Hendra Saleh


PKM : MABELOPURA
Pembimbing : dr. Rossalin Tresnawaty L
dr. Suharia Hafid

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


UPTD PUSKESMAS MABELOPURA
PALU
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pandemi COVID-19 ini berdampak pada penduduk global secara drastis, dan
terhadap berbagai aspek kehidupan. Banyak negara menghadapi ancaman penyakit ini,
dan terjadi pada semua kelompok umur, terutama pada kelompok umur tua atau lanjut
usia. Lanjut usia menghadapi risiko yang signifikan terkena penyakit Virus Corona ini,
apalagi jika mereka mengalami gangguan kesehatan seiring dengan penurunan kondisi
fisiologi. Mengacu pada data WHO, lebih dari 95% kematian akibat Virus Corona terjadi
pada penduduk usia lebih dari 60 tahun. Lebih dari 50% dari semua kematian melibatkan
terjadi pada mereka yang berusia 80 tahun atau lebih. Dari laporan WHO dapat dilihat
bahwa 8 dari 10 kematian terjadi pada individu dengan setidaknya satu komorbiditas,
khususnya mereka dengan penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes, tetapi juga
dengan berbagai kondisi kronis lainnya.
Masalah kesehatan masyarakat yang dihadapi saat ini adalah makin
meningkatnya kasus pada masyarakat usia lanjut. Jumlah penduduk lanjut usia semakin
meningkat sehingga menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan dibidang
kesehatan. Di dunia saat ini, jumlah penduduk lanjut usia sudah mencapai sekitar 21%
dari total populasi dunia. Khusus di Indonesia, berdasar sensus penduduk tahun 2010
menunjukkan bahwa populasi lansia adalah sekitar 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari total
populasi dan akan terus meningkat. (Purdiyanti,2016 ; Mengko dkk,2015)
Posbindu merupakan suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap
lansia di tingkat desa dalam masing-masing di wilayah kerja Puskesmas (Departemen
Kesehatan RI,2001).Dasar pembentukan Posbindu yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat terutama lansia dengan sasaran langsung dan sasaran tidak
langsung.Sasaran langsung yaitu pralansia 45-59 tahun, lansia 60-69 tahun, dan lansia
resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun. Sedangkan sasaran yang tidak langsung
adalah keluarga di mana lansia berada, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial
yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia, petugas kesehatan yang melayani
kesehatan lansia dan masyarakat luas (Topatimasang R . 2012; Departemen Kesehatan
RI,2001).
Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang baru
dikembangkan oleh Pemerintah sesuai dengan rekomendasi WHO agar memusatkan
penanggulangan PTM melalui tiga komponen utama, yaitu surveilans faktor risiko,
promosi kesehatan, dan pencegahan melalui inovasi dan reformasi manajemen pelayanan
kesehatan adalah pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM).
(Purdiyanti,2016)
Pada tahun 2020 posbindu di wilayah Puskesmas mabelopura sebanyak 5 kali d
setiap bulannya dengan 5 Posbindu pada 2 kelurahan yaitu (tatura selatan dan tatura
utara). Posbindu dilaksanankan ditiap kelurahan dengan tempat pelaksanaan yang
menyeseuaikan keadaan penduduk saat pelaksanaan kegiatan. Posbindu diharapkan dapat
terlaksana tiap bulan setiap kelurahan sesuai jadwal. Kegiatan Posbindu yang
dilaksanakan adalah pemeriksaan kesehatan, pengobatan, dan penyuluhan. (Puskesmas
mabelopura,2020).

1.2 Tujuan
1. Sebagai bahan pembelajaran dan pelatihan dalam manajemen program Posbindu Lansia
Puskesmas Mabelopura
2. Sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program Posbindu Lansia di Puskesmas
Mabelopura.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pelaksanaan Posbindu Lansia di Puskesmas Mabelopura?
2. Apa saja permasalahan yang menjadi kendala dalam mencapai target cakupan
Program Posbindu Lansia di Puskesmas Mabelopura?
BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

A. KEADAAN UMUM
1. Keadaan Geografis
Secara administratif, UPTD Puskesmas Mabelopura merupakan salah satu
Puskesmas di Kota Palu, yang terletak di Kelurahan Tatura Selatan yang beralamat di Jl.
I Gusti Ngurah Rai No. 18 Kecamatan Palu Selatan Propinsi Sulawesi Tengah, secara
astronomis terletak antara 00,35”-00,56” Lintang Selatan dan 1190,45”-1200,1” Bujur
Timur, tepat berada di bawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0-700 meter dari
permukaan laut.

2. Keadaan Iklim

a. Suhu
Kota Palu memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan,
sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia. Musim panas terjadi pada bulan April
sampai September, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai
Maret.
Berdasarkan data BPS Kota Palu rata-rata suhu udara adalah 27,310C. Suhu
udara terendah terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 26,600C, sedangkan bulan-bulan
lainnya suhu udara berkisar antara 26,60-28,100C.

b. Kelembaban Udara

Kelembapan udara rata-rata tertinggi terjadi pada Bulan Februari yang


mencapai 81,00%, sedangkan kelembapan udara terendah terjadi pada Bulan
Oktober yang mencapai 74 %.

3. Pemerintahan

UPTD Puskesmas Mabelopura merupakan salah satu Puskesmas di Kota Palu,


yang terletak di Kelurahan Tatura Selatan Kecamatan Palu Selatan Propinsi Sulawesi
Tengah yang memiliki luas wilayah sekitar 6.14 km². Adapun Wilayah KerjaUPTD
Puskesmas Mabelopura terdiri dari 2 (dua) Kelurahan yaitu Kelurahan Tatura Utara dan
Tatura Selatan. Adapun penyebaran jumlah kelurahan, luas wilayah, jumlah RT dan
jumlah penduduk di Wilayah KerjaUPTD Puskesmas Mabelopura dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel. 2.1
DistribusiLuas Wilayah, RT dan JumlahPendudukMenurutKelurahandiWilayah
Kerja UPTD Puskesmas Mabelopura Tahun 2019

Luas
Jumla
N Kelurah Wilaya JumlahPendud KepadatanPendud
h
o an h uk uk (/km²)
KK
( km²)

Tatura
1 3,3 18.813 4.026 5735,67
Utara
Tatura
2 2,9 11.212 3.026 3920,28
Selatan

Total 6,1 30.025 7.052 4.890

UPTD Puskesmas MabelopuramempunyaibatasWilayah Kerja, yaitu :


a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Lolu Utara
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Birobuli Utara dan Kelurahan
Birobuli Selatan
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Marawola
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tatanga

B. KEPENDUDUKAN
1. Pertumbuhan Penduduk
Sampai dengan tahun 2019 jumlah penduduk di Wilayah KerjaUPTD Puskesmas
Mabelopuramencapai 30.025 jiwa, mengalami penurunan dibandingkan tahun
sebelumnya karena ada pemekaran wilayah. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan
penduduk di wilayah UPTD Puskesmas Mabelopura dari tahun 2015 s/d 2019 dapat
dilihat pada grafik berikut ini :
Gambar 2.1
PerkembanganPertumbuhanPendudukDi Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas MabelopuraTahun 2015 - 2019

60000
53132

50000

40000

31519 31685
30000 31318
30025

20000

10000

0
2015
2016
2017
2018
2019

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa penurunan jumlah penduduk terbesar yang


terjadi pada tahun 2016 dikarenakan pembagian Wilayah Kerja dari 5 (lima) kelurahan
menjadi 2 (dua) kelurahan, serta penurunan jumlah penduduk yang terjadi pada tahun
2018 adanya bencanaalam (gempabumi, tsunami, dan liquifaksi) Jum’at 28
September 2018 dimana beberapa pendudukdiWilayahKerja UPTD Puskesmas
Mabelopura turut menjadi korban meninggal dan hilang, serta pada tahun 2019
penurunan terjadi karena penduduk pindah atau kembali ke kampung halaman.

2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin


Jumlah penduduk pada tahun 2019 menurut kelompok umur dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
UPTD Puskesmas MabelopuraTahun 2019

Golongan Jenis Kelamin Rasio


Jumlah
No Umur Jenis
Laki-laki Perempuan (L+P)
(Thn) Kelamin

1 0–4 1.098 988 2.086 111,13


2 5-9 1.311 1.196 2.507 109,62
3 10 - 14 1.371 1.278 2.649 107,28
4 15 – 19 1.383 1.256 2.639 110,11
5 20 - 24 1.327 1.293 2.620 102,63
6 25 – 29 1.469 1.512 2.981 97,16
7 30 - 34 1.434 1.362 2.796 105,29
8 35 – 39 1.322 1.272 2.594 103,93
9 40 - 44 983 1.043 2.026 94,25
10 45 - 49 946 981 1.927 96,43
11 50 - 54 739 861 1.600 85,83
12 55 – 59 670 674 1.344 99,41
13 60 - 64 527 497 1.024 106,04
14 65 – 69 329 256 585 128,52
15 70 - 74 164 165 329 99,39
16 75+ 138 180 318 76,67

Jumlah 15.211 14.814 30.025 102,68

Berdasarkantabel di atas, jumlahpenduduk di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas


Mabelopura pada tahun 2019 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang tertinggi
berdasarkan jenis kelamin berada di kelompo kumur 25 – 29 tahun dengan jumlah laki-
laki 1.469 dan perempuan 1.512, hal ini menggambarkan bahwa penduduk di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Mabelopura berada pada kelompok penduduk usia produktif.

Adapun gambaran persentase penduduk menurut golongan umur dan jenis


kelamin di Wilayah KerjaPuskesmas Mabelopura dapatdilihat pada gambarberikut :
Gambar 2.2

PiramidaPenduduk DiWilayah Kerja UPTD Puskesmas Mabelopura


Tahun 2019

75+ 138 180


70 - 74 164 165
65 - 69 329 256
60 - 64 527 497
55 - 59 670 674
50 - 54 739 861
45 - 49 946 981
40 - 44 983 1043
35 - 39 1322 1272
30 - 34 1434 1362
25 - 29 1469 1512
20 - 24 1327 1293
15 - 19 1383 1256
10 - 14 1371 1278
5-9 1311 1196
0-4 1098 988
2,000 1,500 1,000 500 00 500 1,000 1,500 2,000

LAKI-LAKI PEREMPUAN

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa struktur penduduk di Wilayah Kerja


UPTD Puskesmas Mabelopura termasuk stuktur penduduk muda dan produktif. Usia 25-
29 tahunlebihbanyak di bandingkan usia diatasnya. Lebih melebarnya grafik pada usia
produktif membuktikan bahwa penduduk di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Mabelopura memiliki strukturproduktif. Kemudian disusul dengan kelompok usia muda,
artinya juga memiliki struktur muda. Bagian atas piramida tersebut yang lebih pendek
menunjukkan bahwa angka kematian yang masih tinggi pada usiatua.

3. Rasio Jenis Kelamin


Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk
perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu disebut sex rasio. Sex rasio merupakan
indikator untuk mengetahui komposisi penduduk menurut jenis kelamin. Komposisi ini
sangat erat kaitannya dengan masalah fertilitas, dimana semakin besar porsi perempuan
maka potensi fertilitas semakin tinggi.
Rasio jenis kelamin di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Mabelopurapada tahun
2019 adalahjumlahpendudukjeniskelaminlaki-lakisebesar 15,211 jiwa sedangkan jumlah
penduduk jenis kelamin perempuan sebesar 14,814 dari total keseluruhan penduduk
30.025 jiwa penduduk. Hal ini yang berarti bahwa perbandingan penduduk laki-laki dan
perempuan adalah perbandingan 1 berbanding 1. Dimana perbedaan rasio keduanya tidak
bedajauh, hanya berbeda 397 jiwa penduduk.

Gambar 2.3

JumlahKepadatanPendudukMenurutRasioJenisKelamin di
Wilayah KerjaUPTD Puskesmas Mabelopura Tahun 2019

14814 15211

Laki-Laki Perempuan

4. KepadatanPenduduk
Kepadatan penduduk di Wilayah KerjaUPTD Puskesmas Mabelopura tahun 2019
tercatat 4.890 jiwa/km² dengan luas wilayah 6.1 km². Jika dilihat dari wilayah per
kelurahan kepadatan penduduk Wilayah KerjaUPTD Puskesmas Mabelopura masih
belum merata, dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 2.4
JumlahKepadatanPendudukMenurutKelurahandiWilayah Kerja
UPTD Puskesmas Mabelopura Tahun 2019

Tatura Selatan 11,212

Tatura Utara 18,813

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000

Berdasarkangambar di atas, persentasependuduktertinggiterpusat di


KelurahanTatura Utara dengankepadatanpenduduk 5735,67 jiwa/Km².Kerenaluas
wilayah Tatura Utara 3,3 km² di bandingkandenganTatura Selatan denganluas wilayah
2,9 km².

C. SOSIAL EKONOMI
1. Mata Pencaharian
Mata pencaharianpenduduk yang berada di Wilayah KerjaUPTD Puskesmas
Mabelopurasangatberagamterdiridari :
a. Pegawai Negeri Sipil
b. TNI/POLRI
c. Tukang Kayu / Tukang Batu
d. Buruh
e. Petani
f. Wiraswasta
g. Dan lain-lain
2. Rasio Beban Tanggungan
Jumlah penduduk miskin dan rasio beban tanggungan ekonomi suatu daerah
merupakan beberapa faktor yang menghambat pembangunan ekonomi dalam suatu
wilayah diantaranya adalah khusus ratio beban tanggungan memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap besarnya income percapita Kota Palu. Dapat dibayangkan jika
kelompok usia produktif yang jumlahnya sedikit mensubsidi usia tidak produktif
akibatnyaa dalah income perkapita dengan sendirinya akan turun, demikian pula
sebaliknya.

Rasio ketergantungan anak (child dependency ratio) di Wilayah Kerja UPTD


Puskesmas Mabelopura tahun 2019 tercatat sebesar 39 yang berarti bahwa sekitar 39
anak menjadi beban tanggungan untuk setiap 100 orang penduduk yang berada dalam
usia produktif. Di sisi lain penduduk usia lanjut juga tidak dapat melakukan kegiatan
secara produktif, sehingga akan menjadi bebantanggungan bagi penduduklainnya yang
masih produktif.

2.2 Indikator Keberhasilan Posbindu Lansia


Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar. Target 80 % atau 2100 orang. Namun pencapaian kunjungan
lansia pada tahun 2020 di posbindu mabelopura 67% 1680 orang. Jumlah ini
menggambarkan program ini belum mencapai target yang diberikan.
BAB III
PEMBAHASAN

Posbindu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap Lansia di


tingkat desa dalam masing-masing di wilayah kerja Puskesmas(Departemen Kesehatan RI ,
2005). Keterpaduan dalam Posbindu berupa keterpaduan pada pelayanan yang
dilatarbelakangi oleh kriteria Lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar
pembentukan Posbindu yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia.
(Departemen Kesehatan RI ,2005).

a. Tujuan
Tujuan diadakan Posbindu lansia adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan
keluarga dan masyarak-at sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyar-akatan.
b. Sasaran
Sasaran langsung meliputi kelompok virilitas/pra senilis adalah usia 45-59 tahun
dan kelompok Lansia yaitu berusia 60-69 tahun dan kelompok Lansia risiko tinggi yaitu
usia lebih dari 70 tahun. Adapun sasaran kelompok tidak langsung adalah, keluarga yang
mempunyai Lansia, masyarakat di lingkungan Lansia berada, organisasi sosial yang
bergerak dalam pembinaan Lansia,petugas kesehatan usia lanjut, dan masyarakat.

c. Bentuk Kegiatan Posbindu Lansia Mabelopura

Dilaksanakan dengan protokol kesehatan pada masa covid 19 :

Petugas kesehatan dan peserta wajib menggunakan masker dan melakukan


physical distancing 1,5-2 m jaraknya.

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari melipui kegiatan dasar dalam kehidupan


seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.
2. Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama 1 menit.
3. Pemeriksaan kadar gula darah, asam urat, dan kolesterol tiap 6 bulan. Namun kegiatan
ini hanya menggunakan alat dan bahan dari program PTM.
4. Pengobatan lansia. Pada posbindu Mabelopura dilakukan pemberian obat-obatan
sesuai dengan keluhan pasien.
5. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan
6. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan
yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut
7. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok usia lanjut
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat
8. Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain sebagainya untuk
meningkatkan kebugaran.
d. Gambaran Permasalahan Posbindu Lansia
a. Input
Tabel 3.1 Input
Input Puskesmas

SDM -1 pemegang program


Pemegang program bertugas mengkordinasi semua
kegiatan posbindu dan bertanggung jawab dalam pelaporan
manajemen. Kinerja dari pemegang program sudah cukup
baik namun masih perlu ditingkatkan untuk mengontrol kader
dilapangan.
-8 anggota pelaksana
Tiap kegiatan pobindu terdapat 2-3 orang anggota
pelaksana. Semua anggota cukup aktif dalam kegiatan.
-18 kader pelaksana
Sesuai pedoman posbindu seharusnya tiap posbindu
memiliki 5 orang kader. Namun di lapangan hanya 2-3 orang
kader yang dipilih karena mempertimbangkan jumlah lansia
tiap posbindu memiliki sedikit kunjungan. Permasalahan
lainnya adalah beberapa kader kurang aktif dan tidak datang
saat kegiatan. Pemegang program sudah melakukan evaluasi
dan kontrol namun kader tersebut memiliki alasan sibuk dan
dana Rp. 50.000/orang diarasakan kurang.
-4 tenaga dokter puskesmas
Sesuai pedoman, posbindu sebaiknya di dampingi oleh
dokter agar lebih dapat melakukan pemeriksaan dan
pengobatan dengan tepat.
Sarana dan -Terdapat 6 lokasi posbindu yaitu towua bk, anggrek, pratama
Prasarana 1 dan 2, manunggal, dan kancil.
-Tempat posbindu berada dihalaman depan rumah
masyarakat. Hal ini tidak sesuai pedoman dimana posbindu
seharusnya memiliki gedung mandiri. Pemegang program
sudah berusaha berkoordinasi dengan lintas sektor namun
masih terkendala dalam hal pendanaan dan lokasi
pembangunan.
-Terdapat alat dan bahan yang digunakan saat dilapangan
berupa tensi meter, timbangan, dan alat pemeriksaan darah .
Permasalahannya yaitu alat pemeriksaan darah merupakan
milik PTM dan pelaksanaan kadang dilakukan. Pemegang
program belum dapat melakukan pengadaan barang karena
kurangnya pendanaan.
-Akomodasi untuk menuju ke tempat pelaksanaan Posbindu
adalah kendaraan motor dan mobil.
-Ketersediaan obat tertentu kadang kosong. Hal ini
disebabkan apotik masih mengutamakan stok obat dalam
puskesmas.
Akses Mudah diakses. Perjalanan ke tiap posbindu ± 10-15 menit.
Pendanaan Sumber pembiayaan posbindu Mabelopura berasal dari BOK.
Tidak ada dana sumbangan sukarela.
Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu di lapangan dicatat pada buku yang
dipegang oleh pemegang program dan buku KMS yang
dipegang lansia.

b. Proses
a. Planning
Perencanaan program telah diatur dalam Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan. Dalam perencanaan telah dilakukan rapat setiap bulan untuk
mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Selain itu, koordinasi dengan lintas sektor
dan kader lebih ditingkatkan lagi dalam promosi mengenai posbindu.

b) Organizing
Pelaksanaan program dipimpin langsung oleh penangguang jawab program yang
berkoordinasi dengan anggota pelaksana dan kader.Dalam pelaksaannya ada beberapa
kendala seperti rendahnya kesadaran dari masyarakat terutama lansia untuk melakukan
pemeriksaan secara rutin tiap bulan diposbindu. Hal ini disebabkan masih kurangnya
kualitas promosi tentang posbindu yang dilakukan.
Masalah yang muncul pada proses program ini adalah mekanisme pelaksanaan
kegiatan tidak semuanya dilakukan sesuai pedoman. Menurut pedoman mekanisme
pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem 5 tahapan/5 meja.
Petugas kesehatan dan peserta wajib menggunakan masker dan melakukan
physical distancing 1,5-2 m jaraknya.
a. Tahap pertama : Pendaftaran
Tahap pertama dilaksanakan oleh 1 kader yang bertugas memanggil nama
peserta dan mengisi daftar hadir. Kader di setiap kelurahan biasanya ada yang tidak
datang ke posbindu karena kader merupakan ibu-ibu rumah tangga usia produktif dan
mempunyai kesibukan mengurus rumah tangga, sehingga tidak menyempatkan diri
untuk datang ke Posbindu.
b. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia,
wawancara sederhana tentang faktor resiko PTM, serta penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan, penentuan IMT.
Pada Posbindu Puskesmas Mabelopura tahap kedua yang dilaksanakan hanyalah
penimbangan berat badan dan kadang sempat ditanyakan sekilas tentang kegiatan
sehari-hari dan faktor resiko . Hasil wawancara dicatat ke dalam buku KMS lansia.
c. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan
pemeriksaan status mental
Pada Posbindu Puskesmas Mabelopura, tahap 3 yang dilakukan pengukuran
tekanan darah dan pemeriksaan fisik (jika ada dokter yang ikut dalam kegiatan
Posbindu), dan tidak dilakukan pemeriksaan status mental.
d. Tahap keempat: laboratorium sederhana
Pada Posbindu Puskesmas Mabelopura dilakukan pemeriksaan darah seperti
gula darah, asam urat , dan kolesterol tiap 6 bulan. Pada pelaksanaannya biasanya
strip hanya sedikit yang tersedia. Menurut wawancara, jumlah lansia akan lebih
banyak dari biasanya saat jadwal pemeriksaan darah dilakukan di posbindu, sehingga
menjadi daya tarik lansia untuk datang. Hasil pemeriksaan di catat dalam buku KMS
lansia masing-masing.
e. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan, konseling, aktifitas fisik bersama, dan
rujukan ke puskesmas
Pada Posbindu Puskesmas Mabelopura konseling sudah dilaksanakan dengan
baik oleh petugas puskesmas (bidan atau perawat). Terkadang kegiatan penyuluhan
kesehatan juga dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan sebelum kegiatan
posbindu dimulai,namun kegiatan penyuluhan tidak rutin dilakukan tiap kegiatan
posbindu. Aktivitas bersama seperti senam dilakukan tiap minggu setiap hari sabtu
pukul 07.00 WITA bertempat di puskesmas Mabelopura atau tempat yang disepakati.
Pada puskesmas Mabelopura juga dilakukan pengobatan sederhana sesuai keluhan
lansia yang datang. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya ketersediaan obat
tertentu dan tidak adanya tenaga dokter yang mendampingi.

C. Controlling
Kontrol pelaksanaan kegiatan posbindu di puskesmas Mabelopura sudah cukup
baik namun masih membutuhkan peningkatan kerjasama dengan kader dan lintas
sektor dalam hal promosi kegiatan posbindu agar dapat memotivasi kesadaran lansia
dan keluarganya untuk datang pemeriksaan tiap bulan ke posbindu.

b. Output
Output yang dicapai dari kunjungan lansia di posbindu sebanyak 67%. Hal ini
menunjukkan masih jauh dari target yang ditetapkan yaitu 80%.
Dari hasil wawancara pemegang program dan pemantauan saat kegiatan didapatkan
beberapa permasalahan yang dapat mempengaruhi adalah :
 Banyaknya isu bahaya covid 19 yang membuat pasien lansia takut untuk berobat.
 Kurangnya promosi kegiatan posbindu sehingga masyarakat khususnya lansia
masih belum paham dengan benar fungsi dari posbindu. Lansia yang datang ke
posbindu merupakan orang yang merasa dirinya sakit.
 Beberapa lansia tidak mengetahui jadwal kegiatan posbindu karena kurangnya
informasi dari kader sebelum posbindu dilaksanakan. Permasalahan ini diatasi
dengan pemberian informasi melalui mesjid dan mengajak lansia secara langsung
pada hari kegiatan.
 Banyak lansia hanya tertarik datang ke posbindu jika ada pemeriksaan darah ,
adanya kehadiran dokter, dan adanya penyuluhan. Permasalahan ini belum dapat
diatasi karena kurangnya dana operasional dan pengaturan jadwal pelayanan
dokter belum maksimal.
 Kurangnya dukungan keluarga sehingga tidak dapat mendampingi dan
mengantarkan lansia. Padahal banyak lansia yang memerlukan transportasi karena
jarak yang jauh dari rumah.

BAB IV
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Permasalahan utama dalam manejemen Posbindu lansia di Puskesmas mabelopura
terdapat pada bagian proses dan Masa Covid 19 . Beberapa masalah seperti kurangnya
pendampingan tenaga dokter saat kegiatan, kurangnya promosi tentang posbindu dari
bagian promkes, kurangnya koordinasi pemegang program dengan kader, kurangnya
perhatian dari lintas sektor, dukungan keluarga, pelaksanaan posbindu yang masih belum
sesuai standar 5 meja/tahap, serta kurangnya kesadaran masyarakat yang menjadikan
banyaknya masyarakat yang belum memanfaatkan pelayanan posbindu.

1.2. Saran
Untuk meningkatkan program ini perlu dilakukan beberapa hal sebagai
berikut :
1) Diharapkan ada tenaga dokter yang turun saat pelaksanaan program serta
pembekalan kembali kepada seluruh petugas kesehatan dan kader yang ikut serta
sehingga semua tahap kegiatan posbindu dilaksanakan.
2) Monitoring kader oleh pemegang program dalam pemberian informasi sebelum
kegiatan posbindu dilaksanakan. Dapat juga bekerjasama dengan lintas sektor
seperti pemerintahan setempat untuk memotivasi keluarga dalam memberikan
dukungan terhadap lansia.
3) Mengusulkan pengadaan alat dan bahan pemeriksaan darah ke Dinas Kesehatan
dan melakukan pemeriksaan tiap bulan di posbindu.
4) Mengusulkan pengadaan tensimeter untuk setiap tempat posbindu yang dapat di
gunakan lansia kapanpun diluar jadwal posbindu. Alternatif lain sumber dana
adalah dari sumbangan sukarela masyarakat.
5) Memberikan penyuluhan rutin setiap kegiatan posbindu dengan mengoptimalkan
peran dari bidang Promkes Puskesmas.
6) Caregiver dalam PJP bagi lanjut usia
7) Terpenting pentingnya protokol kesehatan selama Covid 19.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2001. Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Horton R. 2015. Non-Communicable Diseases: 2015 To 2025. Lancet [Internet]. Elsevier

Mengko V.V., Kandou G., Massie R.G. 2015. Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Teling Atas Kota Manado. JIKMU. Diunduh dari
(http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu/article/download/7856/7947)

Puskesmas mabelopura, 2019. Profil Puskesmas Mabelopura Tahun 2019

Purdiyanti F. 2016. Pemanfaatan pos binaan terpadu penyakit tidakmenular oleh wanita
binaan lansia dalam rangka mencegah penyakit tidak menular di wilayah kerja
Puskesmas Cilongo 1. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.4,No.1. Diunduh dari <
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm>

Topatimasang R . 2012. Memanusiakan Lanjut Usia Penuaan Penduduk &Pembangunan


Indonesia. Yogyakarta; Survey Meter

LAMPIRAN
PELAKSANAAN PENGOBATAN LANSIA PADA MASA PANDEMI COVID 19

PKM MABELOPURA

TAHUN 2020

Anda mungkin juga menyukai