PENDAHULUAN
1
50,9% anggaran atau senilai 7,4 triliun rupiah.1,2
2
- Menurunkan risiko terjadinya PTM pada wilayah kerja Puskesmas
Tambusai
b. Dokter Internsip
- Sebagai bagian dari tugas mini project Dokter Internsip di Puskesmas
Tambusai
- Berperan serta dalam menjalankan program Puskesmas Tambusai
c. Masyarakat
- Mengetahui status kesehatannya
- Menambah pengetahuan tentang pencegahan dan penanganan PTM
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Luas wilayah kerja Puskesmas Tambusai adalah 112750 Km2 atau 112750
Ha. terdiri dari daratan dipinggir jalan raya Lintas sumatera dengan sebelah samping
kiri dan kanan puskesmas bangunan / rumah penduduk atau masyarakat. Wilayah
kerja Puskesmas Tambusai meliputi keseluruhan wilayah Kecamatan Tambusai, yang
juga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Padang Lawas. Dengan batas-batas wilayah adminitrasi
sebagai berikut :
Utara :Wilayah kerja Puskesmas Tambusai Utara
Barat : Wilayah kerja Kabupaten Padang Lawas
Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kota Tengah
4
Timur : Wilayah kerja Puskesmas Tambusai II
2. Wilayah Adminitrasi
Secara adminitrasi wilayah kerja Puskesmas Tambusai Terdiri dari sebelas
desa dan satu Kelurahan yang terdiri dari beberapa dusun yaitu :
• Desa Talikumain
• Desa Batas
• Desa Sialang Rindang
• Kelurahan Tambusai Tengah
• Desa Rantau Panjang
• Desa Sungai Kumango
• Desa Batang Kumu
• Desa Tambusai Barat
• Desa Tingkok
• Desa Suka Maju
• Desa Tambusai Timur
• Desa Lubuk Soting
Semua wilayah kerja Puskesmas Tambusai dapat dijangkau dengan kendaraan
roda dua dan roda empat, jarak tempuh dari desa ke Puskesmas rata-rata 30 menit.
3. Keadaan Penduduk
a. Jumlah dan Distribusi penduduk
Jumiah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tambusai 76.927 jiwa atau
17.028 KK. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja
Puskesmas Tambusai secara lengkap dapat di lihat dalam tabel berikut :
5
Tabel 2.1 Nama Desa Lengkap dengan jumlah penduduk
6
b. Profil Penduduk pada wilayah Puskesmas Tambusai
Jumlah penduduk di Wilayah Puskesmas Tambusai tahun 2020 menurut data
dari profil Kecamatan Tambusai sebanyak 76.927 jiwa. Dengan penghasilan
masyarakat bertani ,kebun sawit dan karet. Jumlah penduduk tertinggi di Desa Batang
Kumu yang berjumlah 13.253 jiwa , sedangkan yang terendah di Desa Talikumain
yaitu 3608 jiwa.
4. Sumber Daya Puskesmas
a. Ketenagaan
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pemberi pelayanan kesehatan tingkat
pertama Puskesmas Tambusai telah di lengkapi dengan sarana dan prasarana yang
memadai dan didukung oleh tenaga dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat,
perawat gigi, analis laboratorium, sanitarian,peyuluh kesehatan dan apoteker. gizi,
dan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur terpenting dalam
organisasi. Jalan tidaknya suatu organisasi sangat tergantung dari keberadaan SDM.
SDM Kesehatan yang memiliki kompotensi tentu akan menunjang keberhasilan
pelaksaan kegiatan, program dan pelayanan kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga
kesehatan di Puskesmas Tambusai pada tahun 2020 sebanyak 94 orang. Adapun jenis
dan jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Tambusai pada tahun 2020 dapat dilihat
pada tabel berikut :
7
Tabel 2.2 Data Pegawai Berdasarkan jumlah dan kualitas pendidikan
8
6 SLTP -
7 SD -
JUMLAH 94
9
2) Kegiatan luar gedung : posyandu, puskesmas keliling, pos P3K, kunjungan rumah,
pelacakan kasus, penyuluhan kesehatan.
Kegiatan dalam gedung adalah kegiatan yang dilaksanakan di dalam gedung
Puskesmas Tambusai. Kegiatan dalam gedung ini biasanya berupa kegiatan kesehatan
perseorangan (pelayanan rawat jalan) antara lain :
A. Medik
1) Poli KIA-KB
2) Poli Umum
3) Poli Gigi
4) Poli Anak
5) Poli Usila
6) Poli Fisiotherapi
7) Poli Konsultasi
8) IGD
9) Ruang Rawat
Inap B.Penunjang
Medik
1) Apotik
2) Laboratorium
3) Rekam Medis
4) Informasi/Resepsionist
1. Dalam menjalankan operasional kesehatan di luar gedung / dilapangan puskesmas
didukung sarana transportasi mobil puskesmas keliling (Puskel)
2. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan mengacu pada program pembangunan
kesehatan kabupaten Rokan Hulu yang digambarkan dengan pencapaian indicator
"Rokan Hulu Sehat 2020" serta hasil pemantauan kinerja pelayanan kesehatan dari
indicator SPM Untuk melaksanakan kegiatan operasional pelayanan kesehatan,
Puskesmas Tambusai telah dilengkapi dengan Fasilitas Pelayanan dalam gedung
seperti dalam tabel berikut:
10
Tabel 2.4 Fasilitas Pelayanan dalam gedung
15 LemariArsip - -
Sumber : Data Sarana pelayanan UPT Puskesmas Tambusai Tahun 2020
c. Sarana Penunjang
Propesi sarana pelayanan kesehatan yang ada di UPDT Puskesmas Tambusai.
Tambusai beserta jaringannya adalah berikut :
11
Tabel 2.5 Sarana Pelayanan Kesehatan di UPT Puskesmas Tambusai
12
d. Sumber Pembiayaan
Pembiayaan puskesmas bersumber dari pendapatan puskesmas yang digunakan
kembali sebagai biaya operasional. Sumber pendapatan puskesmas berasal dari jas
pelayanan pasien umum, jkn, APBD, jampersal dan bantuaan operasional kesehatan
(BOK).
2.1 Penyakit Tidak Menular
2.1.1 Definisi Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak
ditularkan dari orang ke orang, memiliki durasi yang panjang dan pada umumnya
berkembang secara lambat.3 Irwan dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular mengatakan bahwa yang tergolong ke dalam PTM antara lain adalah;
Penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung
koroner dan stroke), diabetes melitus, kanker, penyakit autoimun, penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. 4
Penyakit tidak menular memiliki beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut:
Perkembangan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu
Masa inkubasinya panjang dan laten
Perlangsungan penyakit berlarut-larut (kronis)
Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun
penanggulangannya
Faktor penyebabnya bermacam-macam (multikausal), bahkan tidak jelas
2.1.2 Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Data WHO pada 2016 menunjukkan bahwa 71% kematian di dunia terjadi
akibat penyakit tidak menular dan membunuh 36 juta jiwa per tahun. 3,4
Dari 71%
kasus penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan
pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6%
karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya. Salah satu penyebab
tingginya kasus PTM adalah pergeseran budaya pada masyarakat Indonesia, yang
sebelumnya merupakan masyarakat agraris dengan banyak pekerjaan fisik menjadi
masyarakat industri yang cenderung memilih hal-hal instan dalam aktivitas sehari-
13
hari.5 Perubahan pola hidup dalam jangka lama akan mengubah fertilitas, gaya hidup,
dan faktor sosial-ekonomi yang menjadi pemicu peningkatan PTM.
2.1.3 Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular
Faktor risiko PTM adalah kondisi yang potensial berbahaya dan dapat
memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko yang
dimaksud antara lain kurang aktivitas, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang,
merokok, konsumsi alkohol, obesitas, hiperglikemia (tingginya kadar glukosa darah),
hipertensi, hiperkolesterol, dan perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan
cedera—misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak benar.6 Faktor resiko penyakit
tidak menular dapat dibagi menjadi :
1. Menurut Dapat-Tidaknya risiko itu diubah : 3
a. Unchangeable Risk Factors
Faktor risiko yang tidak dapat diubah. Misalnya : Umur, Genetik.
b. Changeable Risk Factors
Faktor risiko yang dapat berubah. Misalnya : Kebiassan merokok, olahraga.
2. Menurut Kestabilan Peranan Faktor risiko : 3
c. Suspected Risk Factors (Faktor Risiko yang dicurigai)
Faktor risiko yang belum mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya
sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit
d. Esthablished Risk Factors (Faktor risiko yang telah ditegakkan)
Faktor risiko yang telah mendapat dukungan ilmiah sebagai faktor yang berperan
dalam kejadian suatu penyakit.
Faktor resiko lainnya dari penyakit tidak menular antara lain :
a. Faktor resiko perilaku
1. Merokok
Bahaya merokok dapat ditimbulkan akibat kandungan-kandungan yang
terdapat pada sebatang rokok. Sekitar lebih dari 4000 bahan kimia terdapat pada
rokok. Setidaknya, 60 dari bahan kimia tersebut mampu menyebabkan kanker dan
penyakit degenerative lainnya. Bahan-bahan berbahaya pada sebatang rokok, di
antaranya: carbon monosida, tar, gas oksidan, benzene, dan bahan-bahan lain.
14
2. Kurang aktivitas fisik
1 / 4 penduduk Indonesia termasuk golongan kurang aktif dalam melakukan
aktivitas fisik.aktivitas fisik merupakan faktor risiko terkena penyakit tidak menular.
Aktifitas Fisik adalah gerakan yang dihasilkan oleh otot-otot rangka yang hasilnya
sebagai suatu pengeluaran tenaga.
Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dan fisik
dan PJPD. Aktivitas Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan
pembuluh darah dengan meningkatkan efisiensi kerja jantung, mengurangi keluhan
nyeri dada/angina pektoris, melebarkan pembuluh darah, membuat kolateral atau
jalan baru bila sudah ada penyempitan pembuluh darah koroner, mencegah timbulnya
penggumpalan darah, meningkatkan kemampuan tubuh.
3. Konsumsi Alkohol
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan, namun
mekanismenya masih belum jelas. Diduga saat pasien sering mengonsumsi alkohol,
peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah dan peningkatan
kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah.
4. Konsumi Diet Seimbang
Perubahan pola makan saat ini mengarah ke makanan cepat saji yang tidak
sehat dan tidak seimbang, karena tinggi kalori, lemak, tinggi garam tetapi rendah
serat pangan. Jenis makanan ini membaw ini mengakibatkan perubahan status gizi
menuju gizi lebih (berat badan lebih atau IMT ≥23 kg/m2), yang memicu
berkembangnya penyakit degeneratif, seperti Penyakit jantung dan pembuluh darah
15
Penyelengaraan pencegahan dan pengendalian PTM diprioritaskan pada jenis PTM
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, dengan kriteria: 1) Tingginya angka
kematian atau kecacatan. 2) Tingginya angka kesakitan atau tingginya beban biaya
pengobatan; dan 3) Memiliki faktor risiko yang dapat diubah.8
2.2.2 Tujuan Pandu PTM
PANDU PTM di FKTP merupakan upaya kesehatan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan, disabilitas, dan kematian akibat PTM (mencegah
terjadinya PTM dan/atau komplikasinya), yang bergerak lebih mengutamakan aspek
promotif dan preventif. Kegiatan ini dilaksanakan secara komprehensif dan
berkelanjutan dengan tidak mengabaikan aspek kuratif, rehabilitatif dan paliatif.2
2.2.3 Sasaran
Sasaran Pelayanan terpadu PTM di FKTP meliputi individu dan/atau kelompok
masyarakat yang berusia 15 tahun ke atas yang datang ke Puskesmas/FKTP untuk
kunjungan sakit maupun kunjungan sehat.
2.2.4 Algoritma Pandu PTM
Untuk memudahkan pelaksanaan Pandu PTM, maka dibuatlah algoritma
Pandu PTM yang berisi alur dan penjelasan tentang tata laksana bagi pengunjung
puskesmas usia 15 tahun keatas mulai dari identifikasi faktor risiko melalui
anamnesis, pengukuran dan pemeriksaan serta pemeriksaan prediksi risiko dan
penegakan diagnosis PTM (bila ada), rujukan bila diperlukan dan rujuk balik setelah
kondisi stabil.
16
Gambar 2.1 Alogaritma pandu ptm
17
Kotak 1
Kotak 2
Anamnesis
Faktor risiko PTM yang perlu diidentifikasi melalui anamnesis adalah sebagai
berikut:8
1
c) Kurang aktivitas fisik (frekuensi dan durasi)
1. Kriteria aktivitas fisik:
ringan: bila saat melakukan aktivitas masih mampu berbicara
normal dan bernyanyi
sedang: bila saat beraktivitas fisik masih bisa berbicara tetapi
tidak bisa bernyanyi
berat: saat melakukan aktivitas fisik sulit untuk berbicara
atau terengah- engah.
2. Durasi aktivitas fisik yang dianjurkan:
setiap hari selama 30 menit
150 menit per minggu
3. bila aktivitas fisik yang dilakukan berat dan kurang dari 30 menit perhari
atau kurang dari 150 menit perminggu maka diberikan penyampaian KIE
untuk merubah perilaku/aktivitas fisik
d) Berat badan berlebih
Penilaian berat badan berlebih dilakukan dengan anamnesis tentang
riwayat obesitas pada pengunjung dilanjutkan dengan pengukuran IMT
sebagaimana dijelaskan pada poin C (pengukuran IMT)
e) Pada pengunjung wanita usia 30-50 tahun (batasan usia mengikuti Peraturan
Menteri Kesehatan) yang sudah menikah atau pernah melakukan hubungan
seksual (3b), setelah anamnesis dilakukan pemeriksaan (3), dan dilakukan
tambahan pemeriksaan SADANIS dan Inspekulo serviks untuk menilai curiga
kanker atau adanya servisitis berat. Bila curiga kanker/servisitis berat, rujuk ke
FKRTL (7). Bila tidak curiga kanker/servisitis berat, lakukan tes IVA (3b.1).
Bila IVA positif (3b.1.1), lakukan penilaian syarat krioterapi. Bila memenuhi
syarat, maka lakukan krioterapi (2b.1.1), kemudian lakukan follow up dan
kontrol (9). Bila FKTP tidak memiliki fasilitas krioterapi, maka rujuk ke
FKRTL (7). Bila IVA positif tidak memenuhi syarat krioterapi, rujuk ke
FKRTL (7). Bila IVA negatif (3b.1.2), berikan KIE (8). Bila pemeriksaan
SADANIS (3b.2) yang menunjukkan ada benjolan (3b.2.1), lakukan rujukan ke
FKRTL (7). Bila tidak ada benjolan (3b.2.2),
1
berikan KIE (8). Selanjutnya FKRTL mengirimkan umpan balik hasil pelayanan dan
saran tindak lanjut kepada FKTP.
Kotak 3
Pemeriksaan
Setelah anamnesis pada pasien, kemudian dilakukan pengukuran :
a. Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dengan baik dan benar adalah langkah penting
untuk mendiagnosis hipertensi dan mengevaluasi respon pengobatan. Bagi pasien
yang terdiagnosis hipertensi dilakukan tata laksana sesuai pedoman yang berlaku,
termasuk deteksi dini komplikasi berdasarkan organ target.
Berdasarkan pengukuran tekanan darah, hipertensi dibagi dalam beberapa kriteria
seperti yang terlihat pada tabel 1 berikut ini. 9
2
Tabel 2.5 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus dan Prediabetes
Jika ditemukan faktor risiko prediabetes, maka dilakukan intervensi (KIE, dan
bila perlu pemberian obat) dan pemantauan minimal setiap 6 bulan. Bila dalam
pemantauan faktor risiko prediabetes berubah memenuhi kriteria diagnosis diabetes,
maka dilakukan tata laksana diabetes melitus sesuai pedoman yang berlaku termasuk
deteksi dini komplikasi berdasarkan organ target.
c. IMT (Indeks Masa Tubuh)
Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan untuk mendapatkan nilai IMT
yang nantinya digunakan dalam menentukan derajat obesitas. Penilaian IMT
menggunakan rumus:
Berat Badan (kg)
2
Tabel 2.7 Klasifikasi WHO Tabel 2.8 Klasifikasi Nasional
Pengukuran IMT ini tidak dapat dilakukan pada orang hamil, binaragawan,
penderita edema, ascites dan penyandang disabilitas yang mengalami amputasi
anggota gerak.
d. Lingkar Perut
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT saja
bukan merupakan indikator terbaik untuk penentuan obesitas. Selain IMT, metode
lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar
perut. Internasional Diabetes Federation (IDF) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar
perut berdasarkan etnis. Kriteria lingkar perut ini digunakan untuk penentuan kategori
obesitas sentral, sebagai berikut. 12
Obesitas sentral jika lingkar perut :
Pria >90 cm, wanita >80 cm
e.Inspekulo
f. Pemeriksaan Hemoglobin
2
Kotak 3a
Konseling UBM (Upaya Berhenti Merokok )
Layanan konseling UBM adalah suatu layanan konseling kepada seseorang
yang ingin berhenti merokok yang diberikan oleh seorang tenaga terlatih.
Kotak 3b
Pemeriksaan Perempuan Usia 30-50 tahun
Pada pengunjung wanita usia 30-50 tahun, dilakukan tambahan pemeriksaan
SADANIS dan Inspekulo serviks untuk menilai curiga kanker atau adanya servisitis
berat.
Kotak 3b.1 Tes IVA
Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim yang
merupakan bagian terendah dari badan rahim yang menonjol ke puncak liang vagina.
Sejumlah faktor risiko (ko- faktor) yang berhubungan dengan perkembangan kanker
leher rahim diantaranya adalah:
- Memiliki pasangan seksual multipel (perempuan atau pasangannya);8
- Pertama kali hubungan seksual saat usia muda (<20 tahun);
- Infeksi Menular Seksual (IMS) berulang, antara lain : Klamidia, gonore, dsb;
- Penderita HIV/AIDS;
- Merokok/terpapar asap rokok; dan atau
- Malnutrisi atau defisiensi beberapa vitamin anti-oksidan (vitamin C, E, dll)
- Skrining dan deteksi dini kanker leher rahim dapat dilaksanakan dengan cara
atau metode yang mudah dan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan di
tingkat dasar sekalipun dengan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat); ATAU Papsmear (sitologi)
2
Kotak 3b.2
Sadanis
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar,
dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara, yang penyebabnya
tidak diketahui secara pasti.
Pada kelompok risiko tinggi sangat penting untuk dilakukan deteksi dini berupa
SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI), SADANIS (Pemeriksaan Payudara
secara Klinis) oleh tenaga medis, dan mamografi setiap tahun.8
2
Gambar 2.2 Skrining Kanker leher rahim
2
Gambar 2.3 Deteksi dini Kanker payudara
2
Kontak 4
Penilaian Prediksi Risiko PTM
2
Gambar 2.4. Tabel Prediksi Risiko PTM (Hasil Laboratorium)
2
Gambar 2.5 Tabel Prediksi Risiko PTM (Tanpa Hasil Laboratorium)
2
Cara Menggunakan Tabel Prediksi Risiko PTM8:
3
arah dalam dan nilai IMT ke atas, angka dan warna kotak yang tercantum pada titik
temu antara kolom umur, TD sistolik dan kolom IMT menentukan besarnya risiko
untuk mengalami penyakit kardiovaskular dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
Penilaian berdasarkan tingkat risiko ini dilanjutkan dengan tata laksana.
Kotak 5 dan 6
Bila hasil pemeriksaan menunjukkan pengunjung menyandang PTM (5a),
lakukan pengobatan dan tata laksana (6) sesuai pedoman yang berlaku, termasuk
deteksi dini komplikasi berdasarkan organ target, dan jika ditemukan komplikasi,
lakukan rujukan ke FKRTL (7), selanjutnya FKRTL memberikan umpan balik hasil
pelayanan dan saran tindak lanjut kepada FKTP. Pengunjung yang tidak menyandang
PTM (5b), baik yang memiliki faktor risiko PTM maupun tidak, diberikan KIE (8)
dan dikontrol secara berkala sesuai hasil Tabel Prediksi Risiko PTM (9).
Kotak 7
Rujukan ke FKRTL dan Rujuk Balik
Pengunjung puskesmas yang dalam anamnesis dan pemeriksaan diketahui
menyandang PTM, dilakukan tata laksana sesuai jenis penyakitnya di FKTP dengan
mengacu pada pedoman yang berlaku. Apabila kondisi penyakit cukup berat dan atau
terdapat kegawatdaruratan medik yang menyebabkan FKTP tidak dapat melakukan
penanganan secara optimal, maka dilakukan rujukan ke FKRTL agar dapat ditangani
oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis.
Selanjutnya FKRTL dapat memberikan umpan balik dan saran-saran
tindaklanjut kepada FKTP atau institusi pelayanan kesehatan yang merujuk terkait
pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien. Kemudian pasien tersebut
dapat ditangani kembali di FKTP bila kondisi penyakitnya sudah stabil melalui
Program Rujuk Balik (PRB).
Program Rujuk Balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
penyandang penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil dan
3
masih memerlukan pengobatan atau perawatan jangka panjang yang dilaksanakan di
FKTP atas rekomendasi dari dokter spesialis/subspesialis yang merawat.
Kotak 8
Penyampaian KIE Pencegahan dan Pengendalian PTM8
Pencegahan dan pengendalian PTM difokuskan pada manajemen faktor risiko
yang dapat diubah, melalui promosi kesehatan dan pemicuan perubahan perilaku
menjadi perilaku hidup sehat dengan tetap mengacu pada pedoman yang berlaku.
Penyampaian KIE merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan
Pandu PTM. Secara umum penyampaian KIE melalui slogan CERDIK bagi semua
kelompok masyarakat dan PATUH bagi kelompok masyarakat penyandang PTM.
CERDIK merupakan singkatan dari Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap
rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dan gizi seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola
stres. PATUH merupakan singkatan dari Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti
anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet
sehat dengan gizi seimbang, Upayakan beraktivitas fisik dengan aman, Hindari rokok,
alkohol dan zat karsinogenik lainnya.
3
BAB III
Kegiatan mini project yang bertema “Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular
di Wilayah Kerja Puskesmas Tambusai Kab. Rokan Hulu.” terdiri dari kegiatan
utama, yaitu melakukan skrining kesehatan usia 15 tahun keatas di Puskesmas
Tambusai.
3.2 Tempat dan Waktu Kegiatan
Mini Project dilakukan di Puskesmas Tambusai pada tanggal 14 Maret sampai
24 Maret 2022, pukul 08.00-12.00 WIB.
3.3 Sasaran Kegiatan
Kegiatan Mini Project ditujukan kepada Usia 15 tahun ke atas yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Tambusai.
3.4 Instrumen Kegiatan
Instrumen yang digunakan berupa skrining kesehatan pengukuran tekanan darah,
tinggi badan, berat badan, lingkar perut, dan cek gula darah kuisioner riwayat
penyakit.
3.5. Prosedur Kegiatan
Proses kegiatan dilakukan dengan pasien mendaftar di pendaftaran,
selanjutnya pasien dipanggil sesuai nomor antrian ke poli umum, petugas
menanyakan identitas pasien dan petugas mengisi form skrining yang berisi identitas,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, kebiasaan merokok, alkohol,
aktifitas fisik, makan buah dan sayur, kemudian petugas melakukan pemeriksaan
tinggi badan, berat badan, lingkar perut tekanan darah dan cek gula darah. Hasil
pemeriksaan diberikan dalam catatan kecil kepada pasien untuk dibawa ke poli yang
sesuai dengan tujuan pasien yaitu poli umum ataupun poli lansia.
3
BAB IV
PEMBAHASAN
3
Dari 33 orang pasien yang diperiksa tekanan darah ditemukan tekanan darah
normal 5 orang (15,2 %), pasien yang pre hipertensi sebanyak 10 orang (30,3 %) dan
pasien yang hipertensi sebanyak 18 orang (54,6 %) diantaranya 2 orang stage 1, 14
orang stage 2 dan 2 orang stage 3. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak
menular yang menjadi masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena
prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat serta hubungannya dengan penyakit
kardiovaskuler, stroke, retinopati diabetika, dan penyakit ginjal. Hipertensi juga
menjadi faktor risiko ketiga terbesar penyebab kematian dini. The Third National
Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko
stroke sebesar 24%. Upaya rutin pemeriksaan tekanan darah dan memahami faktor
risiko yang menjadi pencetus gangguan kardiovaskuler, perlu dilakukan juga dari
lingkungan dunia pendidikan khususnya kampus kesehatan dan kedokteran.15
Pemeriksaan lainnya yang dilakukan untuk skrining penyakit tidak menular di
Puskesmas Tambusai adalah pengukuran lingkar perut. Lingkar perut dapat
menentukan obesitas sentral atau tidak. Obesitas sentral jika lingkar perut pada laki-
laki > 90 cm sedangkan perempuan > 80 cm. Dalam skrining penyakit tidak menular
didapatkan pasien yang tergolong kedalam obesitas sentral berdasarkan lingkar perut
sebanyak 21 orang (63,6%) diantaranya laki-laki 7 orang dan perempuan 14 orang.16
Jumlah pasien merokok di Puskesmas Tambusai10 (30,3%) sedangkan yang tidak
merokok 23 (69,7 %) dari total 33 pasien yang ditanyakan. 6 pasien (18,2%) kurang
makan sayur dan buah dan 27 orang makan sayur dan buah (81,8%). Pasien yang
melakukan aktifitas rutin sebanyak 12 (36,4%) dan yang jarang melakukan aktifitas
fisik 21 pasien (63,6%). Terdapat 3 orang yang mengkonsumsi alcohol atau sekitar
(9,1 %) sisanya 30 orang atau (90,9%) tidak mengkonsumsi alcohol.
Penyakit tidak menular muncul dari kombinasi faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Fakor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi oleh individu adalah usia, jenis kelamin, dan genetika. Sedangkan faktor
risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang dapat diubah melalui kesadaran
individu itu sendiri dan intervensi sosial17. Terdapat empat tipe utama penyakit tidak
3
menular yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan
diabetes. Pola hidup modern telah mengubah sikap dan perilaku manusia, termasuk
pola makan, merokok, konsumsi alkohol serta obat-obatan sebagai gaya hidup
sehingga penderita penyakit degeneratif (penyakit karena penurunan fungsi organ
tubuh) semakin meningkat dan mengancam kehidupan. 18
Laporan dari WHO menunjukkan bahwa PTM sejauh ini merupakan
penyebab utama kematian di dunia, yang mewakili 63% dari semua kematian
tahunan. PTM membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahun. Kematian akibat
penyakit kardiovaskular paling banyak disebabkan oleh PTM yaitu sebanyak 17,3 juta
orang per tahun, diikuti oleh kanker (7,6 juta), penyakit pernafasan (4,2 juta), dan DM
(1,3 juta). Keempat kelompok jenis penyakit ini menyebabkan sekitar 80% dari
semua kematian PTM. Sehingga diharapkan dengan adanya PANDU PTM di
Puskesmas Tambusaiakan dapat mendeteksi pasien yang berisiko mengalami PTM
dan segera diintervensi agar kualitas hidup lebih baik.19
Tabel 3.1 Hasil deskripsi pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular
1 JENIS KELAMIN
1. LAKI-LAKI 13 39,4%
2. PEREMPUAN 20 60,6%
TOTAL 33 100%
1.BUKAN DM 8 24,2%
3
TOTAL 78 100%
3 TEKANAN DARAH
1. NORMAL 5 15,2%
TOTAL 33 100%
4 OBESITAS SENTRAL
1. YA 23 69,7%
2. TIDAK 10 30,3%
TOTAL 33 100,00%
5 MEROKOK
1. YA 10 30,3%
2. TIDAK 23 69,7%
TOTAL 33 100,00%
2. TIDAK 6 18,2%
TOTAL 33 100,00%
3
7 JARANG MELAKUKAN AKTIFITAS FISIK
1. YA 21 63,6%
2. TIDAK 12 36,4%
TOTAL 33 100%
8 KONSUMSI ALKOHOL
1. YA 3 9,1%
2. TIDAK 30 90,9%
TOTAL 33 100%
3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Dari kegiatan PANDU PTM yang dilakukan didapatkan bahwa terdapat faktor
resiko pada pasien merokok di Puskesmas Tambusai 10 (30,3%) sedangkan
yang tidak merokok 23 (69,7 %) dari total 33 pasien yang ditanyakan. 6
pasien (18,2%) kurang makan sayur dan buah dan 27 orang makan sayur dan
buah (81,8%). Pasien yang melakukan aktifitas rutin sebanyak 12 (36,4%) dan
yang jarang melakukan aktifitas fisik 21 pasien (63,6%). Terdapat 3 orang
yang mengkonsumsi alcohol atau sekitar (9,1 %) sisanya 30 orang atau
(90,9%) tidak mengkonsumsi alkohol.
2. Penyakit PTM merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang mewakili
63% dari semua kematian tahunan Sehingga upaya rutin pemeriksaan tekanan
darah, kadar gula darah dan memahami faktor risik. Dapat membuat pasien
terhindar dari penyakit diabetes mellitus penyakit kardiovaskuler, stroke,
retinopati diabetika, dan penyakit ginjal.
3. Sehingga diharapkan dengan adanya PANDU PTM di Puskesmas Tambusai
akan dapat mendeteksi pasien yang berisiko mengalami PTM dan segera
diintervensi agar kualitas hidup lebih baik dan dapat memberikan edukasi
kepada pasien yang berisiko sehingga terhindar dari Penyakit Tidak Menular.
5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan dari kegiatan Optimalissasi Pelayanan
kesehatan di puskesmas Tambusai ialah :
3
hidup lebih baik. Diharapkan dibuatnya SOP khusus untuk PANDU
PTM pada Puskesmas Tambusai. Kegiatan deteksi dini diharapkan
dilakukan juga di Posbindu yang ada di Puskesmas Tambusai.
2. Dokter intersip, agar dapat melaksanakan kegiatan ini seterusnya. Serta
melakukan edukasi dan tindakan pencegahan bagi pasien yang datang
ke poli PTM.
4
DAFTAR PUSTAKA
4
14. Permana, H. 2008. Komplikasi Kronik Dan Penyakit Penyerta Pada Diabetes
Http://Pustaka.Unpad.Ac.Id/Wpcontent/Uploads/2009/09/Kompli
Kasikronikdanpenyakit Penyerta_Pada_Diabetesi.Pdf
15. Utama, Feranita, Rahmiati, Anita, Alamsari. Halidazia, Lihwana, Mia Asni.
2018. Gambaran Penyakit Tidak Menular di Universitas Sriwirejaya, Jurnal
Kesehatan Vol. 11. No. 2. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Uiniversitas
Sriwijaya.
16. Kemenkes, RI. 2012. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit tidak menular,
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes
RI, Jakarta.
17. Alifariki LO. 2015. Analisis Faktor Determinan Proksi Kejadian Hipertensi di
Poliklinik Interna BLUD RSU Provinsi Sulawesi Tenggara. Medula.;3(1):214–
23.
18. Kemenkes, RI. 2019. Buku Pedoman Pencegahan Penyakit Tidak Menular,
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes
RI, Jakarta.
19. Kemenkes, RI. 2017. Rencana Aksi Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Tahun 2015- 2019, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, Kemenkes RI, Jakarta.