Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit tidak menular (PTM) merupakan 73% penyebab kematian di dunia
dengan angka kematian sekitar 36 juta jiwa per tahun. Dari keseluruhan kasus
kematian di dunia akibat PTM, 80% kematian terjadi di Negara dengan penghasilan
menengah dan rendah, dimana 35% diantaranya disebabkan oleh penyakit jantung
dan pembuluh darah, 12% akibat penyakit kanker, 6% disebabkan oleh penyakit
pernapasan kronis, 6% karena penyakit diabetes dan 15% sisanya disebabkan oleh
PTM lainnya.1

Indonesia secara khusus menghadapi masalah kesehatan yang ganda yaitu


masalah penyakit menular dan penyakit tidak menular. Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, 2013, dan 2018, terjadi peningkatan prevalensi PTM
seperti diabetes, hipertensi, stroke dan penyakit sendi. Perubahan pola penyakit yang
terus meningkat diakibatkan oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat,
trasnsisi demografi, teknologi, ekonomi dan sosial budaya. Hal tersebut juga
mengakibatkan peningkatan pada faktor risiko PTM , antara lain meningkatnya
tekanan darah, peningkatan gula darah, peningkatan berat badan disertai indeks massa
tubuh, pola makan tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, kebiasaan merokok dan
minum alkohol.1,2

Peningkatan kasus PTM secara signifikan akan menambah beban masyarakat


dan pemerintah akibat dari besarnya biaya dan tingginya kebutuhan teknologi untuk
penanganan penyakit. Data dari Badan Penyelengara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS) tahun 2017 telah menunjukkan bahwa 5,7% peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) atau setara dengan 10.801.787 juta orang telah mendapat pelayanan
untuk penyakit yang membutuhkan biaya tinggi dalam pengobatannya dan memiliki
komplikasi yang mengancam jiwa. Jumlah biaya kesehatan yang dikeluarkan untuk
penyakit tersebut adalah sebesar 14,6 triliun rupiah atau sekitar 21,8% dari seluruh
biaya pelayanan, dimana salah satunya seperti penyakit jantung menghabiskan sekitar

1
50,9% anggaran atau senilai 7,4 triliun rupiah.1,2

Puskesmas merupakan garda terdepan dalam penyediaan upaya pelayanan


kesehatan masyarakat yang mencakup pengendalian PTM. Upaya pengendalian PTM
di Puskesmas dilakukan dengan membentuk Puskesmas dengan pelayanan terpadu
penyakit tidak menular (Pandu PTM). Pelayanan yang dilakukan Puskesmas Pandu
PTM dilaksanakan secara komprehensif dan terintegrasi melalui Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). Puskesmas yang
dimaksud memiliki standar Pandu PTM adalah Puskesmas yang membina Posbindu
PTM dan menerapkan PPK 1 serta carta prediksi faktor risiko PTM. Hal tersebut
membuat penulis tertarik untuk melalukan optimalisasi Pandu PTM di puskesmas
Tambusai.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah, “Bagaimana optimalisasi Pandu PTM di puskesmas Tambusai ?”
1.3 Tujuan Kegiatan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk melakukan optimalisasi Pandu PTM di puskesmas Tambusai .
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam kegiatan ini antara lain:
1. Melakukan deteksi dini faktor risiko PTM pada pasien puskesmas Tambusai
2. Menganalisa faktor risiko PTM pada pada pasien puskesmas Tambusai
3. Melakukan edukasi tentang pencegahan terjadinya PTM dan penangan
lebih lanjut pada pasien dengan PTM
1.4 Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat dalam kegiatan ini antara lain:


a. Puskesmas Tambusai
- Sebagai data evaluasi untuk puskesmas tentang optimalisasi pelayanan
kesehatan di Puskesmas Tambusai.

- Menjalankan Program Kerja Puskesmas Tambusai

2
- Menurunkan risiko terjadinya PTM pada wilayah kerja Puskesmas
Tambusai

b. Dokter Internsip
- Sebagai bagian dari tugas mini project Dokter Internsip di Puskesmas
Tambusai
- Berperan serta dalam menjalankan program Puskesmas Tambusai
c. Masyarakat
- Mengetahui status kesehatannya
- Menambah pengetahuan tentang pencegahan dan penanganan PTM

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Puskesmas Tambusai


2.1.1 Letak Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Tambusai terdapat sebelas desa dan satu Kelurahan
meliputi Desa Talikumain, Desa Batas, Desa Sialang Rindang, Kelurahan Tambusai
Tengah, Desa Rantau Panjang, Desa Sungai Kumango, Desa Tambusai Barat, Desa
Batang Kumu, Desa Tingkok, Desa Suka Maju, Desa Lubuk Soting dan Tambusai
Timur dengan jumlah penduduk 76.927 jiwa ( 17 .028 KK ).
PETA KECAMATAN TAMBUSAI

Luas wilayah kerja Puskesmas Tambusai adalah 112750 Km2 atau 112750
Ha. terdiri dari daratan dipinggir jalan raya Lintas sumatera dengan sebelah samping
kiri dan kanan puskesmas bangunan / rumah penduduk atau masyarakat. Wilayah
kerja Puskesmas Tambusai meliputi keseluruhan wilayah Kecamatan Tambusai, yang
juga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Padang Lawas. Dengan batas-batas wilayah adminitrasi
sebagai berikut :
 Utara :Wilayah kerja Puskesmas Tambusai Utara
 Barat : Wilayah kerja Kabupaten Padang Lawas
 Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kota Tengah

4
 Timur : Wilayah kerja Puskesmas Tambusai II
2. Wilayah Adminitrasi
Secara adminitrasi wilayah kerja Puskesmas Tambusai Terdiri dari sebelas
desa dan satu Kelurahan yang terdiri dari beberapa dusun yaitu :
• Desa Talikumain
• Desa Batas
• Desa Sialang Rindang
• Kelurahan Tambusai Tengah
• Desa Rantau Panjang
• Desa Sungai Kumango
• Desa Batang Kumu
• Desa Tambusai Barat
• Desa Tingkok
• Desa Suka Maju
• Desa Tambusai Timur
• Desa Lubuk Soting
Semua wilayah kerja Puskesmas Tambusai dapat dijangkau dengan kendaraan
roda dua dan roda empat, jarak tempuh dari desa ke Puskesmas rata-rata 30 menit.
3. Keadaan Penduduk
a. Jumlah dan Distribusi penduduk
Jumiah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tambusai 76.927 jiwa atau
17.028 KK. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja
Puskesmas Tambusai secara lengkap dapat di lihat dalam tabel berikut :

5
Tabel 2.1 Nama Desa Lengkap dengan jumlah penduduk

No Desa Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk


Rumah Tangga

1 Tambusai 1823 4399 4249 8648


Tengah

2 Talikumain 801 1798 1810 3608

3 Sei Kumango 1612 3545 3445 6990

4 Batas 977 2201 2167 4368

5 Sialang 1060 2240 2215 4455


Rindang

6 Tambusai 1447 3233 3143 6376


Barat
7 Batang Kumu 2723 6767 6486 13253

8 Rantau 955 1885 1894 3779


Panjang
9 Tambusai 1249 2728 2663 5391
Timur
10 Suka Maju 1455 3182 3099 6281

11 Tingkok 909 2046 2018 4064

12 Lubuk Soting 2017 4940 4774 9714

13 Pkm 17.028 38.964 37.963 76.927


Tambusai
Sumber : data kependudukan kecamatan Tambusai 2020

6
b. Profil Penduduk pada wilayah Puskesmas Tambusai
Jumlah penduduk di Wilayah Puskesmas Tambusai tahun 2020 menurut data
dari profil Kecamatan Tambusai sebanyak 76.927 jiwa. Dengan penghasilan
masyarakat bertani ,kebun sawit dan karet. Jumlah penduduk tertinggi di Desa Batang
Kumu yang berjumlah 13.253 jiwa , sedangkan yang terendah di Desa Talikumain
yaitu 3608 jiwa.
4. Sumber Daya Puskesmas
a. Ketenagaan
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pemberi pelayanan kesehatan tingkat
pertama Puskesmas Tambusai telah di lengkapi dengan sarana dan prasarana yang
memadai dan didukung oleh tenaga dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat,
perawat gigi, analis laboratorium, sanitarian,peyuluh kesehatan dan apoteker. gizi,
dan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur terpenting dalam
organisasi. Jalan tidaknya suatu organisasi sangat tergantung dari keberadaan SDM.
SDM Kesehatan yang memiliki kompotensi tentu akan menunjang keberhasilan
pelaksaan kegiatan, program dan pelayanan kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga
kesehatan di Puskesmas Tambusai pada tahun 2020 sebanyak 94 orang. Adapun jenis
dan jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Tambusai pada tahun 2020 dapat dilihat
pada tabel berikut :

7
Tabel 2.2 Data Pegawai Berdasarkan jumlah dan kualitas pendidikan

NO Profesi Jumlah PNS PTT/HONOR


yang ada
1 Kepala Puskesmas 1 1
2 Kasubag TU 1 1
3 Administrasi/ketatausahaan 2 2 1
4 Dokter Umum 4 2 2
5 Dokter Gigi 1 1
6 Epidemiologi 0 0 0
7 Perawat 16 8
8 Perawat Gigi 1 1 3
9 Bidan 48 24
10 Apoteker 2 1 1
11 Farmasi 1 1 1
12 Nutrisionis 2 1 1
13 Sanitarian 1 1 1
14 Analis kesehatan 1 1
15 Cleaning Service 3 3
16 Pekarya 2 2
17 Sopir 1 1
18 Sarjana Kesehatan 5 5
Masyarakat
19 Fisioterapi 1 1
20 Rekam Medik 1 1
21 Serjana Sosial 1 1
22 Admin 1 1
Sumber : Data Kepegawaian UPTD Puskesmas Tambusai 2020
Jumlah Staff di UPTD Puskesmas Tambusai dan jaringannya berdasarkan
strata pendidikan seperti dalam table berikut:
Tabel. 2.3 Jumlah staff Berdasarkan Strata Pendidikan

No Strata Pendidikan Jumlah


1 S2 -
2 S1 17
3 D III 67
4 D1 -
5 SLTA 10

8
6 SLTP -
7 SD -
JUMLAH 94

b. Peralatan dan Sarana Kesehatan


Puskesmas Tambusai mempunyai wilayah kerja sebanyak 12 Desa. Dimana
kegiatan yang direncanakan di Puskesmas Tambusai adalah kegiatan upaya kesehatan
wajib yaitu upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan
global serta yang mempunyai daya tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya kesehatan wajib atau yang lebih dikenal dengan istilah basic six
yaitu :
1) Upaya Promosi Kesehatan
2) Upaya Kesehatan Lingkungan
3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta KB
4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6) Upaya Pengobatan (Perkesmas dan puskesmas Keliling )
Selain dari upaya wajib juga ada upaya kesehatan pengembangan yaitu :
1) Kesehatan Usila
2) Pengobatan Tradisional
3) Kesehatan Olah Raga
4) Fisiotherapy
5) Upaya Kesehatan Kerja
6) PTM dan Kesehatan Jiwa
Dalam upaya melaksanakan tugas tersebut Puskesmas Tambusai membagi
kegiatannya menjadi kegiatan dalam gedung dan luar gedung dengan dua unsur
utama yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Adapun
kegiatan Puskesmas Tambusai yang dilaksanakan didalam maupun diluar gedung
Puskesmas berupa :
1) Kegiatan dalam gedung : pelayanan rawat jalan dan rawat inap

9
2) Kegiatan luar gedung : posyandu, puskesmas keliling, pos P3K, kunjungan rumah,
pelacakan kasus, penyuluhan kesehatan.
Kegiatan dalam gedung adalah kegiatan yang dilaksanakan di dalam gedung
Puskesmas Tambusai. Kegiatan dalam gedung ini biasanya berupa kegiatan kesehatan
perseorangan (pelayanan rawat jalan) antara lain :
A. Medik
1) Poli KIA-KB
2) Poli Umum
3) Poli Gigi
4) Poli Anak
5) Poli Usila
6) Poli Fisiotherapi
7) Poli Konsultasi
8) IGD
9) Ruang Rawat
Inap B.Penunjang
Medik
1) Apotik
2) Laboratorium
3) Rekam Medis
4) Informasi/Resepsionist
1. Dalam menjalankan operasional kesehatan di luar gedung / dilapangan puskesmas
didukung sarana transportasi mobil puskesmas keliling (Puskel)
2. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan mengacu pada program pembangunan
kesehatan kabupaten Rokan Hulu yang digambarkan dengan pencapaian indicator
"Rokan Hulu Sehat 2020" serta hasil pemantauan kinerja pelayanan kesehatan dari
indicator SPM Untuk melaksanakan kegiatan operasional pelayanan kesehatan,
Puskesmas Tambusai telah dilengkapi dengan Fasilitas Pelayanan dalam gedung
seperti dalam tabel berikut:

10
Tabel 2.4 Fasilitas Pelayanan dalam gedung

No Nama Barang Jumlah Kondisi

1 Ambulance 2 unit 1 baik 1 rusak

2 Inpal 2 buah Baik

3 Dental unit 1 buah Rusak

4 Poli Umum Kit 1 buah Baik

5 Microskop 1 buah Baik

6 Sterilisator 1 buah Baik

7 Emergency/IGD Kit 1 buah Baik

8 Inkubator Anak 2 buah Baik

9 Tempat Tidur IGD 3 buah Rusak ringan

10 Tempat rawat Inap 10 buah Baik

11 Oksigen Generator 1 buah Baik

12 Coolchain 2 buah Baik

13 Lemari Pendingin Tidak ada -

14 Roda 2 Pemegang Program Tidak ada -

15 LemariArsip - -
Sumber : Data Sarana pelayanan UPT Puskesmas Tambusai Tahun 2020

c. Sarana Penunjang
Propesi sarana pelayanan kesehatan yang ada di UPDT Puskesmas Tambusai.
Tambusai beserta jaringannya adalah berikut :

11
Tabel 2.5 Sarana Pelayanan Kesehatan di UPT Puskesmas Tambusai

NO NAMA JUMLAH LUAS TOTAL KONDISI KEKU-


SAPRAS LOKAL/S TANAH LUAS RANGAN
ARANA & LANTAI
STATUS GEDUNG
1 Roda-4 2 - - Baik 1
2 Roda-2 0 - - Baik 2
3 Poskinduk 1 560 M2 - Baik -
4 Polindes 1 Tanah - Baik -
Tambusai desa
barat
5 Pustu batas 1 Tanah - Baik -
desa
6 Pustu sei 1 Tanah - Baik -
kumango desa
7 Pustu 1 Tanah - Baik -
batang desa
kumu
8 Pustu 1 - - Baik -
tambusai
barat
9 Pustu rantau 1 Tanah - Baik -
panjang desa
10 Pustu 1 Tanah - Baik -
tingkok desa
11 Pustu 1 Tanah - Baik -
tambusai desa
timur
12 Pustu lubuk 1 - - Baik -
soting
13 Poskesdes 1 - - Baik -
sialang
rindang
14 Poskesdes 1 Per- - Baik -
suka maju orangan
15 Polindes 0 - - - 1
tambusai
tengah
16 Polindes 0 - - - 1
batang
kumu
Sumber : Data Sarana Pelayanan Puskesmas Tambusai tahun 2020

12
d. Sumber Pembiayaan
Pembiayaan puskesmas bersumber dari pendapatan puskesmas yang digunakan
kembali sebagai biaya operasional. Sumber pendapatan puskesmas berasal dari jas
pelayanan pasien umum, jkn, APBD, jampersal dan bantuaan operasional kesehatan
(BOK).
2.1 Penyakit Tidak Menular
2.1.1 Definisi Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak
ditularkan dari orang ke orang, memiliki durasi yang panjang dan pada umumnya
berkembang secara lambat.3 Irwan dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular mengatakan bahwa yang tergolong ke dalam PTM antara lain adalah;
Penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung
koroner dan stroke), diabetes melitus, kanker, penyakit autoimun, penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. 4
Penyakit tidak menular memiliki beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut:
 Perkembangan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu
 Masa inkubasinya panjang dan laten
 Perlangsungan penyakit berlarut-larut (kronis)
 Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun
penanggulangannya
 Faktor penyebabnya bermacam-macam (multikausal), bahkan tidak jelas
2.1.2 Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Data WHO pada 2016 menunjukkan bahwa 71% kematian di dunia terjadi
akibat penyakit tidak menular dan membunuh 36 juta jiwa per tahun. 3,4
Dari 71%
kasus penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan
pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6%
karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya. Salah satu penyebab
tingginya kasus PTM adalah pergeseran budaya pada masyarakat Indonesia, yang
sebelumnya merupakan masyarakat agraris dengan banyak pekerjaan fisik menjadi
masyarakat industri yang cenderung memilih hal-hal instan dalam aktivitas sehari-

13
hari.5 Perubahan pola hidup dalam jangka lama akan mengubah fertilitas, gaya hidup,
dan faktor sosial-ekonomi yang menjadi pemicu peningkatan PTM.
2.1.3 Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular
Faktor risiko PTM adalah kondisi yang potensial berbahaya dan dapat
memicu terjadinya PTM pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko yang
dimaksud antara lain kurang aktivitas, diet yang tidak sehat dan tidak seimbang,
merokok, konsumsi alkohol, obesitas, hiperglikemia (tingginya kadar glukosa darah),
hipertensi, hiperkolesterol, dan perilaku yang berkaitan dengan kecelakaan dan
cedera—misalnya perilaku berlalu lintas yang tidak benar.6 Faktor resiko penyakit
tidak menular dapat dibagi menjadi :
1. Menurut Dapat-Tidaknya risiko itu diubah : 3
a. Unchangeable Risk Factors
Faktor risiko yang tidak dapat diubah. Misalnya : Umur, Genetik.
b. Changeable Risk Factors
Faktor risiko yang dapat berubah. Misalnya : Kebiassan merokok, olahraga.
2. Menurut Kestabilan Peranan Faktor risiko : 3
c. Suspected Risk Factors (Faktor Risiko yang dicurigai)
Faktor risiko yang belum mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya
sebagai faktor yang berperan dalam kejadian suatu penyakit
d. Esthablished Risk Factors (Faktor risiko yang telah ditegakkan)
Faktor risiko yang telah mendapat dukungan ilmiah sebagai faktor yang berperan
dalam kejadian suatu penyakit.
Faktor resiko lainnya dari penyakit tidak menular antara lain :
a. Faktor resiko perilaku
1. Merokok
Bahaya merokok dapat ditimbulkan akibat kandungan-kandungan yang
terdapat pada sebatang rokok. Sekitar lebih dari 4000 bahan kimia terdapat pada
rokok. Setidaknya, 60 dari bahan kimia tersebut mampu menyebabkan kanker dan
penyakit degenerative lainnya. Bahan-bahan berbahaya pada sebatang rokok, di
antaranya: carbon monosida, tar, gas oksidan, benzene, dan bahan-bahan lain.

14
2. Kurang aktivitas fisik
1 / 4 penduduk Indonesia termasuk golongan kurang aktif dalam melakukan
aktivitas fisik.aktivitas fisik merupakan faktor risiko terkena penyakit tidak menular.
Aktifitas Fisik adalah gerakan yang dihasilkan oleh otot-otot rangka yang hasilnya
sebagai suatu pengeluaran tenaga.
Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dan fisik
dan PJPD. Aktivitas Aktivitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan
pembuluh darah dengan meningkatkan efisiensi kerja jantung, mengurangi keluhan
nyeri dada/angina pektoris, melebarkan pembuluh darah, membuat kolateral atau
jalan baru bila sudah ada penyempitan pembuluh darah koroner, mencegah timbulnya
penggumpalan darah, meningkatkan kemampuan tubuh.
3. Konsumsi Alkohol
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan, namun
mekanismenya masih belum jelas. Diduga saat pasien sering mengonsumsi alkohol,
peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah dan peningkatan
kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah.
4. Konsumi Diet Seimbang
Perubahan pola makan saat ini mengarah ke makanan cepat saji yang tidak
sehat dan tidak seimbang, karena tinggi kalori, lemak, tinggi garam tetapi rendah
serat pangan. Jenis makanan ini membaw ini mengakibatkan perubahan status gizi
menuju gizi lebih (berat badan lebih atau IMT ≥23 kg/m2), yang memicu
berkembangnya penyakit degeneratif, seperti Penyakit jantung dan pembuluh darah

2.2 PROGRAM PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM


2.2.1 Konsep Dasar Pelayanan Terpadu PTM di FKTP
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak bisa
ditularkan dari orang ke orang yang berkembang secara perlahan dalam waktu
panjang(kronik). Pelayanan PTM di FKTP secara perlaham secara terpadu melalui
program “Pelayanan Terpadu PTM (PANDU PTM)”.2

15
Penyelengaraan pencegahan dan pengendalian PTM diprioritaskan pada jenis PTM
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, dengan kriteria: 1) Tingginya angka
kematian atau kecacatan. 2) Tingginya angka kesakitan atau tingginya beban biaya
pengobatan; dan 3) Memiliki faktor risiko yang dapat diubah.8
2.2.2 Tujuan Pandu PTM
PANDU PTM di FKTP merupakan upaya kesehatan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan, disabilitas, dan kematian akibat PTM (mencegah
terjadinya PTM dan/atau komplikasinya), yang bergerak lebih mengutamakan aspek
promotif dan preventif. Kegiatan ini dilaksanakan secara komprehensif dan
berkelanjutan dengan tidak mengabaikan aspek kuratif, rehabilitatif dan paliatif.2
2.2.3 Sasaran
Sasaran Pelayanan terpadu PTM di FKTP meliputi individu dan/atau kelompok
masyarakat yang berusia 15 tahun ke atas yang datang ke Puskesmas/FKTP untuk
kunjungan sakit maupun kunjungan sehat.
2.2.4 Algoritma Pandu PTM
Untuk memudahkan pelaksanaan Pandu PTM, maka dibuatlah algoritma
Pandu PTM yang berisi alur dan penjelasan tentang tata laksana bagi pengunjung
puskesmas usia 15 tahun keatas mulai dari identifikasi faktor risiko melalui
anamnesis, pengukuran dan pemeriksaan serta pemeriksaan prediksi risiko dan
penegakan diagnosis PTM (bila ada), rujukan bila diperlukan dan rujuk balik setelah
kondisi stabil.

16
Gambar 2.1 Alogaritma pandu ptm

17
Kotak 1

Pandu PTM di FKTP merupakan kegiatan pelayanan terpadu PTM bagi


pengunjung Puskesmas/FKTP yang berusia 15 tahun ke atas yang datang untuk
kunjungan sakit/berobat maupun kunjungan sehat lainnya. Pengunjung yang datang ke
Puskesmas/FKTP berasal dari rujukan Posbindu PTM, Posyandu Lansia, intervensi
lanjutan PIS-PK dan pasien rujuk balik FKRTL.

Kotak 2
Anamnesis
Faktor risiko PTM yang perlu diidentifikasi melalui anamnesis adalah sebagai
berikut:8

a) Pola makan tinggi gula, garam, dan lemak.


Hal-hal yang perlu ditanyakan pada pengunjung puskesmas tentang pola makan
antara lain:
1. Apakah anda mengonsumsi buah dan sayur kurang dari 5 porsi sehari?
2. Apakah anda mengonsumsi makanan manis/gula tambahan lebih dari 4
sendok makan sehari?
3. Apakah anda mengkonsumsi makan asin/ garam lebih dari 1 sendok teh?
4. Apakah anda mengkonsumsi makanan berlemak/ berminyak/digoreng/
ditumis lebih dari 5 sendok makan sehari?
b) Kebiasaan merokok
1. Ditanyakan pada setiap individu usia diatas 10 tahun
2. Beberapa hal yang perlu ditanyakan tentang kebiasaan merokok:
 Merokok
 Tidak merokok
 Berhenti merokok selama 3 bulan, 6 bulan, lebih dari 1 tahun (disebut
berhenti merokok, apabila tidak pernah merokok lebih dari 1 tahun
terakhir

1
c) Kurang aktivitas fisik (frekuensi dan durasi)
1. Kriteria aktivitas fisik:
 ringan: bila saat melakukan aktivitas masih mampu berbicara
normal dan bernyanyi
 sedang: bila saat beraktivitas fisik masih bisa berbicara tetapi
tidak bisa bernyanyi
 berat: saat melakukan aktivitas fisik sulit untuk berbicara
atau terengah- engah.
2. Durasi aktivitas fisik yang dianjurkan:
 setiap hari selama 30 menit
 150 menit per minggu
3. bila aktivitas fisik yang dilakukan berat dan kurang dari 30 menit perhari
atau kurang dari 150 menit perminggu maka diberikan penyampaian KIE
untuk merubah perilaku/aktivitas fisik
d) Berat badan berlebih
Penilaian berat badan berlebih dilakukan dengan anamnesis tentang
riwayat obesitas pada pengunjung dilanjutkan dengan pengukuran IMT
sebagaimana dijelaskan pada poin C (pengukuran IMT)

e) Pada pengunjung wanita usia 30-50 tahun (batasan usia mengikuti Peraturan
Menteri Kesehatan) yang sudah menikah atau pernah melakukan hubungan
seksual (3b), setelah anamnesis dilakukan pemeriksaan (3), dan dilakukan
tambahan pemeriksaan SADANIS dan Inspekulo serviks untuk menilai curiga
kanker atau adanya servisitis berat. Bila curiga kanker/servisitis berat, rujuk ke
FKRTL (7). Bila tidak curiga kanker/servisitis berat, lakukan tes IVA (3b.1).
Bila IVA positif (3b.1.1), lakukan penilaian syarat krioterapi. Bila memenuhi
syarat, maka lakukan krioterapi (2b.1.1), kemudian lakukan follow up dan
kontrol (9). Bila FKTP tidak memiliki fasilitas krioterapi, maka rujuk ke
FKRTL (7). Bila IVA positif tidak memenuhi syarat krioterapi, rujuk ke
FKRTL (7). Bila IVA negatif (3b.1.2), berikan KIE (8). Bila pemeriksaan
SADANIS (3b.2) yang menunjukkan ada benjolan (3b.2.1), lakukan rujukan ke
FKRTL (7). Bila tidak ada benjolan (3b.2.2),

1
berikan KIE (8). Selanjutnya FKRTL mengirimkan umpan balik hasil pelayanan dan
saran tindak lanjut kepada FKTP.

Kotak 3
Pemeriksaan
Setelah anamnesis pada pasien, kemudian dilakukan pengukuran :
a. Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dengan baik dan benar adalah langkah penting
untuk mendiagnosis hipertensi dan mengevaluasi respon pengobatan. Bagi pasien
yang terdiagnosis hipertensi dilakukan tata laksana sesuai pedoman yang berlaku,
termasuk deteksi dini komplikasi berdasarkan organ target.
Berdasarkan pengukuran tekanan darah, hipertensi dibagi dalam beberapa kriteria
seperti yang terlihat pada tabel 1 berikut ini. 9

Tabel 2.4 Klasifikasi Hipertensi

b. Pemeriksaan Gula darah sewaktu


Pemeriksaan gula darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa darah
secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan
dapat dilakukan dengan glukometer. Kriteria diagnosis Diabetes Melitus dapat dilihat
pada gambar 2 dan tabel 2 berikut ini10:

2
Tabel 2.5 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus dan Prediabetes

Penegakan diagnosis pasti bagi diabetes melitus dilakukan melalui


pemeriksaan kadar gula darah, yang dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.

Tabel 2.6 Kadar Glukosa Darah Sebagai Penyaring Dan Diagnosis DM

Jika ditemukan faktor risiko prediabetes, maka dilakukan intervensi (KIE, dan
bila perlu pemberian obat) dan pemantauan minimal setiap 6 bulan. Bila dalam
pemantauan faktor risiko prediabetes berubah memenuhi kriteria diagnosis diabetes,
maka dilakukan tata laksana diabetes melitus sesuai pedoman yang berlaku termasuk
deteksi dini komplikasi berdasarkan organ target.
c. IMT (Indeks Masa Tubuh)
Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan untuk mendapatkan nilai IMT
yang nantinya digunakan dalam menentukan derajat obesitas. Penilaian IMT
menggunakan rumus:
Berat Badan (kg)

IMT = Tingga Badan x Tinggi Badan (m2)


Penegakan diagnosis Indeks masa Tubuh di bawah ini.12

2
Tabel 2.7 Klasifikasi WHO Tabel 2.8 Klasifikasi Nasional

Pengukuran IMT ini tidak dapat dilakukan pada orang hamil, binaragawan,
penderita edema, ascites dan penyandang disabilitas yang mengalami amputasi
anggota gerak.
d. Lingkar Perut
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT saja
bukan merupakan indikator terbaik untuk penentuan obesitas. Selain IMT, metode
lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar
perut. Internasional Diabetes Federation (IDF) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar
perut berdasarkan etnis. Kriteria lingkar perut ini digunakan untuk penentuan kategori
obesitas sentral, sebagai berikut. 12
Obesitas sentral jika lingkar perut :
Pria >90 cm, wanita >80 cm

e.Inspekulo
f. Pemeriksaan Hemoglobin

2
Kotak 3a
Konseling UBM (Upaya Berhenti Merokok )
Layanan konseling UBM adalah suatu layanan konseling kepada seseorang
yang ingin berhenti merokok yang diberikan oleh seorang tenaga terlatih.
Kotak 3b
Pemeriksaan Perempuan Usia 30-50 tahun
Pada pengunjung wanita usia 30-50 tahun, dilakukan tambahan pemeriksaan
SADANIS dan Inspekulo serviks untuk menilai curiga kanker atau adanya servisitis
berat.
Kotak 3b.1 Tes IVA
Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim yang
merupakan bagian terendah dari badan rahim yang menonjol ke puncak liang vagina.
Sejumlah faktor risiko (ko- faktor) yang berhubungan dengan perkembangan kanker
leher rahim diantaranya adalah:
- Memiliki pasangan seksual multipel (perempuan atau pasangannya);8
- Pertama kali hubungan seksual saat usia muda (<20 tahun);
- Infeksi Menular Seksual (IMS) berulang, antara lain : Klamidia, gonore, dsb;
- Penderita HIV/AIDS;
- Merokok/terpapar asap rokok; dan atau
- Malnutrisi atau defisiensi beberapa vitamin anti-oksidan (vitamin C, E, dll)
- Skrining dan deteksi dini kanker leher rahim dapat dilaksanakan dengan cara
atau metode yang mudah dan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan di
tingkat dasar sekalipun dengan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat); ATAU Papsmear (sitologi)

2
Kotak 3b.2
Sadanis
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar,
dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara, yang penyebabnya
tidak diketahui secara pasti.
Pada kelompok risiko tinggi sangat penting untuk dilakukan deteksi dini berupa
SADARI (pemerikSAan payuDAra sendiRI), SADANIS (Pemeriksaan Payudara
secara Klinis) oleh tenaga medis, dan mamografi setiap tahun.8

2
Gambar 2.2 Skrining Kanker leher rahim

2
Gambar 2.3 Deteksi dini Kanker payudara

2
Kontak 4
Penilaian Prediksi Risiko PTM

Selanjutnya lakukan penilaian prediksi risiko PTM menggunakan “Tabel


Prediksi Risiko PTM”. Tabel ini memprediksi risiko seseorang menderita penyakit
kardiovaskuler 10 tahun mendatang, berdasarkan jenis kelamin, umur, tekanan darah
sistolik, status merokok.
Penilaian prediksi risiko PTM dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
instrumen. Salah satu instrumen yang dapat dipakai untuk memprediksi risiko
seseorang menderita PTM adalah Tabel Prediksi Risiko PTM, diadaptasi dari “WHO
Cardiovascular Disease Risk Charts” yang dikeluarkan tahun 2020. Terdapat 2 jenis
tabel prediksi risiko PTM, yaitu berdasarkan hasil laboratorium (memerlukan nilai
kolesterol total dan diagnosis diabetes melitus) dan tanpa hasil laboratorium
(memerlukan nilai Indeks Massa Tubuh). Tabel prediksi berdasarkan hasil
laboratorium, memprediksi risiko seseorang menderita penyakit kardiovaskuler 10
tahun mendatang, berdasarkan status diabetes melitus, jenis kelamin, status merokok,
umur, tekanan darah sistolik, dan nilai kolesterol total. Sedangkan tabel prediksi tanpa
hasil laboratorium, memprediksi risiko seseorang menderita penyakit kardiovaskuler
10 tahun mendatang, berdasarkan jenis kelamin, status merokok, umur, tekanan darah
sistolik, dan nilai kolesterol total.8

2
Gambar 2.4. Tabel Prediksi Risiko PTM (Hasil Laboratorium)

2
Gambar 2.5 Tabel Prediksi Risiko PTM (Tanpa Hasil Laboratorium)

2
Cara Menggunakan Tabel Prediksi Risiko PTM8:

a. Tabel Prediksi Risiko PTM berdasarkan hasil laboratorium


 Tentukan dahulu apakah orang yang diperiksa penyandang Diabetes Melitus atau
tidak. Gunakan kolom yang sesuai dengan statusnya.
 Kemudian tentukan kolom jenis kelaminnya (laki-laki di kolom kiri dan perempuan
di kolom kanan).
 Tentukan status merokok apakah merokok atau tidak, sesuaikan di kolomnya
masing- masing
 Selanjutnya tetapkan blok usia. Lihat lajur angka paling kiri (misalnya untuk usia 46
tahun pakai blok usia 45-49 tahun, 68 tahun pakai blok 65-69 tahun, dst).
 Lihat nilai tekanan darah (TD) sistolik pada lajur paling kanan.
 Lihat kolom konversi kadar kolesterol total pada lajur bawah (pada tabel digunakan
satuan mmol/l, sedangkan di Indonesia umumnya menggunakan satuan mg/dl, angka
konversi tercantum).
 Tarik garis dari blok umur ke arah dalam, kemudian tarik garis dari titik tekanan darah ke
arah dalam dan nilai kolesterol ke atas, angka dan warna kotak yang tercantum pada titik
temu antara kolom umur, TD sistolik dan kolom kolesterol menentukan besarnya risiko
untuk mengalami penyakit kardiovaskular dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
 Penilaian berdasarkan tingkat risiko ini dilanjutkan dengan tata laksana

b. Tabel Prediksi Risiko PTM dengan IMT /tanpa hasil laboratorium


 Tentukan dahulu kolom jenis kelaminnya (laki-laki kolom kiri dan perempuan kolom
kanan).
 Tentukan status merokok apakah merokok atau tidak, sesuaikan di kolomnya
masing- masing
 Selanjutnya tetapkan blok usia. Lihat lajur angka paling kiri (misalnya untuk usia 46
tahun pakai blok usia 45-49 tahun, 68 tahun pakai blok 65-69 tahun, dst).
 Lihat nilai tekanan darah (TD) sistolik pada lajur paling kanan.
 Lihat kolom IMT (Indeks Masa Tubuh) pada lajur bawah.
 Tarik garis dari blok umur ke arah dalam, kemudian tarik garis dari titik tekanan darah ke

3
arah dalam dan nilai IMT ke atas, angka dan warna kotak yang tercantum pada titik
temu antara kolom umur, TD sistolik dan kolom IMT menentukan besarnya risiko
untuk mengalami penyakit kardiovaskular dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
Penilaian berdasarkan tingkat risiko ini dilanjutkan dengan tata laksana.

Kotak 5 dan 6
Bila hasil pemeriksaan menunjukkan pengunjung menyandang PTM (5a),
lakukan pengobatan dan tata laksana (6) sesuai pedoman yang berlaku, termasuk
deteksi dini komplikasi berdasarkan organ target, dan jika ditemukan komplikasi,
lakukan rujukan ke FKRTL (7), selanjutnya FKRTL memberikan umpan balik hasil
pelayanan dan saran tindak lanjut kepada FKTP. Pengunjung yang tidak menyandang
PTM (5b), baik yang memiliki faktor risiko PTM maupun tidak, diberikan KIE (8)
dan dikontrol secara berkala sesuai hasil Tabel Prediksi Risiko PTM (9).

Kotak 7
Rujukan ke FKRTL dan Rujuk Balik
Pengunjung puskesmas yang dalam anamnesis dan pemeriksaan diketahui
menyandang PTM, dilakukan tata laksana sesuai jenis penyakitnya di FKTP dengan
mengacu pada pedoman yang berlaku. Apabila kondisi penyakit cukup berat dan atau
terdapat kegawatdaruratan medik yang menyebabkan FKTP tidak dapat melakukan
penanganan secara optimal, maka dilakukan rujukan ke FKRTL agar dapat ditangani
oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis.
Selanjutnya FKRTL dapat memberikan umpan balik dan saran-saran
tindaklanjut kepada FKTP atau institusi pelayanan kesehatan yang merujuk terkait
pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien. Kemudian pasien tersebut
dapat ditangani kembali di FKTP bila kondisi penyakitnya sudah stabil melalui
Program Rujuk Balik (PRB).
Program Rujuk Balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
penyandang penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil dan

3
masih memerlukan pengobatan atau perawatan jangka panjang yang dilaksanakan di
FKTP atas rekomendasi dari dokter spesialis/subspesialis yang merawat.

Pelayanan obat PRB dilakukan selama 3 bulan di FKTP, kemudian dapat


dirujuk kembali ke FKRTL untuk dilakukan evaluasi oleh dokter
spesialis/subspesialis. Pada saat kondisi pasien tidak stabil, dapat dilakukan rujukan
ke FKRTL sebelum 3 bulan dengan menyertakan keterangan medis dan/atau hasil
pemeriksaan klinis dari dokter di FKTP yang menyatakan kondisi pasien tidak stabil
atau mengalami gejala/tanda perburukan dan perlu penatalaksanaan lanjut oleh
Dokter Spesialis/Sub Spesialis.

Kotak 8
Penyampaian KIE Pencegahan dan Pengendalian PTM8
Pencegahan dan pengendalian PTM difokuskan pada manajemen faktor risiko
yang dapat diubah, melalui promosi kesehatan dan pemicuan perubahan perilaku
menjadi perilaku hidup sehat dengan tetap mengacu pada pedoman yang berlaku.
Penyampaian KIE merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan
Pandu PTM. Secara umum penyampaian KIE melalui slogan CERDIK bagi semua
kelompok masyarakat dan PATUH bagi kelompok masyarakat penyandang PTM.
CERDIK merupakan singkatan dari Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap
rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dan gizi seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola
stres. PATUH merupakan singkatan dari Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti
anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet
sehat dengan gizi seimbang, Upayakan beraktivitas fisik dengan aman, Hindari rokok,
alkohol dan zat karsinogenik lainnya.

3
BAB III

METODE MINI PROJECT

3.1 Desain Mini


Project

Kegiatan mini project yang bertema “Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular
di Wilayah Kerja Puskesmas Tambusai Kab. Rokan Hulu.” terdiri dari kegiatan
utama, yaitu melakukan skrining kesehatan usia 15 tahun keatas di Puskesmas
Tambusai.
3.2 Tempat dan Waktu Kegiatan
Mini Project dilakukan di Puskesmas Tambusai pada tanggal 14 Maret sampai
24 Maret 2022, pukul 08.00-12.00 WIB.
3.3 Sasaran Kegiatan
Kegiatan Mini Project ditujukan kepada Usia 15 tahun ke atas yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Tambusai.
3.4 Instrumen Kegiatan
Instrumen yang digunakan berupa skrining kesehatan pengukuran tekanan darah,
tinggi badan, berat badan, lingkar perut, dan cek gula darah kuisioner riwayat
penyakit.
3.5. Prosedur Kegiatan
Proses kegiatan dilakukan dengan pasien mendaftar di pendaftaran,
selanjutnya pasien dipanggil sesuai nomor antrian ke poli umum, petugas
menanyakan identitas pasien dan petugas mengisi form skrining yang berisi identitas,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, kebiasaan merokok, alkohol,
aktifitas fisik, makan buah dan sayur, kemudian petugas melakukan pemeriksaan
tinggi badan, berat badan, lingkar perut tekanan darah dan cek gula darah. Hasil
pemeriksaan diberikan dalam catatan kecil kepada pasien untuk dibawa ke poli yang
sesuai dengan tujuan pasien yaitu poli umum ataupun poli lansia.

3
BAB IV
PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan Penyakit Tidak Menular (PTM) yang dilaksanakan sejak


tanggal 14 Maret hingga 24 November 2022 di Poli Pelayanan Terpadu (PANDU)
Puskesmas Tambusai didapatkan jumlah pasien yang diskrining dengan total 33
pasien. 20 pasien berjenis kelamin perempuan dan 13 pasien berjenis kelamin laki-
laki. Wanita memiliki risiko yang lebih besar dari pada pria, menurut14. Wanita lebih
rentan terhadap obesitas 2 kali lebih besar pada dari pria. Salah satu faktor yang
menyebabkannya adalah perbedaan fase hidup wanita dari pria. Kekurangan zat gizi
saat dalam kandungan, haid dini, berat badan berlebih ketika hamil, dan aktifitas fisik
yang berkurang akibat menopause, mengakibatkan wanita berisiko tinggi terhadap
obesitas. Perempuan lebih berisiko untuk terkena diabetes karena secara fisik wanita
memiliki peluang untuk mengalami peningkatan indeks masa tubuh yang berisiko
obesitas. Orang yang mengalami obesitas mempunyai masukan kalori yang lebih
besar, sehingga sel beta pankreas akan mengalami kelelahan dan tidak mampu untuk
memproduksi insulin yang adekuat dalam mengimbangi pemasukan kalori dalam
tubuh, sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat dan menyebabkan DM 13.
Dari hasil pemeriksaan gula darah, total jumlah pasien yang diperiksa kadar
gula darah sewaktu adalah 33 orang dimana didapatkan 8 pasien bukan DM
(24,2%), pasien belum pasti DM 18 orang (54,5%) dan pasien diabetes 7 orang
(21,2%). Pasien yang diketahui telah memiliki penyakit diabetes mellitus sebanyak 8
orang (24,2 %), dari total pasien diabetes sebanyak 7 orang didapatkan 1 pasien
merupakan kasus baru diabetes di Puskesmas
Tambusai dalam 10 hari PANDU PTM. Pasien yang memiliki riwayat
diabetes sebelumnya telah mengkonsumsi obat anti diabetik sehingga saat dilakukan
pemeriksaan ditemukan kadar gula dalam keadaan normal. Penemuan kasus baru
pasien diabetes mellitus akan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan memulai
intervensi lebih dini dan dapat memberikan edukasi kepada pasien yang berisiko
sehingga terhindar dari penyakit diabetes mellitus terutama pasien prediabetik.

3
Dari 33 orang pasien yang diperiksa tekanan darah ditemukan tekanan darah
normal 5 orang (15,2 %), pasien yang pre hipertensi sebanyak 10 orang (30,3 %) dan
pasien yang hipertensi sebanyak 18 orang (54,6 %) diantaranya 2 orang stage 1, 14
orang stage 2 dan 2 orang stage 3. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak
menular yang menjadi masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena
prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat serta hubungannya dengan penyakit
kardiovaskuler, stroke, retinopati diabetika, dan penyakit ginjal. Hipertensi juga
menjadi faktor risiko ketiga terbesar penyebab kematian dini. The Third National
Health and Nutrition Examination Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko
stroke sebesar 24%. Upaya rutin pemeriksaan tekanan darah dan memahami faktor
risiko yang menjadi pencetus gangguan kardiovaskuler, perlu dilakukan juga dari
lingkungan dunia pendidikan khususnya kampus kesehatan dan kedokteran.15
Pemeriksaan lainnya yang dilakukan untuk skrining penyakit tidak menular di
Puskesmas Tambusai adalah pengukuran lingkar perut. Lingkar perut dapat
menentukan obesitas sentral atau tidak. Obesitas sentral jika lingkar perut pada laki-
laki > 90 cm sedangkan perempuan > 80 cm. Dalam skrining penyakit tidak menular
didapatkan pasien yang tergolong kedalam obesitas sentral berdasarkan lingkar perut
sebanyak 21 orang (63,6%) diantaranya laki-laki 7 orang dan perempuan 14 orang.16
Jumlah pasien merokok di Puskesmas Tambusai10 (30,3%) sedangkan yang tidak
merokok 23 (69,7 %) dari total 33 pasien yang ditanyakan. 6 pasien (18,2%) kurang
makan sayur dan buah dan 27 orang makan sayur dan buah (81,8%). Pasien yang
melakukan aktifitas rutin sebanyak 12 (36,4%) dan yang jarang melakukan aktifitas
fisik 21 pasien (63,6%). Terdapat 3 orang yang mengkonsumsi alcohol atau sekitar
(9,1 %) sisanya 30 orang atau (90,9%) tidak mengkonsumsi alcohol.
Penyakit tidak menular muncul dari kombinasi faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Fakor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi oleh individu adalah usia, jenis kelamin, dan genetika. Sedangkan faktor
risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor yang dapat diubah melalui kesadaran
individu itu sendiri dan intervensi sosial17. Terdapat empat tipe utama penyakit tidak

3
menular yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan kronis, dan
diabetes. Pola hidup modern telah mengubah sikap dan perilaku manusia, termasuk
pola makan, merokok, konsumsi alkohol serta obat-obatan sebagai gaya hidup
sehingga penderita penyakit degeneratif (penyakit karena penurunan fungsi organ
tubuh) semakin meningkat dan mengancam kehidupan. 18
Laporan dari WHO menunjukkan bahwa PTM sejauh ini merupakan
penyebab utama kematian di dunia, yang mewakili 63% dari semua kematian
tahunan. PTM membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahun. Kematian akibat
penyakit kardiovaskular paling banyak disebabkan oleh PTM yaitu sebanyak 17,3 juta
orang per tahun, diikuti oleh kanker (7,6 juta), penyakit pernafasan (4,2 juta), dan DM
(1,3 juta). Keempat kelompok jenis penyakit ini menyebabkan sekitar 80% dari
semua kematian PTM. Sehingga diharapkan dengan adanya PANDU PTM di
Puskesmas Tambusaiakan dapat mendeteksi pasien yang berisiko mengalami PTM
dan segera diintervensi agar kualitas hidup lebih baik.19
Tabel 3.1 Hasil deskripsi pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular

NO. HASIL PEMERIKSAAN N %

1 JENIS KELAMIN

1. LAKI-LAKI 13 39,4%

2. PEREMPUAN 20 60,6%

TOTAL 33 100%

2 KADAR GULA DARAH

1.BUKAN DM 8 24,2%

2.BELUM PASTI DM 18 54,5%

3. DIABETES MELITUS 7 21,2%

3
TOTAL 78 100%

3 TEKANAN DARAH

1. NORMAL 5 15,2%

2. PRE HIPERTENSI 10 30,3%

3. HIPERTENSI STAGE 1 2 6,1%

4. HIPERTENSI STAGE 2 14 42,4%

5. HIPERTENSI STAGE 3 2 6,1%

TOTAL 33 100%

4 OBESITAS SENTRAL

1. YA 23 69,7%

2. TIDAK 10 30,3%

TOTAL 33 100,00%

5 MEROKOK

1. YA 10 30,3%

2. TIDAK 23 69,7%

TOTAL 33 100,00%

6 KURANG MAKAN SAYUR DAN


BUAH
1. YA 27 81,8%

2. TIDAK 6 18,2%

TOTAL 33 100,00%

3
7 JARANG MELAKUKAN AKTIFITAS FISIK

1. YA 21 63,6%

2. TIDAK 12 36,4%

TOTAL 33 100%

8 KONSUMSI ALKOHOL

1. YA 3 9,1%

2. TIDAK 30 90,9%

TOTAL 33 100%

3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan dari kegiatan yang sudah dilakukan adalah sebagai:

1. Dari kegiatan PANDU PTM yang dilakukan didapatkan bahwa terdapat faktor
resiko pada pasien merokok di Puskesmas Tambusai 10 (30,3%) sedangkan
yang tidak merokok 23 (69,7 %) dari total 33 pasien yang ditanyakan. 6
pasien (18,2%) kurang makan sayur dan buah dan 27 orang makan sayur dan
buah (81,8%). Pasien yang melakukan aktifitas rutin sebanyak 12 (36,4%) dan
yang jarang melakukan aktifitas fisik 21 pasien (63,6%). Terdapat 3 orang
yang mengkonsumsi alcohol atau sekitar (9,1 %) sisanya 30 orang atau
(90,9%) tidak mengkonsumsi alkohol.
2. Penyakit PTM merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang mewakili
63% dari semua kematian tahunan Sehingga upaya rutin pemeriksaan tekanan
darah, kadar gula darah dan memahami faktor risik. Dapat membuat pasien
terhindar dari penyakit diabetes mellitus penyakit kardiovaskuler, stroke,
retinopati diabetika, dan penyakit ginjal.
3. Sehingga diharapkan dengan adanya PANDU PTM di Puskesmas Tambusai
akan dapat mendeteksi pasien yang berisiko mengalami PTM dan segera
diintervensi agar kualitas hidup lebih baik dan dapat memberikan edukasi
kepada pasien yang berisiko sehingga terhindar dari Penyakit Tidak Menular.

5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan dari kegiatan Optimalissasi Pelayanan
kesehatan di puskesmas Tambusai ialah :

1. Puskesmas Tambusai, agar melanjutkan kegiatan PANDU PTM ini


setiap harinya agar semakin banyak pasien yang memiliki faktor resiko
terdeteksi.serta dilakukannya intervensi yang lebih lanjut agar kualitas

3
hidup lebih baik. Diharapkan dibuatnya SOP khusus untuk PANDU
PTM pada Puskesmas Tambusai. Kegiatan deteksi dini diharapkan
dilakukan juga di Posbindu yang ada di Puskesmas Tambusai.
2. Dokter intersip, agar dapat melaksanakan kegiatan ini seterusnya. Serta
melakukan edukasi dan tindakan pencegahan bagi pasien yang datang
ke poli PTM.

3. Bagi masyarakat diharapkan datang secara rutin ke Puskesmas di Poli


sehingga dapat monitor faktor risiko PTM, makan sayur dan buah
(minimal 5 porsi dalam sehari), aktivitas fisik (minimal 30 menit per
hari atau 150 menit per minggu). Bagi warga yang mempunyai faktor
risiko diharapkan untuk segera menindaklanjuti dengan datang ke Poli
yang dianjurkan.

4
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes, RI. 2019. Buku Pedoman Pencegahan Penyakit Tidak Menular,


Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes
RI, Jakarta.
2. Kementrian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan indonesia 2020
3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) .2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.
4. Irwan. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta : Deepublish
5. Kementrian Kesehatan RI. 2012. Penyakit Tidak Menular. Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan. Pusat Data Dan Informasi.
6. Amelia, R., Taiyeb, A. M., & Idris, I. S. 2019. Hubungan Pola Makan dan
Aktivitas Fisik terhadap Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Sabbangparu Kabupaten Wajo. In Seminar Nasional
Biologi
7. Widyasari, N. 2017. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Risiko
Diabetes Melitus dan Dislipidemia Kelurahan Tanah Kalikedinding. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 5(1), 130-141.
8. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Puskesmas
9. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan
Hipertensi. 2019. Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM, editors. Jakarta:
Indonesian Society of Hypertension; 2019.
10. PERKENI. 2015. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia, PERKENI, Jakarta.
11. Kemenkes,RI. 2018. Obesitas KIT http://p2ptm.kemkes.go.id
12. Depkes. Overweight dan Obesitas di Indonesia. 2000.
Available from www.obesitas.web.id
13. Kaban, S. 2017. Diabetes Tipe 2 di Kota Sibolga Tahun 2015. Majalah
Kedokteran Nusantara Volume 40 No 2 Juni 2007

4
14. Permana, H. 2008. Komplikasi Kronik Dan Penyakit Penyerta Pada Diabetes
Http://Pustaka.Unpad.Ac.Id/Wpcontent/Uploads/2009/09/Kompli
Kasikronikdanpenyakit Penyerta_Pada_Diabetesi.Pdf
15. Utama, Feranita, Rahmiati, Anita, Alamsari. Halidazia, Lihwana, Mia Asni.
2018. Gambaran Penyakit Tidak Menular di Universitas Sriwirejaya, Jurnal
Kesehatan Vol. 11. No. 2. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Uiniversitas
Sriwijaya.
16. Kemenkes, RI. 2012. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit tidak menular,
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes
RI, Jakarta.
17. Alifariki LO. 2015. Analisis Faktor Determinan Proksi Kejadian Hipertensi di
Poliklinik Interna BLUD RSU Provinsi Sulawesi Tenggara. Medula.;3(1):214–
23.
18. Kemenkes, RI. 2019. Buku Pedoman Pencegahan Penyakit Tidak Menular,
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes
RI, Jakarta.
19. Kemenkes, RI. 2017. Rencana Aksi Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Tahun 2015- 2019, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, Kemenkes RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai