Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN MANAJEMEN JULI 2020

RUANG TINDAKAN
PUSKESMAS KAWATUNA

Disusun Oleh :
Nur Asia
N 111 18 044

Pembimbing :
dr. Miranti Umar, M.Kes.
dr. Anastasia Christine

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia adalah kesehatan.


Manusia kebanyakan akan melakukan berbagai cara untuk memperoleh kesehatan
yang prima. Orang yang sedang menderita sakit biasanya akan berusaha untuk
mengatasi dan mengobati penyakit yang dideritanya hingga sembuh. Tubuh yang
sehat merupakan kehendak setiap orang, untuk dapat mewujudkan keadaan sehat
tersebut banyak hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya yang dinilai
mempunyai peranan yang cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan seperti puskesmas.1

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan secara umum


memiliki peran yang sangat penting dalam upaya menaikkan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia, hal yang penting untuk diperhatikan, karena hal tersebut akan
dipersepsikan oleh konsumen setelah konsumen menggunakan barang atau jasa.1

Departemen Kesehatan (2004) menjelaskan bahwa salah satu indikator


Standar Pelayanan Minimal (SPM) kegiatan pokok puskesmas yang dilaksanakan
perawat puskesmas berdasarkan upaya kesehatan wajib puskesmas adalah 90%
sarkes dengan kemampuan pelayanan gawat darurat BLS (Basic Life Support) atau
BHD/P3 pada kasuskasus yang memerlukan pelayanan.2

Unit Gawat Darurat (UGD ) salah satu bagian pelayanan di puskesmas yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera yang
mengancam kelangsungan hidup, pertolongan pertama pasien yang mengalami
kondisi gawat darurat pada saat berada dipuskesmas secara cepat, tepat dan bersifat
sementara. Hal ini karena puskesmas adalah ujung tombak unit pelayanan pertama
untuk masyarakat yang membutuhkan petolongan.3
Puskesmas atau primary health care center sebagai ujung tombak utama
pelayanan yang terdiri dari beberapa program kesehatan masyarakat yang memiliki
tujuan promosi dan preventif. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di
masyarakat antara lain keadaan seseorang yang mengalami henti napas, henti
jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera, misalnya patah tulang, kasus stroke,
kejang, keracunan, dan korban bencana. Dalam kondisi tersebut, pertolongan yang
bersifat bantuan hidup dasar harus dapat segera diberikan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas bagi pasien. Kondisi yang demikian berlanjut hingga
adanya keputusan yang dibuat oleh pelayanan kesehatan yang profesional bahwa
pasien berada dalam kondisi yang baik dan tidak dalam kondisi mengancam jiwa.
Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan primer dan rujukan pada pasien.4

Dari hal tesebut yang menjadi dasar ketertarikan penulis dalam menyusun
laporan manajemen mengenai manajemen IGD di puskesmas kawatuna.

1.2 Tujuan
1. Sebagai bahan pembelajaran manajemen IGD di Puskesmas Kawatuna.
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.
3. Sebagai evaluasi pelaksanaan pelayanan IGD di Puskesmas kawatuna.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Pelaksanaan IGD di Puskesmas Kawatuna?
2. Apa saja permasalahan yang menjadi kendala dalam memberikan pelayanan
IGD di Puskesmas Kawatuna?
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Profil Puskesmas Kawatuna


Puskesmas Kawatuna mempunyai wilayah kerja seluas 24,0 km2 berada di
Kecamatan Mantikulore Kota Palu meliputi dua Kelurahan, yaitu Kelurahan
Kawatuna dan Kelurahan Tanamodindi. Keadaan geografis sebagian besar
merupakan tanah pegunungan dan sebagian kecil merupakan dataran rendah.
Adapun penyebaran jumlah RT/RW dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2.1 Distribusi RT/RW di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna menurut


Kelurahan Tahun 2019

No Kelurahan Luas wilayah RT RW

1. Kawatuna 20,67 17 6

2. Tanamodindi 3,33 32 9

Puskesmas 24,0 49 15

Sumber: Dukcapil Kota Palu

Puskesmas Kawatuna mempunyai batas wilayah kerja sebagai berikut:


 Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Poboya dan Kelurahan
Talise.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Petobo dan Kelurahan
Birobuli.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Lasoani dan Kabupaten
Parimo
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Lasoani dan Kelurahan
Besusu
2.2 KEPENDUDUKAN
1. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data Statistik Kota Palu, jumlah penduduk wilayah kerja
Puskesmas Kawatuna tahun 2019 adalah 17.249 jiwa yang tersebar di dua
Kelurahan.

Adapun distribusi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel II.2 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan


Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna Tahun 2019

No Kelompok Umur Lk Pr Jumlah %

M1 0 - 4 Tahun 688 659 1347 7,8


2 5 - 9 Tahun 813 771 1584 9,2
3 10 - 14 Tahun 782 751 1533 8,9
4 15 - 44 Tahun 4402 4397 8799 51,0

5 45 - 64 Tahun 1595 1673 3268 18,9

6 65 Tahun keatas 349 369 718 4,2


Jumlah 8629 8620 17249 100

Sumber:Dukcapil Kota Palu

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa persentase jumlah anak usia 0


- 4 tahun 2019 adalah 7,8% data ini menunjukan tinggi rendahnya tingkat
fertilitas.

Gambaran distribusi penduduk menurut kelompok usia muda


produktif dan lanjut usia dapat dilihat pada grafik berikut

Grafik II.1 Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur di Wilayah


Kerja Puskesmas Kawatuna Tahun 2019
8799
9000

8000

7000

6000

5000

4000 3268

3000

1584 1533
2000 1347
718
1000

0
0 - 4 thn 5 - 9 thn 10 - 14 thn 15 - 44 thn 45 - 64 thn > 65 thn

Sumber: Dukcapil Kota Palu

Grafik diatas menunjukan bahwa komposisi penduduk di Wilayah


kerja Puskesmas Kawatuna tergolong penduduk muda yaitu jumlah penduduk
berusia 5 – 14 tahun cukup tinggi 3.117 jiwa (18,07%). Untuk penduduk
tergolong usia produktif 15 – 44 tahun merupakan kelompok penduduk
terbanyak yaitu 8.799 jiwa (51,01%). Untuk penduduk lanjut usia 65 tahun
keatas tergolong rendah 918 jiwa (4,16%),
Adapun pembagian penduduk menurut jenis kelamin menunjukan
bahwa jumlah penduduk laki-laki sebanyak 8.629 jiwa (50,03%), sedangkan
jumlah penduduk perempuan sebanyak 8.620 jiwa ( 49,97 %) dengan
demikian sex rationya adalah 2 yang artinya penduduk laki-laki berbanding
sama dengan penduduk perempuan.
Grafik II.2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah
Kerja Puskesmas Kawatuna Tahun 2019
4402
4397
4500

4000

3500

3000

2500
Laki - laki
2000 1673 Perempuan
1595
1500
813771 782751
1000 688659
349369
500

0
0 - 4 thn 5 - 9 thn 10 - 14 thn 15 - 44 thn 45 - 64 thn > 65 thn

Sumber : Dukcapil Kota Palu


2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna adalah 676
Jiwa/km2
Tabel II.3 Distribusi Penduduk Menurut luas wilayah, rumah tangga dan
kepadatan penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna
Tahun 2019
LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN

WILAYAH PENDUDUK RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK


NO KELURAHAN
TANGGA TANGGA
(km2)   /km2
(KK) (KK)

1 KAWATUNA 20,67 4.497 1.078 4 209

2 TANAMODINDI 3,33 12.752 2.844 5 2.729

JUMLAH 24.0 17.429 3922 4 676

Sumber : Dukcapil Kota Palu

2.3 SOSIAL EKONOMI


1. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna yang terdiri dari 2
kelurahan, untuk data tahun 2019 tidak tersedia sehingga tidak dapat
dianalisa.

2. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna
sangat beragam terdiri dari :
 Pegawai Negeri Sipil
 Pegawai Swasta
 TNI / Polisi
 Petani
 Buruh tambang
 Tukang Kayu / Tukang Batu
 Wiraswasta
 Peternak
 Perkebunan
 Pedagang
 Dan lain-lain
3. Beban Tanggungan
Salah satu upaya untuk mengetahui beban tanggungan ekonomi suatu
daerah adalah dengan mengukur besarnya beban tanggungan penduduk
produktif atau penduduk yang berusia 15 – 64 tahun terhadap penduduk non
produktif yang berusia 15 tahun kebawah dan 65 tahun keatas, besarnya
rasio beban tanggungan akan mempengaruhi perkembangan pembangunan
disuatu daerah karena pendapatan yang dihasilkan oleh penduduk harus
dibagi kepada penduduk non produktif untuk memenuhi kebutuhannya.
Rasio beban tanggungan sesuai dengan rumus :
( N / D ) X 100
Keterangan : N = P ( 0 -14 thn ) + ( > 64 thn )
D = P ( 15 – 64 thn )
Rasio beban tanggungan wilayah kerja Puskesmas Kawatuna tahun
2019 adalah 43 yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia
produktif (15-64 tahun) harus menanggung 43 orang penduduk usia tidak
produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas).

2.4 Tujuan Pelayanan IGD


Upaya penanganan kegawatdaruratan adalah pelayanan medik dasar yang
ditujukan untuk membantu pasien mengatasi kegawatan jalan nafas, pernafasan,
peredaran darah dan kesadaran. Puskesmas non perawatan dapat memberikan
pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut  dan
mengalami kecelakaan.
Tujuan penanganan kegawatdaruratan adalah mencegah kecacatan dan
kelemahan.

2.5 Ruang Lingkup


PelayananKegawatdaruratan dibagi dalam dua macam kegiatan, yaitu :
1.   Kegiatan di dalam gedung puskesmas
     Meliputi : Pelayanan di Ruang Tindakan
2. Kegiatan di luar gedung puskesmas
Meliputi : Pelayanan P3K
 

2.6 Tata Laksana


1.   Kegiatan di dalam gedung :
a.  Pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat untuk menilai tingkat
kegawatan dan memberi tindakan prioritas berdasarkan SOP
b.  Diagnosis dan penanganan permasalahan dalam upaya penyelamatan jiwa,
mengurangikecacatan dan kesakitanpenderita
1)  Melakukan pembalutan, pembidaian dan resusitasi
2)  Mengatasi renjatan/syok hipovolemik
3)  Melakukan observasi penderita
4)  Memberikan anti dotum apabila diperlukan
5)  Pelayanan gawatdarurat oleh petugas segera setelah pasien sampai di
UGD
a. Memberikan bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut tertentu
b. Membantu pasien mengatasi kegawatan sirkulasi pembuluh darah dan
kesadaran, pernafasan serta jalan nafas
c. Melakukan resusitasi dan stabilisasi serta pertolongan sementara/tindakan
darurat sebelum korban di evakuasi/ transportasi ke Rumah Sakit rujukan.
d. Pemberian terapi anti diabetes parenteral (insulin)
e. Mampu melakukan bedah minor/ tindakan operatif terbatas sesuai
kompetensi
f. Memberikan penyuluhan penanganan gawat darurat  awam umum

2. Kegiatan di luar gedung:


a. Membantu pasien mengatasi kegawatan sirkulasi pembuluh darah dan
kesadaran, pernafasan serta jalan nafas
b. Melaksanakan simulasi evakuasi bencana
c. Pelayanan gawat darurat pada situasi bencana
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Standar pelayanan di Unit Gawat Darurat


1. Pengorganisasian layanan kedaruratan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama
secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu, mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung, serta tugas koordinasi atau kerja
sama, tugas pencatatan dan pelaporan serta evaluasi terhadap mutu dan akses
pelayanan kesehatan, maka harus dibentuk struktur organisasi untuk mengetahui
tugas dan fungsi sumber daya yang ada.4
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di unit gawat darurat yang
prima dapat ditinjau dari segi pelayanan secara teknis dan pelayanan psikis. Oleh
karena itu pelayanan yang prima erat kaitannya dengan mutu pelayanan dan
berorientasi kepada pasien. Agar dapat terlaksananya pelayanan yang prima,
diperlukan sumber daya manusia yang profesional dan didukung dengan prosedur
tetap, dan sarana dan prasarana yang memadai. 4
Rekam medis yang cermat dan berkesinambungan akan sangat membantu
dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tehadap pasien. 4
Unit gawat darurat dipimpin oleh dokter yang telah mendapat pelatihan
kegawat daruratan dibantu oleh tenaga medis, perawat, paramedis non perawat
dan tenaga non medis yang terampil. Tenaga yang bekerja di unit gawat darurat
harus sesuai dengan jumlah dan kemampuan. Admistrasi dan pengolahan Unit
Gawat Darurat harus diatur, dipimpin dan diintegrasikan dengan bagian lainnya di
puskesmas. Harus ada dokter yang bertanggung jawab setiap waktu. 4
Perawat Unit Gawat Darurat harus seorang perawat yang telah mendapat
pelatihan penanggulangan gawat darurat. Ada sistem komunikasi untuk
mempermudah hubungan, ada prosedur untuk penanggulangan bencana, kasus
kebakaran dan henti jantung. Ada dokter, perawat berpengalaman yang dapat
melakukan triage pada setiap pasien yang masuk ke Unit gawat darurat. Ada
prosedur untuk pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain bila kemampuan
Puskesmas terbatas. Ada petugas pelayanan penunjang medis bagi unit gawat
darurat selama 24 jam. 4
Kemampuan komunikasi dan pembentukan kebijakan untuk mengatur di
unit gawat darurat sangat diperlukan. Membangun komunikasi antara dokter dan
perawat sangat penting untuk meningkatkan semangat tim, peningkatan kualiatas
kerja mungkin akan memperkuat kolaborasi. Hambatan organisasi di unit gawat
darurat dapat dikurangi dengan lebih terstruktur apabila informasi yang memadai,
perawatan yang tepat, dan pengobatan yang tepat dan wajar. Untuk memastikan
kualitas perawatan dan keselamatan pasien, hambatan harus ditangani oleh para
pemimpin di semua tingkatan dalam organisasi. Manajemen partisipatif harus
diterapkan oleh kepala puskesmas dan koordinator unit gawat darurat untuk
meningkatkan kepuasan kerja dan kualitas kerja petugas di unit gawat darurat. 4
2.  Pengembangan pegawai dan program pendidikan
Pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan
mencakup tiga unsur utama, yaitu perencanaan, pengadaan dan pendayagunaan
SDM kesehatan. Perencanaan SDM kesehatan meliputi perencanaan kebutuhan
SDM kesehatan, analisa dan desain pekerjaan serta sistem informasi SDM
kesehatan. Pengadaan SDM kesehatan meliputi pendidikan SDM kesehatan dan
pelatihan SDM kesehatan. Sedangkan pendayagunaan SDM kesehatan meliputi
rekruitmen, seleksi dan penempatan SDM kesehatan, pengembangan dan evaluasi
SDM kesehatan, pemberian kompensasi pada SDM kesehatan serta pembinaan
dan pengawasan SDM kesehatan. 4
Unit gawat darurat dapat dimanfaatkan untuk pelatihan magang dan
pendidikan berkelanjutan untuk pegawai. Ada pendidikan dan pelatihan
penanggulangan pasien gawat darurat bagi perawat atau pegawai puskesmas serta
sebagai tempat praktek untuk kebutuhan pendidikan mahasiswa. Ada program
orientasi bagi pegawai yang baru di Unit gawat darurat. Ada program perencanaan
tertulis tentang peningkatan keterampilan bagi pegawai secara periodik. 4
Pengetahuan, sikap dan perilaku, serta kapasitas respon SDM unit gawat
darurat puskesmas harus ditingkatkan karena memiliki dampak langsung terhadap
keadaan gawat darurat pasien. 4
Ada upaya penilaian kemajuan dan hasil pelayanan Unit gawat darurat
secara terus menerus. Ada data dan informasi mengenai jumlah pengunjung,
waktu pelayanan, penggunaan pemeriksaan penunjang, pola penyakit atau
kecelakaan, angka kematian. Ada evaluasi mengenai pelaporan kecelakaan. Ada
pertemuan berkala sedikitnya satu bulan sekali membahas masalah dan langkah-
langkah perencanaan hasil pelayanan medis, misalnya laporan kasus, penilaian
ulang penyakit tertentu. 4
3.  Fasilitas dan Peralatan
Fasilitas yang disediakan harus menjamin efektifitas bagi pelayanan pasien
gawat darurat dalam waktu 24 jam terus menerus. Ada petunjuk yang jelas
mengenai letak Unit gawat darurat yang dapat dilihat dari arah jalan manapun di
Puskesmas. Unit gawat darurat mudah terjangkau dari tempat penerimaan pasien.
Alat-alat dan obat untuk life saving sesuai dengan standar pada buku pedoman
pelayanan gawat darurat. Ada prosedur tetap mengenai kegunaan obat dan alat.
Harus ada kebijakan dan prosedur pelaksanaan yang tertulis di unit gawat darurat
yang selalu ditinjau dan disempurnakan serta mudah dilihat oleh seluruh pegawai.
Ada prosedur medis tertulis yang antara lain berisi: tanggung jawab dokter,
batasan tindakan medis, protokol medis untuk kasus-kasus tertentu. 4

3.2 Manajemen pelayanan pasien di ruang unit gawat darurat


1. Pengelolaan Pasien
Identifikasi pasien pada saat masuk harus cermat, dengan tujuan akan
tercapai sistem penomoran oleh unit sesuai dengan nomor rekam medis,
pencatatan rekam medis harus disimpan agar dapat digunakan dalam pelaporan
dan statistik. Semua pasien yang masuk harus melalui triase, yang dilakukan
sebelum identifikasi. Triase adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien
untuk menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien. Sistem
triase merupakan salah satu penerapan sistem manajemen resiko di unit gawat
darurat. Triase harus dilakukan oleh dokter atau perawat senior yang berijazah.
Triase sangat penting untuk penilaian kegawatan pasien dan pemberian
pertolongan sesuai dengan derajat kegawatan dan kedaruratan yang dihadapi.
Petugas triase juga bertanggung jawab dalam organisasi dan pengawasan
penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu. 4

2. Pengelolaan Rujukan
Rujukan ke rumah sakit dilakukan dengan tujuan bahwa rumah sakit
tersebut harus memberikan pertolongan sesuai dengan indikasi dan
kemampuannya yang maksimal. Untuk itu, transportasi ke tempat rujukan harus
diatur dan memberi tahu rumah sakit rujukan, menyertakan pengawalan yang
sesuai dengan keperluan serta menyertakan semua data klinis yang diperlukan
oleh rumah sakit yang dirujuk. Jasa ambulans ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan seperti respon cepat atas kecelakaan serius atau membahayakan jiwa,
menjaga kelangsungan hidup di lokasi, dukungan pra rumah sakit dan stabilisasi
pasien, serta mengurangi angka kematian dan luka serius bagi korban kecelakaan.
Pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa harus selalu diobservasi dan
dipantau oleh tenaga terampil yang mampu menberikan pertolongan bila timbul
kesulitan. Tenaga dan cadangan tenaga untuk unit harus diatur dan disesuaikan
dengan kebutuhan. Jadwal jaga harian dan jadwal jaga konsulen dari semua unit
harus selalu tepat dan sesuai. Harus ada pengaturan penyediaan obat dan alat
dalam jumlah dan jenis yang siap pakai sesuai dengan kebutuhan. 4
3.  Kepulangan Pasien
Pasien yang dipulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang
jelas mengenai penggunaan dan pengobatan selanjutnya. Rekam medis harus
disediakan untuk setiap kunjungan, dengan pengertian bahwa sistem yang optimal
adalah bila rekam medis unit gawat darurat, menyatu dengan rekam medis
Puskesmas. Rekam medis harus dapat melayani selama 24 jam. Rekam medis
untuk pasien minimal harus mencantumkan tanggal dan jumlah kematian,
mencatat penemuan klinik, laboratorium, radiologik, pengobatan dan tindakan
yang jelas dan tepat, serta waktu keluar dari unit gawat darurat, indentitas dan
tanda tangan dari dokter yang menangani. 4

Dari hasil wawancara pemegang program didapatkan beberapa permasalahan


yang dapat mempengaruhi sehingga tidak optimalnya pelaksanaan, yakni:
a. Rumitnya proses pengadaan alat jika ada alat yang hilang serta memerlukan
waktu yang lama
b. Tidak tersedianya tong sampah medis dan non medis untuk mencegah
penyebaran infeksi
c. Sumber daya manusia sebagai penanggung jawab dan pelaksana pelayanan yang
masih dianggap kurang karena hanya terdiri dari 3 perawat.
d. Kurangnya kesadaran perawat untuk mengisi buku administrasi dalam IGD
e. Kurangnya perhatian untuk mensterilkan alat, membedakan alat yang steril dan
non steril
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1) Upaya penanganan kegawatdaruratan adalah pelayanan medik dasar yang
ditujukan untuk membantu pasien mengatasi kegawatan jalan nafas,
pernafasan, peredaran darah dan kesadaran. Puskesmas non perawatan dapat
memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita
penyakit akut  dan mengalami kecelakaan.
2) Tujuan penanganan kegawatdaruratan adalah mencegah kecacatan dan
kelemahan.
3) Secara umum, gambaran pelaksanaan pelayanan IGD di puskesmas kawatuna
telah cukup sesuai dengan standar
4) Permasalahan utama dalam manajemen pelayanan IGD di Puskesmas
Kawatuna terdapat pada bagian input serta mempengaruhi output. Beberapa
masalah seperti, pengadaan alat jika ada yang hilang, dan penyediaan tong
sampah medis dan non medis serta kurangnya sumber daya manusia.

4.6 Saran
1. Pengadaan sarana dan prasarana
2. Penyediaan SDM
3. Penyediaan tong sampah medis dan non medis
4. Lebih memperhatikan kesterilan alat
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

1. Ibrahim M, et al. Perbedaan Kualitas Pelayanan Perawat Dan Kepuasan Pasien


Di Ruang Ugd Dengan Rawat Inap Puskesmas Dau Malang. 2018;3(1):313-25.
2. Eko Darwati L, et al. Karakteristik Perawat IGD Puskesmas. 2016;6(1):22-27.
3. Hemberi. Responsivitas Pelayanan Unit Gawat Darurat Di Puskesmas Jabiren.
2017;3(2):16-20.
4. Imaculata Ose M. Analisis Keterbatasan Sistem Penanganan Kegawatan
Daruratan Pada Pelayanan UGD Puskesmas/ Primary Health Care Center;
Literatur Review. 2019;2(1):109-17.

Anda mungkin juga menyukai