RUANG TINDAKAN
PUSKESMAS KAWATUNA
Disusun Oleh :
Nur Asia
N 111 18 044
Pembimbing :
dr. Miranti Umar, M.Kes.
dr. Anastasia Christine
PENDAHULUAN
Unit Gawat Darurat (UGD ) salah satu bagian pelayanan di puskesmas yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera yang
mengancam kelangsungan hidup, pertolongan pertama pasien yang mengalami
kondisi gawat darurat pada saat berada dipuskesmas secara cepat, tepat dan bersifat
sementara. Hal ini karena puskesmas adalah ujung tombak unit pelayanan pertama
untuk masyarakat yang membutuhkan petolongan.3
Puskesmas atau primary health care center sebagai ujung tombak utama
pelayanan yang terdiri dari beberapa program kesehatan masyarakat yang memiliki
tujuan promosi dan preventif. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di
masyarakat antara lain keadaan seseorang yang mengalami henti napas, henti
jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera, misalnya patah tulang, kasus stroke,
kejang, keracunan, dan korban bencana. Dalam kondisi tersebut, pertolongan yang
bersifat bantuan hidup dasar harus dapat segera diberikan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas bagi pasien. Kondisi yang demikian berlanjut hingga
adanya keputusan yang dibuat oleh pelayanan kesehatan yang profesional bahwa
pasien berada dalam kondisi yang baik dan tidak dalam kondisi mengancam jiwa.
Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan primer dan rujukan pada pasien.4
Dari hal tesebut yang menjadi dasar ketertarikan penulis dalam menyusun
laporan manajemen mengenai manajemen IGD di puskesmas kawatuna.
1.2 Tujuan
1. Sebagai bahan pembelajaran manajemen IGD di Puskesmas Kawatuna.
2. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako.
3. Sebagai evaluasi pelaksanaan pelayanan IGD di Puskesmas kawatuna.
1. Kawatuna 20,67 17 6
2. Tanamodindi 3,33 32 9
Puskesmas 24,0 49 15
Adapun distribusi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
8000
7000
6000
5000
4000 3268
3000
1584 1533
2000 1347
718
1000
0
0 - 4 thn 5 - 9 thn 10 - 14 thn 15 - 44 thn 45 - 64 thn > 65 thn
4000
3500
3000
2500
Laki - laki
2000 1673 Perempuan
1595
1500
813771 782751
1000 688659
349369
500
0
0 - 4 thn 5 - 9 thn 10 - 14 thn 15 - 44 thn 45 - 64 thn > 65 thn
2. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna
sangat beragam terdiri dari :
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Swasta
TNI / Polisi
Petani
Buruh tambang
Tukang Kayu / Tukang Batu
Wiraswasta
Peternak
Perkebunan
Pedagang
Dan lain-lain
3. Beban Tanggungan
Salah satu upaya untuk mengetahui beban tanggungan ekonomi suatu
daerah adalah dengan mengukur besarnya beban tanggungan penduduk
produktif atau penduduk yang berusia 15 – 64 tahun terhadap penduduk non
produktif yang berusia 15 tahun kebawah dan 65 tahun keatas, besarnya
rasio beban tanggungan akan mempengaruhi perkembangan pembangunan
disuatu daerah karena pendapatan yang dihasilkan oleh penduduk harus
dibagi kepada penduduk non produktif untuk memenuhi kebutuhannya.
Rasio beban tanggungan sesuai dengan rumus :
( N / D ) X 100
Keterangan : N = P ( 0 -14 thn ) + ( > 64 thn )
D = P ( 15 – 64 thn )
Rasio beban tanggungan wilayah kerja Puskesmas Kawatuna tahun
2019 adalah 43 yang berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia
produktif (15-64 tahun) harus menanggung 43 orang penduduk usia tidak
produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas).
PEMBAHASAN
2. Pengelolaan Rujukan
Rujukan ke rumah sakit dilakukan dengan tujuan bahwa rumah sakit
tersebut harus memberikan pertolongan sesuai dengan indikasi dan
kemampuannya yang maksimal. Untuk itu, transportasi ke tempat rujukan harus
diatur dan memberi tahu rumah sakit rujukan, menyertakan pengawalan yang
sesuai dengan keperluan serta menyertakan semua data klinis yang diperlukan
oleh rumah sakit yang dirujuk. Jasa ambulans ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan seperti respon cepat atas kecelakaan serius atau membahayakan jiwa,
menjaga kelangsungan hidup di lokasi, dukungan pra rumah sakit dan stabilisasi
pasien, serta mengurangi angka kematian dan luka serius bagi korban kecelakaan.
Pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa harus selalu diobservasi dan
dipantau oleh tenaga terampil yang mampu menberikan pertolongan bila timbul
kesulitan. Tenaga dan cadangan tenaga untuk unit harus diatur dan disesuaikan
dengan kebutuhan. Jadwal jaga harian dan jadwal jaga konsulen dari semua unit
harus selalu tepat dan sesuai. Harus ada pengaturan penyediaan obat dan alat
dalam jumlah dan jenis yang siap pakai sesuai dengan kebutuhan. 4
3. Kepulangan Pasien
Pasien yang dipulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang
jelas mengenai penggunaan dan pengobatan selanjutnya. Rekam medis harus
disediakan untuk setiap kunjungan, dengan pengertian bahwa sistem yang optimal
adalah bila rekam medis unit gawat darurat, menyatu dengan rekam medis
Puskesmas. Rekam medis harus dapat melayani selama 24 jam. Rekam medis
untuk pasien minimal harus mencantumkan tanggal dan jumlah kematian,
mencatat penemuan klinik, laboratorium, radiologik, pengobatan dan tindakan
yang jelas dan tepat, serta waktu keluar dari unit gawat darurat, indentitas dan
tanda tangan dari dokter yang menangani. 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Upaya penanganan kegawatdaruratan adalah pelayanan medik dasar yang
ditujukan untuk membantu pasien mengatasi kegawatan jalan nafas,
pernafasan, peredaran darah dan kesadaran. Puskesmas non perawatan dapat
memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita
penyakit akut dan mengalami kecelakaan.
2) Tujuan penanganan kegawatdaruratan adalah mencegah kecacatan dan
kelemahan.
3) Secara umum, gambaran pelaksanaan pelayanan IGD di puskesmas kawatuna
telah cukup sesuai dengan standar
4) Permasalahan utama dalam manajemen pelayanan IGD di Puskesmas
Kawatuna terdapat pada bagian input serta mempengaruhi output. Beberapa
masalah seperti, pengadaan alat jika ada yang hilang, dan penyediaan tong
sampah medis dan non medis serta kurangnya sumber daya manusia.
4.6 Saran
1. Pengadaan sarana dan prasarana
2. Penyediaan SDM
3. Penyediaan tong sampah medis dan non medis
4. Lebih memperhatikan kesterilan alat
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA