Disusun Oleh :
Nur Asia
N 111 18 004
Pembimbing :
dr. Miranti Umar, M.Kes.
dr. Anastasia Christine
1
BAB I
PENDAHULUAN
Peran dokter dalam mengatasi penyakit HHD sangatlah penting. Dokter sebagai
orang pertama yang akan didatangi oleh penderita dalam mencari pertolongan, harus
2
selalu meningkatkan pelayanan. Salah satu hal yang sering diabaikan adalah
memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan secara menyeluruh. Pendidikan
kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita,
terutama bagaimana sikap dan tindakan, serta cara untuk membentuk dan
mempertahankan gaya hidup sehat. 1
1.1 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan refleksi kasus ini sebagai berikut :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
–Kedokteran Komunitas
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa faktor resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna.
3
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
Tabel 2.1. Prevalensi Penyakit di Poli Lansia Puskesmas Kawatuna Tahun 2019
NO
Jenis Penyakit Jumlah Pasien
.
1. Hipertensi 796
2. Gastrtitis 315
3. ISPA 207
4. Asam Urat 634
5. Kolesterol 563
6. Myalgia 211
7. Vertigo 75
4
796
800
700 634
563
600 HYPERTENSI
500 GASTRITIS
ISPA
400 315 ASAM URAT
KOLESTROL
300 207 211 MYALGIA
VERTIGO
200
75
100
0
Category 1
5
Tabel 2.2 Menentukan Prioritas masalah di Puskesmas Kawatuna
1 2 3 4 5
6
Masalah Hasil
P E A R L
kesehatan perkalian
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 1 1 1
b. PENETAPAN NILAI
Hipertensi
NPD : (A+B) C = (9+10) 4= 19x3 = 57
NPT : (A+B) CxD = (9+10) 3x1 = 19x3 =57
Gastritis
NPD : (A+B) C = (6+7) 4 = 13x4 = 52
NPT : (A+B) CxD = (6+7) 4x1 = 13 x 4 =52
ISPA
NPD : (A+B) C = (7+10) 3 = 17x3 =51
NPT : (A+B) CxD = (7+10) 3x1 =17x3 =51
c. KESIMPULAN
Masalah D
A B C NPD NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)
Hipertensi 9 10 3 1 57 57 1
Gastritis 6 7 4 1 52 52 2
ISPA 7 10 3 1 51 51 3
Kesimpulan dari rumus ini yaitu hipertensi, ISPA dan Gastritis merupakan
prioritas masalah yang menempati 3 urutan teratas prioritas masalah ditinjau dari
daftar penyakit tidak menular yang ada di puskesmas kawatuna oleh karena itu
peneliti memilih hipertensi sebagai laporan kasus.
7
2.3 Laporan Kasus
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Usia : 40 thn
Pekerjaan : Perawat
B. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Sesak Nafas
8
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengatakan memiliki riwayat eklampsia pada usia 29 tahun saat kehamilan
ke 2 dan dilakukan pemeriksaan lalu pasien didiagnosis CAD, kerusakan katup kiri
jantung dan penyumbatan arteri jantung.
Riwayat Imunisasi :
Pasien tinggal di rumah bersama dengan 3 orang lainnya yaitu 2 orang anak dan
suami. Pasien memilki hubungan yang baik dengan anak-anak dan suaminya.
Pasien aktif bermain dan berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Pasien
tergolong ekonomi menengah ke atas. Pasien merupakan seorang perawat yang
bekerja di puskesmas, dan suami pasien juga seorang perawat.
a. Pasien makan 2-3 kali sehari. Pasien memiliki kebiasaan makan goring-
gorengan dan seafood. Pasien memasak sendiri dan terkadang beli makanan
jadi.
b. Pasien menggunakan air gallon untuk minum dan memasak.
c. Suami pasien bukan perokok.
d. Rumah tinggal pasien merupakan bangunan permanen terdiri dari 5 ruangan,
kamar tidur yang di bagi menjadi 2 bagian kamar depan dan belakang. 1 ruang
tamu. Semua ruanga memiliki pencahayaan dan ventilasi yang cukup. Tiap
ruangan dipisahkan oleh tembok. Bagian belakang terdapat dapur dan kamar
9
mandi.Sebagian lantai tersusun atas tehel dan sebagian dialaskan karpet plastik
(Kamar). Bagian depan terdapat taman bunga.
e. Sumber air yang digunakan sehari-hari adalah sumber air yang berasal dari
DAP, dan dipakai untuk mencuci dan mandi.
f. Sumber listrik dari PLN, sampah dibuang disamping rumah.
g. Pasien bersosialisasi baik dengan tetangga sekitarnya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit sedang Berat Badan : 70 kg
Kesadaran : Composmentis Tinggi Badan : 157 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 96x/menit (Kuat angkat, regular)
Suhu : 36,90 C
Pernapasan : 36x/menit
10
Auskulrasi: Bronkovesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi +/+.
Jantung : Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula
sinistra.
Perkusi : Jantung dalam batas normal.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni regular, bunyi
tambahan(-).
Abdomen : Inspeksi : Permukaan datar, seirama gerak napas.
Auskultasi : Peristaltik(+) kesan normal.
Perkusi : Tympani(+)
Palpasi : Massa(-), nyeri tekan(-), hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah : Akral hangat, edema (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Trigliserida: 289 mg/dL (150 mg/dL)
As. Urat : 7 mg/dL (pr 2,5-7,5 mg/dL)
Kalium : 2 mmol/L (3,5-5 mmol/L)
E. DIAGNOSIS KERJA
Hipertensi Heart Desease
F. DIAGNOSIS BANDING
Kardiomiopati
G. ANJURAN PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung.
b. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
11
c. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
d. Natrium, kalium, kalsium, nitrogen urea darah, kreatinin
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi dalam dua
kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang tinggi dan pengobatan
penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal adalah kurang dari 140/90 pada
pasien tanpa penyakit diabetes dan penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90
pada pasien dengan penyakit diatas.
Medikamentosa
1. Candesartan 2x1
2. ISDN 3x1
3. Propranolol 2x1
4. CPG 1x1
5. Atorvastatin 1x1
6. Aspilet 1x1 (jika datang nyeri)
7. HCT 1x1
8. Betahistin 2x1
9. Herbeser 200mg 1x1
Non-Medikamentosa
a. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan
obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa memperbaiki keadaan
LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :3,4
12
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50–100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya
belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena dapat menyebabkan
vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
5) Tidak mengkomsumsi Alkohol.
b. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki keadaan jantung. Olaharaga
isotonik dapat juga bisa meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dinjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
d. Farmakoterapi
13
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat menggunakan
berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide, beta-blocker dan
kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel blockers, ACE inhibitor,
angiotensin receptor blocker dan vasodilator seperti hydralazine. Hampir pada
semua pasien memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai
tekanan darah yang diinginkan.
1. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
14
BAB III
PEMBAHASAN
B. Etiologi HHD
Sebagian besar (90 hingga 95%) pasien hipertensi akan diklasifikasikan sebagai
hipertensi primer atau esensial. Etiologi di balik hipertensi primer kurang dipahami.
Namun, kemungkinan adalah interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan
lingkungan. Beberapa faktor risiko seperti bertambahnya usia, riwayat keluarga,
obesitas, diet tinggi sodium (lebih dari 3g / hari), aktivitas fisik, konsumsi alkohol
yang berlebihan memiliki korelasi kuat dan independen dengan perkembangan
hipertensi. Hipertensi telah ditemukan sebelum perkembangan gagal jantung rata-rata
14,1 tahun. 4,5
15
C. Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung bertambah. Sebagai
akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini
ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk,
dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan
curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi
dan payah jantung. Jantung semakin terancam seiring parahnya aterosklerosis
koroner. Angina pectoris juga dapat terjadi kerana gabungan penyakit arterial koroner
yang cepat dan kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan
massa miokard. 4,5
D. Gambaran radiologis
Keadaan awal batas kiri bawah jantung menjadi bulat kerana hipertrofi
konsentrik ventrikel kiri. Pada keadaan lanjut, apekss jantung membesar ke kiri dan
bawah. Aortic knob membesar dan menonjol disertai kalsifikasi. Aorta ascenden dan
descenden melebar dan berkelok ( pemanjangan aorta/elongasio aorta). 5
E. Klasifikasi
Berdasarkan penyelidikan-penyelidikan di atas, Frohlich membagi kelainan
jantung akibat hipertensi menjadi empat tingkat : 5
1) Tingkat I : Besar jantung masih normal, belum ada kelainan jantung pada
EKG atau
2) radiologi.
3) Tingkat II : Kelainan atrium kiri pada EKG dan adanya suara jantung ke
4(atrial gallop) sebagai tanda dari permulaan hipertrofi ventrikel kiri.
4) Tingkat III : Adanya hipertrofi ventrikel kiri pada EKG dan radiologis.
5) Tingkat IV : Kegagalan jantung kiri.
16
F. Fungsi Ventrikel Kiri Pada Penyakit Jantung Hipertensi :
Pada tahun-tahun terakhir ini banyak penyelidikan tentang hipertrofi ventrikel
kiri sebagai akibat dari kenaikan beban kerja pada hipertensi. Dengan adanya
hipertrofi ini sebenarnya apakah ventrikel kiri akan bekerja lebih baik, normal atau
lebih jelek, Tapi akhir-akhir ini diketahui bahwa bila hipertensi diobati secara baik
maka jarang sekali mengakibatkan kegagalan jantung. 2,4,5
Tekanan darah arteri naik mengakibatkan tegangan dinding ventrikel kiri juga
menaik dan dilatasi ventrikel kiri. Akibatnya kebutuhan O2 meningkat. Bila terjadi
hipertrofi ventrikel kiri maka kebutuhan O2 akan menjadi normal kembali. Keadaan
ini dapat berjalan bertahun-tahun tanpa keluhan. 2,4,5
Selama hipertrofi ventrikel kiri dapat mengatasi beban jantung maka tegangan
dinding ventrikel tidak menaik dan kebutuhan O2 juga tidak menaik. Bila terjadi
kenaikan mendadak dari tekanan darah maka terjadi dilatasi ventrikel secara cepat
tanpa adanya hipertrofi ventrikel kiri: Hal ini menyebabkan kebutuhan O2 meningkat
dan terjadilah hypoxia miokard, seperti pada glomerulonefritis, toxemia gravidarum
atau pheochromocytoma. 2,4,5
Dengan adanya penyakit jantung koroner maka supply O2 ke ventrikel
berkurang padahal kebutuhan O2 meningkat. Berkurangnya supply O2 ini terutama
terjadi pada lapisan dalam dari miokard karena tekanan intraventrikuler yang me-
meninggi. Akibat dari semuanya ini diastolik compliance menurun, tekanan ventrikel
kiri pada akhir diastolik (LVEDP) meninggi mengakibatkan hipertensi pada
pembuluh darah kapiler paru dan terjadilah bendungan paru-paru, hypoxemia dan
hipoxia miokard akan lebih berat. Bila keadaan ini berlangsung terus maka akan
terjadi kegagalan jantung kiri yang sebenarnya dapat diatasi atau dicegah dengan
menurunkan tekanan darah tingginya. 2,4,5
17
mendasarinya adalah adanya angina dan miokard infark. Pasien sering mengalami
gejala rasa sakit khas di dada yang menyebar ke leher, rahang, telinga, lengan, dan
pergelangan tangan, dan mungkin ke tulang belikat, punggung atau perut. 6,7
Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan
sistem pembuluh darah arteri dengan perlahan-lahan. Arteri tersebut mengalami
pengerasan yang disebabkan oleh endapan lemak pada dinding, sehingga
menyempitkan lumen yang terdapat di dalam pembuluh darah menyebabkan
terjadinya CAD. Peningkatan tekanan darah sistemik akibat hipertensi meningkatkan
resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban kerja jantung
bertambah. 2,4,5
Hipertrofi ventrikel kiri (LVH) dengan ekokardiografi sering ditemukan pada
subjek hipertensi, dan frekuensinya meningkat seiring dengan keparahan hipertensi.
Pengobatan antihipertensi dapat meningkatkan LVH dan mengurangi gagal jantung
pada pasien hipertensi. Baru-baru ini, pertanyaan telah diajukan tentang apakah
pengobatan antihipertensi dapat membalikkan perubahan struktural dan fungsional
pada HHD. 4,5,6,7
Literatur saat ini terbatas pada beberapa penelitian dengan sejumlah kecil
pasien HHD. Dalam satu studi, terapi antihipertensi jangka panjang gagal
menormalkan disfungsi sistolik LV pada pasien hipertensi dengan gagal jantung dan
mengurangi EF. 4,5,6,7
Beta-blocker, termasuk carvedilol, metoprolol, dan bisoprolol telah
meningkatkan fraksi ejeksi ventrikel kiri (LVEF) dan mengurangi morbiditas dan
mortalitas dari HF. Carvedilol mengurangi risiko kematian dan rawat inap untuk
penyebab kardiovaskular pada pasien gagal jantung yang menerima digoxin, diuretik,
dan inhibitor sistem renin-angiotensin. Pada pasien hipertensi, carvedilol juga
mengurangi morbiditas kardiovaskular, mortalitas, dan infark pasca miokard HF
(MI). Namun, efek carvedilol pada struktur dan fungsi LV serta mortalitas pada
pasien dengan HHD belum dilaporkan. 4,5,6,7
18
H. Hubungan Aterosklerosis Dan Hipertensi
Terjadinya aterosklerosis merupakan suatu proses yang sangat komplex.
Hipertensi hanya salah satu faktor saja yang mempercepat proses ini: Pada
penyelidikan literatur didapatkan penderita hipertensi mempunyai kecenderungan
untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan kegagalan jantung tiga kali lebih besar
dari orang normal. Dowlery dkk. menyatakan bahwa tekanan darah melebihi 160/95
mmHg mempunyai kecenderungan terjadinya penyakit jantung koroner 3 x lebih
besar. 4,5,6,7
Kelainan anatomi, aliran darah, diameter arteri, dan angulasi dari aliran darah
mempengaruhi terjadinya lesi pada dinding arteri dan menentukan terjadinya
atheroma. Peninggian kadar lemak darah dan tekanan darah tinggi mempercepat
timbulnya proses aterosklerosis ini. Hal ini telah dibuktikan pada percobaan binatang.
Sebaliknya bila kadar lemak darah meninggi tapi tekanan darah normal atau rendah
maka jarang sekali terjadi aterosklerosis ini. 4,5,6,7
Seperti telah disebutkan diatas pada otopsi penderita hipertensi menunjukkan
bahwa penyakit jantung koroner lebih sering terjadi pada penderita dengan kegagalan
jantung daripada yang tidak disertai kegagalan jantung. Dari kenyataan-kenyataan di
atas dapatlah dikatakan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol dapat mempercepat
terjadinya penyakit jantung koroner sedangkan aterosklerosis sendiri dapat
mempercepat timbulnya kegagalan jantung. 4,5,6,7
19
b. Kurang Aktivitas
Tidak cukup aktivitas fisik mengakibatkan penyakit jantung, hal ini juga dapat
meningkatkan kemungkinan memiliki kondisi medis lain yang merupakan
faktor resiko, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol
tinggi, dan diabetes.
c. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. Obesitas dikaitkan dengan kadar
kolesterol dan trigliserida yang lebih tinggi dan menurunkan kadar kolesterol
"baik". Selain penyakit jantung, obesitas juga bisa menyebabkan tekanan
darah tinggi dan diabetes.
d. Alkohol
Konsumsi alkohol bisa menaikkan kadar tekanan darah dan beresiko terkena
penyakit jantung. Ini juga meningkatkan kadar trigliserida, suatu bentuk
kolesterol, yang bisa mengeraskan arteri.
e. Merokok
Merokok dapat merusak jantung dan pembuluh darah, yang meningkatkan
resiko kondisi jantung seperti aterosklerosis dan serangan jantung. Selain itu,
nikotin meningkatkan tekanan darah, dan karbon monoksida mengurangi
jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Paparan asap rokok orang lain dapat
meningkatkan resiko penyakit jantung bahkan untuk bukan perokok.
f. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama penyakit jantung. Ini
adalah kondisi medis yang terjadi saat tekanan darah di arteri dan
pembuluh darah lainnya terlalu tinggi. Tekanan darah tinggi sering disebut
"silent killer" karena banyak orang tidak memperhatikan gejala sinyal
darah tinggi. Menurunkan tekanan darah dengan perubahan gaya hidup atau
dengan pengobatan bisa mengurangi resiko penyakit jantung dan serangan
jantung.
20
g. Kolesterol Tinggi
Kolesterol adalah zat berlemak, seperti lemak yang dibuat oleh hati atau
ditemukan pada makanan tertentu. Jika mengkonsumsi lebih banyak
kolesterol daripada yang bisa digunakan tubuh, kolesterol ekstra bisa
terbentuk di dinding arteri, termasuk di jantung. Hal ini menyebabkan
penyempitan arteri dan bisa menurunkan aliran darah ke jantung, otak, ginjal,
dan bagian tubuh lainnya. Kolesterol tinggi adalah istilah yang digunakan
untuk kadar low-density lipoprotein, atau LDL, yang dianggap "buruk" karena
dapat menyebabkan penyakit jantung. Kadar kolesterol lipoprotein high-
density yang lebih tinggi, atau HDL, dianggap "baik" karena memberikan
perlindungan terhadap penyakit jantung.
h. Diabetes
Diabetes mellitus juga meningkatkan resiko penyakit jantung. Tubuh
membutuhkan glukosa (gula) untuk energi. Insulin adalah hormon yang dibuat
di pankreas yang membantu memindahkan glukosa dari makanan yang ke sel
tubuh. Jika menderita diabetes, tubuh tidak cukup membuat insulin, tidak
dapat menggunakan insulin sendiri dengan baik. Diabetes menyebabkan gula
terbentuk di dalam darah. Resiko kematian akibat penyakit jantung bagi orang
dewasa dengan diabetes adalah dua sampai empat kali lebih tinggi daripada
orang dewasa yang tidak menderita diabetes.
i. Genetika dan Riwayat Keluarga
Faktor genetik kemungkinan berperan dalam tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, dan kondisi terkait lainnya. Namun, kemungkinan juga
bahwa orang-orang dengan riwayat penyakit jantung keluarga memiliki
lingkungan yang sama dan faktor potensial lainnya yang meningkatkan
resikonya. Resiko penyakit jantung bisa meningkat bahkan lebih bila
faktor keturunan dikombinasikan dengan pilihan gaya hidup yang tidak sehat,
seperti merokok dan makan makanan yang tidak sehat.
21
j. Usia
Resiko penyakit jantung meningkat seiring bertambahnya usia. Ras atau
etnisitas.
J. Penatalaksanaan
22
e. Vasodilator seperti hydralazine bukan lini pertama dan hanya boleh ditambahkan
ketika obat ketiga atau keempat diperlukan untuk sulit mengendalikan hipertensi
atau ketika ada kontraindikasi untuk obat lini pertama.
Biasanya dua atau lebih antihipertensi untuk kontrol yang memadai terutama
pada pasien dengan hipertensi stadium 2. Pasien dengan hipertensi tahap 2 harus
dimulai dengan dua antihipertensi kemudian dinilai kembali dalam waktu tiga puluh
hari untuk respon terhadap terapi. Dua obat dari kelas yang sama tidak boleh
digunakan, seperti penggunaan Ace dan ARB. Sesuai pedoman JNC 8.5,8
Manajemen gagal jantung harus sesuai dengan terapi medis yang diarahkan pada
tujuan. 5,8
Perilaku sehat masih harus diterapkan untuk menjaga stabilitas status kesehatan
pasien dengan penyakit jantung. Karena CAD mengancam kehidupan penderita
secara berkelanjutan, maka perlu ada manajemen kesehatan yang baik secara terus
menerus. CAD dapat dicegah melalui perilaku gaya hidup sehat. Konstruksi
psikososial yang berperan dalam perilaku sehat adalah self-efficacy. Ini adalah
sebuah prediktor kuat untuk mengadopsi perubahan gaya hidup sehat. 6
Self-efficacy jantung pada pasien jantung adalah ukuran tertentu dari
kepercayaan diri pasien dalam kapasitasnya untuk melakukan kegiatan yang mungkin
dipengaruhi oleh gejala dan komplikasi penyakit kardiovaskular. Kemanjuran diri
membuat perbedaan dalam caranya individu merasakan, berpikir, dan bertindak.
Tingkat self-efficacy spesifik dalam kesehatan kardiovaskular terkait dengan penentu
perilaku penting kesehatan kardiovaskular seperti diet tinggi lemak, aktivitas fisik,
penghentian merokok dan kontrol tekanan darah tinggi melalui manajemen stres aktif.
Dalam hal ini, self-efficacy dapat mempengaruhi perilaku kesehatan dan manajemen
penyakit kronis dalam banyak pengaturan penyakit kronis. Perilaku sehat, sebagai
faktor utama, dapat mengurangi risiko penyakit menjadi lebih parah dan
meningkatkan keberhasilan setiap perawatan dan operasi yang akan dilakukan. 6
23
Bagan 3. Algoritma penanganan hipertensi JNC 8. 8
24
3.2 Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga
spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini
diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. Terdapat empat
faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu faktor perilaku/gaya hidup,
faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan
(jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik. Keempat faktor tersebut saling
berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan
masyarakat.
25
Modifikasi Gaya Hidup
Dalam guideline JNC 8 modifikasi gaya hidup tidak dibahas secara detail
mungkin tetap mengacu pada modifikasi gaya hidup hidup dalam JNC 7 dan
beberapa panduan lain.8
a) Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20
mmHg/penurunan 10 kg. rekomendasi ukuran pinggang <94 cm untuk pria
dan <80 cm untuk wanita, indeks massa tubuh <25 kg/m2. Rekomendasi
penurunan berat badan meliputi nasihat mengurangi asupan kalori dan juga
meningkatkan aktivitas fisik.
b) Adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) dapat
menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg. Lebih banyak makan buah,
sayur-sayuran, dan produksi susu rendah lemak dengan kandungan lemak
jenuh dan total lebih sedikit, kaya potassium dan calcium.
c) Retriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sitolik 2-8 mmHg.
Konsumsi sodium chloride ≤6 g/hari (100 mmol sodium/hari).
Rekomendasikan makanan rendah garam sebagai bagian pola makan sehat.
d) Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg. Lakukan
aktivitas fisik intensitas sedang pada kebanyakan, atau setiap hari pada 1
minggu (total harian dapat di akumulasikan, misalnya 3 sesi @10 menit)
e) Pembatasan konsumsi alcohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-4
mmHg. Maksimum 2 minumam standar/hari: 1 oz atau 30 mL ethanol;
misalnya bir 24 oz, wine 10 oz, atau 3 oz 80-proof whiskey untuk pria, dan 1
minuman standar/hari untuk wanita.
f) Berhenti merokok untuk mengurangi risiko kardiovaskuler secara
keseluruhan.8
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan untuk
menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left ventricle
hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner, dan penyakit jantung
kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan darah, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
4.2 Saran
Penatalaksanaan Komprehensif
1. Promotif : Melaksanakan penyuluhan/KIE
2. Preventif : Deteksi Dini Faktor Risiko PTM
Surveilans HT
Kemitraan
3. Kuratif & rehabilitative : Penemuan dan tatalaksana kasus HT
Rujukan.3
A. Promosi Kesehatan
1) Promosi kesehatan untuk berperilaku CERDIK dalam mengatasi PTM untuk
orang atau kelompok masyarakat yang masih sehat atau memiliki factor
resiko PTM.
a. Cek kondisi kesehatan secara berkala
b. Enyahkan asap rokok
c. Rajin aktivitas fisik
d. Diet sehat dengan kalori seimbang
e. Istirahat yang cukup
f. Kendalikan stress
27
2) Program PATUH bagi yang sudah menyandang PTM diselenggarakan agar
mereka rajin control dan minum obat.3
B. Preventif
Salah satu usaha dari pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup lansia
dan meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia adalah dengan cara membentuk
Posyandu lansia.Posyandu lansia merupakan program puskesmas melalui
kegiatan peran serta masyarakat setempat, khususnya lansia. pelayanan kesehatan
di posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik, mental emosional yang
di catat dan di pantau dengan kartu menuju sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
awal penyakit yang di derita atau ancaman salah satu kesehatan yang di hadapi.3
Bagan 2. Upaya pemerintah dalam melakukan deteksi dini factor resiko dan
pengukuran tekanan darah.3
C. Kuratif dan rehabilitative
Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan
target tekanan darah. jika tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan perawatan, an
tingkatkan dosis obat awal atau tambahkan Obat kedua dari salah satu kelas yang
28
direkomendasikan dalam rekomendasi 6 (thiazide-type diuretic, CCB, ACEI, atau
ARB). Dokter harus terus menilai tekanan darah dan menyesuaikan regiment
perawatan sampai target tekanan darah dicapai. jika target tekanan darah tidak dapat
dicapai dengan 2 obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar yang tersedia.
jangan gunakan ACEI dan ARB bersama-sama pada satu pasien. Jika target tekanan
darah tidak dapat dicapai menggunakan obat di dalam rekomendasi 6 si karena
kontraindikasi atau perlu menggunakan lebih dari 3 obat, obat antihipertensi kelas
lain dapat digunakan. rujukan ke spesialis hipertensi mungkin diindikasikan jika
target tekanan darah tidak dapat tercapai dengan strategi di atas atau untuk
penanganan pasien komplikasi yang membutuhkan konsultasi klinis tambahan.3
29
DOKUMENTASI
30
DAFTAR PUSTAKA
31