Anda di halaman 1dari 42

REFERAT

LEPTOSPIROSIS
Dosen Pembimbing :
dr. Tommy P. Sibuea, Sp.PD, FINASIM
dr. Sorta B. Sibuea, Sp.PD, FINASIM

Disusun Oleh : Vanny Hilda Fabiola (1765050109)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Periode 30 September – 7 Desember 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Jakarta
2019
ISI REFERAT
 1. Definisi
 2. Epidemiologi
 3. Etiologi
 4. Patofisiologi
 5. Manifestasi Klinis
 6. Pemeriksaan Penunjang
 7. Diagnosis
 8. Tatalaksana
 9.Komplikasi
 10.Prognosis
DEFINISI
 Leptospirosis → Penyakit Zoonosis.
 Leptospirosis disebabkan oleh spesies Leptospira yang patogenik
dan ditandai dengan manifestasi klinik yang luas, dari yang
asimtomatik hingga penyakit fatal yang mematikan.

 Gejala non spesifik yang muncul : demam, sakit kepala, mialgia.


 Leptospirosis yang berat : jaundice (kuning), gangguan fungsi
ginjal, hemorrhagic diathesis, severe pulmonary disease.
EPIDEMIOLOGI
 Terdistribusi di seluruh dunia, tetapi paling umum terjadi di daerah
tropis dan subtropis karena iklim dan kondisi higienis yang buruk
mendukung perkembangan penyebaran.

 Tingkat morbiditas dan mortalitas semakin lama semakin meningkat,


sekitar 1 juta kasus leptospirosis berat terjadi setiap tahun.

 Di Indonesia, leptospirosis tersebar di Propinsi Jawa Barat, Jawa


Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Lampung, Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan
Kalimantan Barat.
 Jumlah pasien laki-laki dengan leptospirosis lebih tinggi dibandingkan
perempuan
EPIDEMIOLOGI
 Reservoir paling penting adalah hewan pengerat (tikus), membetuk
hubungan simbiotik dengan inang dan bertahan lama di saluran
urogenital.
 Beberapa reservoar dan hewan:
 Icterohaemorrhagiae & Compenhageni -> tikus
 Grippotyphosa -> tikus
 Hardjo -> Sapi
 Canicola -> anjing
 Pamona -> babi
 Penularan Leptospira adalah kontak langsung dengan urin, darah atau
jaringan dari hewan yang terinfeksi atau paparan kontaminasi dari
lingkungan.
 Leptospia dapat bertahan hidup di lingkungan yang lembab selama
berbulan-bulan.
ETIOLOGI
 Spesies Leptospira adalah bakteri Spirochaeta
 Famili Leptospiraceae
 Terdapat 5 genom yang sudah dipublikasikan
seperti L. biflexa, L interrogans, L. santarosai,
L. borgpetersenii, dan L. licerasiae dalam
pemahaman yang lebih baik mengenai
patogenesis Leptospirosis.
ETIOLOGI
 Leptospira adalah organisme yang
bentuknya ulir (coiled), tipis (thin) ,
dan motilitas tinggi yang memiliki kait
di ujungnya dan 2 periplasmic flagella.

 Panjangnya 6-20 μm dan lebarnya 0,1


μm.

 Dapat dilihat secara mikroskopis dengan


pemeriksaan lapangan gelap dan
pewarnaan perak dari jaringan.

 Leptospira membutuhkan media dan


kondisi khusus untuk pertumbuhan (Bisa
bertahan minggu –> sampai bulan)
 Spesies Lepstosipra memiliki struktur dinding sel
membran ganda yang khas, menyimpan berbagai protein
termasuk Lipoprotein yang tinggi.

 Lapisan Peptidoglikan terletak dekat dengan membran


sitoplasma.
 Lipopolisakarida (LPS) membran luar yang memiliki struktur
dengan potensi endotoksik rendah.

 Leptospira patogenik mengandung berbagai gen yang


mengkode protein yang terlibat dalam pergerakan dan
perlekatan maupun invasi sel yang virulensi potensial.
Leptospira kirschneri

Leptospira interrogans
ETIOLOGI
Leptospira kmetyi

PATHOGENIC (10)
Leptospira alstonii

Leptospira noguchii

Leptospira borgpetersenii

Leptospira borgpetersenii TYPE B

Leptospira weilii
Leptospira alexandri

Leptospira santarosai

Leptospira licerasiae

INTERMEDIATE (5)
Leptospira wolffii

Leptospira wolffii

Leptospira broomii

Leptospira inadai
ETIOLOGI
Leptospira idonii

Leptospira vanthielli

SAPROPHYTIC (7)
Leptospira wolbachii

Leptospira biflexa

Leptospira terpstrae

Leptospira meyeri

Leptospira yanagawae

Leptonema illini

 Perbedaan spesies Leptospira pathogenic, intermediet dan non pathogenik


(saprofitik) berdasarkan analisis phylogen molekular
FAKTOR RISIKO
 Kelompok pekerjaan yang berisiko terkena leptospirosis :
 Dokter hewan
 Pekerja pertanian
 Sewage workers
 Pekerja di rumah jagal
 Pekerja di industri perikanan

 Faktor risiko penularan:


 kontak langsung maupun tidak langsung dengan hewan, termasuk
terpapar air dan tanah yang terkontaminasi urin hewan.
 Kegiatan rekreasi air tawar seperti kanoe, selancar angin, berenang,
dan bermain ski air.
 Bepergian ke negara- negara tropis dan kegiatan seperti arung jeram,
trekking di hutan dan goa.
Patogenesis - Patofisiologis
Penularan melalui: Pada periode
• Luka Masuk dan berkemban biak, ini,
• Abraded skin melintasi jaringan dan Leptospirae
• Mucus membranes menyebar secara hematogen ke dapat
(konjungtiva dan mukosa seluruh organ. ditemukan di
mulut) darah
FASE LEPTOSPIREMIK

Bakteri bertahan di
beberapa organ : Organisme mampu bertahan host non-imun:
• Hati menghindari pembunuhan dari sistem
• Paru-paru komplemen.
• Ginjal Leptospira pathogenik menolak dibunuh oleh
• Otak neutrofil, monosit dan makrofag.

FASE IMUNITAS
Patogenesis - Patofisiologis
Bakteri bertahan di GINJAL memperlihatkan :
beberapa organ : • Nekrosis tubular akut
• Hati • Nefritis interstitial
• Paru-paru
• Ginjal HATI memperlihatkan :
• Otak • Focal necrosis
• Foci ofinflammation
• Plugging of bile canaliculi
(Penyumbatan saluran empedu)

Petechiae dan Hemorrhages pada organ jantung,


paru, ginjal dna adrenal, pankreas, hati, GIT
(retroperiotneal fat, mesenterikum dan
omentum), otot , prostat, testis dan otak
(subarachnoid bleeding)
Patogenesis - Patofisiologis
10% of
Cases
ANICTERIC ICTERIC
90% of
Cases

Common, Mild Rare, Severe


<2% Mortalitiy 15% Mortality

ICETERIC LEPTOSPIROSIS
 Liver
Jaundice : occurs in 4-6 days (2-9 days)
Serum Bilirubin : Markedly ↑ (20-40 mg/dl)
SGOT/SGPT : Mild elevation
Hepatocellular necrosis/ Intra hepatic cholestasis
Death : Not due to liver Disease
ICETERIC LEPTOSPIROSIS

 Kidney – Mild to Severe


Urinalysis : Hematuria / Pyuria / Proteinuria
Renal Failure : Pre renal azotemia, ATN,/ AIN
Oliguric / Non oliguric

 Mechanism
Nephrotoxicity – Endotoxin (direct)
Bacterial migration, Toxic metabolites
Hypoperfusion – Hypotension, Fluid loss/ Fluid shift
G.I. Bleed, Myocarditis
HEMORRHAGIC MANIFESTATION

 Hemorrhagic Fever - Vascular Injury


 Respiratory, Alimentary, Renal & Genital tracts
 More common in Icteric & with Renal Failure
 Reported in Korea, Andaman’s & Brazil

 Hemorrhagic Pneumonitis
 Hemoptysis / Respiratory Failure
 CXR : Single/ Multiple ill defined opacities
 Occurs in 2nd week (as early as 24 – 48 hours)
 Reported in Korea, Aandaman’s & Nicaragua
CARDIAC FORM

 Cardiac manifestations
 Hemorrhagic Myocarditis
 Arrhythmias / Cardiac failure
 Arrhythmias, Hypotention / Death
 Atrial fibrillation / Conduction defects

 ECG changes
 Non specific 5T-T changes
 Low voltage complexes
Reported in Srlanka, Barbados & Portuga;
MANIFESTASI KLINIS
 Demam dengan onset yang tiba- tiba
 Masa inkubasi 1 -2 minggu (berkisar 1 – 30 hari)
 Demam biphasic dengan durasi 3-10 hari (acute leptospiremic
phase)
 Organisme dapat dikultur dari darah
 Munculnya antibodi (immune phase)
 Organisme dapat dikultur dari urin
MANIFESTASI KLINIS
 MILD LEPTOSPIROSIS  Pemeriksaan fisik mencakup temuan
berikut (tidak ada patognomonik) :
 Demam
 Tidak memperlihatkan gejala /sakit
ringan
 Suffision conjuntiva
 Pharyngea injection
 Muscle tenderness
 Leptospirosis simtomatik ringan muncul  Lymphadeopathy
dengan gejala: flu-like illness dengan  Rash/ Ruam (sementara: berupa makula,
onset mendadak, demam, menggigil, makulopapular, eritematsa / hemoragik:
sakit kepala, mual, muntah, sakit petekial/ekimosis)
perut, kemerahan konjungtiva,  Meningismus
mialgia.
 Hepatomegali
 Nyeri otot hebat pada betis, punggung  Splenomegali
dan perut.
 Sakit kepala terlokalisasi di daerah
frontal/ retroorbital, dan fotofobia  AUSKULTASI PARU
 Rhonki (+)

 Gejala hilang dalam beberapa hari /


dapat bertahan berminggu-minggu
 Ikterus
 SEVERE LEPTOSPIROSIS  WEIL’S SYNDROME
 PERDARAHAN
 Sering bersifat progresif, cepat
 IKTERUS
dan dikaitkan dengan fatalitas  ACUTE KIDNEY
kasus 1 – 50% INJURY
 Angka kematian tinggi pada usia
>40 tahun
 Perubahan status mental
 Gagal ginjal aku
 Insufisiensi Pernapasan
 Hipotensi
 Aritmia
MANIFESTASI KLINIS
 Pasien dapat meninggal akibat septic shock dengan kegagalan
multiorgan atau komplikasi perdarahan melibatkan paru- paru
(perdarahan paru), Gastrointestinal tract (melena, hemoptosis), urogenital
tract (hamturia) dan kulit (petekie, ekimosis) muncul bersama batuk, nyeri
dada, gangguan pernapasan dan hemoptisis.

 Jaundice (kuning) terjadi pada 5-10% pasien dengan leptospirosis.

 Acute Kidney Disease sering terjadi pada penyakit berat, timbul pada
beberapa hari sejak awal sakit, nonoligurik atau oliguria serta kelainan
elektrolit (hiponatremia dan hipokalemia)
CLINICAL ILLNESSES
 TYPE :
 Anicteric (common 95%, recover)
 Icteric (Weil’s Syndrome) (rare, fatal)
 Hepato-renal syndrome
 Hemorrhagic syndrome with ARF
 Atypical pneumonia syndrome
 Aseptic meningo-encephalitis
 Myocarditis, Chronic uveitis
KOMPLIKASI
 Gejala lain termasuk nekrotik pankreatitis, kolesistitis,
keterlibatan otot rangka, Rhabdomiolisis (kadar kreatinin
serum kinase cukup tinggi) dan manifestasi neurologi
(meningitis).

 Komplikasi hematologi (hemolisis, purpura


trombositopenik trombositik, dan sindrom hemolitik
uremik).

 Gejala jangka panjang :


 kelelahan, mialgia, malaise, dan sakit kepala bertahun-tahun.
APPROACH TO DIAGNOSIS

CLINICAL
FEATURE

LEPTOSPIREMIC CLINICAL
PHASE <7 days FEATURE

BLOOD ELISA MSAT


PCR
CULTURE

REPEAT MAT
DIAGNOSIS
 Leptospirosis akut
 Hasil laboratorium tanda-tanda infeksi bakteri termasuk
 Leukositosis
 peningkatan tanda-tanda peradangan (C-reactive protein level dan erythrocyte
sdimentation rate)
 Trombositopenia (jumlah hitung trombosit ≤ 100x 109 /L) berhubungan dengan
perdarahan dan gagal ginjal
 Tanda-tanda aktivasi koagulasi
 Perubahan sedimen urin (leukosit eritrosit, hyaline atau granular casts) dan proteinuria
pada leptospirosis ringan, dan gagal ginjal dan azotemia pada leptospirosis berat.
 Kadar bilirubin serum biasa meningkat
 Kadar aminotransferasi dan alkaline phosphatase sedang
 Kadar amilase biasa sering meningkat
 CSF menunjukkan pelositosis berkisar beberapa sel →1000 sel/ μL
 Konsentrasi protein CSF meningkat
 Kadar glukosa CSF normal
DIAGNOSIS
 Leptospirosis berat
 Kelainan pada Radiografi paru
 A patchy bilateral alveolar pattern yang berhubungan dengan perdarahan
alveolar yang tersebar merata (mempengaruhi lobus paru bagian bawah)
 Pleura-based densities (mewakili daerah perdarahan)
 Diffuse groound-glass attenuation khas pada ARDS
DIAGNOSIS
 Diagnosis pasti
 Isolasi organisme dari pasien, hasil positif pada :
 reaksi rantai polymerase (PCR)
 serokonversi atau peningkatan titer antibodi.
 Titer antibodi 1 : 200 – 1;800 pada MAT (microscopic agglutination test)
(tergantung apakah kasus terjadi di daerah enedemik tinggi atau rendah)
 Peningkatan titer 4x lipat atau lebbih besar terdeteksi antara fase akut dan
fase pemulihan.
 Antibodi biasa tidak dapat terdeteksi sampai minggu kedua. Respon antibodi
dapat dipengaruhi dari perawatan dini dengan antibiotik,
INTERPRETATION OF TESTS

ELISA / SAT MAT INTERPRETATION

Positive Positive Current infection

Positive Negative Current infection

Negative Positive Past Infection

Negative Negative R/o Leptospirosis

Not Available Rising Titers Current Infection


TIME RELATIONSHIP OF TEST

MAT

1 WEEK 1 MONTH 2 MONTHS 1 YEAR 5 YEARS

ELISA or SAT
WHO GUIDE – FAINE’S CRITERIA
2 Headache 5 Rain fall

2 Fever 4 Contaminate H2O

2 Temp > 39 F 1 Animal contact

4 Conj. Suffision 15 ELISA IgM + ve

4 Meningism 15 SAT positive

4 Muscle pain 15 MAT high titer

1 Jaundice 25 MAT rising titer

1 Alb, ↑ creatinin Definite Culture positive

Score of 25 or more – Presumptive Diagnose


Score 20 to 25 – Possible case of Leptospirosis
DIAGNOSIS BANDING
 Muncul gejala demam, sakit kepala, mialgia, flu (dengue dan
chikungunya) → pertimbangkan infeksi virus
 Malaria, demam thypoid, chrlichiosis, viral hepatitis dan infeksi akut HIV
dapat menyerupai fase awal Leptospirosis.

 Rickettsial disease, hantavisrus infections (hemorrhagic fever with


renal syndrome / hantavirus cardiopulmonary syndrome) dan dengue
perlu dilakukan tes serologi → sudah Leptospirosis suspected

 Muncul perdarahan → pertimbangkan kemungkinan dengue


hemorrhagic fever / other viral hemorrhagic fevers (hantavirus
infections, yellow fever, Rift Valley fever, filovirus infectiond dan Lassa
fever)
(TATALAKSANA) PENGOBATAN
TREATMENT

MILD-START Rx. Early SEVERE- StartIntensive Rx


 Oral Treatment 7 – 10 day  IV Treatment 5 to 7 days
 Doxycyclin 100 mg b.i.d  Benzyl Penicillin 20 L q.i.d
 Amoxicillin 500 mg q.i.d  Ampicillin IG q.i.d
 Ampicillin 500 mg q.i.d  3rd gen Ceftriaxone 1G od
 Supportive treatment  Cefotaxime 1 G t.i.d

Jerisch Herxheimer Reaction


(TATALAKSANA) PENGOBATAN
 Pasien dengan disfungsi ginjal nonoligurik →
memerlukan resusitasi cairan dan elektrolit yang agresif
untuk mencegah dehidrasi dan pengendapan.

 Dialisis Peritoneal atau Hemodialisis → diberikan pada


pasien oliguric renal failure
SPECIAL MEASURES

Intensive
Cardiac, hepatic
care, care
monitor

Fluid Balance, Platelets,


Bleeding transfusions

Renal function CNS


- dialysis Complications
PROGNOSIS
 Sebagian besar pasien Leptospirosis dapat pulih, namun
terdapat gejala post-leptospirosis : depresi (dapat bertahan
betahun-tahun)
 Angka kematian tertinggi pada pasien lanjut usia dan
memiliki severe disease (Pulmonary hemorrhage, Weil’s
syndrome)
 Leptospirosis yang terjadi selama kehamilan dikaitkan
dengan peningkatan angka kematian janin.
 Long-term follow up pasien dengan gagal ginjal, dan
disfungsi hati terdokumentasikan memiliki pemulihan
fungsi hati dan ginjal yang baik.
PROGNOSIS AND MORTALITIY

BLEEDING

RENAL CARDIAC

FATALITY

MENINGITIS PULMONARY
PENCEGAHAN
 Langkah menghindari leptospirosis :
 Menghindari paparan urin dan jaringan dari hewan yang
terinfeksi melalui pemakaian kacamata, alas kaki dan peralatan
pelindung lainnya.
 Strategi pegendalian hewan pengerat
 Vaksin pada hewan ternak dan pendamping
 Vaksinasi pada manusia terhadap spesific serovar
 Pemakaian doksisiklin (200 mg x seminggu) atau Azithromycin
(pada wanita hamil atau anak-anak) masih diperdepatkan, tetapi
pemberian pre dan post exposure baik pada kasus paparan
jangka pendek.
MNEMONIC:
 Leptospirosis -> severe -> Weil’s Disease
 Trias :
 Jaundice (ikterus)
 Perdarahan
 Acute Kidney Injury
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai