Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN ANAK LAPSUS

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER, 2019

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

VARICELLA

Oleh :

ARNI SAFRI

Pembimbing :
dr. Hushaemah Syam, Sp.A

(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik


bagian Anak)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
LAPORAN KASUS

1. Identitas pasien
Nama : Nadhirah
Tanggal lahir : 12-06-2016
Umur : 3 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Maccini Raya
Agama : Islam
Ruangan : Dahlia, RS. Pelamonia Makassar
2. Anamnesis
Keluhan utama : Demam (+)
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan demam (+) sejak 4 hari yang lalu,
demam hilang timbul, disertai batuk (+), pilek (+) mual (-), muntah (-),
Bintik berair muncul dibadan sejak 1 hari yang lalu, bintik tersebut berisi
cairan jernih dengan dasar kemerahan yang tersebar diseluruh tubuh.
Riwayat kejang (+) 1x dirumah dengan durasi <5 menit. Setelah kejang anak
langsung sadar
Nafsu makan : kurang
Nafsu minum : baik
BAB: terakhir 1 hari yang lalu, kesan normal
BAK : lancer
Riwayat pengobatan : Riwayat berobat ke dokter mendapat Acylovir pulv
dan salf
3. Pemeriksaan fisik
a. Status present
KU : Lemah / Compos Mentis
BB : 14 kg
TB : 98 cm
IMT : 14,5 kg/m2

2
Status Gizi : Gizi Baik (IMT/U)

b. Tanda vital
Suhu : 38 oC
HR : 128 x/menit
RR : 20 x/menit
c. Kepala
Ekspresi : normal
Simetris muka : kanan = kiri
Deformitas : (-)
Rambut : hitam, lurus
Muka : ikterus (-)
d. Mata
Eksoftalmus : (-)
Gerakan : ke segala arah
Kelopak mata : edema (-)
Konjungtiva : anemis (-) ikterus (-)
e. Telinga
Tophi : (-)
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
Pendengaran : dalam batas normal
f. Hidung
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
g. Mulut
Bibir : Sianosis (-)
Gigi geligi : normal
Gusi : perdarahan (-)
h. Leher
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
DVS : R-4
3
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
i. Thorax
Inspeksi
- Bentuk : simetris antara kiri dan kanan
- Buah dada : simetris
- Sela iga : dalam batas normal
- Lain- lain : (-)
j. Paru-paru
Palpasi
- Fremitus : dalam batas normal
- Nyeri tekan : (-)
Perkusi
- Paru : sonor dextra sinistra
- Batas paru depan kanan : ICS VI dextra
- Batas paru belakang kanan : vertebra thoracalis IX dextra
posterior
- Batas paru belakang kiri : vertebra thorakalis X sinistra
posterior
Auskultasi
- Bunyi pernapasan : vesikuler
- Bunyi tambahan : wheezing (-/-), ronchi (-/-)
k. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : pekak, batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular, bising (-)
l. Abdomen
Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-)
Perkusi : timpani, asites (-)
4
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
m. Alat kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan
n. Anus rectum : tidak dilakukan pemeriksaan
o. Punggung
Palpasi : nyeri tekan (-), teraba massa (-)
Perkusi : nyeri ketok (-)
Auskultasi : vesikuler, wheezing (-/-), ronchi (-/-)
p. Ekstremitas : akral hangat, edema pretibial (-/-)
4. Pemeriksaan penunjang

Darah Rutin (22-10-2019)

 WBC : 9,96 x 103 /uL


 RBC : 4,41 x 106 / uL
 HGB : 12,0 g/dL
 HCT : 33,5%*
 MCV : 76.0 fL*
 MCH : 27,2 pg
 PLT : 231 x 103 /uL
 Neutrofil : 7,64 x 103 /uL*
 Neutrofil (%) : 76,7 %*
 LED : 100 mm*

Darah Rutin (26-10-2019)

 WBC : 6,56 x 103 /uL


 RBC : 4,62 x 106 / uL
 HGB : 11,5 g/dL
 HCT : 34,4%
 MCV : 74,5 fL*
 MCH : 24,9 pg
 PLT : 238 x 103 /uL
5
 Neutrofil : 4,18 x 103 /uL
 Neutrofil (%) : 63,7 %*
 LED : 90 mm*

5. Follow up pasien
22-10-2019 S/ Demam (+) sejak 4 P/
Dokter IGD hari yang lalu, batuk - IVFD RL 12 tpm
(+), pilek(+), bitnik - Drips PCT
berair muncul di badan 140mg/ 8 jam / iv
sejak 1 hari yang lalu. - Salycil talc 3x1 ue
Riwayat kejang (+) 1x - Puyer acyclovir
di rumah, sebelum tetap dilanjut
masuk Rumah Sakit. Instruksi : pemeriksaan
Dengan durasi darah rutin dan LED
<5menit.
BAB : Lancar kesan
normal
BAK: Lancar
Riwayat berobat ke
dokter diberikan
acyclovir pulv dan
salf.
O/
KU : sedang / CM
N : 92 x/menit
P : 22 x/menit
S : 39,3 o C
A/ Kejang demam
sederhana + Varicella

6
23-10-2019 S/ Demam (+), P/
kejang(-), batuk (+), - IVFD RL 12 tpm
mual (-), muntah (-), - Drips PCT
gata-gatal (+), bintik- 140mg/ 8 jam / iv
bintik cair di seluruh - Diazepam 3x2mg
tubuh (+) - Acyclovir
Nafsu makan kurang 4x200mg
BAB: hari ini lancer - Acyclovir cream
kesan normal
BAK : lancar

O/
N : 130 x/menit
P : 22 x/menit
S : 37,7 o C
A/
Kejang demam
sederhana + Varicella
24-10-2019 S/ Demam tadi malam P/
namun mereda pagi - IVFD RL 12 tpm
ini. - Drips PCT
kejang(-), batuk (-), 140mg/ 8 jam / iv
nyeri menelan (+), - Diazepam 3x2mg
mual (+), muntah (-), - Acyclovir
nyeri kepala (+), gata- 4x200mg
gatal (+), bintik-bintik - Acyclovir cream
cair di seluruh tubuh - Zink syr 2x1 cth
(+)
Nafsu makan kurang

7
BAB: terakhir tadi
malam, frekuensi 4x,
lender (+), ampas (+)
BAK : lancar

O/
N : 108 x/menit
P : 48 x/menit
S : 37,3 o C
Kulit : vesikel (+)
dasar eritema
Tonsil : T2-T2
hiperemis

A/
KDS
Varicella
Diare akut
Tonsillitis akut
25-10-2019 S/ Demam (-), batuk (- P/
), mual (-), muntah (-), - IVFD RL 12 tpm
kejang (-), nyeri - Drips PCT
menelan mulai 140mg/ 8 jam / iv
mereda, bintik berair - Diazepam 3x2mg
di badan sudah ada - Acyclovir
yang mengering. 4x200mg
Nafsu makan mulai - Acyclovir cream
membaik - Zink syr 2x1 cth

8
BAB : pagi ini 1x - Cefotaxime
dengan konsistensi 700mg/12jam/iv
lunak
BAK : lancer Instruksi ; periksa
O/ darah rutin
N : 133 x/menit control besok
P : 32 x/menit
S : 37,1 o C
Kulit : vesikel (+)
dasar eritema, krusta
(+)
Tonsil : T2-T2
hiperemis

A/
KDS
Varicella
Diare akut
Tonsillitis akut

26-10-2019 S/ Demam (-), batuk (- P/


), mual (-), muntah (-), - IVFD RL 12 tpm
kejang (-), nyeri - Drips PCT
menelan mulai 140mg/ 8 jam / iv
mereda, bintik berair - Diazepam 3x2mg
di badan sudah ada - Acyclovir
yang mengering. 4x200mg
Nafsu makan mulai - Acyclovir cream
membaik - Zink syr 2x1 cth

9
Minum kuat - Cefotaxime
BAB : Terakhir 700mg/12jam/iv
kemarin pagi 1x
konsistensi lunak
BAK : Lancar
O/
N : 133 x/menit
P : 32 x/menit
S : 37,1 o C
Kulit : vesikel (+)
dasar eritema, krusta
(+)
Tonsil : T2-T2
hiperemis (-)

A/
KDS
Varicella
Diare akut
Tonsillitis akut

27-10-2019 S/ Demam (-), batuk (- - IVFD RL 12 tpm


), mual (-), muntah (-), - Drips PCT
kejang (-), nyeri 140mg/ 8 jam / iv
menelan mereda, - Diazepam 3x2mg
bintik berair di badan - Acyclovir
sudah lebih banyak 4x200mg
yang kering - Acyclovir cream

10
Nafsu makan membaik - Zink syr 2x1 cth
Minum kuat - Cefotaxime
BAB : Terakhir 2 hari 700mg/12jam/iv
yang lalu konsistensi - Boleh pulang
lunak
BAK : Lancar
O/
N : 125 x/menit
P : 29 x/menit
S : 36,5 o C
Kulit : vesikel (+)
dasar eritema, krusta
(+)
Tonsil : T2-T2
hiperemis (-)

A/
KDS
Varicella
Diare akut
Tonsillitis akut

6. Diagnosis kerja
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang, Pasien didiagnosis kejang demam,Varicella, diare akut,
tonsillitis akut.

11
Resume
Seorang pasien anak perempuan masuk RS Pelamonia Makassar dengan
dengan keluhan demam (+) sejak 4 hari yang lalu, demam hilang timbul,
disertai batuk (+), pilek (+) mual (-), muntah (-), Bintik berair muncul
dibadan sejak 1 hari yang lalu, bintik tersebut berisi cairan jernih dengan
dasar kemerahan yang tersebar diseluruh tubuh. Riwayat kejang (+) 1x
dirumah dengan durasi <5 menit. Setelah kejang anak langsung sadar
Nafsu makan : kurang, nafsu minum : baik, BAB: terakhir 1 hari yang lalu,
kesan normal, BAK : lancer.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan sakit sedang, KU lemah, tekanan darah :
Nadi : 128x/menit, pernafasan : 20 x/menit, suhu 38oC. Terdapat vesikel di
kulit dengan dasar eritema. Hasil pemeriksaan darah rutin WBC : 9.96 X
103/Ul, RBC : 4,41 x 106 / uL, HGB : 12.0 g/dL, HCT : 33,5%, MCV : 76.0
fL, MCH : 27,2 pg, Neutrofil : 7,64 x 103 /uL, Neutrofil (%) : 76,7 %* dan
LED : 100 mm. Pada pemeriksaan selanjutnya di dapatkan pada abdomen
peristaltik (+) kesan meningkat pada hari kedua perawatan , kemudian
terdapat hiperemis pada tonsil (T2-T2). Berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, Pasien didiagnosis kejang
demam,Varicella, diare akut, tonsillitis akut.
7. Pengobatan
- IVFD RL 12 tpm
- Drips PCT 140mg/ 8 jam / iv
- Diazepam 3x2mg
- Acyclovir 4x200mg
- Acyclovir cream
- Zink syr 2x1 cth
- Cefotaxime 700mg/12jam/iv

12
8. Diskusi

Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air adalah
infeksi primer virus varicella zoster yang umumnya menyerang anak –
anak dan merupakan peyakit yang sangat menular. Varicella ditandai
dengan ruam pruritus, makulopapular vesicular yang berevolusi menjadi
krusta yang kering yang tidak menular selama periode 3 hingga 7 hari.

Dari hasil anamnesis diperoleh dengan keluhan demam (+) sejak 4


hari yang lalu, demam hilang timbul, disertai batuk (+), pilek (+) mual (-),
muntah (-), Bintik berair muncul dibadan sejak 1 hari yang lalu, bintik
tersebut berisi cairan jernih dengan dasar kemerahan yang tersebar
diseluruh tubuh. Riwayat kejang (+) 1x dirumah dengan durasi <5 menit.
Setelah kejang anak langsung sadar, nafsu makan : kurang, nafsu minum :
baik, BAB: terakhir 1 hari yang lalu, kesan normal,BAK : lancer

Sesuai dengan kepustakaan gejala klinis yang bisa ditemukan,


Varicella pada anak biasanya dengan gejala prodromal yaitu demam,
malaise, nyeri kepala, mual dan anoreksia, yang terjadi 1 – 2 hari sebelum
timbulnya lesi dikulit.

Hal tersebut diatas sesuai dengan gejala yang di tunjukkan pasien


yaitu sebelum lesi dikulit muncul di awali 2 hari demam sebelumnya.

. Lesi pada varicella, diawali pada daerah wajah dan scalp, kemudian
meluas ke dada ( penyebaran secara centripetal) dan kemudian dapat
meluas ke ekstremitas. Lesi juga dapat dijumpai pada mukosa mulut dan
genital. Lesi pada varicella biasanya sangat gatal dan mempunyai
gambaran yang khas yaitu terdapatnya semua stadium lesi secara
bersamaan pada satu saat.

Pada pasien di dapatkan lesi kulit berupa vesikel yang menyebar


hampir di seluruh tubuh dan mengeluhkan rasa gatal yang mengganggu.

13
Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu

penyembuhan akan lebih singkat. Sebaiknya pemeberiannya dalam jangka

waktu kurang dari 48 – 72 jam setelah erupsi dikulit muncul. Golongan

antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan

famasiklovir. Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes

zoster :

Neonatus : Asiklovir 500 mg/ 8 jam/ IV selama 10 hari.

Anak ( 2 – 12 tahun) : Asiklovir 4 x 20 mg/ kg BB/ hari/ oral selama 5 hari.

Pada pasien ini yang berusia 3 tahun dengan berat badan 14kg maka
pasien ini diberikan penatalaksaan acyclovir oral dengan dosis 4x200mg
beserta acyclovir salf .

9. Pembahasan

DEFINISI

Varicella atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air adalah

infeksi primer virus varicella zoster yang umumnya menyerang anak – anak

dan merupakan peyakit yang sangat menular. Sedangkan herpes zoster atau

shingles adalah reaktivasi infeksi endogen pada periode laten virus varicella

zoster yang pada umumnya menyerang orang dewasa atau anak dengan

defisiensi imun. Meskipun gejala klinis varicella tidak berat namun pada

14
remaja, orang dewasa dan anak dengan status imunitas menurun dapat

meningkatkan angka kesakitan dan kematian1.

Manusia merupakan satu - satunya sumber infeksi untuk virus ini.

VZV sangan menular dengan infeksi sekunder terjadi pada 61 – 100 %

kontak rumah tangga yang rentan. Varicella ditandai dengan ruam pruritus,

makulopapular vesicular yang berevolusi menjadi krusta yang kering yang

tidak menular selama periode 3 hingga 7 hari. Tingkat keparahan dan

komplikasi varicella meningkat di antara orang – orang yang

immunocompromised, wanita hami, anak – anak kurang dari 1 tahun.

Namun, anak – anak yang sehat juga bisa berakibat komplikasi serius dan

bahkan kematian karena varicella2.

EPIDEMIOLOGI

Varicella dapat mengenai semua kelompok umur termasuk

neonates, tetapi hampir 90% kasus mengenai anak dibawah umur 10 tahun

dan terbanyak pada umur 5-9 tahun. Di Amerika Serikat, sebelum

diperkenalkan vaksin varicella terjadi epidemi varicella tahunan setiap

musim dingin dan musim semi, tercata sekitar 4 juta kasus. Pada tahun 2000,

angka kejadian varicella menurun 71%-84% sejak diperkenalkannya vaksin

varicella. Angka kesakitan dan kematian menurun terutama pada kelompok

umur 1-4 tahun. Angka kejadian varicella di Indonesia belum pernah diteliti

sedangkan berdasarkan data dari poliklinik umum Ilmu Kesehatan Anak

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam lima tahun terakhir tercatat 77

kasus varicella tanpa penyulit3.


15
ETIOLOGI

Penularan varicella terutama melalui kontak langsung dari lesi

dikulit atau melalui droplet secret saluran nafas yang dapat terjadi 24 hingga

48 jam sebelum timbulnya ruam sampai menjadi krusta, pada umumnya 5-

7 hari sebelum timbulnya ruam.

a. Transmisi udara

Penularan partikel VZV yang tersebar diudara yang dapat terhirup

dan masuk dalam saluran pernapasan dan dapat aktif saat pertahanan

tubuh anak ataupun seseorang mengalami penurunan2.

b. Transmisi Kontak Langsung

Penularan VZV langsung dari satu orang yang terinfeksi ke orang

lain tanpa benda atau perantara orang yang terkontaminasi. Hal ini

juga termasuk kontaminasi melalui ibu hamil ke anak yang

dikandungnya2.

c. Transmisi Droplet

Sama halnya dengan konta langsung melalui konjungtiva, hidung

atau kontak mukosa oral dengan droplet yang mengandung VZV

yang dihasilkan dari suatu orang terinfeksi seperti batuk, bersin atau

berbicara2.

d. Exposure

Paparan merupakan penularan secara tertutup tidak langsung dengan

droplet ataupun udara tetapi kontak tertutup seperti menetap dengan

orang terinfeksi VZV dalam satu ruangan2.

16
PATOGENESIS

Masa inkubasi varicella 10 – 21 hari pada anak imunokompeten (

rata – rata 14-17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih

singkat yaitu kurang dari 14 hari. Virus masuk ke dalam tubuh manusia

dengan cara inhalasi dari sekresi pernapasan (droplet infection) ataupun

kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet infection dapat terjadi 2 hari

sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi kulit. VZV masuk ke dalam tubuh

manusia melalui mukosa saluran pernapasan bagian atas, orofaring ataupun

conjungtiva3.

Siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2 – 4 yang

berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti penyebaran virus

dalam jumalah sedikit melalui darah kelenjar limfe, yang mengakibatkan

terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 – 6 setelah infeksi

pertama). Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus

tersebut dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum

matang sehingga akan berlanjut dengan siklus replikasi virus ke dua yang

terjadi di hepar dan limpa, yang mengakibatkan terjadinya viremia

sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan

mencapai epidermis pada hari ke 14 – 16, yang mengakibatkan timbulnya

lesi dikulit yang khas.

Seorang anak yang menderita varicella akan dapat menularkan kepada yang

lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi di kulit.

17
Pada herpes zoster, patogenesisnya belum seluruhnya diketahui.

Selama terjadinya varicella, VZV berpindah tempat dari lesi kulit ke

permukaan mukosa ke ujung syaraf sensoris dan ditransportasikan secara

centripetal melalui serabut syaraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada

ganglion tersebut terjadi infeksi laten (dorman), dimana virus tersebut tidak

lagi menular dan tidak bermultiplikasim tetapi tetap mempunyai

kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila terjadi reaktivasi

virus3.

Reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan yang

menurunkan imunitas seluler seperti pada penderita karsinoma, penderita

yang mendapat pengobatan immunosuppressive termasuk kortikosteroid

dan pada orang penerima organ transplantasi. Pada saat terjadi reaktivasi,

virus akan kembali bermultiplikasi sehingga terjadi reaksi radang dan

merusak ganglion sensoris. Kemudia virus akan menyebar ke sumsum

tulang serta batang otak dan melauli saraf sensoris akan sampai kekulit dan

kemudian akan timbul gejala klinis4.

GEJALA KLINIS

Varicella pada anka yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa

biasanya dengan gejala prodromal yaitu demam, malaise, nyeri kepala, mual

dan anoreksia, yang terjadi 1 – 2 hari sebelum timbulnya lesi dikulit

sedangkan pada anak kecil yang imunokompeten, gejala prodromal jarang

dijumpai hanya demam dan malaise ringan dan timbul bersamaan dengan

munculnya lesi kulit. Lesi pada varicella, diawali pada daerah wajah dan
18
scalp, kemudian meluad ke dada ( penyebaran secara centripetal) dan

kemudian dapat meluas ke ekstremitas. Lesi juga dapat dijumpai pada

mukosa mulut dan genital. Lesi pada varicella biasanya sangat gatal dan

mempunyai gambaran yang khas yaitu terdapatnya semua stadium lesi

secara bersamaan pada satu saat4.

Pada awalnya timbul macula kecil yang eritematosa pada daerah

wajah dan dada dan kemudian berbah dengan cepat dalam 12 – 14 jam

menjadi papul dan kemudian berkembang menjadi vesikel yang

mengandung cairan yang jernih dengan dasar eritematosa. Vesikel yang

terbentuk dengan dasar yang erimatous mempunyai gambaran klasik yaitu

letaknya superfisial dan mempunyai dinding yang tipis sehingga terlihat

seperti kumpulan tetsan air diatas kulit (tear drop), berdiameter 2 – 3 mm,

berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit atau

tampak vesikel seperti titik – titik embun diatas daun bunga mawar ( dew

drop on a rose petal). Cairan vesikel cepat menjadi kesruh disebabkan

masulnya sel radang sehingga pada hari ke 2 akan berubah menjadi pustule.

Lesi kemudian akan mongering yang diawali pada bagian tengah sehingga

terbentuk umbilikasi (delle) dan akhirnya akan menjadi krusta dalam waktu

yang bervariasi antaar 2 – 12 hari, kemudian krusta ini akan lepas dalam

waktu 1 – 3 minggu. Pada fase penyembuhan varicella jarang tebentuk parut

(scar), apabila tidak disertai dengan infeksi sekunder bakterial4.

Varicella yang terjadi pada masa kehamilan, dapat menyebabkan

terjadinya varicella intauterina ataupun varicella neonatal. Varicella

19
intrauterine, terjadi pada 20 minggu pertama kehamilan, yang dapat

menilbulkan kelainan kongenital seperti dua lengan dan tungkai mengalami

atrofi, kelainan neurologic maupun ocular dan mental retardation.

Sedangkan varicella neonatal terjadi apabila seorang ibu mendapat varicella

kurang dari 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah melahirkan. Bayi akan

terpapar dengan viremia sekunder dari ibunya yang didapat dengan cara

transplasental tetapi bayi tersebut belum mendapat perlindungan antibody

disebabkan tidak cukupnya waktu untuk terbentuknya antibody pada tubuh

si ibu yang disebut transplasental antibodi.

Sebelum penggunaan varicella zoster immunoglobulin, angka

kematian varicella neonatal sekitar 30%, hal ini disebabkan terjadinya

pneumonia yang berat dan hepatitis yang fulminant. Tetapi jika si ibu

mendapat varicella dalam waktu 5 hari atau lebih sebelum melahirkan, maka

si ibu mempunyai waktu yang cukup untuk membentuk dan mngedarkan

antibody yang terbentuk (transplasental antibody) sehingga neonatus jarang

menderita varicella yang berat4.

Herpes zoster pada anak – anak jarang didahului gejala prodromal. Gejala

prodromal yang dapat dijumpai yaitu nyeri radikuler, parestesia, malese,

nyeri kepala dan demam, biasanya terjadi 1 – 3 minggu ebelum timbul ruam

dikulit. Lesi kulit yang khas dari herpes zoster yaitu lokalisasinya biasanya

unilateral dan jarang melewati garis tengah tubuh. Lokasi yang sering

dijumpai yaitu pada dematom T3 hingga L2 dan nervus ke V dan VII.

20
Lesi awal berupa macula dan papula yang eritematous, kemudian

dalam waktu 12 – 24 jam akan berkembang menjai vesikel dan akan

berlanjut menjadi pustule pada hari ke 3 – 4 dan akhirnya pada hari ke 7 –

10 akan berbentuk krusta dan dapat sembuh tanpa parut, kecuali terjadi

infeksi sekunder bacterial. Pada pasien imunokompromais dapat terjadi

herpes zoster desiminata dan dapat mengenai alat visceral seperti paru, hati,

otak dan disseminated intravascular coagulophaty (DIC) sehingga dapat

berakibat fatal. Lesi pada kulitnya biasanya sembuh lebih lama dan dapat

mengalami nekrosis, hemoragik dan dapat berbentuk parut3,4.

DIAGNOSIS PENUNJANG

a) Tzanck Smear

Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru,

kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin,

Giemsa’s, Wright;s, toluidine blue atau Papanicolaou’s. Dengan

menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated

giant cells. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%. Test ini

tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes

simpleks virus2.

b) Direct Fluorescent Assay (DFA)

Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah

berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitive. Hasil

pemeriksaan cepat dengan membutuhkan mikroskop fluorescence.


21
Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster dan dapat

membedakan anatar VZV dengan herpes simpleks virus.

c) Polymerase Chain Reaction (PCR)

Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitive,

dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti

scraping dasar vesikel dan apabila sudah terbentuk krusta dapat juga

digunakan sebagai prepara dengan sensitifitas berkisar 97 – 100%

dan dapat menemukan nucleic acid dan virus varicella zoster2,3.

d) Biopsi Kulit

Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal

dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis

bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate2.

TATALAKSANA

Pada anak imunokompeten tidak ada terapi khusus yang

diindikasikan. Pengobatan simtomatik, terjadi dari losion calamine,

kompres dingin, antihistamin oral di malam hari untuk meningkatkan

kualitas tidur. Menjaga kulit tetap dingan dapat mengurangi lesi.

Menggaruk lesi dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri. Lesi yang masih

berbentuk vesikel dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah, vesikel

yang sudah pedah atau sudah terbentuk krusta dapat diberikan salep

antibiotic untuk mencegha terjadinya infeksi sekunder. Dapat diberikan

antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan salisilat (aspirin) untuk

22
menghindari terjadinya sindroma Reye. Kuku jari tangah harus dipotong

untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat garukan6.

Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan

waktu penyembuhan akan lebih singkat. Sebaiknya pemeberiannya dalam

jangka waktu kurang dari 48 – 72 jam setelah erupsi dikulit muncul.

Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan

famasiklovir. Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes

zoster :

Neonatus : Asiklovir 500 mg/ 8 jam/ IV selama 10 hari.

Anak ( 2 – 12 tahun) : Asiklovir 4 x 20 mg/ kg BB/ hari/ oral selama 5 hari.

Pubertas dan dewasa :

 Asiklovir 5 x 800mg/ hari/ oral selama 7 hari

 Valasiklovir 3 x 1 / hari/ oral selama 7 hari

 Famasiklovir 3 x 500mg/ hari/ oral selama 7 hari3,6.

PENCEGAHAN

Pasien infeksius dari satu hingga dua hari sebelum timbulnya ruam

sampai lesi telah sepenuhnya mengering. Anak – anak tidak diperbolehkan

sekolah sampai pulih sepenunya saat semua lesi berkerak atau setidaknya

satu minggu setelah erupsi pertama kali muncul. Jika mungkin dirawat ini

harus di hindari karena risiko menular ke pasien lain. Setiap anak yang

dirawat dengan penyakit ini harus diisolasi2.

23
Meskipun tingkat komplikasi yang relatif rendah, varicella

merupakan contributor penting untuk rawat inap dan kematian. Vaksin

meripakan cara efektif dalam pencegahan varicella pada anak – anak,

meskipun memiliki efek samping seperti rreaksi local, demam ringan dan

ruam varicella ringan. Hal ini direkomendasikan untuk anak diatas 12 bulan

tanpa riwayat varicella dan untuk orang dewasa seronegatif. Vaksin

varicella telah digunakan untuk mencegah infeksi setelah terpapar dalam

beberapa penelitian kecil. Ini berhasil jika vaksin diberikan dalam waktu

tiga hari setelah paparan4.

1. Imunisasi Pasif

Menggunakan Varicella Zoster Immunoglobulin, pemberiannya dalam

waktu 3 hari (kurang dari 96 jam) setelah terpajan VZV, pada anak –

anak imunokompeten terbukti mencegah varicella sedangkan pada anak

imunokompramais pemberian VZIG dapat meringankan gejala

varicella. VZIG dapat diberikan pada yaitu :

a) Anak – anak yang berusia < 15 tahun yang belum pernah menderita

varicella atau herpes zoster

b) Usia pubertas >15 tahun yang belum pernah menderita varicella atau

herpes zoster dan tidak mempunyai antibody terhadap VZV.

c) Bayi baru lahir, dimana ibunya menderita varicella dalam kurun

waktu 5 hari sebelumnya atau 48 jam setelah melahirkan.

d) Bayi Premature dan bayi usia < 14 hari yang ibunya belum pernah

menderita varicella atau herpes zoster

24
e) Anak – anak yang menderita leukemia atau lymphoma yang belum

pernah menderita varicella

Dosis Zoster Immunoglobulin (ZIG) diberikan secara intramuscular

sesuai tabel berikut1 :

Weight of Patient Dose (IU)

0-10 kg 200 (1 vial)

11 – 30 kg 400 (2 vial)

Over 30 kg 600 (3 vial)

2. Imunisasi Aktif

Vaksinasinya menggunakan vaksin varicella virus (Oka strain) dan

kekebalan yang didapat dapat bertahan hingga 10 tahun, digunakan di

Amerika sejak tahun 1995. Daya efektif melawan varicella berkisar 71

– 100%, vaksin efektif jika diberikan pada umur > 1 tahun dan

direkomendasikan diberikan pada usia 12 - 18 bulan, anak yang berusia

< 13 tahun yang tidak menderita varicella direkomendasikan diberikan

dosis tunggal dan anak lebih tua diberikan dalam dosis dengan jarak 4 –

8 minggu. Pemberian vaksin ini diberikan melalui subkutan dengan efek

samping kadang – kadang dapat timbul demam ataupun reaksi local

seperti ruam makulopapular atau vesikel, terjadi 3 – 5 % anak – anak

dan timbul 10 – 21 hari setelah pemberian pada lokasi penyuntikan.

Vaksin ini tidak diperbolehkan diberikan pada wanita hamil oleh karena

dapat menyebakan terjadinya varicella kongenital1,3.


25
KOMPLIKASI

Pada anak yang imunokompeten, biasanya dijumpai varicella yang ringan

sehingga jarang dijumpai komplikasi. Komplikasi yang dapat dijumpai pada

varicella yaitu :

1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan oleh bakteri

Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak – anak yang

berkisar antara 5 – 10%. Lesi paa kulit tersebut menjadi tempat masuk

organisme yang virulen dan apabila infeksi meluas dapat menimbulkan

impetigo, furunkel, cellulitis dan erysipelas. Organisme infeksius yang

sering menjadi penyebabnya adalah Streptococcus grup A dan

Staphylococcus Aureus3.

2. Scar

Timbulnya scar berhubungan dengan infeksi Staphylococcus atau

Streptococcus yang berasal dari garukan6.

3. Penumonia

Dapat timbul pada anak – anak dan pada orang dewasa yang dapat

mnimbulkan keadaan fatal. Pada orang dewasa insiden varicella

pneumonia sekitar 1 : 400 kasus3.

4. Neurologik

a) Acute Postinfeksius Cerebellar Ataxia

Ataxia sering muncul tiba – tiba, selalu terjadi 2 – 3 minggu setelah

timbulnya varicella. Keadaan ini dapat menetap selama 2 bulan.

Manifestasinya berupa tidak dapat mempertahankan posisi berdiri

26
hingga tidak mampu untuk berdiri dan tidak adanya koordinasi dan

dysarthria3.

b) Encephalitis

Gejala ini sering timbul selama terjadinya akut varicella yaitu

beberapa hari setelah timbulnya ruam. Lethargy, drowsiness dan

confusin adalah gejala yang sering dijumpai. Beberapa anak

mengalami seizure dan perkembangan encephalitis yang cepat

menimbulkan koma yang dalam. Merupakan komplikasi yang

serius dimana angka kematian berkirar 5 – 20%3.

5. Herpes Zoster

Komplikasi yang lambat dari varicella yaitu timbulnya herpes zoster,

timbulnya beberapa bulan hingga tahun setelah terjadinya infeksi

primer. Komplikasi dari penyakit ini yaitu posherpetic neuralgia,

keratitis, episcleritis, iritis, papilitis dan kerusakan saraf. Herpes zoster

yang desiminata yang dapat mengenai organ tubuh seperti otak, paru

dan organ lain dapat berakibat fatal2.

6. Reye Sindrome

Ditandai dengan fatty liver dengan encephalopathy. Keadaan ini

berhubungan dengan penggunaan aspirin, tetapi setelah digunakan

acetaminophen (antipiretik) secara luas, kasus reye sindrom mulai

jarang terjadi1.

27
PROGNOSIS

Varicella dan herpes zoster pada anak imunokompeten tanpa disertai

komplikasi prognosis biasanya sangat baik sedangkan pada anak

imunokompromais angka morbiditas dan mortalitasnya signifikan6.

DAFTAR ISI

1. World Health Organization. Varicella and herpes zoster vaccines: WHO

position paper, June 2014. Weekly Epidemiological Record.

2014;89(25):265–88 (http://www.who.int/wer/2014/wer8925.pdf?ua=1).

28
2. Martino Mota A, Carvalho-Costa FA. Varicella zoster virus related deaths

and hospitalizations before the introduction of universal vaccination with

the tetraviral vaccine. J Pediatr (Rio J). 2016;92:361---6.

3. Bozzola, Elena., Bozzola, Mauro. Varicella Complications and Universal

Immunization. J Pediatr (Rio J). 2016;92(4) 328-330.

4. Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi

Robbins. Edisi 9. Singapura: Elsevier Saunders.

5. Sherwood, Lauralee. 2011. Sistem Pencernaan. Fisiologi Manusia: dari sel

ke system. Edisi 6. Jakarta : EGC.

6. Kowalak, Jennifer P. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.

29

Anda mungkin juga menyukai