Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan vestibuler

yang paling sering ditemui, dengan gejala rasa pusing berputar diikuti mual

muntah dan keringat dingin, yang dipicu oleh perubahan posisi kepala

terhadap gaya gravitasi tanpa adanya keterlibatan lesi di susunan saraf pusat. Pada

umumnya BPPV melibatkan kanalis semisirkularis posterior dengan angka

resolusi lebih dari

95% setelah terapi reposisi kanalith. Pasien dengan keluhan dan gejala yang sesuai

dengan BPPV, namun tidak sesuai dengan kriteria diagnostik BPPV kanalis

posterior, harus dicurigai sebagai BPPV kanalis horizontal ataupun anterior .

Sekitar 50%, penyebab BPPV adalah idiopatik, selain idiopatik, penyebab

terbanyak adalah trauma kepala (17%) diikuti dengan neuritis vestibularis (15%),

migraine, implantasi gigi dan operasi telinga, dapat juga sebagai akibat dari

posisi tidur yang lama pada pasien post operasi atau bed rest total lama. Pada

sebuah klinik vertigo di London, Inggris ditemukan sebanyak 17% kasus BPPV

dari semua keluhan vertigo.

Pasien dengan BPPV sering mengeluhkan rasa pusing berputar diikuti

oleh mual, muntah dan keringat dingin sewaktu merubah posisi kepala terhadap

gravitasi, dengan periode vertigo yang episodik dan berlangsung selama satu menit

atau kurang. Pasien akan memodifikasi atau membatasi gerakan untuk

menghindari episode vertigo. Dalam anamnesis, harus ditanyakan faktor-faktor

yang merupakan etiologi atau yang dapat mempengaruhi keberhasilan terapi,

2
seperti riwayat stroke, diabetes, hipertensi, trauma kepala, migrain dan riwayat

gangguan keseimbangan sebelumnya atau riwayat gangguan saraf pusat

Benign Paroxysmal Positional Vertigo diduga disebabkan oleh

perpindahan otokonia kristal (kristal karbonat Ca yang biasanya tertanam di

sakulus dan utrikulus). Kristal tersebut merangsang sel-sel rambut di saluran

setengah lingkaran posterior, menciptakan ilusi gerak. Batu-batu kecil yang

terlepas (kupulolitiasis) didalam telinga bagian dalam menyebabkan BPPV. Batu-

batu tersebut merupakan kristal-kristal kalsium karbonat yang normalnya terikat

pada kupula. Kupula menutupi makula, yang adalah struktur padat dalam dinding

dari dua kantong- kantong (utrikulus dan sakulus) yang membentuk vestibulum.

Ketika batu-batu terlepas, mereka akan mengapung dalam kanal semisirkular dari

telinga dalam.

3
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

1. Nama : Bambang Kusumo

2. Umur : 52 tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Pekerjaan : TNI

5. Agama : Islam

6. Status pernikahan : Sudah menikah

7. Suku : Jawa

8. Tanggal masuk : 1 November 2019

9. Bangsal : Krisan Kenanga K 5

10. No RM : 65 98 68

11. Diagnosa masuk : Vertigo

B. ANAMNESIS

1. Keluhan utama: Pusing Berputar

2. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan pusing berputar sejak empat hari yang

lalu. Keluhan dirasakan secara tiba tiba dan semakin memberat sejak satu hari

sebelum masuk rumah sakit. Keluhan utamanya muncul saat pasien melakukan

perubahan posisi seperti baring ke duduk, dari baring menghadap kanan ke kiri,

membuka mata lama dan melihat cahaya. Riwayat mual (+) sejak 4 hari yang lalu

sebelum masuk rumah sakit, Riwayat muntah (+) dua kali sebelum masuk rumah

sakit. Pasien juga mengalami keringat dingin. Keluhan telinga berdenging

disangkal. Keluhan gangguan pendengaran disangkal. Keluhan lemah anggota gerak

4
badan disangkal, penurunan kesadaran disangkal, demam (-), trauma (-), stroke (-),

Hipertensi (-) terkontrol, diabetes melitus (-).

3. Riwayat penyakit dahulu: -

4. Riwayat penyakit keluarga: Tidak diketahui

5. Riwayat sosial ekonomi dan pribadi: Pasien bekerja sebagai TNI dan sering

melakukan perjalanan jauh.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status generalis

a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang, GCS: E4,M6,V5

b. Gizi : Baik

c. Tanda vital :

 Tekanan darah : 130/80mmHg

 Nadi : 88 x/menit

 Pernafasan : 22 x/menit

 Suhu : 36,4oC

 Anemia :-

 Ikterus :-

 Sianosis :-

d. Jantung : Bunyi jantung I dan II murni regular, bising (-)

e. Paru : Bunyi nafas vesikular, ronki -/-, wheezing -/-

f. Abdomen : Peristaltik usus normal

2. Status psikiatris

a. Perasaan hati : Tidak dapat dinilai

b. Proses berfikir : Tidak dapat dinilai

5
c. kecerdasan : Tidak dapat dinilai

d. memori : Tidak dapat dinilai

e. psikomotor : Tidak dapat dinilai

3. Status neurologis

a. Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5)

b. Sikap tubuh : Berbaring terlentang

c. Cara berjalan : Tidak dapat dinilai

d. Gerakan abnormal : Tidak ada

e. Kepala :

 Bentuk : Normocephal

 Simetris : Simetris

 Pulsasi : Dalam batas normal

 Nyeri tekan : Tidak ada

f. Leher :

 Sikap : Tegak

 Gerakan : Dalam batas normal

 Kaku kuduk : (-)

4. Gejala rangsang meningeal:

(kanan/kiri)

a. Kaku kuduk : -/-

b. Laseque : -/-

c. Kernig : -/-

d. Brudzinsky I : -/-

e. Brudzinsky II : -/-

6
5. Nervus kranialis:

a. Nervus I (N. olfactorius)

 Daya penghidu: normosmia/ normosmia

b. Nervus II (N. opticus)

 Ketajaman penglihatan : normal / normal

 Pengenalan warna : normal / normal

 Lapang pandang : normal/normal

 Funduskopi : tidak dilakukan

c. Nervus III, IV, VI (N. occulomotorius/ trochlearis/ abdusens)

 Ptosis : -/-

 Strabismus : -/-

 Nistagmus : +/+

 Eksoftalmus : -/-

 Enoptalmus : -/-

 Pupil:

- Ukuran pupil : 2,5 mm/ 2,5 mm

- Bentuk pupil : bulat/bulat

- Isokor/ anisokor : isokor

- Posisi : di tengah/ di tengah

- Refleks cahaya langsung :+/+

- Refleks cahaya tidak langsung :+/+

d. Nervus V (N. trigeminus)

 Menggigit : normal

 Membuka mulut : simetris


7
 Sensibilitas wajah : tidak dilakukan

 Refleks masseter : normal

 Refleks zigomatikus : tidak dilakukan

 Refleks kornea : tidak dilakukan

 Refleks bersin : tidak dilakukan

e. Nervus VII (N. fasialis)

 Mengerutkan dahi : simetris

 Menutup mata : simetris

 Gerakan bersiul : pasien dapat bersiul

 Daya pengecapan lidah 2/3 depan : tidak dilakukan

 Hiperlakrimasi : tidak ada

f. Nervus VIII (N. acusticus)

 Suara berbisik : dalam batas normal

 Tes rinne : tidak dilakukan

 Tes weber : tidak dilakukan

 Tes swabach : tidak dilakukan

g. Nervus IX (N. glossopharyngeus)

 Daya pengecap lidah 1/3 belakang : tidak dilakukan

 Refleks muntah : tidak dilakukan

h. Nervus X (N. vagus)

 Denyut nadi : teraba, reguler

 Arkus faring : tidak di evaluasi

 Bersuara : baik

8
 Menelan : baik

i. Nervus XI (N. assesorius)

 Memalingkan kepala : baik

 Mengangkat bahu : simetris

j. Nervus XII (N. hipoglosus)

 Pergerakan lidah : dalam batas normal

 Atrofi lidah : tidak ada

 Tremor lidah : tidak ada

 Fasikulasi : tidak dilakukan

6. Motorik:

a. Gerakan

Normal Normal

Normal Normal

b. Kekuatan

5 5

5 5

c. Tonus otot

Normal Normal

Normal Normal

Refleks fisiologis:

a. Refleks tendon:

9
 Refleks biseps :+/ +

 Refleks triseps :+ /+¿

 Refleks patella :+/ +

 Refleks archilles :+ /+¿

b. Refleks periosteum : tidak dilakukan

c. Refleks permukaan :

 Dinding perut : tidak dilakukan

 Cremaster : tidak dilakukan

 Spincter ani : tidak dilakukan

Refleks Patologis:

a. Hoffman tromner : -/-

b. Babinski : -/-

c. Chaddock : -/-

d. Oppenheim : -/-

e. Gordon : -/-

f. Schaefer : -/-

Sensibilitas:

a. Eksteroseptif:

 Nyeri :+/+¿

 Suhu : tidak dilakukan

 Taktil : +/+

b. Propioseptif:

 Posisi : tidak dilakukan

 Vibrasi : tidak dilakukan


10
 Tekanan dalam : tidak dilakukan

Koordinasi dan keseimbangan:

a. Tes Romberg : tidak dilakukan

b. Tes tandem : tidak dilakukan

c. Tes fukuda : tidak dilakukan

d. Disdiadokinesis : tidak dilakukan

e. Rebound phenomen : tidak dilakukan

f. Tes telunjuk hidung : Dismetri/Dismetri

g. Tes telunjuk telunjuk : tidak dilakukan

h. Tes tumit lutut : tidak dilakukan

Fungsi otonom:

a. Miksi

 Inkontinensia : tidak ada

 Retensi urin : tidak ada

 Anuria : tidak ada

 Hematuria : tidak ada

b. Defekasi

 Inkontinensia : tidak ada

 Retensi : tidak ada

Fungsi luhur:

a. Fungsi bahasa : dalam batas normal

b. Fungsi orientasi : dalam batas normal

c. Fungsi memori : dalam batas normal

d. Fungsi emosi : sulit dinilai

11
e. Fungsi kognisi : sulit dinilai

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Ct-Scan

Kesan:

Sinusitis Maxillaris Bilateral

2. Laboratorium

MCV : 82.5
SGOT : 20
SGPT : 19
Ureum : 18
Kreatinin : 1.28
GDS : 90
3. RESUME
Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan pusing berputar sejak empat hari yang

lalu. Keluhan dirasakan secara tiba tiba dan semakin memberat sejak satu hari

sebelum masuk rumah sakit. Keluhan utamanya muncul saat pasien melakukan

perubahan posisi seperti baring ke duduk, dari baring menghadap kanan ke kiri,

membuka mata lama dan melihat cahaya. Riwayat mual (+) sejak 4 hari yang lalu

sebelum masuk rumah sakit, Riwayat muntah (+) dua kali sebelum masuk rumah

sakit. Pasien juga mengalami keringat dingin. Keluhan telinga berdenging

disangkal. Keluhan gangguan pendengaran disangkal. Keluhan lemah anggota gerak

badan disangkal, penurunan kesadaran disangkal, demam (-), trauma (-), stroke (-),

Hipertensi (-) terkontrol, diabetes mellitus(-). Tekanan darah : 130/80 mmHg, Nadi

88x/menit, Pernafasan : 22x/menit, Suhu: 36.4C. Pada pemeriksaan keseimbangan

dan kordinasi yaitu nose finger to nose pada pasien ditemukan dismetria.

12
Motorik:

a. Gerakan

Normal Normal

Normal Normal

b. Kekuatan

5 5

5 5

c. Tonus otot

Normal Normal

Normal Normal
4. DIAGNOSIS

1. Diagnosis klinis: Vertigo

2. Diagnosis topis: Canalis Semisirkularis

3. Diagnosis etiologis: Benign Paroxysmal Positional Vertigo

5. PENATALAKSANAAN

1. Infus RL 20 tpm

2. Neurobion 1 amp / 24jam / drips

3. Vastigo 6 mg 3x1

4. Lanzoprazole 1x1

5. Dimenhidrinat 50 mg/12 jam/oral

13
Rehabilitatif:

Pasien diberikan edukasi untuk melatih dan membiasakan melirik kedepan

dengan posisi kepala di tegakkan kedepan dan dimiringkan 45’ ke kiri dan

kekanan (latihan visual-vestibular). Selain itu pasien juga diedukasi untuk latihan

Brandt Darroff dengan cara duduk tegak di tepi tempat tidur, dengan kedua kaki

menggantung dan mata terbuka. Kepala diarahkan 45’ ke kiri lalu baring dengan

cepat ke kanan. Posisi ini dipertahankan selama 30 dtk. Latihan ini dilakukan

pula untuk sisi yang berlawanan. Latihan ini dilakukan 3 kali sehari masing

masing lima siklus ke kiri dan ke kanan selama 2 minggu.

6. PROGNOSIS

1. Qua Ad vitam : dubia

2. Qua Ad sanationem : dubia

FOLLOW UP :

Tanggal TTV Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter


1-11-2019 S/ 1. Infus RL 20 tpm
Pusing berputar sejak empat hari yang
O-1 lalu. Keluhan dirasakan secara tiba 2. Neurobion 1 amp / 24jam
tiba dan semakin memberat sejak satu
Td : 120/70 hari sebelum masuk rumah sakit. / drips
Keluhan utamanya muncul saat pasien
N : 88x/menit melakukan perubahan posisi seperti 3. Vastigo 6 mg 3x1
baring ke duduk, dari baring
P : 20x/menit menghadap kanan ke kiri. Keringat 4. Lanzoprazole 1x1
dingin (+) Riwayat mual (+) sejak 4
S : 36,4 °C hari yang lalu sebelum masuk rumah 5. Dimenhidrinat 50 mg/12
sakit, Riwayat muntah (+) satu dua
kali sebelum masuk rumah sakit. jam/oral

O/
GCS : E4 M6 V5
FKL : DBN
Nn.Cr : Pupil bulat isokor Ø 2,5 mm ODS

14
Motorik
Pergerakan :
Normal Normal
Normal Normal
Kekuatan :
5 5
5 5

Tonus :
Normal Normal
Normal Normal
Refleks Fisiologis
+2 +2
+2 +2
Refleks Patologis
- -
- -
Sensoris : DBN
Otonom : BAB : dbn
BAK : dbn
Nistagmus : +/+
A/ Vertigo Berat
2-11-2019 S/ 1. Infus RL 20 tpm
pusing berputar, pusing dirasakan
O-2 memberat saat berubah posisi. Demam 2. Neurobion 1 amp / 24jam
(-), mual dan muntah (-), sesak (-),
Td : 120/90 keringat dingin (-) / drips

N : 80x/menit O/ 3. Vastigo 6 mg 3x1


GCS : E4 M6 V5
P : 20x/menit FKL : DBN 4. Lanzoprazole 1x1
Nn.Cr : Pupil bulat isokor Ø 2,5 mm ODS
S : 36,0 °C Motorik 5. Dimenhidrinat 50 mg/12
Pergerakan :
Normal Normal jam/oral
Normal Normal
Kekuatan :
5 5
5 5

15
Tonus :
Normal Normal
Normal Normal
Refleks Fisiologis
+2 +2
+2 +2

Refleks Patologis
- -
- -
Sensoris : DBN
Otonom : BAB : DBN
BAK : DBN

A/ Vertigo Berat
3-11-2019 S/ 1. Infus RL 20 tpm
pusing mulai berkurang, pusing
O-3 dirasakan memberat saat berubah 2. Neurobion 1 amp / 24jam
posisi. Demam (-), mual dan muntah
Td : 110/80 (-), sesak (-), keringat dingin (-) / drips

N : 80x/menit O/ 3. Vastigo 6 mg 3x1


GCS : E4 M6 V5
P : 20x/menit FKL : DBN 4. Lanzoprazole 1x1
Nn.Cr : Pupil bulat isokor Ø 2,5 mm ODS
S : 36,2 °C Motorik
Pergerakan :
Normal Normal
Normal Normal
Kekuatan :
5 5
5 5
Tonus :
Normal Normal
Normal Normal
Refleks Fisiologis
+2 +2
+2 +2

Refleks Patologis
16
- -
- -

Sensoris : DBN
Otonom : BAB : DBN
BAK : DBN
A/ Vertigo Berat
4-11-2019 S/ 1. Infus RL 20 tpm
pusing berkurang, pusing dirasakan
O-4 memberat saat berubah posisi. Demam 2. Neurobion 1 amp / 24jam
(-), mual dan muntah (-), sesak (-),
Td : 110/80 keringat dingin (-) / drips

N : 80x/menit O/ 3. Vastigo 6 mg 3x1


GCS : E4 M6 V5
P : 20x/menit FKL : DBN 4. Lanzoprazole 1x1
Nn.Cr : Pupil bulat isokor Ø 2,5 mm ODS
S : 36,5 °C Motorik
Pergerakan :
Normal Normal
Normal Normal

Kekuatan :
5 5
5 5

Tonus :
Normal Normal
Normal Normal

Refleks Fisiologis
+2 +2
+2 +2

Refleks Patologis
- -
- -

Sensoris : BDN
17
Otonom : BAB : DBN
BAK : DBN

A/ Vertigo Berat
5-11-2019 S/ 1. Infus RL 20 tpm
pusing berkurang, pusing dirasakan
O-5 memberat saat berubah posisi. Demam 2. Neurobion 1 amp /
(-), mual dan muntah (-), sesak (-),
Td : 110/80 keringat dingin (-) 24jam / drips

N : 80x/menit O/ 3. Vastigo 6 mg 3x1


GCS : E4 M6 V5
P : 20x/menit FKL : DBN 4. Lanzoprazole 1x1
Nn.Cr : Pupil bulat isokor Ø 2,5 mm ODS
S : 36 °C Motorik
Pergerakan :
Normal Normal
Normal Normal
Kekuatan :
5 5
5 5
Tonus :
Normal Normal
Normal Normal
Refleks Fisiologis
+2 +2
+2 +2

Refleks Patologis
- -
- -

Sensoris : DBN
Otonom : BAB : DBN
BAK : DBN

A/ Vertigo Berat

DISKUSI KASUS

18
Studi meneliti mengenai gejala vertigo pada 14.790 subyek dan mendapatkan

Benign Paroxysmal Potitional Vertigo sebagai etiologi terbanyak. Pasien mengalami

keluhan pusing berputar apabila terjadi perubahan posisi. Kasus ini mengindikasikan

salah satu gejala khas dari BPPV. BPPV terjadi saat otokonia, suatu kalsium karbonat

yang terbentuk di makula utrikulus terlepas dan masuk ke dalam kanalis semisirkularis.

Hal ini menyebabkan sensasi berputar ketika terjadi perubahan posisi kepala.

Pada kasus ini, kemungkinan besar pasien termasuk ke dalam jenis BPPV yang

melibatkan kanalis semisirkularis posterior Otokonia yang berpindah ke kanalis

semisirkularis merubah respon kepala terhadap sudut kepala. Ketika ada perubahan posisi

kepala dengan gravitasi,puing-puingotokonia bergerak ke posisi baru dalam setengah

lingkaran kanal,yang mengarah ke rasa rotasi palsu. Lokasi tersering BPPV ialah

kanalis semisirkularis posterior, yakni kanal yang paling dipengaruhi oleh gravitasi.

Lepasnya otokonia juga cukup sering terjadi pada kanalis semisirkularis horizontak,

namun keluhan umumnya akan spontan membaik dibandingkan dengan kanalis

semisirkularis posterior. BPPV jarang terjadi pada kanalis semisirkularis anterior

dikarenakan posisinya yang paling atas, sehingga otokonia jarang masuk kedalammnya.

Gejala pusing berputar yang terjadi telah dialami beberapa hari. Keluhan tidak

berkurang secara spontan dan mulai berkurang setelah pemberian terapi. Vertigo

merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala subjektive dan objektif dari gangguan

organ keseimbangan tubuh. Gejala subjektif yang biasa dirasakan oleh pasien adalah

pusing berputar, rasa kepala ringan, rasa terapung, terayun dan mual, Gejala objektif

yang bisa didapatkan adalah peningkatan aktivitas otonom seperti keringat dingin,

pucat, muntah, sempoyongan saat berdiri atau berjalan dan nistagmus. Gejala ini dapat

diperberat/diprovokasi oleh perubahan posisi kepala.. Hal ini sesuai dengan yang

19
dirasakan oleh pasien yang mengalami pusing berputar utamanya saat berubah posisi,

mual muntah sebanyak dua kali, berkeringat dingi dan nistagmus horizontal. Diagnosis

pada BPPV dapat dilihat dari .

Gambaran Klinis yaitu gambaran utama BPPV meliputi pusing berputar, berdurasi

singkat, intensitas berat dan disertai mual muntah. Gejala dipicu oleh perubahan posisi

kepala seperti bangun dari tidur, beridiri, berguling, membungkuk dan posisi kepala

menengadah dalam waktu lama. Pemeriksaan Fisis pada respon positif terhadap Dix-

Hallpike manuver merupakan standar penegakan diagnosisi klinis BPPV.

Pemeriksaan Penunjang pada gejala vertigo dapat dirasakan karena adanya

gangguan pada organ keseimbangan central atau perifer. Dalam diagnosis vertigo , sangat

penting untuk membedakan vertigo central dan vertigo perifer. Hal ini dapat dilakukan

dengan melakukan anamnesi yang baik. Selain itu bisa pula disertai dengan CT

Scan kepala apabila terdapat dasar kecurigaan ke vertigo central. Pada kasus ini, pasien

mengeluh pusing berputar yang tiba-tiba menyerang saat perubahan posisi. Keluhannya

berkurang cepat dengan istirahat dan perbaikan posisi (berbaring). Pasien juga

mengalami mual muntah sebanyak dua kali. Dalam pemeriksaan fisik, tidak dilakukan

dix-halpike manuver. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan nistagmus dan diperoleh

nistagmus horizontal pada pasien. Dan dilakukan pemeriksaan finger to nose dan

diperoleh dismetria. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pasien mengalami vertigo akibat

dari gangguan organ keseimbangan perifer.

Tatalaksana pada pasien adalah stabilisasi hemodinamik yaitu diberikan cairan

kristaloid atau koloid intra vena (IV) yaitu berupa IVFD Ringer Laktat 20 tpm. Betahistine

adalah analog histamin yang aktif secara oral. Betahistine berguna dalam menyebabkan

vasodilasi (peningkatan suplai darah) dari telinga bagian dalam dan mengurangi tekanan di

20
telinga dalam. Betahistine yang diberikan adalah Betahistine mesilate (vastigo) dengan

dosis 6 mg, 3 kali sehari. Neurobion adalah suplemen vitamin neurotropik yang

mengandung vitamin B kompleks dosis tinggi, termasuk B1, B6, dan B12. Ketiga vitamin

ini penting untuk metabolisme tubuh, terutama di sistem saraf perifer dan pusat.

Lanzoprazole adalah kelompok obat proton pump inhibitor. Obat ini digunakan untuk

mengatasi gangguan pada sistem pencernaan akibat produksi asam lambung.

Dimenhydrinate adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan menangani mual,

muntah, dan pusing akibat Motionsickness. Motion sickness terjadi ketika sensasi

gerakan di dalam telinga berbeda dengan sensasi gerakan yang dilihat orang tersebut.

Pasien diberikan edukasi untuk melatih dan membiasakan melirik kedepan

dengan posisi kepala di tegakkan kedepan dan dimiringkan 45’ ke kiri dan kekanan

(latihan visual-vestibular). Selain itu pasien juga diedukasi untuk latihan Brandt Darroff

dengan cara duduk tegak di tepi tempat tidur, dengan kedua kaki menggantung dan mata

terbuka. Kepala diarahkan 45’ ke kiri lalu baring dengan cepat ke kanan. Posisi ini

dipertahankan selama 30 dtk. Latihan ini dilakukan pula untuk sisi yang berlawanan.

Latihan ini dilakukan 3 kali sehari masing masing lima siklus ke kiri dan ke kanan

selama 2 minggu.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Neurologi FKUI. 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta : RSCM

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2006. Standar Pelayanan


Medis & Standar Prosedur operasional Neurologi. Jakarta : Perdossi

3. Palmeri , Renata, Anil Kumar. Benign Paroxysmal Positional Vertigo


(BPPV). NCBI. 2019.

4. Threenesia A, Iyos RN. Benign Paroxysmal Positional Vertigo ( BPPV )


Benign Paroxysmal Positional Vertigo ( BPPV ). 2016;5:108–12.

5. Edward Y, Roza Y. Laporan Kasus Diagnosis dan Tatalaksana Benign


Paroxysmal Positional Vertigo ( BPPV ) Horizontal Berdasarkan Head Roll
Test. 2014;3(1):77–82.

6. Nurimaba, Nurdjaman. Penatalaksanaan Vertigo. Bagian Saraf Fakultas


Kedokteran Universitas Padjajaran. Bandung. 2009.

Anda mungkin juga menyukai