Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KASUS

ILMU SARAF
LOW BACK PAIN

Disusun Oleh :
dr. Wulan Ayu Astari Suhardi

Pembimbing:
dr. Aris Dharma Sp,N

1
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny.A
Usia : 58 tahun
Tanggal lahir : 19 Maret 1963
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ciheulang
Pekerjaan : IRT
Status nikah : Menikah
Tgl Masuk RS :30/09/2021
NO RM : 305943

1.2 Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang yang menjalar sampai kaki 2
minggu yang lalu, kesemutan (-)

Keluhan Utama
Nyeri pinggang

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke IGD RSUD Cimacan dengan keluhan nyeri pinggang
yang semakin memberat sejak ± 2 minggu sebelum ke Rsud Cimacan.
Awalnya ± 1 tahun yang lalu, pasien mulai merasakan keluhan nyeri
pinggang. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk- tusuk dan
tidak menjalar ke bagian punggung atas ataupun ke bagian tungkai. Nyeri
dirasakan hilang timbul. Pasien mengatakan biasanya keluhan muncul pada
saat pasien banyak beraktivitas seperti membersihkan rumah, mencuci, dan
menggosok pakaian.
± 2 minggu yang lalu, pasien mengeluhkan nyeri pinggang yang semakin
memberat. Pasien juga masih mengeluhkan nyeri seperti tertusuk-tusuk dan
menjalar ke kaki. Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak berkurang pada saat
beristirahat, sehingga pasien sering merasa pegal dibagian pinggang. Pasien juga
mengeluhkan sudah mengalami keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari.

2
Keluhan pasien bertambah berat jika pasien melakukan perubahan posisi atau
duduk lama. Keluhan berkurang jika pasien berbaring. Pasien juga sering
merasakan nyeri saat mengangkat beban berat, Rasa kesemutan (-), penurunan
berat badan dalam waktu 1 bulan terakhir (-), Nyeri tidak bertambah berat saat
batuk atau bersin, nyeri pada sendi lain (-), nyeri lengan (-), nyeri sendi lutut (-),
kelemahan anggota gerk (-), tungkai terasa kebas (-), kelemahan otot (-), keringat
dingin (-), Mual (-), muntah (-), demam (-), batuk (-), BAK dan BAB tidak
terdapat adanya keluhan. Pasien mengatakan bahwa belum pernah berobat
sebelumnya dan belum pernah mengkonsumsi obat lain untuk mengurangi nyeri
dibagian pinggang.
Dikarenakan keluhan yang dialami oleh pasien semakin memberat, sehingga
pasien berobat ke IGD RSUD Cimacan pada hari Kamis, 30 Septemberl 2021.

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Keluhan yang sama dengan keluhan sekarang (+) 1 tahun yang lalu
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat Diabetes Melitus (-)
- Riwayat Asam Urat (-)
- Riwayat Trauma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat keluhan yang sama (-)
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat Diabetes Melitus (-)
- Riwayat Asam Urat (-)
- Riwayat Trauma (-)

Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang relevan
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan ataupun
obat- obatan. Pasien juga mengatakan saat ini aktivitas harian yang sering ia

lakukan yaitu berupa membersihkan rumah, aktivitas seperti sering


mengangkat beban berat (+).

3
1.3 Pemeriksaan Fisik
Tanggal 30 September 2021
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis (E4V5M6)
 Tekanan Darah : 140/90 mmHg
 Pernafasan : 21 x/menit
 Nadi : 97 x/menit
 Suhu : 36,90 C
 SpO2 : 98% room air
 Berat badan : 66 kg
 Tinggi Badan : 156 cm
 Status Gizi : IMT = 66 /(1.56)2 = 27,5 (Overweigh)

Status Generalisata
 Kepala Normocepal

 Mata Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik -/-, RC (+/+)

 Telinga Normotia, Nyeri tekan tragus (-/-), Otorea (-/-)

 Hidung Simetris, Rinore (-)

 Mulut Bibir kering (-), Sianosis (-)

 Tenggorok Tonsil T1/T1, Hiperemis(-)

 Leher Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-),

Thoraks
Paru-paru
 Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, sikatriks(-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-), Krepitasi (-)
 Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler (+), Ronkhi (-), Wheezing (-)

4
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas jantung atas: ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan: ICS IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri: ICS V linea midclavicularis
sinistra
 Auskultasi: BJ I dan II reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen
 Inspeksi : Datar, Sikatriks (-)
 Auskultasi : Peristaltik normal
 Palpasi : Nyeri tekan (-)
 Perkusi : Timpani

Punggung
 Inspeksi : Spondilosis (+), deformitas (-),
 Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa (-)
 Perkusi : Nyeri ketok (+) pada region lumbal, CVA (-/-)

Ektremitas
 Akral hangat, CRT > 2s, edema (-/-), sianosis (-/-)

Anggota Gerak Bawah Kanan Kiri


Motorik
Pergerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi
Sensibilitas
Taktil Taktil Taktil
Nyeri Nyeri Nyeri

5
Refleks
Fisiologis ++ ++
Patologis - -
Tes Laseque - -
Kontra Laseque - -
Patrick - -
Kontra Patrick - -
Bragard - -
Sicard - -

1.4 Pemeriksaan Penunjang


Hematologi
Hasil Unit Reference Range
Hemoglobin 13,5 g/dL 12,0 – 16,0
Hematocrit 38.2 % 35,0 – 47,0
Leukosit (WBC) 7,3 μL 4,8-10,8
Trombosit 240.000 μL 150.000– 450.000

Basofil 0 % 0-1
Eusinofil 0 % 1-3
Neutrophil batang 0 % 2-6
Neutrophil segmen 60 % 50-70
Limfosit 29 % 20-40
Monosit 11 % 2-8

V. Lumboscral Ap/Lateral (30/09/2021)


Curve scoliosis, aligment dalam batas normal.
Tampak osteofit pada os vertebra lumbal.
Diskus dan foramen intrervertebralis tidak menyempit.
Tidak tampak garis fraktur.
Pedikel dalam batas normal.
Tidak tampak lesi dan sklerotik.
Kesan
Spondylosis lumbalis.
Scoliosis lumbalis

6
1.5 Diagnosis Kerja
1. Low Back Pain
DD
1. Radikulopati lumbal

1.6 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanactionam : bonam

1.7 Tatalaksana
 IVFD Nacl 0,9% 1500cc/24jam
 Tramadol drip per 12 jam
 Ketorolac 3X1amp iv
 Mecobalamin 2x500mg
 Gabapentin 3x10mg
 Omeprazole 1x40mg iv
 Vit B6 2x1
 Diazepam 3x2mg po
 Sucralfat syr 3x10cc
 Konsul Fisioterapi

7
Edukasi :
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang
diderita pasien
- Konsumsi makananan yang cukup dan bergizi seperti buah dan sayur,
hindari makanan yang tinggi lemak seperti gorengan dan santan

- Menjaga berat badan ideal, yaitu IMT 18,5-24,9


- Rutin olahraga
- Istirahat yang cukup
- Menjaga lingkungan rumah agar bersih dan rapih serta tidak licin
- Jangan melakukan aktivitas berat, seperti berjalan jauh dan
mengangkat beban yang berat serta jangan duduk atau tidur dalam
posisi yang salah.
- Apabila merasakan nyeri, bagian punggung yang sakit jangan dipijat

- Lebih berhati-hati saat ke kamar mandi, bisa dengan gunakan sandal


anti slip dan keset kaki di depan kamar mandi dan jika memungkinkan
menggunakan WC duduk untuk mengurangi nyeri pada saat perubahan
posisi dari jongkok ke berdiri.

8
1.8 Follow Up
30/09/21
Hari perawatan ke-1
S Nyeri pinggang yang menjalar ke kaki
O - KU: TSS, Kes: CM
- N: 89x/menit, RR: 22x/menit, S: 36 C,TD: 140/90mmhg
Mata: anemis (-/-), mata cowong -/- Leher : kaku kuduk (-),
Thorax: simetris, retraksi (-),
Pulmo: dalam batas normal Cor: BJ I-II normal, bising (-)
Abdomen:
datar, supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba, BU (+)
meningkat, turgor kulit cukup
Genital : OUE hiperemis(-), fimosis (-) Ekstremitas : akral hangat,
edema -/-

A Low Back Pain


Hipertensi
P – Mengatur posisi sampai nyaman
– Memberi rasa nyaman nyeri
– Gabapentin 100mg
– Mecobalamin 500mg
– Diazepam 2mg
– Ketorolac inj 30mg
– Omeprazole inj 40mg

9
Hari
perawatan ke-2
01/10/2021
S Nyeri pinggang menjalar sampai kaki masih dirasakan
O KU : TSS
Kesadaran : CM (E4M6V5)
TTV : TD 130/90 mmhg
HR 86x/menit
RR 22 x/menit
Suhu 37.oC
Mata : CA -/- SI -/- Mata cowong -/-
Hidung : sekret -/-, konka edema -/-, konka hiperemis -/-
Mulut : mukosa lembab
Thorax : Cor : S1 S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+ rh -/- wh -/- slem -/-
Abdomen : supel, BU (+) meningkat, NT (-)
Ektremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Low Back Pain
Hipertensi
P – Memberikan obat tramadol drip 1amp dalam ns 0,9%100cc habis 20
menit
– Sucralfate3x10cc
– Ketorolac inj 30mg
– Mecobalamin 500mg

10
Hari perawatan ke-3

02/10/21
S Keluhan nyeri pinggang masih dirasakan dibagian kakinberkurang

O KU : TSS Kesadaran : CM (E4M6V5)


TTV : TD: 100/96mmhg
HR 94x/menit
RR 20 x/menit
Suhu 36.2oC
Mata : CA -/- SI -/- Mata cowong -/-
Mulut : mukosa lembab
Thorax : Cor : S1 S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+ rh -/- wh -/- slem -/-
Abdomen : supel, BU (+) normal, NT (-)
Ektremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Low back pain
Hipertensi

P - Mecobalamin 500mg
- Gabapentine 100
- Diazepam 3x2mg po
- Ceftriaxone 2x1gr
- Amlodipine 10mg

11
Hari perawatan ke-4

03/10/21
S Keluhan nyeri pinggang masih dirasakan dibagian kaki nyeri
O KU : TSS Kesadaran : CM (E4M6V5)
TTV : TD: 148/97mmhg
HR 94x/menit
RR 20 x/menit
Suhu 36.5oC
Mata : CA -/- SI -/- Mata cowong -/-
Mulut : mukosa lembab
Thorax : Cor : S1 S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+ rh -/- wh -/- slem -/-
Abdomen : supel, BU (+) normal, NT (-)
Ektremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Low back pain
Hipertensi
P - Mecobalamin 500mg
- Gabapentine 100mg
- Diazepam 3x2mg
- Ceftriaxone 2x1g
- Amlodipine 10mg
- Memberikan obat tramadol drip 1amp dalam ns 0,9%100cc habis
20 menit

12
Hari
perawatan ke-5
04/10/2021
S Nyeri pinggang menjalar sampai kaki masih dirasakan
O KU : TSS
Kesadaran : CM (E4M6V5)
TTV : TD 133/88 mmhg
HR 92x/menit
RR 20 x/menit
Suhu 36oC
Mata : CA -/- SI -/- Mata cowong -/-
Hidung : sekret -/-, konka edema -/-, konka hiperemis -/-
Mulut : mukosa lembab
Thorax : Cor : S1 S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+ rh -/- wh -/- slem -/-
Abdomen : supel, BU (+) meningkat, NT (-)
Ektremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Low Back Pain
Hipertensi
P – Memberikan obat tramadol drip 1amp dalam ns 0,9%100cc habis 20
menit
– Sucralfate 3x10cc
– Ketorolac inj 30mg
– Mecobalamin 100mg
– Amlodipine 10mg
– Fisioterpi

13
Hari
perawatan ke-6
05/10/2021
S Nyeri pinggang menjalar sampai kaki masih dirasakan sudah mulai membaik
O KU : TSS
Kesadaran : CM (E4M6V5)
TTV : TD 137/83 mmhg
HR 100x/menit
RR 20 x/menit
Suhu 36,5oC
Mata : CA -/- SI -/- Mata cowong -/-
Hidung : sekret -/-, konka edema -/-, konka hiperemis -/-
Mulut : mukosa lembab
Thorax : Cor : S1 S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+ rh -/- wh -/- slem -/-
Abdomen : supel, BU (+) meningkat, NT (-)
Ektremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Low Back Pain
Hipertensi
P – Memberikan obat tramadol drip 1amp dalam ns 0,9%100cc habis 20
menit
– Sucralfate 3x10cc
– Ketorolac inj 30mg
– Mecobalamin 500mg
– Amlodipine10mg
– Fisioterpi

14
Hari
perawatan ke-7
06/10/2021
S Nyeri Vas 4-5 jika duduk atau berdiri
O KU : TSS
Kesadaran : CM (E4M6V5)
TTV : TD 137/80 mmhg
HR 100x/menit
RR 20 x/menit
Suhu 36,5oC
Mata : CA -/- SI -/- Mata cowong -/-
Hidung : sekret -/-, konka edema -/-, konka hiperemis -/-
Mulut : mukosa lembab
Thorax : Cor : S1 S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+ rh -/- wh -/- slem -/-
Abdomen : supel, BU (+) meningkat, NT (-)
Ektremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Low Back Pain
Hipertensi
P – Morfin 3x2mg po
– Gabapentine 100mg
– Mecobalamin 500mg
– Omeprazole 1x40mg iv

15
Hari
perawatan ke-8
07/10/2021
S Nyeri Vas 2
O KU : TSS
Kesadaran : CM (E4M6V5)
TTV : TD 130/70 mmhg
HR 90x/menit
RR 20 x/menit
Suhu 36,5oC
Mata : CA -/- SI -/- Mata cowong -/-
Hidung : sekret -/-, konka edema -/-, konka hiperemis -/-
Mulut : mukosa lembab
Thorax : Cor : S1 S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+ rh -/- wh -/- slem -/-
Abdomen : supel, BU (+) meningkat, NT (-)
Ektremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A Low Back Pain
Hipertensi
P – ACC Rawat jalan
– Kontrol pada hari kamis

16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi


Ruas-ruas tulang belakang manusia tersusun dari atas ke bawah, diantara
ruas-ruas tersebut dihubungkan dengan tulang rawan yang disebut cakram
sehingga tulang belakang dapat tegak dan membungkuk, disebelah depan dan
belakangnya terdapat kumpulan serabut kenyal. Tulang belakang terdiri dari 30
tulang yang terdiri atas:1
- Vertebra servicalis sebanyak 7 ruas dengan badan ruas kecil, rendah dan
berbentuk segi empat dengan lubang ruasnya besar. Foramen vertebra
berbentuk segitiga dan besar. Pada taju sayapnya terdapat lubang saraf yang
disebut foramen transversalis yang dilalui oleh arteri dan vena vertebralis.
Pada ujung prosesus tansversus terdapat 2 buah tonjolan yaitu tuberculum
anterius dan tuberculum posterius yang dipisahkan oleh suatu alur yaitu
sulcus spinalis tempat berjalannya nervus spinalis. Prosesus spinosusnya
pendek dan bercabang dua. Ruas pertama disebut atlas yang
memungkinkan kepala mengangguk. Ruas kedua disebut prosesus odontoit
(aksis) yang memungkinkan kepala berputar ke kiri dan kekanan.

17
- Vertebra thorakal sebanyak 12 ruas. Badan ruasnya besar dan kuat, taju
durinya panjang dan melengkung. Facies articularis superior menghadap ke
belakang dan lateral dan facies articularis inferior menghadap ke depan dan
medial.
- Vertebra lumbalis sebanyak 5 ruas. Badan ruasnya tebal, besar dan kuat,
bersifat pasif. Prosesus spinosusnya besar dan pendek. Facies prosesus
artikularis superior menghadap ke medial dan facies articularis inferiornya
menghadap ke lateral. Bagian ruas kelima agak menonjol disebut
promontorium.
- Vertebra sacralis sebanyak 5 ruas, ruas-ruasnya menjadi satu sehingga
berbentuk baji, yang cekung di anterior. Batas inferior yang sempit
berartikulasi dengan kedua os coxae, membentuk artikulatio sacroiliaca.

- Vertebra koksigialis sebanyak 4 ruas. Ruasnya kecil dan membentuk


sebuah tulang segitiga kecil, yang berartikulasi pada basisnya pada ujung
bawah sacrum. Dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian
dengan sacrum.

18
Gambar 2.1 Anatomi tulang belakang

Secara umum struktur tulang belakang tersusun atas dua kolom

yaitu :
- Kolom korpus vertebra beserta semua diskus intervetebra yang berada
diantaranya.
- Kolom elemen posterior (kompleks ligamentum posterior) yang terdiri
atas lamina, pedikel, prosesus spinosus, prosesus transversus dan pars
artikularis, ligamentum-ligamentum supraspinosum dan intraspinosum,
ligamentum flavum, serta kapsul sendi.
- Korpus
Merupakan bagian terbesar dari vertebra, berbentuk silindris yang
mempunyai beberapa facies (dataran) yaitu : facies anterior berbentuk

konvek dari arah samping dan konkaf dari arah cranial ke caudal. Facies
superior berbentuk konkaf pada lumbal 4-5.2

- Arcus
Merupakan lengkungan simetris di kiri-kanan dan berpangkal pada
korpus menuju dorsal pangkalnya disebut radik arcus vertebra dan ada
tonjolan ke arah lateral yang disebut procesus spinosus.
- Foramen vertebra
Merupakan lubang yang besar yang terdapat diantara corpus dan arcus
bila dilihat dari columna vetebralis, foramen vetebra ini membentuk

19
suatu saluran yang disebut canalis vetebralisalis, yang akan terisi oleh
medula spinalis.

Gambar 2.2 Struktur vetebrae

Stabilitas pada vertebra ada dua macam yaitu stabilisasi pasif dan
stabilisasi aktif. Untuk stabilisasi pasif adalah ligament yang terdiri dari :
- Ligament longitudinal anterior yang melekat pada bagian anterior tiap
diskus dan anterior korpus vertebra, ligament ini mengontrol gerakan
ekstensi.
- Ligament longitudinal posterior yang memanjang dan melekat pada
bagian posterior dikcus dan posterior korpus vertebra. Ligament ini
berfungsi untuk mengontrol gerakan fleksi.
- Ligament flavum terletak di dorsal vertebra di antara lamina yang
berfungsi melindungi medulla spinalis dari posterior.

- Ligament tranfersum melekat pada tiap procesus tranversus yang


berfungsi mengontrol gerakan fleksi.1

20
Gambar 2.3 Ligamen vetebrae

Setiap ruas tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh
karena adanya dua sendi di posterolateral dan diskus intervertebralis di
anterior. Bila dilihat dari samping, pilar tulang belakang membentuk
lengkungan atau lordosis di daerah servikal, torakal dan lumbal. Keseluruhan
vertebra maupun masing-masing tulang vertebra berikut diskus
intervertebralisnya bukanlah merupakan satu struktur yang elastis, melainkan
satu kesatuan yang kokoh dengan diskus yang memungkinkan gerakan bergesek
antar korpus ruas tulang belakang. Lingkup gerak sendi pada vertebra servikal
adalah yang terbesar. Vertebra torakal berlingkup gerakan yang sedikit karena
adanya tulang rusuk yang membentuk toraks, sedangkan vertebra lumbal
mempunyai ruang lingkup gerak yang lebih besar dari torakal tetapi makin ke
bawah lingkup geraknya makinkecil.
Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra
yang berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi

sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis


menghubungkan korpus vertebra yang berdekatan.

21
Diantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra
sakralis terdapat discus intervertebralis. Discus-discus ini membentuk sendi
fobrokartilago yang lentur antara dua vertebra. Discus dipisahkan dari tulang
yang diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis. Discus
intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama lain dari servikal
sampai lumbal atau sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan
peredam kejut (shock absorber). Diskus intervertebralis terdiri dari tiga bagian
utama yaitu:2
 Annulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis:
- Lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan
menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga
bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per (coiled spring)
- Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagenus
- Daerah transisi.
 Nucleus pulposus
Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin,
nucleus ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan
penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga berperan penting dalam
pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.
 Vertebral endplate
Tulang rawan yang membungkus apofisis korpus vertebra, membentuk
batas atas dan bawah dari diskus.

Diskus intervertabralis berfungsi secara hidrodinamik. Tekanan pada


nucleus disebarkan ke semua arah, hal inilah yang menjaga tetap terpisahnya
vertebral end plates. Serabut-serabut annulus fibrosus mempunyai kemampuan
cukup untuk bergerak fleksi dan ekstensi sehingga memungkinkan perubahan
bentuk dari nukleus pulposus. Fleksibilitas dari annulus fibrosus dimungkinkan
oleh karena adanya (1) kelenturan, (2) kemampuan memanjang dan (3) adanya
lubrikasi atau pelumasan dari lembaran-lemabaran annulus.

22
Nucleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglycan
(hyaluronic long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan
mempunyai sifat sangat higroskopis. Nucleus pulposus berfungsi sebagai
bantalan dan berperan menahan tekanan atau beban.

Diskus intervertebralis, baik annulus fibrosus maupun nukleus pulposus


adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang peka nyeri adalah :
- Ligamentum longitudinal anterior
- Ligamentum longitudinal posterior
- Corpus vertebrae dan periosteumnya
- Ligamentum supraspinosum
- Fasia dan otot

Medula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical yang


terbentang dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen
occipital magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla
spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas :
- 8 pasang saraf servical.
- 5 pasang saraf thorakal.
- 5 pasang saraf lumbal.
- 5 pasang saraf sacral.
- 1 pasang saraf cogsigeal.
Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian
yaitu substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea
mengelilingi kanalis centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna
lateralis dan kolumna ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut
conv. Substansia alba mengandung saraf myelin (akson).
Sumsum tulang belakang berjalan melalui tiap-tiap vertebra dan membawa
saraf yang menyampaikan sensasi dan gerakan dari dan ke berbagai area tubuh.
Semakin tinggi kerusakan saraf tulang belakang, maka semakin luas trauma
yang diakibatkan. Misal, jika kerusakan saraf tulang belakang di daerah leher,

23
hal ini dapat berpengaruh pada fungsi di bawahnya dan menyebabkan seseorang
lumpuh pada kedua sisi mulai dari leher ke bawah dan tidak terdapat sensasi di
bawah leher. Kerusakan yang lebih rendah pada tulang sakral mengakibatkan
sedikit kehilangan fungsi.

Gambar 2.4 Dermatome tubuh

2.2 Low Back Pain


Definisi
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung
bawah, dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau
keduanya. Nyeri ini terasa

24
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di
daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran
nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP atau nyeri punggung bawah termasuk
salah satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan
akibat dari mobilisasi yang salah.

LBP akut akan terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu,


sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 6 bulan. Menurut
International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk
dalam low back pain terdiri dari :3
a. Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:
Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus
spinosus dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari
vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial
terhadap batas lateral spina lumbalis.
b. Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra
sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner melalui
spina iliaka superior posterior dan inferior.
c. Lumbasacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal
pain dan 1/3 atas daerah sacral spina pain. Lumbasacral Pain, nyeri
di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah
sacral spina pain.4

Epidemiologi
Low Back Pain (LPB) merupakan keluhan yang berkaitan dengan
usia, biasanya nyeri mulai dirasakan pada usia 20 tahun keatas dan
semakin meningkat pada usia 55 tahun, pada umumnya laki-laki beresiko
nyeri punggung sampai usia 50 tahun keatas kemudian menurun, tetapi
pada wanita terus meningkat. Semakin bertambahnya usia seseorang,

25
resiko untuk menderita low back pain akan semakin meningkat hal ini
dikarenakan adanya kelainan pada diskus intervetebralis pada usia tua.

Di poliklinik divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit


Dalam FKUI, nyeri pinggang merupakan keluhan

yang menempati urutan ketiga dibawah osteoarteritis dan reumatism


ekstraartikuler. Terjadinya low back pain hampir 90% berhubungan
dengan aktivitas mengangkat beban atau kesalahan posisi tubuh dalam
bekerjaan sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan.5
Etiologi
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu:
- LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di daerah
pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak
bertambah berat dengan aktivitas tubuh, juga tidak berkurang dengan
istirahat. Penderita LBP viserogenik yang mengalami nyeri hebat akan
selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang penderita LBP
spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi tertentu
untuk menghilangkan nyerinya.
- LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteri glutealis
superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin
memberat saat jalan dan mereda saat berdiri. Nyeri dapat menjalar ke
bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa nyeri ini tidak
terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya : membungkuk,
mengangkat benda berat yang mana dapat menimbulkan tekanan
sepanjang kolumna vertebralis. Kaludikatio intermitten nyerinya
menyerupai iskialgia yang disebabkan oleh iritasi radiks.
- LBP neurogeik
26
- Neoplasma:
Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik,
sensibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu
sedang tidur sehingga membangunkan penderita. Rasa nyeri
berkurang bila penderita berjalan.

- Araknoiditis:
Pada keadaan ini terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul
bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.
- Stenosis kanalis spinalis :6
Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi
discus intervertebralis dan biasanya di sertai ligamentum flavum.
Gejala klinis timbulnya gejala klaudicatio intermitten disertai rasa
kesemutan dan nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat.
- LBP spondilogenik
Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna
vertebralis yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan
proses patologik di artikulatio sacroiliaka.
- LBP psikogenik
Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan
depresi atau campuran kedunaya.
- LBP osteogenik
Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis
tuberculosa, trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun
spondilolistesis, keganasan, kongenital misalnya scoliosis lumbal,
nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput
artikulasi posterior satu sisi, metabolik mislnya osteoporosis,
osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia familial.
- LBP
diskogenik
Spondilosis:
 Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis,
27
sehingga jarak antar vertebra menyempit, menyebabkan

timbulnya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen


intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri
disebabkan oleh terjadinya osteoarthritis dan tertekannya radiks
oleh kantong duramater yang mengakibatkan iskemi dan radang.
Gejala neurologik timbul karena gangguan pada radiks yaitu:
gangguan sensibilitas dan motorik (paresis, fasikulasi dan atrofi
otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan LCS dinaikkan
dengan cara penderita disuruh mengejan (percobaan valsava)
atau

dengan menekan kedua vena jugularis (percobaan Naffziger).7


Hernia nucleus pulposus (HNP):
 Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk
kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui annulus
fibrosus yang robek. Dasar terjadinya HNP yaitu degenerasi
discus intervertebralis. Pada umumnya HNP didahului oleh
aktivitas yang berlebihan misalnya mengangkat benda berat,
mendorong barang berat. HNP lebih banyak dialami oleh laki-
laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul yaitu rasa
nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot-otot sekitar lesi
dan nyeri tekan di tempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh
spasme otot-otot tersebut dan spasme ini menyebabkan
berkurangnya lordosis lumbal dan terjadi scoliosis. HNP sentral
menimbulkan paraparesis flaksid, parestesia dan retensi urin.
HNP lateral kebanyakan terjadi pada L5-S1 dan L4-L5 pada
HNP lateral L5-S1 rasa nyeri terdapat di punggung bawah,
ditengah-tengah antara kedua bokong dan betis, belakang tumit
dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari V kaki juga berkurang
dan reaksi achilles negative. Pada HNP lateral L4-L5 rasa nyeri
dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral
bokong, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis.
Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patella

28
negative. Sensibilitas pada dermatom yang sesuai dengan radiks
yang terkena, menurun. Pada tes laseque akan dirasakan nyeri di
sepanjang bagian belakang. Percobaan valsava dan naffziger
akan memberikan hasil positif.
Spondilitis ankilosa:
 Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar
keatas, ke daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku di
punggung bawah waktu bangun tidur dan hilang setelah
mengadakan gerakan. Pada foto rontgen terlihat gambaran yang
mirip dengan ruas-ruas bamboo sehingga disebut bamboo spine.

- LBP miogenik
Ketegangan otot
:
 Sikap tegang yang berulang-ulang pada posisi yang sama akan
memendekan otot yang akhirnya akan timbul rasa nyeri. Rasa
nyeri timbul karena iskemia ringan pasa jaringan otot regangan
yang berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta
regangan pada kapsula.
Spasme otot atau kejang otot :
 Disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang
pemanasan. Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai
dengan nyeri hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri
sekaligus menambah kontraksi.
Defisiensi otot :
 Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisme
yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena
imobilisasi.8
Otot yang hipersensitif :

 Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang


akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke
29
daerah tertentu.
Berdasarkan mekanisme patologiknya dapat dibedakan menjadi:
 Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low
Back Pain. Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot
atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita nyeri
pinggang yang akut. Gerakan bagian punggung belakang yang kurang
baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot
punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga
menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan
sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang
berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan
gangguan yang lebih lanjut. 9

Menurut Soeharso, secara patologis anatomis, pada Low Back Pain


yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan,
seperti:
1. Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca: Gejala yang timbul akibat
perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os sacrum
akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat
posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan
pergerakan kaki pada hip joint terbatas.
2. Perubahan pada sendi Lumba Sacral: Trauma dapat menyebabkan
perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan dapat
menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat
menimbulkan nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral
I dan dapat menyebabkan keterbatasan gerak.
3. Infeksi: Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut
yang disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh

bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan


sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan. Artritis
rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis
rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat
30
mesenkimal. Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan
nama spondilitis ankilosa atau bamboo spine terutama mengenai pria
dan teruta mengenai kolum vertebra dan persendian sarkoiliaka.
Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan menyebar di
daerah pnggang disertai kekakuan (stiffness) dan kelainan ini
bersifat progresif.

4. Neoplasma: Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau


ganas. Tumor jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak.
Contoh gejala yang sering dijumpai pada tumor vertebra ialah
adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor
ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma
osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang terutama waktu malam
hari. Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di
pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma adalah contoh tumor
benigna di kanalis spinal yang dapat menyebabkan nyeri pinggang.
Meningioma adalah tumor intradural dan ekstramedular yang jinak,
namun bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan gejala yang
besar seperti kelumpuhan.

Low Back Pain karena Perubahan Jaringan


Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan
31
jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut
tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga
disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh lain. Beberapa jenis
penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan oleh perubahan jaringan
antara lain:
 Osteoartritis (Spondylosis Deformans): Dengan bertambahnya usia
seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga menjadi berkurang

sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan padaotot atau sendi.


Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang
menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia
muda. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke
pinggang.

 Penyakit Fibrositis: Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism


Muskuler. Penyakit ini ditandai dengan nyeri dan pegal di otot,
khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memberat saat beraktivitas,
sikap tidur yang buruk dan kelelahan.

 Kongenital: Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri


pinggang bawah yang penting.

 Spondilolisis dan spondilolistesis: Pada Spondilolisis tampak bahwa


sewaktu pembentukan korpus vertebrae ( in utero ) arkus vertebrae tidak
bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri. Pada spondilolistesis
korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan. Walaupun
kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan,
namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah
berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan
akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan. Spondilolitesis
dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul nyeri
radikuler.

32
 Spina Bifida: Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang
ditutupi oleh kulit yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa
didaerah itu ada tersembunyi suatu spina bifida okulta. Pada foto
rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di
daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada
tempat itu tidak terbentuk suatu ligamentum interspinosum. Keadaan ini
akan menimbulkan suatu “lumbo-sakral sarain” yang oleh si penderita
dirasakan sebagai nyeri pinggang.10

 Stenosis kanalis vertebralis: Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara


radiologis. Walaupun penyakit telah ada sejak lahir, namun gejala-
gejalanya baru tampak setelah penderita berumur 35 tahun. Gejala yang
tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si penderita jalan dengan
sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila ia
duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka penderita lantas jalan
sambil membungkuk.

 Spondylosis lumbal: Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra


lumbal dan discus intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan
kekakuan.

 Spondylitis: Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang


belakang. Ini merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak
diketahui, terutama mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri
dan kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi
dan ankilosing sendi tulang belakang.

Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat


Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan
33
dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan
komplikasi pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu
varum, coxa valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang
mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat
mengakibatkan terjadinya. Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal
ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat
penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.

Faktor Risiko
Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan nyeri pada
punggung bawah, yaitu:
1.Faktor individu

a. Umur
Meningkatnya usia seseorang akan menyebabkan terjadinya
degenerasi berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi
jaringan parut dan pengurangan cairan sehingga hal tersebut
menyebabkan stabilitas pada otot dan tulang berkurang/ menurunnya
kekuatan dan kelenturan otot biasanya perubahan tersebut mulai
terjadi pada usia 30 tahun. Semakin tua seseorang maka semakin
mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang memicu terjadi
LBP.

b. Jenis kelamin
Kejadian nyeri punggung bawah lebih banyak terjadi pada wanita
dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan secara fisiologis,
kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Pada wanita
keluhan nyeri bisa terjadi pada saat menstruasi dan pada saat
menopause dimana pada saat menopause terjadi penurunan hormon
estrogen sehingga mengakibatkan penurunan kepadatan tulang.
c. Obesitas
Orang yang memiliki berat badan yang berlebih (obesitas)
mempunyai resiko lebih besar dikarenkana beban yang membebani

34
akan menekan tulang belakang sehingga mengakibatkan lebih mudah
terjadinya kerusakan pada tulang belakang. Daerah yng paling sering
yaitu didaerah vetebrae lumbal
d. Masa kerja
Semakin lama waktu seseorang bekerja maka semakin tinggi resiko
untuk mengalami LBP. Pekerja yang memiliki masa kerja <10 tahun
lebih beresiko dibandingkan seseorang yang memiliki masa kerja < 5
tahun ataupun 5-10 tahun. Pada pekerjaan seperti mengangkat beban
memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami nyeri punggung
bawah.
e. Aktivitas/olahraga
Sikap tubuh yang salah yang menjadi kebiasaan seperti duduk,
berdiri, tidur, mengangkat beban yang salah dapat menyebabkan
nyeri punggung bawah.
f. Kebiasaan merokok
Kebiasaan ini dapat menyebabkan nyeri punggung pada perokok
karena kandungan nikotin pada rokok dapat menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu juga dapat
menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang.10

g. Kebiasaan olahraga
Olahraga dapat menyebabkan kemampuan kontraksi pada otot,
sehingga pada orang yang tidak berolahraga dapat menyebabkan
lemah nya otot terutama di perut sehingga tidak mampu menyokong
punggung secara maksimal. Aktivitas fisik yang cukup dan
dilakukan secara rutin minimal 3x dalam seminggu dimulai dengan
intersitas rendah guna menghindari cendera pada otot dan sendi
dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP. Olahraga yang
teratur dapat memperbaiki kualitas hidup, mencegah osteoporosis
dan berbagai penyakit rangka serta penyakit lainnya. Kurangnya
akitivitas fisik dapat menurunkan suplay oksigen kedalam otot
sehingga dapat menyebabkan keluhan pada ototnya. Keluhan pada

35
otot juga dipengaruhi oleh kesegaran tubuh seseorang, semakin
tinggi kesegaran tubuh seseorang maka semakin rendah untuk
mengalami cedera pada otot.

h. Riwayat penyakit rangka dan riwayat trauma


Postur yang bervariasi dan adanya abnormalitas kelengkungan
tulang belakang merupakan salah satu faktor risiko adanya keluhan
LBP. Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga
merupakan faktor risiko terjadinya LBP karena trauma akan merusak
struktur tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri yang terus
menerus

2. Faktor Pekerjaan
Pekerjaan atau gerakan dengan beban berat > 25 kg akan
memberikan beban mekanik yang lebih besar terhadap otot,
ligament dan sendi. Beban tersebut dapat menyebabkan iritasi,
inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan
lainnya.11

a. Posisi kerja
Posisi yang abnormal saat melakukan pekerjaan Dapat
meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan sehingga
menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke jaringan
rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan kelelahan.
Misalnya posisi mengapai, berputar, memiringkan badan, berlutut,
jongkok dan lain-lain dalam waktu yang lama dan posisi yang tidak
normal.
b. Gerakan repitisi
pegulangan gerakan kerja dengan pola yang lama, terlalu sering
dengan beban yang berat akan menyebabkan terjadinya
ketegangan otot tedon dimana otot menerima tekanan beban terus
menerus tanpa memperoleh waktu relaksasi.
36
c. Gerakan durasi
Lamanya terpanjan faktor resiko dimana durasi singkat apabila <
1 jam perhari, sedang 1-2 jam perhari, lama >2 jam perhari.
Lama nya tersebut menyebabkan terjadi kelelahan otot, selama
berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-
ulang dari otot menjadi terlalu vcepat sehingga oksigen belum
tercapai pada jaringan tersebut sehingga menyebabkam kelelahan
otot.
3. Faktor lingkungan
a. Getaran
Pada seseorang yang terlalu banyak menghabiskan waktu pada
tempat yang bergetar seperti kendaraan imana getaran dapat
menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan
peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat
danakhirnya timbul rasa nyeri.
b. Kebisingan
Kebisingan dapat memicu dan meningkatkan stres pada seseorang
sehingga meningkatkan resiko untuk LBP.

Klasifikasi
1. Acute low back pain
Nyeri punggung bawah yang menyerang beberapa hari sampai beberapa
minggu dalam waktu sebentar. Acute low back pain disebabkan karena
adanya trauma seperti terjatuh atau kecelakan. Tanda-tanda yang
ditemukan pada acute low back pain ialah nyeri yamg muncul tiba-tiba,
onset waktunya hanya sebentar, nyeri bisa hilang timbul san sembuh
dengan sendirinya.
2. Chronic low back pain
Nyeri pungguh bawah yang menyerang lebih dari 3 bulan, nyeri ini

37
dapat kambuh kembali. Pada stase ini memiliki proses penyembuhan
yang lama dan bersifat membahayakan. Chronic low back pain terjadi
karena penyakit dari osteoarteritis, proses degenerasi diskus
intertuberkularis dan tumor.

Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah
stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari
komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan
berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap
stimulus yang sama

mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi


seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit
yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial
merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal.
Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf
ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan
cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan

38
kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin
dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus
terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan
dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ
internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan
transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan
substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan
efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh
yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin
dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system
saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses
sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system
assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari
reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri
terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini
kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik
yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae
yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen
dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut
memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikanperlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan
vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh

membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan


toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah
dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah
postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang
belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
39
merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5
dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi
terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang
mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.12

Manifestasi Klinis
Berdasarakan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan ke
dalam kelompok :
a. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik :
 Adanya nyeri pada daerha lumbal atau lumbosacral tanpa
penjalaran atau keterlibatan neurologis
 Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan
tergantung dari aktivitas fisik
 Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.

b. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1


atau lebih tanda atau gejala yang mengindikasikan adanya
keterlibatan neurologis
 Gejala : nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya
rasa baal di daerah nyeri

 Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik maupun


sensorik/refleks.
1. Red flag LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau
kondisi patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum :
 Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian
ataupun kecelakaan kendaraan bermotor

40
 Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif
 Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal
 Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi
terlentang
 Riwayat atau adanya kecurigaan kanker, HIV, atau keadaan
patologis lainnya yang dapat menyebabkan kanker
 Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
 Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil
dan atu demam
 Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten
 Saddle anestesi, dan atau adanya inkonentinensia urin
 Risiko terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan NPB
pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun.13

Penegakan Diagnosa
Anamnesis
1. Waktu dan riwayat penyakit
Ditanyakan kepada pasien kapan mulai merasakan nyeri pada
punggung bawah, apakah pernah megalami hal serupa sebelumnya,
apakah memiliki riwayat trauma atau cedera sebelumnya.

2. Lama dan frekuensi serangan


Untuk menentukan intensitas nyeri pada pasien di gunakan Visual
Analoque Scale (VAS), minta pasien untuk membuat ranting terhadap
beratnya derajat nyeri yang dirasakannya dari 0-10, baik nyeri yang

dirakan saat ini, pada saat ringan dan pada berat. Pengukurang dengan

41
VAS apabila nilai dibawah 4 dikatakan nyeri ringan, 4-7 dinyatakan
nyeri sedang dan lebih dari 7 nyeri berat. Nyeri punggung bawah akibat
sebab mekanik dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.

3. Lokasi dan penyebaran


Mintalah pasien untuk meenjelaskan daerah mana yang menjadi
sumber nyeri, nyeri di punggung bawah berlokasi di L1-S1. Nyeri dapat
menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah akibat adanya
iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan
oleh peradangan dari sendi sakroiliaka.

4. Faktor yang memperberat atau memperingan


Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah
saat aktivitas. Gerakkan seperti duduk dan mengendarai mobil, nyeri
biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang
bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat
menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi.
Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.

5. Kualitas atau intensitas nyeri


Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat
membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara
nyeri punggung bawah dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan
dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan
nyeri radikular. Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu
peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung
seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.

Pemeriksaan fisik
Pasien diperiksa dalam keadaan tidak berpakaian.
42
1. Inspeksi
Pada inspeksi yang perlu diperhatikan adalah:

a. Perhatikan cara berjalan


b. Kesimetrisan dan mobilitas tulang belakang
c. Kesimetrisan panjang tungkai (peningkatan tungkai pada satu sisi
dalam keadaan lurus sering menyebabkan nyeri akibat iritasi
serabut saraf daerah lumbar).14
d. Keterbatasan gerak
2. Palpasi
Nyeri pada saat palpasi di kulit menandakan bahwa ada kemungkinan
suatu keadaan psikologis dibawahnya (psychological overlay). Palpasi
juga dapat menentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan diruangan intervetebralis atau dengan mengerakan kekanan ke
kiri prosesus spinosus sambil diperhatikan respon pasien. Penekanan
juga dapat mencari adanya fraktur pada vetebrae.
3. Pengerakan
Gerakan pasien dinilai apakah aktif atau tidak, perhatikan gerakan
bagian mana yang membuat nyeri dan nilai bentuk kolumna
vetebralisnya.
Beberapa gerakan yang perlu diperhatikan:
a. Ekstensi ke belakang (back extension)
Biasanya menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis
intervetebralis di lumbar dan artiritis lumbar akibatnya terjadi
penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada
saraf spinal.
b. Fleksi ke depan (forward flexion)
Biasanya nyeri pada tungkai kaena adanya ketegangan pada saraf
yang mengalami peradangan di bagian atas diskus protusio sehingga
menyebabkan meningkatnya tekanan pada saraf spinal sehingga
menyebabkan penekanan di sisi sebelahnya.

43
c. Membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri
Biasanya nyeri pada satu sisi atau kelateral menandakan nyeri pada
tungkai yang ipsilateral pada sisi yang sama.

4. Pemeriksaan neurlogis
a. Pemeriksaan sensori secara dermatom
Pemeriksaan ini sangat subjektif karena memerlukan perhatikan
pasien. Pemeriksaan ini untuk menentukan lokasi lesi low back pain
sesuai dengan dermatom.
b. Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan ini digunakan untuk membedakan kelainan di UMN
atau LMN
Reflek yang menurun dan menghilang secara simetris tidak
bermakna untuk diagnosa nyeri punggung bawah dan tidak di
gunakan untuk menentukan lokalisasi letak kelainanya. Pada reflek
patella menunjukan adanya gangguan dari radiks L4- kurang L2 dan
L3 sedangkan refleks tumit biasanya gangguan pada S1.
c. Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk membandingkan kedua sisi apakah
ada kelainan dengan memperhatikan dermatom yang
mempersyarafinya.
Pemeriksaan khusus
a. Test laseque
Pemeriksaan ini dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu
dipanggul kemudian dipanggul dengan perlahan-lahan lakukan ekstensi
lutut. Positif akan memberikan rasa nyeri pada pada tungkai terutama di
betis dan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk untuk melihat adakah ketegangan pada saraf spinal
khususnya pada L5 dan S1.
b. Test Bragard
Modifikasi dari test leseque tetapi lebih sensitif. Caranya sama dengan
test laseque namun ditambah dengan dorsofleksi kaki.

44
c. Test Sicard
Testnya sama dengan test laseque namun ditambah dorsofleksi ibu jari
kaki.

Pemeriksaan Radiologi
a. Routgen Vetebrae: biasanya terlihat normal atau dijumpai penyempitan
ruangan intervetebrae dengan posisi tegang dan lurus akibat spasme otot
paravetebral.
b. Ct Scan : untuk menilai penyakit yang mendasari adanya nyeri
punggung bawah
c. USG: menilai penyempitan dari kanalis spinalis
d. MRI: untuk memvisualisasi sifat dan patologi dari nyeri punggung
bagian bawah.

Diagnosis Banding
1. Penyakit inflamasi sistemik pada tulang belakang
Penyakit inflamasi sistemik seperti artritis reumatoid yang menyebabkan
kelainan pada vetebrae lumbalis. proses inflamasi lain akibat
spondiloartropati seperti spondilitis ankilosa, dan spondilosis
hiperostotik.
2. Infeksi
Nyeri dapat berasal infeksi pada celah diskus lebih sering terjadi pada
saat setelah tindakan eksisi pada diskus dan infeksi iatrogenik. Infeksi
lainya seperti blastomikosis, kriptokokosis, antinomikosis dan lain-lain
3. Spondiolisis/spondiliolistesis
Spondiliolistesis dapat disebabkan oleh proses degeneratif pada diskus
dan disertai dengan adanya stenosis spinalis lokal atau akibat ruda paksa.
Suatu proses patologik lain yang mengakibatkan spondiliolistesis dapat
ditemukan pada berbagai penyakit tulang seperti spondilitis tuberkulosa,
sefilis, atrofati neurogenik dan lain-lainnya. Spondiliolistesis
diakibatkan oleh proses-proses patologik yang mengenai pada bagian
proksimal dari tulang vetebrae servikal.

45
4. Sebab lain nyeri pinggang bawah
Penyakit lain yang tidak berhubugan dengan punggung bawah dapat
memberi nyeri pada daerah tersebut. Organ viseral intra-abdominal

retroperitoneal maupun pelvis memberikan sensari nyeri ali dermatom,


tidak memburuk pada saat aktivitas dan tidak berkurang pada saat
istirahat. Bebrapa penyakit antara lain ulkus peptik, astritis, gaster dan
pankreas dan lain-lainnya.15

Tatalaksana
Untuk mengatasi nyeri punggung bawah bervariasi, dimulai dengan
edukasi dan konseling tentang masalah untuk meringankan kegelisahan
pasien sehingga sampai tahap resolve. Istirahat beberapa hari sering dapat
meringankan nyeri. Namun jika terlalu lama tidak dianjurkan. Penggunaan
obat-obatan NSAID dapat membantu, dan untuk obat-obatan yang lebih
keras dapat digunakan seperti muscle relaksan dan narkotik dapat
digunakan dalam jangka waktu yang pendek.
Sejumlah perawatan yang disebut bantuan pasif sering digunakan,
disebut pasif karena saat dilakukan pasien tidak melakukan apapun.
Termasuk bantuan pasif adalah terapi panas, terapi dingin, massage,
ultrasound, stimulation listrik, traksi dan akupuntur.16
Prosedur invasive yang dapat dilakukan untuk nyeri punggung
bawah adalah prosedur yang dimaksudkan, dengan membuang atau
merusak area yang dirasakan atau yang menyebabkan nyeri, contohnya
intra discal electrothermy (IDET) yang mana sebuah coiled wire
ditempatkan pada diskus dan kemudian dipanaskan, dan radiofrequency
ablation (RFA). Ini lebih invasive sebab dapat merusak jaringan, memiliki
resiko yang lebih besar dan efek samping yang lebih lama dibanding
terapi yang lain. Jika berhasil maka dapat membantu pasien untuk tidak
dilakukan prosedur bedah yang lebih besar. Tetapi hal ini tetap menjadi
kontroversi.

46
A.Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per.
Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung mekanik akut,
fraktur, dan HNP.

B. Medikamentosa
Ada 2 jenis obat dalam tatalaksana NPB ini, ialah obat yang bersifat
simtomatik dan bersifat kausal. Obat-obatan simtomatik antara lain
analgetika (salisilat, parasetamol, dll), kortikosteroid (prednison,
prednisolon), anti inflamasi non-steroid (AINS) misalnya piroksikam,
antidepresan trisiklik (secara sentral) misalnya aminiptrilin, dan obat
penenang minor misalnya diazepam, klordiasepoksid.

1. Salisilat
Merupakan analgetik yang paling tua, selain khasiat analgetik juga
mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi dan antitrombotik.
Contohnya aspirin.
 Dosis aspirin : analagetik 600-900, diberikan 4x sehari
 Dosis aspirin : antiinflamasi 750-1500 mg diberikan 4x sehari
 Kontraindikasi : tukak lambung, resiko terjadi perdarahan, gangguan
faal ginjal dan hipersensitif
2. Paracetamol
Merupkan analgetik-antipiretik yang paling aman untuk menghilangkan
rasa nyeri tanpa disertai inflamasi
 Dosis terapi : 600-900 diberikan 4x sehari

47
C. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) misalnya pada HNP, trauma mekanik akut,
serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
1. Terapi panas
Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan
menaruh sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang
terasa nyeri atau sakit selama 5 – 10 menit. Jika selama 2 hari
atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad (kantong
hangat)

2. Elektrostimulus
a. Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang
ringan tetapi cara ini tidak terlalu efisien karena ditakutkan
resiko komplikasi akibat ketidaksterilan jarum yang
digunakan sehingga menyebabkan infeksi
b. Ultrasound
c. Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf :
a. Spinal endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis
untuk memindahkan atau menghilangkan jaringan scar
b. Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
c. Elektro thermal disc decompresion
d. Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
3. Traction
Helaan atau tarikan pada punggung untuk kontraksi otot
48
4. Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merefleksikan otot
belakang dan melancarka peredaran darah.

D. Terapi Operatif
Pada dasarnya, terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan
konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus
fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, yang dapat
diketahui adalah gangguan fungsi otonom dan paraplegia.17

E. Rehabilitasi
Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau dari segi
pelaksanaanya. Tujuannya adalah mengupayakan agar penderita dapat
segera bekerja seperti semula dan tidak timbul NPB lagi kemudian

hari. Agar penderita tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Agar penderita tidak mengalami
komplikasi yang membahayakan penderita, misalnya pneumonia,
osteoporosis, infeksi saluran kencing, dan sebagainya.

Terapi menurut Jenis Nyeri Punggung Bawah


a. NPB Non Spesifik
Terapi: anti ansietas, anti depresan, cognitive behavioral treatment serta
mencari penyebab
b. NPB Psikogenik
Terapi: analgetik,sitostatika dan radioterapi
c. NPB Tumor Ganas
Terapi: analgetik, kalsium, kalsitriol, bifosfonat dan raloxifen, calcitonin
d. NPB Osteoporosis
Terapi analgesik, OAINS, fisioterapi, suntikan steroid epidural
Pembedahan bila ada defisit neurologik yg progresif atau nyeri

49
menetap
e. NPB Stenosis Lumbal
Sebagian besar terapi konservatif: tirah baring, obat-obat & fisioterapi
Pembedahan segera bila ada tanda sindroma kauda equina atau defisit
neurologik yg progresif

f. NPB HNP
Terapi: tirah baring ≤2 hr, analgetik & NSAID, kompres hangat, jika perlu
suntikan lokal anestesi.
Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini meruapakan paya untuk
mempertahankan orang yang sehat (tetap memiliki faktor resiko)
agar tetap sehat ayau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan :
 Lakukan aktivitas yang cukup dan tidak terlalu berat

 Selalu duduk dalam posisi yang tepat. Duduk harus tegap,


sandaran tempat duduk harus tegak lurus, tidak boleh
melengkung. Posisi duduk berarti membebani tulang belakang 3-
4 kali berat badan, apalagi duduk dalam posisi yang tidak tepat.
Sementara pada posisi berdiri, punggung hanya dibebani satu
setengah kali berat badan normal.15
 Jangan terlalu lama duduk. Untuk orang normal, cukup satu
setengah jam hingga dua jam. Setelah itu sebaiknya berdiri dan
lakukan peregangan lalu duduk lagi lima menit kemudian.
 Jangan membungkuk ketika berdiri atau duduk. Ketika berdiri,
jaga titk berat badan agar seimbang pada kaki.
 Jika tidur, pilih tempat tidur yang baik misalnya memiliki matras

50
yang kuat sehingga posisi tidur tidak melengkung. Yang paling
baik adalah tidur miring dengan satu bantal di bawah kepala dan
dengan lutut yang dibengkokkan. Bila tidur terlentang sebaiknya
diletakkan bantal kecil dibawah lutut.
 Lakukan olahraga teratur. Pilij olahraga yang berfungsi
menguatkan otot-otot perut dan tulang belakang, misalnya sit up.
Postur tubuh yang baik akan melindungi dari cedera sewaktu
melakukan gerakan akrena beban disebarkan merata ke seluruh
bagian tulang belakang.
 Berjalan rileks dengan sikap tubuh tegak.

 Bila mengendarai mobil, jok mobil jangan terlalu digeser ke


belakang hingga posisi tungkai hampir lurus.
 Kenakan sepatu yang nyaman dan bertumit rendah.

 Jangan mengangkat benda dengan membungkuk. Angkat objek


dengan menekuk lutut dan berjongkok untuk mengambil objek.
Jaga punggung lurus dan terus dekatkan objek ke tubuh. Hindari
memutar tubuh saat mengangkat. Lebih baik mendorong

daripada menarik ketika harus memindahkan benda berat. Minta


bantuan orang lain bila mengangkat benda yang berat.
 Jaga nutrisi dan diet yang tepat untuk mengurangi dan mencegah
berat badan berlebihan, terutama lemak di sekitar pinggang. Diet
harian yang cukup kalsium, fosfor, dan vitamin D membantu
menjaga pertumbuhan tulang baru.
 Berhenti merokok. Merokok mengurangi aliran darah ke tulang
punggung bagian bawah dan menyebabkan cakram tulang
belakang mengalami degenerasi.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghindarkan
komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan pada orang yang telah
51
sakit. Pencegahan sekunder ini daoat dilakukan dengan cara
mendeteksi penyakit secara dini dan pengadaan pengobatan yang
cepat dan tepat.

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi komplikasi
dan mengadakan rehabilitasi. Rehabilitasi bertujuan untuk
mengembalikan fungsi fisik dan menolong penderita nyeri punggung
agar lebih memperhatikan cara mengatasi masalah dan dapat
menjalani kehidupan yang lebih normal.

 Selama masa penyembuhan sebaiknya penderita nyeri punggung


menghindari pekerjaan atau aktivitas berat.
 Menghindari masalah psikis misalnya depresi, kecemasan atau
stress yang dapat memicu atau memperberat kembali terjadinya
nyeri punggung.
 Bagi penderita nyeri punggung yang obesitas sebaiknya
melakukan diet untuk menurunkan berat badan

Untuk mengurangi dissabilitas dan perbaikan


fungsional direkomendasikan dengan program back exercise.
 Membiasakan diri dengan postur tubuh dan sikap tubuh yang
benar.
Prognosis
Setelah dilakukan pengobatan selama 1 bulan 85% pasien low back pain
membaik, dan kesembuhan mencapai 62% pada tahun pertama. Dengan
tindakan operasi 90% perbaikan fungsi akan membaik dalam 1 tahun. Dimana
perbaikan motorik lebih cepat dari pada sensorik. Faktor yang mempengaruhi
penyembuhan adalah etiologi, usia dan pernah mengalami nyeri sebelumnya. 18

52
BAB III

ANALISA

KASUS

3.1 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Dari anamnesis diketahui bahwa pasien merupakan seorang IRT pasien
memiliki 2 orang anak, pasien tinggal bersama suami dan juga anaknya.
Menurut keterangan pasien, tidak ada masalah dalam keluarganya dan
keharmonisan dalam keluarga baik. Tidak ada anggota keluarga yang
mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara penyakit pasien dengan keadaan
keluarga dan hubungan keluarga.

3.2 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki
kebiasaan sering melalukan aktivitas seperti membersihkan rumah,
mencuci, dan menggosok pakaian dan keluhan bertambah berat jika pasien
53
melakukan perubahan posisi atau duduk lama. Pasien juga sering merasakan
nyeri saat mengangkat beban berat, Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat adanya hubungan antara kebiasaan terdebut dengan penyakit yang
dialami oleh pasien.

3.3 Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki
kebiasaan sering melalukan aktivitas seperti membersihkan rumah,
mencuci, dan menggosok pakaian dan keluhan bertambah berat jika pasien
melakukan perubahan posisi atau duduk lama. Pasien juga sering merasakan
nyeri saat mengangkat beban berat, Sehingga dari faktor risiko tersebut
diduga penyebab sakit pada pasien adalah pekerjaan / aktivitas sehari-hari.

3.4 Analisis untuk mengurangi paparan


- Pasien dilarang melakukan aktivitas berat, seperti berjalan jauh dan
mengangkat beban yang berat serta jangan duduk atau tidur dalam posisi
yang salah.
- Pada saat nyeri, bagian punggung bawah jangan dipijat
- Jaga berat badan ideal, untuk berat badan ideal pada pasien ini adalah
sekitar IMT 18,5-24,9.
- Lebih berhati-hati saat ke kamar mandi, bisa dengan gunakan sandal anti
slip dan keset kaki di di depan kamar mandi dan jika memungkinkan
menggunakan WC duduk
- Rutin kontrol ke puskesmas dan minum obat secara teratur.

3.5 Edukasi penyakit kepada pasien dan kepada keluarga :


- Memberikan edukasi kepada pasien dan juga keluarganya mengenai
penyakit yang dialami oleh pasien
- Menjelaskan kepada pasien penyebab dari penyakitnya, kemungkinan
adalah perkesrjaan / aktivitas sehari-hari yang berat seperti :
membersihkan rumah, mencuci, menggosok pakaian, melakukan
perubahan posisi atau duduk lama dan mengangkat beban berat.
- Menganjurkan kepada pasien agar dapat beristirahat dengan cukup.
- Menganjurkan kepada pasien agar dapat mengkonsumsi makananan
yang cukup dan bergizi seperti buah dan sayur
54
- Menghindari makan-makanan yang tinggi lemak seperti gorengan dan
santan.
- Menghindari aktivitas berat.
- Lebih berhati-hati dalam aktivitas terutama di tempat yang licin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Riddle, M., DuPont, H. and Connor, B. (2016). ACG Clinical Guideline:


Diagnosis, Treatment, and Prevention of Acute Diarrheal Infections in
Adults.The American Journal of Gastroenterology, 111(5), pp.602-622.
2. Barr, w. and smith, a. (2017). [online] Available at: http://Acute Diarrhea in
Adults WENDY BARR, MD, MPH, MSCE, and ANDREW SMITH, MD
Lawrence Family Medicine Residency, Lawrence, Massachusetts [Accessed
5 Mar. 2017].
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009
4. Al-Thani, A., Baris, M., Al-Lawati, N. and Al-Dhahry, S. (2013).
Characterising the aetiology of severe acute gastroenteritis among patients
visiting a hospital in Qatar using real-time polymerase chain reaction. BMC
Infectious Diseases, 13(1).
55
5. Depkes RI., 2012. Angka Kejadian Gastroenteritis Masih Tinggi.
http://www.depkes.go.id/index.php [Accessed 5 Mar. 2017 ]
6. Anon, (2017). [online] Available at: (http://www.who.int/child-adolescent-
health/Emergencies/Diarrhoea_guidelines.pdf) A manual for physicians and
other senior health workers [Accessed 9 Apr. 2017].
7. How, C. (2010). Acute gastroenteritis: from guidelines to real life. Clinical
andExperimental Gastroenterology, p.97.
8. Dennis L., Anthony S., Stephen H., Dan L., Larry J., Joseph L. 2016.
Harrison's Gastroenterology and Hepatology. 3rd Edition. Philadelphia:
McGraw Hill.
9. Worldgastroenterology.org. (2017). English | World Gastroenterology
Organisation.[online]Available at: http://www.worldgastroenterology.org/
guidelines/global-guidelines/acute-diarrhea/acute-diarrhea-english
[Accessed5 Mar. 2017]
10. Bresee, J., Bulens, S., Beard, R., Dauphin, L., Slutsker, L., Bopp, C.,
Eberhard, M., Hall, A., Vinje, J., Monroe, S. and Glass, R. (2012). The

Etiology of Severe Acute Gastroenteritis Among Adults Visiting


Emergency Departments in the United States. Journal of Infectious
Diseases, 205(9), pp.1374-1381.
11. Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education.
2015; 42 (7 ):504-8

56

Anda mungkin juga menyukai