Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PORTOFOLIO

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

DISUSUN OLEH :
dr. ROSITA ALIFA PRANABAKTI

PENDAMPING :
dr. NURUL FAJRI KURNIATI
dr. MOH HERMAN SYAHRUDIN

DOKTER INTERNSIP WAHANA RST dr. ASMIR SALATIGA


PERIODE 17 NOVEMBER 2018 – 20 NOVEMBER 2019
KOTA SALATIGA
Borang Portofolio

Nama Peserta: dr. Rosita Alifa Pranabakti


Nama Wahana: RST dr. ASMIR SALATIGA
Topik: Diare Akut Dehidrasi Sedang
Tanggal (kasus): 02 Mei 2019
Nama Pasien: An. Z / 1 tahun No. RM: 13-39-XXX
Nama Pendamping: dr. Nurul Fajri Kurniati
Tanggal Presentasi : -
dr. Moh Herman Syahrudin
Tempat Presentasi: -
Obyektif Presentasi:

■ Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

■ Diagnostik ■ Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi ■ Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil

 Deskripsi:
Seorang anak laki-laki, 1 tahun dengan keluhan BAB (+) cair sejak 1 hari SMRS. BAB cair dirasakan > 5x sehari, tidak
berdarah, bercampur ampas.
 Tujuan:
Menegakkan diagnosis kerja, melakukan penanganan awal serta konsultasi dengan spesialis anak untuk penanganan lebih lanjut terkait
kasus diare akut dehidrasi sedang serta memberikan edukasi tentang penyakit pada pasien dan keluarga.
Bahan bahasan:  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit

Cara membahas:  Diskusi  Presentasi dan diskusi  Email  Pos

Data pasien: Nama: An. S Nomor Registrasi: 13-39-xxx

Nama klinik: RST dr. Asmir Salatiga Telp:- Terdaftar sejak: 02 Mei 2019

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Keluhan Utama : BAB cair sejak ± 1 hari SMRS
2. Riwayat Kesehatan / Penyakit Sekarang
Pasien BAB cair sejak ± 1 hari SMRS dirasa terus menerus. BAB cair lebih dari 5x berisi cairan (+), ampas (+) sedikit, lendir (-), darah (-).
Pasien juga mengalami mual (+), muntah (+) ± 10x berisi cairan (+), demam (+) sejak 1 hari SMRS . BAK (+) sering. Pasien masih mau
makan dan minum. Menurut ibu pasien, pasien tampak lemas sejak ± 12 jam SMRS.
3. Riwayat Pengobatan: -

4. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Riwayat penyakit serupa (-)

5. Riwayat Keluarga : Riwayat keluhan serupa (-)

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal di rumah beserta kedua orang tuanya. Pasien berobat dengan menggunakan
fasilitas BPJS.

7. Riwayat Kebiasaan : pasien biasa makan dengan lauk pauk dan sayur mayur
8. Pemeriksaan Fisik
VITAL SIGN
 KU : sakit sedang
 Frekuensi nadi : 120x/menit
 Frekuensi nafas : 20x/menit
 Suhu : 39.4 oC
 SpO2 : 98%
 BB : 8 kg

PEMERIKSAAN FISIK

PRIMARY SURVEY
• Airway : Bebas
• Breathing : Spontan, Frekuensi nafas 20x/ menit, regular cepat
• Circulation : Akral dingin, CRT < 2”, frek nadi 120 x/menit
• Disability : GCS (E4 M6 V5)

SECONDARY SURVEY
a. Kepala : Simetris, mesosefal
b. Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), RC (+/+), pupil isokor (3mm/3mm)
c. Mulut & Tenggorokan : Mukosa basah, tonsil T1-T1, tidak hiperemis, faring hiperemis (-)
d. Leher : KGB servikal tidak membesar, JVP tidak meningkat
e. Thoraks : tidak tampak jejas, retraksi (-)
Cor I : ictus cordis tidak tampak

P: ictus cordis tidak kuat angkat


P: batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea parasternalis sinistra
batas jantung kiri bawah : spatium intercostale V, 1 cm medial linea medioklavicularis sinistra
batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea sternalis dextra
batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea parasternalis dextra
(Kesan: Batas jantung kesan tidak melebar)
A : Bunyi jantung I-II, intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-)
Pulmo I : Pengembangan dada kanan = kiri
P : Fremitus raba (+/+)
P : Sonor / sonor
A : SDV (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-), wheezing (-/-)
f. Abdomen :

I : DP = DD
A: Bising usus (+) dalam batas normal
P : Timpani (+)
P : Supel, nyeri tekan (-), defans muscular (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor dalam batas normal.
g. Genitourinaria : BAK darah (-), BAK nanah (-), nyeri BAK (-)
h. Ekstremitas :
Akral Dingin CRT < 2 detik Edema

9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab Darah (02 Mei 2019)

Hematologi
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
Leukosit 15.43 4..5 – 11 x 103/uL Meningkat
Eritrosit 4.90 3.5 – 5.0 x 106/uL Normal
Hemoglobin 12.4 11.0 – 15.0 g/dL Normal
Hematokrit 40.1 37 – 47 % Normal
MCV 81.9 80 – 100 fL
MCH 25.3 27 – 34 pg
MCHC 30.9 32 – 36 g/dL Normal
Trombosit 366 150 – 450 x 103/uL Normal
Hitung jenis
Eosinofil 0.5 1-6 % Normal
Basofil 0.5 0,0-1,0 % Normal
Limfosit 15.1 20-45 % Normal
Monosit 4.0 2-8 % Normal
Neutrofil 79.9 40-75 % Normal

10. Resume
• Pasien BAB cair sejak ± 1 hari SMRS dirasa terus menerus. BAB cair lebih dari 5x berisi cairan (+), ampas (+) sedikit, lendir (-), darah
(-). Pasien juga mengalami mual (+), muntah (+) ± 10x berisi cairan (+), demam (+) sejak 1 hari SMRS . BAK (+) sering. Pasien masih
mau makan dan minum. Menurut ibu pasien, pasien tampak lemas sejak ± 12 jam SMRS.
• Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan HR 120x/menit, RR 20x/menit, suhu 39,4oC, saturasi oksigen 98%.
• Dari hasil pemeriksaan penunjang, hasil lab darah didapatkan jumlah leukosit yang tinggi yaitu 15.43ribu/ul
11. Diagnosis
Diare Akut Dehidrasi Sedang

12. Penatalaksanaan
Usulan terapi:
 Infus RL loading 100cc dilanjutkan inf KAEN 3B 10 tpm makro
 Injeksi ondansentron 2x1 mg
 PO: L zinc 2x1 cth, L bio 2x1 sach, Pct syr 3x1 cth
Planning:
 Lab: Darah rutin, feses rutin
 Pengawasan KU dan VS
 Konsul TS Spesialis Anak
Advis:
Tambahan terapi: injeksi cefotaxim 2x200 mg IV
13. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subyektif
Pasien BAB cair sejak ± 1 hari SMRS dirasa terus menerus. BAB cair lebih dari 5x berisi cairan (+), ampas (+) sedikit, lendir (-), darah
(-). Pasien juga mengalami mual (+), muntah (+) ± 10x berisi cairan (+), demam (+) sejak 1 hari SMRS . BAK (+) sering. Pasien masih
mau makan dan minum. Menurut ibu pasien, pasien tampak lemas sejak ± 12 jam SMRS.
2. Objektif
• Dari hasil pemeriksaan fisik Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan HR 120x/menit, RR 20x/menit, suhu 39,4oC, saturasi
oksigen 98%.
• Dari hasil pemeriksaan penunjang, hasil lab darah didapatkan jumlah leukosit yang tinggi yaitu 15.43ribu/ul
3. Assesment
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien didiagnosis diare akut dehidrasi sedang
4. Plan
Diagnosis: Untuk lebih menunjang diagnosis, dapat diusulkan dilakukan beberapa pemeriksaan lanjutan seperti laboratorium
darah (Darah lengkap) dan juga pemeriksaan feses.

Pengobatan:
Pemberian terapi pada kasus diare akut adalah sesuai dengan tingkat dehidrasinya yaitu rehidrasi cairan dan pada kasus ini
diberikan antibiotik dengan pertimbangan angka leukosit yang tinggi menunjukkan terdapat infeksi.
Pendidikan: Pendidikan dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu proses penyembuhan dan pemulihan, untuk
itu ada tahap awal pasien dan keluarganya diminta datang agar mendapat edukasi yang lengkap.
Konsultasi: Dilakukan kepada dokter spesialis anak.
Rujukan: -

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT

1. Pengertian
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak nomal dan cair. Atau buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bisa di artikan diare adalah sebuah penyakit dimana tinja atau feses berubah menjadi lembek
atau cairan yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. kematian balita, dan juga membunuh lebih dari normal
frekuensi buang air besar pada bayi usia 0- 6 bulan adalah 1- 7 kali atau bahkan hanya 1 - 2 kali dalam sehari. Bayi usia 0 -6 bulan
(Non Asi) adalah sehari 3 - 4 kali atau sampai hanya 1 - 2 kali dalam sehari. Usia di atas 6 bulan Biasanya 3- 4 kali dalam sehari sama
seperti orang dewasa. jika frekuensi orang BAB bayi masih dalam rentang di atas berarti normal dengan catatan tidak di sertai
penurunan berat badan atau gejala lain. Oleh karena itu, Penyakit diare biasanya berlangsung beberapa hari, dan akan hilang tanpa
pengobatan. Akan tetapi adapula penyakit diare yang berlangsung selama berminggu 2,atau lebih. Atas dasar itulah penyakit diare
digolongkan menjadi diare akut dan diare kronis (Nanny, 2011). Diare adalalah penyakit yang muncul secara sporadiasi, musiman,
yang terjadi pada bayi dan balita yang ditandai dengan muntah, demam, dan diare cair.dan kadang – kadang menyebabkan dehidrasi
berat dan kematian pada balita. Rotavirus adalah penyebab utama diare nosokomial bada bayi yang terdapat adanya infeksi (Ronal,
2010) Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besar yang tidak normal dalam bentuk tinja cair dalam
frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Bayi atau balita dikatakan diare apabila sudah lebih dari 3 x buang air besar, sedangkan
neonates dikatakan diare lebih dari 4x buang air besar (Yongky, 2012).
Diare adalah defeksi encer dan berwarna hijau lebih dari 4 x dalam sehari, konsistensi kadang – kadang disertai dengan darah dan
lendir atau lender saja (Anik, 2010). Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari dua minggu, sedangkan diare kronis adalah
diare yang berlangsung lebih dari dua minggu.diare terjadi ketika makanan dan cairan yang dimakan atau diminum berlalu terlalu
cepatatau terlalu besar jumlahnya pada saluran pencernaan( usus). Secara normal usus besar akan menyerap cairan dari makan yang di
konsumsi dan akan meninggalkan kotoran ( tinja). Yang setengah padat, akan tetapi kmetika cairan dari makana yhang dikonsumsi
tidak di serap, maka hasilnya adalah kotoran ( feses) yang cair atau encer. Penyakit diare mugkin berhubungan dengan infeksi firus
atau bakteri atau terkadang efek dari keracuna makanan. diare pada anak dapat menyebabkan dehidrasi, dan juga demam di atas 38,5
C diare dengan tinja berdarah warna merah atau hitam, mulutnya kering atau menagis tanpa air mata, terlihat sering mengantuk dan
mata cekung, pipi, tugor kulit menurun. Inilah yang mengakibatkan kematian pada bayi usia 1- 5 tahun (Nanny, 2011). Pada dasarnya
semua diare adalah gangguan trasportasi larutan usus , adanya perpindahan air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan hal
ini di tentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium , klorida, dan glukosa. Diare adalah suatu keadaan
pengeluaran tinja yang tidak normal atau yang tidak seperti biasanya, di tandai dengan peningkatan volume keenceran, serta frekwensi
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender darah (Depkes, 2010). Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4
kali sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir,
dan darah ( Ngastiyah, 2005).

2. P enyebab diare
Banyak faktor penyebab yang berhubungan dengan kejadian diare, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Faktor infeksi
Infeksi enternal adalah infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama yang mengakibatkan diare pada anak.
Rotavirus merupakan penyebab utama infeksi sekitar (70% - 80%), sedangkan bakteri, virus dan parasit penyebab diare ada
beberapa golongan bakteri yaitu :
1) Aeromonas hidrophilia

2) Bacill cereus

3) Campylobacter jejuni

4) Clostridium perfringens

5) Escherichia colin

6) Salmonella sp

7) Shingella sp
8) Vibrio parahaemoliticus

9) Yersinia enterocolitica

10) Staphylococcus aureus

Sedangkan golongan virus diantaranya adalah :


1) Adenovirus

2) Rotavirus

3) Virus Norwalk

4) Astovirus

5) Calicivirus

6) Coronavirus

7) Minirotavirus

8) Virus bulat kecil

Sedangkan dari golongan parasit diantaranya adalah :


1) Blantidium

2) Capillaria
3) Cryptosporidium

4) Entamoeba histolytica

5) Giardia lambia

b. Infeksi parasit, adalah cacing, sedangkan infeksi jamur adalah radang tonsil, dan radang teggorokan, dan keracunan makanan

c. Faktor malabsorbsi adalah (gangguan penyerapan zat gizi) artinya, gangguan yang terjadi pada karbohidrat ( pada bayi, dan anak
yang sering terjadi kejadian tersebut tanpa ada toleransii laktosa, lemak dan protein.gejalnya berupa diare berat, tinja berbau sangat
asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut dengan
triglyserdia, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap di salurkan ke usus. Jika tidak ada lipase
yang terjadi adalah kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik
d. Faktor makanan
Faktor makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan basi,tercemar, beracun,terlalu banyak lemak,mentah ( sayuran) yang
kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak, dan balita.
e. Faktor psikologis
Di antaranya adalah, rasa takut, cemas, dan tegang,jika terjadi pada anak dapat mengakibatkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi
pada balita, umumnya terjadi pada anak d i atas 5 tahun.
f. Faktor lingkungan dan perilaku penyakit diare
Merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan,yaitu sarana air bersih, dan pembuangan tinja
akan bereaksi dengan perilaku manusia, apabila faktor lingkungan tidak sehat akan tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku tidak sehat pula yaitu melalui makanan dan minuman, yang dapt menimbulkan kejadian diare pada balita.
3. Jenis – jenis diare
a. Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, (umumnya kurang dari 7 hari) akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan
dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare
b. Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinja, akibatnya anoreksia penurunan berat badan dengan cepat, kemugkinan
terjadinya komplikasi pada mukosa.
c. Diare persisten adalah, diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus – menerus. Akibat dari persisten ini bisa di sertai
dengan penyakit lain seperti, demam, gangguan gizi atau penyakit lainya.

4. Patofisiologis diare
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagi berikut :
a. Gangguan Osmotik
Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan ostomik dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan penigkatan sekresi air dan elektrolit
yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang
pengeluaran isi dari rongga usus dan akhirnya timbul diare.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makana yang masuk, sehingga akan
timbul diare. Akan tetapi, apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus maka akan
menyebabkan diare juga.
d. Muntah
Muntah pada anak merupakakan keadaan yang amat cukup merisaukan orang tua dan mendorong mereka segaera mungkin
menacari pertolongan untuk mengatasinya. Muntah dapat menimbulkan beberapa akibat yang serius seperti pendarahan pada
lambung, lambung diartikan dengan pengeluaran isi lambung melalui mulut secara terpaksa.
5. Patogenesis diare akut
a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
b. Jasad rening tersebut akan berkembang biak (Multiplikasi) di dalam usus halus.
c. Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin ( toksin diaregenik)
d. Toksin diaregenik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
6. Tanda dan gejala
a.Cengeng, dan rewel
b. Gelisah
c.Suhu meningkat
d. Nafsu makan menurun
e.Feses cair, dan berlindir, kadang juga di sertai dengan darah, kelamamaan feses ini akan berwarna hijau dan asam
f.Anus lecet
g. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat, akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan
denyut jantung, penurunan kesadaran, dan di akhiri dengan syok.
h. Berat badan menurun
i. Turgor kulit menurun.
j.Mata dan ubun – ubun cekung.
k. Selaput lender dan mulut serta kulit menjadi kering (Ngastiyah, 2005)
7. Epidemiologi penyakit diare
Penyebaran kuman yang menyebabkan diare menyebar melalui oral antara lain melalui makanan atau minuman yang
tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat mengakibatkan penyebaran kuman entrik, dan
menigkatkan resiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4 – 6 bulan pada pertama
kehidupan,menggunakan botol susu yang kotor, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang
tercemar, tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan menyuapi anak, dan
tidak membuang tinja dengan benar.
Faktor penjamu meningkatkan kerentanan lamanya terkena diare diantaranya adalah dengan tidak memeberikan ASI
sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak,lebih banyak terjadi pada golongan balita.faktor lingkungan ada beberapa dominan
diantaranya adalah, sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia, apabila
faktor lingkungan tidak sehat karena cemaran kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui
makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
8. Komplikasi
1).Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, terdiri dari :
a.Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan < 5% BB
b.Dehidrasi sedang,apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
c.Dehidrasi berat,apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
2).Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume darah mencapai 15 – 25 % BB maka
akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
3). Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotonik otot, kelemahan, bradikardia, dan perubahan pada
pemeriksaan EKG.
4). Hipoglikemia.
5). Intoleransi laktosa skunder sebagi akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakanvili mukosa usus halus.
6). Kejang
7). Malnutrisi Energi protein karena selain diare dan muntah , biasanya penderita mengalami kelaparan
9. Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut :
1.Pemberian cairan ( dehidrasi awal dan rumatan)

2.Diatetik ( pemberian makanan)

3.Cara pemberian obat-obatan antara lain :

a. Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/ kg BB / hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa
dehidrasi, Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisinya adlibitum.

b. Sesuaikan dengan umur anak < 2 tahun di berikan ½ gelas; 2 -6 tahun di berikan 1 gelas; > 6 tahun diberikan
400 cc ( 2 gelas).
c. Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka di berikan cairan 25 – 100 ml / kg / BB dalam
sehari atau setiap jam 2 kali.

d. Oralit di berikan sebanyak kurang lebih 100 ml / kg / BB setiap 4 - 6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai
berat.

4.Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya tubuh anak.

10. Pencegahan diare terhadap balita diantaranya dengan :


A. Memberikan ASI turut memberikan perlindungan terhadap terjadinya diare pada balita karena antibodi dan zat – zat yang
terkandung di dalamnya memberikan perlindungan pada balita
B. Memperbaiki makanan pendamping ASI perilaku yang salah dalam pemberian makanan pendamping dapat mengakibatkan resiko
terjadinya diare sehingga dalam pemberianya harus memperhatikan waktu dan jenis makanan yang diberikan. Pemberian makan
pendamping ASI sebaiknya diberikan setelah berumur 6 bulan, dimulai dengan pemberian makanan lunak. Dan diteruskan
pemberian ASI sampai anak berusia 9 bulan atau lebih, tambahkan macam – makanan lain dan frekuensi, memberikan makanan
lebih sering (4x sehari). Saat anak berusia 11 tahun berikan semua makanan yang dimasak dengan baik dengan frekuwensi
pemberianya 4 – 6 sehari.
C. Menggunakan air bersih yang cukup agar resiko untuk diare dapat dikurangi dengan mengguanakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpananya di rumah.
D. Mencuci tangan kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah
dengan mencuci tangan.
E. Menggunakan jamban upaya penggunaan jamban mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
F. Makan buah dan sayur setiap hari
DAFTAR PUSTAKA

Nelson, (2010). Ilmu kesehatan anak volume 2. Jakarta : EGC


Nanny, T. (2011) Perawatan pada balita. Jakarta : Salemba Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Ngatiyah, ( 2005). P[erawatan anak sakit Jakarta : EGC
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Ronal, (2010). Epidemiologi penyakit diare. Bandung: Cv Nuansa Aulia
Widjaja, ( 2002). Mengatasi diare dan keracunan pada Balita. Jakarta: Salemba Medika
Widoyono, (2008).Penyakit tropis (epidemiologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasan). Jakarta : Salemba Medika
Yongki, ( 2012). Buku ajar keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai