Asma Bronkial
Oleh :
Devid Fernando, S.Ked
FAB 115 019
Pembimbing :
dr. Tagor Sibarani
dr. Tharina Lawei
1
BAB I
PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi
episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir
prevalensi asma terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-
negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa
tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika
Serikat dan Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan
melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan
manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang direkomendasikan
Global Initiative for Asthma (GINA).1
Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun,
baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin
meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang
menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah
sakit dan bahkan kematian. Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian
di Indonesia, hal ini tergambar dari data Studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
berbagai propinsi di Indonesia.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai pintu
pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu
meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat
berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu
menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma.3
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Survey Primer
Nn. R 16 Tahun P
I. Vital Sign :
- Nadi : 130x/menit, regular, lemah, volume tidak cukup
- Tekanan Darah : 100/80 mmHg
- Pernafasan : 44x/menit
- Suhu : 35,9 °C
II. Airways : Bebas, tidak terdapat sumbatan.
III. Breathing : Spontan, 20x/menit, pola torakoabdominal, pergerakan dada, simetris
tidak tampak ketertinggalan gerak dada kanan.
IV. Circulation : Denyut nadi 130x/menit, regular, CRT > 2’’.SPO2 : 84%
V. Disability : GCS 15 (Eye 4, Verbal 5, Motorik 6), pupil isokor 3mm-3mm.
VI. Exposure : Tampak Sesak dan Sianosis
Evaluasi Masalah
Berdasarkan survey primer sistem triase, kasus ini merupakan kasus yang termasuk
dalam emergency sign karena pasien datang dalam keadaan Sesak nafas RR 44x/m dan CRT
> 2 detik. Pasien diberi label Merah.
Tatalaksana Awal
Tatalaksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan diruangan non-bedah dan
diberikan oksigen menggunakan NRM 11 Lpm dengan posisi ½ baring serta dilakukan
pemasangan akses infus intravena menggunakan cairan kristaloid 10 tpm.
Survey Sekunder
I. Identitas
Nama : Ny. R
RM : 24.43.42
Usia : 16 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
3
Alamat : Buntok
Tanggal Masuk RS : 12/12/16 pukul 16.35 WIB
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 12 Desember 2016 di ruang
IGD RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
a. Keluhan Utama : Sesak Nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya pada tanggal 12
Desember 2016 dengan keluhan sesak nafas sejak 1 jam SMRS, sesaknya makin lama
makin berat hingga pasien gelisah, tampak pucat kebiruan dan hanya dapat berbicara
kata demi kata, sesaknya muncul saat istirahat, sesaknya memberat jika pasien
berbaring dan sedikit berkurang jika pasien duduk dengan posisi membungkuk.,
sesaknya hingga terdengar bunyi “ngik-ngik”, awal kejadiannya pasien baru pulang
dari Jakarta ke Palangka Raya kemudian pasien berkunjung ke Rumah lamanya di
Palangkaraya, pasien kontak dengan debu di kamarnya setelah membersihkannya saat
itu lah pasien terbatuk-batuk dan mulai sesak nafas saat itulah pasien dibawa
keluarganya ke IGD. Pasien belum meminum obat apapun dan sesak nafas pasien
belum pernah kambuh sejak 6 tahun terakhir dan baru kali ini muncul kembali sesak
nafasnya, Keluhan Batuk(+) pusing((+) mual(-) muntah(-) Demam(-) riwayat
tersedak(-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Asma (+) dari kecil hingga usia 10 tahun dan tidak pernah kambuh sejak 6
Tahun terakhir, Riwayat Alergi(+)
Riwayat hipertensi(-), Riwayat penyakit ginjal(-), merokok(-) Riwayat TB paru(-)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Asma (+) ayah pasien.
H. Thorax
a. Cor :
Inspeksi : Ictus cordis Tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midclavicular sinistra ICS V.
Auskultasi : SI-SII regular, murmur(-) dan gallop(-).
b. Pulmo :
Inspeksi : Ketinggalan gerak dada kanan (-), retraksi sela iga (+/+),
barrel chest (-), sela iga melebar (+/+).
Palpasi : Vocal fremitus normal (+/+)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+ / +), ronki (-/-), wheezing (+/+) saat
inspirasi dan expirasi, Ekspirasi memanjang(+)
I. Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi :
o Supel, lien dan hepar tidak teraba membesar, massa (-), turgor kulit normal,
nyeri tekan (-).
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
5
J. Ekstremitas : Akral hangat, CRT > 2”
Pitting Oedem (-/-)
Motorik
555 555
555 555
6
- Foto thorax : trakea tidak terdeviasi, kranialisasi (-) corak bronkovaskuler tidak
meningkat
-
V. Diagnosis Banding
- Asma Berat Intermiten eksaserbasi akut
- PPOK
VI. Diagnosis Kerja
- Asma Berat Intermiten eksaserbasi akut
7
VII. Penatalaksanaan
- O2 NRM 11 lpm, posisi setengah duduk
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- Nebulizer {(Ipatropium bromide 0,5mg + salbutamol 2,5mg) + (Fluticasone
Propionate 1mg) sebanyak 2 kali
- Inj Cefotaxime 1 gram 3x1 IV
- Inj Metilprednisolon 125 mg 2x1 IV
- Inj. Ranitidine 50mg IV
P.o :
- Salbutamol 4 mg 3x1
Anjuran :
- Nebulizer Combivent + flixotide tiap 1-2 jam jika sesak
- Pantau TTV
VIII. Prognosis
Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
8
BAB III
PEMBAHASAN
Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat
sementara/reversible.4
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.5
Asma didefinisikan menurut ciri-ciri klinis,fisiologis dan patologis. Ciri-ciri klinis yang
dominan adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hari yang sering disertai batuk. Pada
pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan adalah mengi. Ciri-ciri utama fisiologis adalah episode
obstruksi saluran napas, yang ditandai oleh keterbatasan arus udara pada ekspirasi. Sedangkan ciri-ciri
patologis yang dominan adalah inflamasi saluran napas yang kadang disertai dengan perubahan struktur
saluran napas.1 Status asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat
atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim diberikan.
Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanya singkat, dengan
pengamatan 1-2 jam.
Pada anamnesis didapatkan Os datang ke IGD RSUD dengan keluhan sesak nafas sejak
1 jam SMRS, sesaknya makin lama makin berat hingga pasien pucat kebiruan dan tidak dapat
berbicara, sesaknya tidak kunjung membaik dengan posisi duduk atau berbaring, sesaknya
hingga terdengar bunyi “ngik-ngik”,pada pemeriksaan fisik didapatkan Nadi 130x/menit,
regular, lemah, volume tidak cukup Tekanan Darah : 100/80 mmHg, Pernafasan 44x/menit,
Suhu 35,9 °C, pada pemeriksaan Thorax didapatkan retraksi SIC dan Wheezing(+), CRT> 2
detik.
Pada pasien ini didapatkan skornya >4 maka dikategorikan sebagai Asma berat
9
Pada derajatnya pasien masuk dalam serangan derajat berat.
10
11
12
DAFTAR PUSTAKA
13