HIPERTENSI EMERGENCY
Oleh :
Desta Fransisca, S.Ked
FAB 118 023
Pembimbing :
dr. Sutopo Marsudi Widodo, Sp.KFR
dr. Tagor Sibarani
dr. Fajar Patompo
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark serebral, perdarahan
subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat
mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut,
diseksi aorta dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati,
eklamsia dan anemia hemolitik mikroangiopatik. Kondisi hipertensi emergensi,
tekanan darah harus diturunkan secara agresif dalam hitungan waktu menit sampai
jam 2-3
BAB II
LAPORAN KASUS
3
IV. Circulation : Denyut nadi 98 x/menit, regular, kuat angkat, isi cukup
CRT <2’’
V. Disability : GCS 15 (Eye 4, Verbal 5, Motorik 6), pupil isokor 3mm-
3mm.
VI. Exposure : Tampak gelisah.
Evaluasi Masalah
Berdasarkan survey primer sistem triase, kasus ini merupakan kasus yang
termasuk dalam priority sign karena pasien datang dalam keadaan gelisah karena
nyeri kepala. Pasien diberi label kuning.
Tatalaksana Awal
Tatalaksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan diruangan non-bedah
dengan posisi aman, nyaman untuk pasien, pemberian oksigen nasal canul 3
liter/menit, dilakukan pemasangan akses infus intravena menggunakan cairan
NaCl 20 tetes/menit.
Survey Sekunder
I. Identitas
Nama : Ny. N
RM : 31.82.87
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Palangka Raya
Tanggal Masuk RS : 26/07/19
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 26 Juli 2019 di
ruang IGD RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
a. Keluhan Utama : Sakit kepala
Keluhan Tambahan : lemas, pandangan kabur
b. Riwayat Penyakit Sekarang
OS datang ke IGD RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya pada
tanggal 26 Juli 2019 Os. Datang dengan keluhan sakit kepala terus
menerus 6 jam SMRS. Badan terasa lemas namun tidak ditemukan
4
adanya kelemahan anggota gerak, wajah (-). Pasien juga mengeluh
pandangan mata. Kabur pandangan mata kabur sudah terjadi 1,5 tahun,
semakin lama keluhan semakin parah, pandangan berkabut seperti awan
disangkal, os masih bisa melihat wajah. Namun saat ini pandangan
menjadi berkunang-kunang bersamaan dengan badan yang terasa
melayang. Mual dan muntah disangkal. Napas terasa sesak (-), dada
terasa nyeri (+), seperti ditusuk-tusuk, dirasakan hilang timbul, dada
berdebar (-), keringat dingin (-), nyeri ulu hati (-).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
riwayat hipertensi (+) 4 tahun minum obat (-), DM (-). Gagal ginjal (-),
Riwayat batu saluran kemih (-), Penyakit jantung (-)
5
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi: SI-SII tunggal reguler, Murmur (-), Gallop (-).
b. Pulmo :
Inspeksi : Normochest, Simetris +/+, Massa (-), Retraksi
(-/-),
Palpasi : Fremitus Vocal (+/+), Massa (-), Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor (+/+) dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki Basah (-/-), Wheezing (-/-)
I. Abdomen
Inspeksi : Cembung, distensi (-), Massa (-), Jejas (-),
Auskultasi : Bising Usus (+) 12 ×/menit
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar
J. Ekstermitas : Akral hangat, CRT <2 detik
Pitting Oedem (-/-)
Status Neurologis
Ekstremitas superior Ekstremitas inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Kekuatan 5555 5555 5555 5555
Tonus Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Trofi Eutrofi eutrofi eutrofi
Sensibilitas + + + +
Nyeri - - - -
Refleks Fisiologis + 2 +2 +2 +2
Refleks Patologis - - - +
Tremor - - - -
IV. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah :
Parameter Hasil Nilai rujukan Interpretasi
Hemoglobin 14,6g/dl 11-16 g/dl Normal
Leukosit 9.470/uL 4000-10.000/uL Normal
Trombosit 384.000/uL 150000- Normal
450000/uL
Hematokrit 46,7 % 37-54% Normal
Gula darah 125 mg/dL <200 mg/dL Normal
sewaktu
Creatinine 0,80 mg/dL 0,17-1,50 mg/dL Normal
6
- Irama sinus 100x/m regular
- aksis normal
Foto thorax :
Posisi Posterior-Anterior.
Trakea berada ditengah
Inspirasi cukup: >5.
Sudut costofrenicus: lancip dan
diafragma normal
CTR: 70% à Kardiomegali
Paru dalam batas normal.
MASALAH
1. Cephalgia
2. Kardiomegali
3. Angina
V. Diagnosis Kerja
Hipertensi Emergency
VI. Penatalaksanaan
Amlodipine 10mg 0-0-1
Candesartan 80mg 1-0-0
Rawat ICVCU agar monitoring tekanan darah bisa dikontrol dan dengan
pemantauan yang tepat. Tingkat ideal penurunan tekanan darah masih
belum jelas, tetapi penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) 10% selama
1 jam awal dan 15% pada 2-3 jam berikutnya.
VII. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia
7
Ad fungsionam : dubia
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus HT emergensi ditegakkan dengan ditemukannya tensi 240/120
mmHg disertai pasien mengeluh sakit kepala, badan terasa lemas dan pandangan
mata menjadi lebih kabur, nyeri dada serta bicara cadel.
8
Krisis hipertensi merupakan keadaan klinis dimana tekanan darah
meningkat secara progresif melebihi tekanan diastolik 120 mmHg dengan atau
tanpa ancaman kerusakan organ target. Dikelompokan dalam urgensi dan
emergensi atas dasar adanya kerusakan organ target pada hipertensi urgensi belum
terdapat kerusakan organ target. Sebagian besar keadaan ini dapat dicegah,
umumnya disebabkan oleh karena pengobatan hipertensi yang tidak adekuat.
Definisi hipertensi
Krisis hipertensi ditandai dengan peningkatan akut tekanan darah sistolik >
180/120 mmHg. Krisis hipertensi dibagi menjadi hipertensi emergency dan
hipertensi urgency. Hipertensi emergency didefinisikan sebagai situasi yang
membutuhkan pengurangan segera tekanan darah (BP) dengan agen parenteral
karena dapat menyebabkan kerusakan organ target akut . Hipertensi urgency
(mendesak) peningkatan tekanan darah seperti pada hipertensi emergency namun
tanpa disertai kerusakan organ target. Pada keadaan ini tekanan darah harus segera
diturunkan dalam 24 jam dengan memberikan obat-obatan anti hipertensi oral. 8
Dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan hipertensi krisis antara lain:
Hipertensi refrakter disebabkan respon pengobatan yang tidak adekuat
dan tekanan darah >200/110 mmHg, walaupun telah diberikan pengobatan
yang efektif (triple drug) pada penderita dan kepatuhan pasien.
Hipertensi akselerasi adalah peningkatan tekanan darah diastolik > 120
mmHg disertai dengan kelainan funduskopi. Bila tidak diobati dapat
berlanjut ke fase maligna
Hipertensi maligna biasanya pada penderita dengan riwayat hipertensi
esensial ataupun sekunder dan jarang pada penderita yang sebelumnya
mempunyai tekanan darah normal.
Hipertensi ensefalopati adalah kenaikan tekanan darah dengan tiba-tiba
disertai dengan keluhan sakit kepala yang hebat, penurunan kesadaran dan
keadaan ini dapat menjadi reversibel bila tekanan darah tersebut
diturunkan. 8
9
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi 8
II. Etiologi 8
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vaskular, berupa
disfungsi endotel, remodeling, dan arterial striffness. Faktor penyebab hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami.
Tabel II.4.1 Tabel etiologi hipertensi emergency8
10
A. Sembilan puluh persen sampai 95% hipertensi bersifat idiopatik
(hipertensi esensial). Beberapa faktor diduga berperan dalam defek
primer pada hipertensi esensial, dan mencakup, baik pengaruh
genetik maupun lingkungan.
B. Penyakit ginjal
- Penyakit parekim ginjal
1. Pielonefritis kronik
2. Glomerulonefritis
- Vaskular / kelainan pada glomelurus
- Sistematik lupus eritomatosus
- Sistematik sklerosis
- Vaskulitis ginjal ( mikroskopik poliariteritis nodusa,
wegener granulomatosis)
3. Nefritis tubulointersisial
- Penyakit vaskular pada ginjal
1. Stenosis arteri ginjal
- Fibromaskular displasia
- Penyakit Arterosklerosis renovaskular
2. Mikrosopik poliarteritis nodusa
C. Obat – obatan
D.Kehamilan
E. Eklamsi berat
F. Endokrin
G. Pheochromocytomo
11
kemungkinan penyebab hipertensi diakibatkan hipertensi idiopatik, dimana s
embilan puluh persen sampai 95% hipertensi bersifat idiopatik (hipertensi
esensial). Beberapa faktor diduga berperan dalam defek primer pada hipertensi
esensial, dan mencakup, baik pengaruh genetik maupun lingkungan. Beberapa
faktor genetic dan lingkungan adalah sebagai berikut :
12
Hipertensi esensisal adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama
karena interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu. Faktor –faktor tersebut
mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah.
1. Faktor resiko, seperti diet, asupan garam, stres, ras, obesitas ,merokok,
genetik
2. Sistem saraf simpatis
Tonus simpatis
Variasi diurnal
3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi.
4. Pengaruh sistem otokrin berperan pada sistem renin angiotensin.
Asupan garam berlebih serta jumlah nefron yang berkurang menyebabkan
retensi natrium sehingga volume cairan meningkat kenaikan volume cairan ini
mempengaruhi preload (Derajat regangan otot sebelum mulai berkontraksi)
jumlah darah yang masuk ke ventrikel, otot semakin meregang sehingga
kontraktilitas bertambah. Peningkatan kontraktilitas jantung menyebabkan
pengeluaran norepinefrin (berfungsi sebagai agen vasokontriksi). Peningkatan
sinyal simpatis ke jantung dan pembuluh darah. (respon otonomi yang terjadi
adalah peningkatan laju denyut jantung, peningkatan kontraksi dan stroke volume
output (curah isi sekuncup), peningkatan vasokonstriksi arteriol dan vena
selanjutnya, terjadi venokonstriksi menyebabkan stroke output meningkat
Stres dan perubahan genetis menyebabkan aktivitas berlebih saraf
simpatis, terjadi peningkatan sinyal simpatis ke jantung dan pembuluh darah.
Respon otonom yang terjadi adalah peningkatan laju denyut jantung, peningkatan
kontraksi dan stroke volume (curah isi sekuncup), peningkatan vasokonstriksi
arteriol dan vena. Selain itu diproduksinya Angiotensin-converting-enzyme
(ACE) mengkatalisis perubahan angiotensin I menjadi II (terutama terjadi di paru)
menyebabkan vasokonstriksi arteriol sehingga resistensi perifer meningkat dan
tekanan arteri meningkat. Faktor lainnya seperti obesitas dan kelainan endotel
akan menyebabkan tahanan perifer juga bertambah.5,11
13
.
14
Faktor-faktor penyebab anatara lain obat-obatan, hipertensi essensisal,
kehamilan, kerusakan ginjal akan menyebabkan peningkatan tekanan darah secara
cepat disertai peningkatan resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang
mendadak ini akan menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol
sehingga membuat kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan
fungsi autoregulasi.
II.8 Diagnosis
Hipertensi Berat dengan tekanan darah > 180/120 mmHg disertai dengan satu
atau lebih kondisi akut berikut :
Hipertensi berat dengan tekanan darah > 180 / 120 mmHg, tetapi dengan
minimal atau tanpa kerusakan organ sasaran dan tidak dijumpai keadaan pada
tabel 3.
15
1. Fundoskopi KW I atau KW II
2. Hipertensi post operasi
3. Hipertensi tak terkontrol / tanpa diobati pada perioperatif
Hipertensi
emergency
Hipertnsi
urgency
16
Tatalaksana 8
17
Fenoldopam Dopamine 0.1 – 0.3 < 5 min 30 min Head, flushing,
- mesylate – I receptor µg/kg/mi tachycardia local
agonist n IV pheblist
ECG changes :
nonspecitic T-wave
changes/ventricular
extra ststoles.
18
Nicardipine Calcium 5 – 15 1 – 5 min 15 – 30 Tachycardia,
chamel mg/hr IV min, headache, flushing
bloker infusion but may local phlebits
exceed agragarian of angna.
4 hr
after
pronolo
g
infusion
19
o Adrenergic mg IV min flushing, headache.
blocker bolus
10
15
200
- Penurunan tekanan darah diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, tekanan
darah sistolik tidak kurang dari 160 mmHg, ataupun Mean Arterial
Pressure tidak kurang dari 120 mmHg selama 48 jam pertama, kecuali pada
krisis hipertensi tertentu (misal : disecting aortic aneurysm). Penurunan
tekanan darah tidak lebih dari 25% dari Mean Arterial Pressure ataupun
tekanan darah yang didapat.
- Penurunan tekanan darah secara akut ke tekanan darah normal / subnormal
pada awal pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusi ke ke
otak, jantung dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari
permulaan, kecuali pada keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma
aorta.
- Tekanan darah secara bertahap diusahakan mencapai normal dalam satu
atau dua minggu.
20
:
BAB IV
KESIMPULAN
21
Kurang tepat bila HT emergensi diberikan terapi antihipertensi oral, harusnya
pasien mendapatkan terapi antihipertensi intravena.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L.,
Jameson, J.L., Loscalzo, J., 2008. Harrison’s: Principles of Internal
Medicine. 17th ed. New York: McGraw-Hill Companies
2. Houston, M., 2009. Handbook of Hypertension. Tennessee: Wiley
Blackwell. pp. 61, 62.
3. Ismail., Soegondo, S., Uyainah, A., Trisnohadi, H., Atmakusuma, D.,
Alwi, I., Karyadi, H., Subadri, H., Tadjoedin, H., Syafiq, M.,
Wardhani, A, 2006, Panduan Pelayanan Medik. Penerbit Ilmu
22
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: halaman
67-71
4. Kaplan NM. Clinical Hypertension. Baltimore: William & Wilkins
2002: 339-354
5. Katzung, B.G., 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 6. Editor
Agoes, H.A., Jakarta: EGC. pp. 159, 160.
6. Lange, McPhee, S.J., Papadakis, M.A., 2009. Current Medical
Diagnosis & Treatment: fourty-eighth edition. New York: The
McGraw-Hill Companies. pp.376.
23