Disusun Oleh:
Nariswari Putri Widyandhini, S. Ked (J510155052)
Pembimbing:
dr. Setyo Utomo, Sp. JP, FIHA
Pembimbing :
dr. Setyo Utomo, Sp.JP, FIHA (………………….)
Dipresentasikan dihadapan :
dr. Setyo Utomo, Sp.JP, FIHA (………………….)
I. ANAMNESA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. S
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Njalen, Balong
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Menikah
Masuk RS : 30 Maret 2015
Pemeriksaan : 30 Maret 2015
4. Jantung
1) Inspeksi : Ictus cordis tampak
2) Palpasi : Ictus cordis kuat angkat
3) Perkusi
Batas jantung :
Batas jantung kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC VI 2 cm lateral linea medioklavicularis sinistra
4) Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, intensitas meningkat, reguler, bising (+)
5. Abdomen
Inspeksi Dinding perut lebih rendah di banding dinding thorak, distended (-),
sikatrik (-), stria (-).
Auscultasi Peristaltik (+) normal
Perkusi Timpani, pekak alih (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (-) di regio hipocondriaca sinistra dan epigastrica.
Hepar tidak teraba membesar. Lien tidak teraba membesar.
6. Ekstremitas
Ekstremitas Akral dingin Odem
_ _ _ _
_ _ - -
Pitting udem
_ _ _ _
_ _ _ _
III. DIAGNOSIS
Old Myocard Infark dengan Hipertension Heart Failure
IV. TERAPI
- Infus PZ 12 tpm
- O2 3L/menit
- Inj furosemid 3x 20 mg
- Spironolacton 25 mg 1x1
- Captopril 3x 6,25 mg
- ISDN 3x5 mg
- ASA 1x100 mg
V. PLAN
a. Echocardiography
b. Foto thorax pa
abnormalitas Assesment P. Diagnosis P. Terapi P.
Monitoring
A. Definisi
Infark miokard akut adalah kematian otot jantung akibat suplai oksigen yang
tidak mencukupi (tidak adekuat) dalam waktu yang cukup lama. Pada umumnya
terjadi oklusi trombosis pada arteri koroner yang mengalami plak ateromatoes.
Trombosis merupakan faktor utama terjadinya iskemia akut baik pada angina pektoris
tak stabil maupun IMA. IMA merupakan keadaan berat yang terjadi akibat oklusi
mendadak pembuluh koroner atau pun cabangnya yang mengalami skerosis. Oklusi
tersebut biasanya disebabkan oleh adanya perubahan pada plak ateroma yang
menyebabkan tertutupnya arteri koronaria secara mendadak.
Menurut WHO diagnosis IMA ditegakkan dengan adanya dua dari tiga
kriteria yaitu gejala klinis dan nyeri dada yang menjurus ke miokar infark, perubahan
EKG dan parameter biokimiawi.
Infark miokard yang mengenai endokardium sampai epikardium disebut
infark transmural. Namun bisa juga hanya mengenai daerah subendokardial dan bila
berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi infark transmural. bila arteri left
anterior descending yang oklusi, infark mengenai dinding anterior ventrikel kiri dan
bisa mengenai septum. Bila arteri left circumflex yang oklusi, infark mengenai
dinding lateral atau posterior dari ventrikel kiri. Bila arteri koroner kanan yang oklusi,
infark terutama mengenai dinding inferior dari ventrikel kiri, tetapi bisa juga septum
dan ventrikel kanan. oklusi arteri koronaria bisa juga tidak sampai menimbulkan
infark bila daerah yang diperdarahi oleh arteri yang oklusi mendapat pasokan oleh
pembuluh artei kolateral lainya.
Jaringan parut yang dihasilkan dari otot mati pada IM akan mengubah pola
aktivitas listrik jantung sehingga dapat terlihat dalam pemeriksaan EKG.
B. Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat diubah
a. Mayor merokok, hipertensi, obesitas, hiperlipidemia, hiperkolesterolimia dan
pola makan (tinggi lemak dan tingi kalori).
b. Minor stress, kepribadian tipe A (emosional, agresif, dan ambivalen) dan
inaktifitas fisik.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a. Hereditas/keturunan
b. Usia lebih dari 40 tahun
c. Ras, insiden lebih tinggi orang berkulit hitam. pria lebih sering daripada wanita
C. Patofisiologi
Kejadian infark miokard diawali dengan terbentuknya aterosklerosis yang
kemudian ruptur dan menyumbat pembuluh darah. Penyakit aterosklerosis ditandai
dengan formasi bertahap fatty plaque di dalam dinding arteri. Lama kelamaan plak ini
terus tumbuh ke dalam lumen, sehingga diameter lumen menyempit. Penyempitan lumen
mengganggu aliran darah ke distal dari tempat penyumbatan terjadi.
Perjalanan proses aterosklerosis (initiation, progression dan complication pada
plak aterosklerotik), secara bertahap berjalan dari sejak usia muda bahkan dikatakan juga
sejak usia anak-anak sudah terbentuk bercak-bercak garis lemak (fatty streaks) pada
permukaan lapis dalam pembuluh darah, dan lambat-laun pada usia tua dapat
berkembang menjadi bercak sklerosis (plak atau kerak pada pembuluh darah) sehingga
terjadinya penyempitan dan/atau penyumbatan pembuluh darah. Kalau plak tadi pecah,
robek atau terjadi perdarahan
subendotel, mulailah proses trombogenik, yang menyumbat sebagian atau keseluruhan
suatu pembuluh koroner. Pada saat inilah muncul berbagai presentasi klinik seperti
angina atau infark miokard. Proses aterosklerosis ini dapat stabil, tetapi dapat juga tidak
stabil atau progresif. Konsekuensi yang dapat menyebabkan kematian adalah proses
aterosklerosis yang bersifat tidak stabil /progresif.
Erosi, fisur, atau ruptur plak aterosklerosis (yang sudah ada dalam dinding arteri
koronaria) mengeluarkan zat vasoaktif (kolagen, inti lipid, makrofag dan tissue factor) ke
dalam aliran darah, merangsang agregasi dan adhesi trombosit serta pembentukan fibrin,
membentuk trombus atau proses trombosis. Trombus yang terbentuk dapat menyebabkan
oklusi koroner total atau subtotal. Oklusi koroner berat yang terjadi akibat erosi atau
ruptur pada plak aterosklerosis yang relatif kecil akan menyebabkan angina pektoris tidak
stabil dan tidak sampai menimbulkan kematian jaringan. Trombus biasanya transien/labil
dan menyebabkan oklusi sementara yang berlangsung antara 10–20 menit.
Bila oklusi menyebabkan kematian jaringan tetapi dapat diatasi oleh kolateral atau
lisis trombus yang cepat (spontan atau oleh tindakan trombolisis) maka akan timbul
NSTEMI (tidak merusak seluruh lapisan miokard). Trombus yang terjadi lebih persisten
dan berlangsung sampai lebih dari 1 jam. Bila oklusi menetap dan tidak dikompesasi oleh
kolateral maka keseluruhan lapisan miokard mengalami nekrosis (Q-wave infarction),
atau dikenal juga dengan STEMI. Trombus yang terbentuk bersifat fixed dan persisten
yang menyebabkan perfusi miokard terhenti secara tiba-tiba yang berlangsung lebih dari
1 jam dan
menyebabkan nekrosis miokard transmural.
D. Diagnosis
1. Anamnesis
a) Angina Pektoris tidak stabil
Keluhan pasien pada umumnya berupa angina untuk pertama kali atau
keluhan angina yang bertambah dari biasa. Nyeri dada seperti pada angina
biasa tapi lebih berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu istirahat,
atau timbul karena aktivitas, mual sampai muntah, kadang-kadang disertai
keringat dingin. Pada pemeriksaan jasmani seringkali tidak ada yang khas
b) IMA dengan elevasi ST
Keluhan utama IMA adalah sakit dada yang terutama dirasakan di daerah
sternum, tetapi bisa menjalar ke dada kiri atau kanan, ke rahang, ke bahu kiri
dan pada satu atau kedua lengan. Biasanya digambarkan sebagai rasa tertekan,
terhimpit, diremas-remas, rasa berat atau panas, kadang-kadang penderita
melukiskanya hanya sebagai rasa tidak enak di dada. Walaupun sifatnya
ringan sekali, tapi rasa sakit itu biasanya berlangsung lebih dari setengah jam
dan jarang ada hubunganya dengan aktivitas serta tidak hilang dengan istirahat
atau pemberian nitrat. Pada beberapa penderita sakit tertutupi oleh gejala lain,
misalnya sesak nafas atau sinkop.
c) IMA tanpa elevasi ST
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadangkala di epigastrium
dengan ciri seperti diperas, perasaan seperti di ikat, perasaan terbakar, nyeri
tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan, menjadi presentasi gejala yang sering
ditemukan. Analisis berdasarkan gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka
yang yang memiliki gejala dengan onset baru angina berat memiliki prognosis
lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki nyeri pada waktu istirahat.
Walaupun gejala khas rasa tidak enak di dada iskemia pada NSTEMI telah
diketahui dengan baik, gejala tidak khas seperti dispneu, mual, diaporesis,
sinkop, atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas atau leher juga terjadi
dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien yang lebih besar pada
pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun.
2. Pemeriksaan fisik
Pada fase awal serangan jantung, pasien amat stres dan dapat berkeringat
dingin. Keadaan umum penderita membaik bila rasa sakit sudah dikendalikan dan
sering sekali dalam beberapa jam penderita terkihat baik. Volume dan laju denyut
nadi bisa normal, tapi pada kasus berat nadi kecil dan cepat. Aritmia dan bradikardi
juga sering dijumpai. Tekanan darah biasanya menurun selama beberapa jam atau
hari dan pelan-pelan kembali ke keadaan normal dalam dua sampai tiga minggu,
tetapi juga dapat menurun sampai terjadi hipotensi berat atau renjatan kardiogenik.
Kadang-kadang bisa juga terjadi hipertensi transien karena sakit dada yang hebat.
Pada fase awal infark miokard, tekanan vena jugularis biasanya normal atau
sedikit meningkat sekali pada infark ventrikel kanan. Pulsasi apeks sulit diraba dan
bunyi jantung pertama dan kedua lemah. Bunyi jantung ke empat dapat terdengar
pada kebanyakan kasus, sedangkan bunyi jantung ke tiga dapat ditemui bila terjadi
gagal jantung. Sering terdapat bising pansistolik di apeks yang di sebabkan oleh
regurgitasi melalui katup mitral, akibat disfungsi muskulus papilaris atau sekunder
karena dilatasi ventrikel kiri. Bising sistolik yang kasar yang disebabkan oleh ruptur
septum interventrikuler terdengar di llinea sternalis kiri dan bila apeks disebbabkan
oleh ruptur muskulus papilaris
Kebanyakan gejala fisik yang abnormal di atas akan menghilang dalam waktu
beberapa hari setelah serangan infark akut kecuali pada penderita yang kerusakanya
luas. Demam jarang melebihi 38oc, biasanya terjadi dalam 24 jam pertama dan
menghilang dalam waktu beberapa hari.
3. Elektrokardiografi