OLEH :
KELOMPOK 6
1. Adelia Grania Amanda Salekede C014182249
2. Aulia Kusuma Ning Ati C014182248
3. Muh. Afif Fadhlurrohman C014182270
4. Muh Faturrachman Soleman C014182266
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Ikhsan Budi
DOSEN PEMBIMBING:
dr. Nurjannah Lihawa, Sp.P
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama :
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Hasanuddin
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny.Nurjannah
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Tanggal lahir : 14-04-1968
4. No. RM : 083651
5. Pekerjaan : ibu rumah tangga
6. Ruang Perawatan : perawatan 2
7. Tanggal Masuk : 26-12-2019
B. ANAMNESIS TERPIMPIN
a) Keluhan utama :
Sesak napas
b) Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dialami sejak
3 hari yang lalu dan memberat sejak 1 hari yang lalu dengan durasi
kurang dari 10 menit dan frekuensi yang tidak menentu. Sesak napas
dirasakan jika pasien terpapar dengan debu, asap kendaraan dan
makanan seperti udang. Sesak dirasakan memberat ketika beraktivitas
berat dan berkurang ketika istirahat. Sesak napas disertai batuk dan
nyeri dada yang tidak menjalar dialami kurang lebih 4 hari yang lalu,
batuk disertai lendir setelah pasien sesak dan tidak disertai darah
dengan durasi tidak menentu. Riwayat demam tidak ada, mual dan
muntah tidak ada. Nafsu makan dan minum kesan baik. Riwayat buang
air kecil dan air besar dalam batas normal.
c) Riwayat Penyakit Terdahulu
Riwayat pasien sesak ada sejak 20 tahun yang lalu dan pernah
diberikan terapi di RS dadi setelah terapi pasien mengatakan gejala
sesak napasnya membaik. Riwayat pasien dengan tuberculosis sejak 10
bulan yang lalu dan mendapatkan pengobatan OAT dan dinyatakan
tuntas. Tidak ada riwayat merokok , riwayat DM disangkal, riwayat
hipertensi disangkal.
d) Riwayat penyakit dalam keluarga
Ada riwayat keluhan yang sama dengan keluarga terutama bapak
pasien yang mempunyai riwayat sesak napas.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Sakit sedang / Gizi baik / Composmentis E4V5M6
BB : 58 kg
TB : 154 cm
IMT : 24.4 kg
Tanda Vital
- Tekanan darah : 110/80 mmHg , reguler, kuat angkat
- Nadi : 110 x/menit
- Pernapasan : 28 x/menit, tipe thoracoabdominal
- Suhu : 36,20C, axilla
- Saturasi : 98% dengan nasal kanul
2. Kepala
Deformitas : Tidak ada
Kesimetrisan wajah : Simetris
Rambut : Kesan normal
Mata
Hidung
Telinga
Pendengaran : Normal
Otorrhea : Normal
Mulut
Leher
Paru
Abdomen
Extremitas
Ekstremitas hangat
Tidak ada edema
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan laboratorium (26-12-2019)
Imun
E. Pemeriksaan Radiologi
COR : bentuk, ukuran dan letak baik
F. INITIAL ASSESSMENT
Asma eksaserbasi ringan sedang
G. TATALAKSANA
Oksigen 3 lpm
Ivfd Ringer Laktat 16 tpm
Nebu combivent / 8 jam / inhalasi
Nebu fulmicort / 12 jam / inhalasi
Ambroxol 2x1
Cetirizine 1x1
Metylprednisolon 2x1
Probion 1x1
Injeksi ceftazidine 1 gr / 8 jam
H. PERJALANAN PENYAKIT
J. FOLLOW UP
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Asma adalah penyakit inflamasi kronik yang ditandai dengan keterbatasan
aliran udara yang reversibel dan hiperesponsif saluran pernapasan. 1
Asma memiliki 2 fitur utama, yaitu:
E. Diagnosis1,4
Anamnesis
1. Gejala kunci :
- Batuk, mengi dan sesak atau frekuensi napas cepat, produksi sputum,
sering waktu malam, respons terhadap bronkodilator
2. Gembaran Gejala :
- Perenial, musiman atau keduanya, terus-menerus, episodik, atau
keduanya, awitan, lama, frekuensi, variasi diurnal terutama nocturnal
dan waktu bangun pagi hari
3. Faktor presipitasi :
- Infeksi virus, allergen lingkungan, dalam rumah (jamur, tungau debu
rumah, kecoa, serpih hewan atau produk sekretorinya) dan outdoor
(serbuk sari/pollen)
- Ciri-ciri rumah (usia, lokasi, system pendingin/pemanas, membakar
kayu, pelembab, karpet, jamur, hewan peliharaan, mebel dibungkus
kain).
- Latihan jasmani, kimiawi/allergen lingkungan kerja
Perubahan lingkungan
- Iritan (asap rokok, bau menyengat, polutan udara, debu, partikulat,
uap, gas)
- Stress
- Obat (aspirin, antiinflamasi, β-blocker termasuk tetes mata)
- Makanan, aditif, pengawet
- Perubahan udara, udara dingin
- Faktor endokrin (haid, hamil, penyakit tiroid)
4. Perkembangan penyakit :
- Usia awitan dan diagbosis
- Riwayat cedera saluran napas
- Progress penyakit
- Penanganan sekarang dan respon, antara lain penanganan eksaserbasi
- Frekuensi menggunakan SABA
- Keperluan oral steroid dan frekuensi penanganannya
5. Riwayat keluarga :
- Riwayat asma, alergi, sinusitis, eksim atau polip nasal pada anggota
keluarga dekat
6. Riwayat sosial :
- Perawatan/daycare, tempat kerja, sekolah
- Faktor sosial yang berpengaruh
- Derajat pendidikan
- Pekerjaan
7. Riwayat eksaserbasi :
- Tanda prodromal dan gejala
- Cepatnya awitan, lama, frekuensi, deraat berat, umlah eksaserbasi dan
beratnya/tahun
- Penanganan biasanya
8. Efek asma terhadap penderita :
- Episode perawatan di luar jadwal (gawat darurat, dirawat di RS)
- Keterbatasan aktivitas terutama latihan jasmani, riwayat bangun
malam
- Efek terhadap perilaku, sekolah, pekerjaan, pola hidup dan efe
ekonomi
9. Persepsi penderita dan keluarga terhadap penyakit :
- Pengetahuan mengenai asma : penderita, orang tua, istri/suami atau
teman dan mengetahui kronisitas asma
- Persepsi penderita mengenai penggunaan obat pengontrol jangka lama
- Kemampuan penderita, orang tua, istri/suami/teman untuk menolong
penderita
- Sumber ekonomi dan sosiokultural.
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksan Penunjang
1. Spirometer
Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan
diagnosis juga untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.
a. Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio FEV1/FVC <75 %
atau FEV1<80 % nilai prediksi.
b. Reversibilitas bronkodilator, yaitu perbaikan FEV1 >12 % dan >200
cc setelah inhalasi bronkodilator
2. Peak Flow Meter/ PFM
Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana, alat
tersebut digunakan untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari paru.
Oleh karena pemeriksaan jasmani dapat normal, dalam menegakkan
diagnosis asma diperlukan pemeriksaan obyektif (spirometer/FEV1 atau
PFM). Spirometer lebih diutamakan disbanding PFM oleh karena PFM
tidak begitu sensitive disbanding FEC, untuk diagnosis obstruksi saluran
napas, PFM mengukur terutama saluran napas besar, PFM fibuat utnuk
pemantauan dan buakn alat diagnostic, APE dapat digunakan dalam
diagnosis untuk penderita yag tidak dapat melakukan pemeriksaan FEV1.
3. X-ray dada/thoraks
Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan asma.
4. Pemeriksaan IgE
Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya
antibody IgE spesifik pada kulit. Uji tersebut untuk menyokong anamnesis
dan mencari faktor pencetus. Uji allergen yang positif tidak selalu
merupakan penyebab asma. Pemeriksaan darah IgE Atopi dilakukan
dengan cara radioallergosorbent test (RAST) bila hasil uji tusuk ulit tidak
dapat dilakukan (pada dermographism).
5. Petanda inflamasi
Derajat berat asma dan pengobatannya dalam klinik sebenarnya
tidak berdasarkan atas penilaian obyektif inflamasi saluran napas. Gejala
klinis dan spirometri bukan merupakan petanda ideal inflamasi. Penilaian
semi-kuantitatif inflamasi saluran napas dapat dilakukan melalui biopsy
paru, pemeriksaan sel eosinofil dalam sputum, dan kadar oksida nitrit
udara yang dikeluarkan dengan napas. Analisis sputum yang diinduksi
menunjukkan hubungan antara jumlah eosinofil dan transbronkial dapat
menunjukkan gambaran inflamasi, tetapi jarang atau sulit dilaukkan di luar
riset.
6. Uji hipereaktivitas Bronkus/HRB
Pada penderita yang menunjukkan FEV1>90%, HRB dapat
dibuktikan dengan berbagai tes provokasi. Provokasi bronchial dengan
menggunakan nebulasi droplet ekstrak allergen spesifik dapat
menimbulkan obstruksi saluran napas pada penderita yang sensitive.
Respon sejenis dengan dosis yang lebih besar, terjadi pada subyej alergi
tanpa asma. Di samping itu, ukuran allergen dalam alam yang terpajan
pada subyek alergi biasanya berupa partikel dengan berbagai ukuran dari
2um sampai 20um dan tidak dalam bentuk nebulas. Tes provokasi
sebenanyakurang memberikan informasi klinis disbanding dengan tes
kulit. Tes provokasi nonspesifik untuk mengetahui HRB dapat dilaukan
dengan latihan jasmani, inhalasi udara dingin atau kering, histamine, dan
metakolin.
5. Diet
6. Indoor allergen
7. Penurunan berat badan
Disarankan bagi pasien asma dengan obesitas untuk melakukan
penurunan berat badan dengan senam kurang lebih 2 kali seminggu
8. Latihan pernapasan
Latihan bernapas berguna sebagai penurunan gejala asma serta dapat
meningkatkatkan kualitas hidup walaupun tidak meningkatkan kerja
fungsi paru atau menurunkan risiko eksaserbasi.
H. Indikasi rawat
Indikasi pasien di ruang rawat intensif apabila pasien tersibut mengalami
hal sebagai berikut:
Tidak ada respon sama sekali terhadap tata laksana awal dan/atau
perburukan asma yang cepat
Adanya kegelisahan, nyeri kepala, dan tanda lain ancaman henti
napas, atau hilangnya kesadaran
Tidak ada perbaikan dengan pengobatan.baku di ruang rawat inap
Ancaman henti napas yang ditandai oleh hipoksemia yang menetap
walaupun sudah diberi oksigen (kadar paO2 <60 mmHg dan/atau
paCO2 >45 mmHg, walaupun begitu gagal napas dapat terjadi pada
kadar paCO2 yang lebih tinggi atau lebih rendah)
DAFTAR PUSTAKA