Anda di halaman 1dari 23

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

STATUS PENDERITA

DIAGNOSIS: ISK

NAMA MAHASISWA : Muhamad Isafarudin Susanto, S.Ked

STAMBUK : K1A1 12 007

PEMBIMBING : dr. Dwiana

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI
BAB 1

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R

Umur : 20 th

Alamat : jl. Laremba, Kadia

Pendidikan terakhir : SMA

Agama : Islam

Suku : Tolaki

Pekerjaan : Wiraswasta

No. RM : 21 36 51

Tanggal perawatan : 3 September 2019

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Demam

Anamnesis Terpimpin :

Pasien datang ke IGD rumah sakit dengan keluhan demam sejak 2 hari SMRS.
Demam dirasakan mendadak dan terus menerus disertai nyeri perut kanan sejak 2 hari
yang lalu. Keluhan lain seperti nyeri kepala (+), mual (+) muntah (-), sesak (-), nyeri
ulu hati (-), nyeri saat buang air kecil (+), kencing berpasir (-), kencing sedikit – sedikit
(-), rasa tidak puas saat kencing (-), BAB dalam batas normal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi (-), DM (-), asma (-), Alergi (-),

Riwayat Penyakit Keluarga

Hipertensi (-), DM (-)


Riwayat Kebiasaan Pribadi

Merokok (+) dari umur 14 tahun sampai sekarang, Alkohol (+) dari umur 16 tahun
biasa 1 kali seminggu,

C. Pemeriksaan Fisik

Sakit : Sedang

Gizi : BB = 50 Kg, TB = 160 cm, IMT=19,5 Kg/m2

Kesadaran : GCS E4 V5 M6 Composmentis

Tanda vital:

Tekanan Darah :120/80 mmHg

Nadi : 98 x/m

Pernapasan: : 20x/m,

Suhu : 38, 0 oC/Axillar


Kepala:

Simetris : Simetris

Deformitas : Negative

Simetris muka : Simetris

Rambut : berwarna hitam, pendek,lurus, tidak mudah tercabut

Mata:

Gerakan: Simetris

Tekanan bola mata: dalam batas normal

Kelopak mata : edema (-/-)

Konjuntiva : Anemi -/-

Kornea : reflex (+)

Sklera : Ikterus -/-

Pupil : reflex cahaya (+)


Telinga

Othore : -/-

Pendengaran : dbn

Nyeri tekan proc. Mastoideus -/-

nyeri tarik tragus (-/-)

Hidung

Perdarahan -/-

Sekret -/-

Mulut

Bibir : kering, sianosis (-)

Tonsil : dbn

Gusi : normal

Lidah : dbn

Leher:

K.limfe : Pembesaran limfatik (-)

Kaku kuduk : negatif

K.thyroid : Pembesaran tiroid (-)

JVP : R+1 cmH2O

P. darah : Dilatasi (-) thrill carotid (-) Tumor: negatif

Dada

Paru

Inspeksi :

Bentuk : Normochest
Ictus cordis : Tidak nampak

Sela iga : Retraksi (-)

Palpasi :

Vokal Fremitus :Kanan=kiri

Nyeri tekan :Negatif

Perkusi:

Paru kiri : Sonor

Paru kanan : Sonor

Batas paru-hepar : ICS V linea midclavicula dextra

Batas paru belakang kanan: Corpus vertebra thoracal IX – X dextra

Auskultasi:

Bunyi pernapasan : Vesikuler

Bunyi tambahan : (-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis stidak nampak

Palpasi : ictus cordis stidak teraba

Perkusi : Batas kanan atas : ICS II linea parasternalis dextra

Batas kiri atas : ICS II linea midclavicularis sinistra

Batas Kanan bawah : ICS V linea parasternalis dextra

Batas Kiri bawah : ICS V linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : BJ I/II murni reguler, murmur (-)

Abdomen

Inspeksi :Datar, ikut gerak nafas


Palpasi : Nyeri tekan (+) kuadran kanan

Hati: tidak teraba

Limpa: tidak teraba

Ginjal: tidak teraba

Perkusi :Timpani (+)

Nyeri ketok costovertebra (+)

Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal, bruit aorta abdominalis(-)

Ekstremitas : Ekstremitas atas: petekie -/-, kekuatan otot 5/5, Edema -/-

Ekstremitas bawah: petekie -/-, kekuatan otot 5/5. Edema -/-

Laboratorium:

- Darah rutin : tanggal 03/09/2019 jam 15.00 wita

Nama pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


WBC 13.41 4.0-10.00 103uL
NEU 6.35 2.0-7.0 103uL
LYM 2.13 0.80-4.0 103uL
MON 1.36 0.12-0.80 103uL
EOS 0.50 0.02-0.50 103uL
BAS 0.07 0.00-0.10 103uL
HGB 11.8 11.0-17.9 g/dl
MCV 97.1 80.0-98.0 fl
MCH 31.4 28.0-33.0 pg
MCHC 32.3 31.9-37.0 g/dl
PLT 258 150-450 103uL
- Urinalisis 04/09/2019

Hasil Pemeriksaan Hasil Rujukan


Kimia Urin
Ph 7.0 4.8-7.4
Berat Jenis 1.010 1.003-1.029
Leukosit + Begatif
Makroskopis
Warna Kuning muda Kuning muda
Kejernihan Keruh Jernih
Mikroskopis
Eritrosit 0-1 0-3 LPB
Leukosit + 0-5 LPB
Epitel Skuamos 0-1 5-15LPK

D. Resume

Pasien datang ke IGD rumah sakit dengan keluhan demam sejak 2 hari
SMRS. Demam dirasakan mendadak dan terus menerus disertai nyeri perut
kanan sejak 2 hari yang lalu. Keluhan lain seperti nyeri kepala (+), mual (+)
muntah (-), sesak (-), nyeri ulu hati (-), nyeri saat buang air kecil (+), kencing
berpasir (-), kencing sedikit – sedikit (-), rasa tidak puas saat kencing (-), BAB
dalam batas normal. Riwayat Penyakit Dahulu Hipertensi (-), DM (-), asma (-),
Alergi (-), Riwayat Penyakit Keluarga Hipertensi (-), DM (-) Riwayat Kebiasaan
Pribadi Merokok (+) dari umur 14 tahun sampai sekarang, Alkohol (+) dari umur
16 tahun biasa 1 kali seminggu. Sakit Sedang, status gizi 19,5 Kg/m2 , Kesadaran
composmentis, pada pemeriksaan didapatkan TD 120/80 mmHg, Nadi 98x/m,
Pernapasan 20x/m, Suhu 38, 0 oC/Axillar, Pada pemeriksaan fisik didapatkan
nyeri tekan pada perut kanan dan nyeri ketok costovertebra kanan

E. Diagnosis Banding
Abses ginjal
F. Diagnosis kerja
Infksi Saluran kemih
G. Rencana Terapi
1. Farmakologi
IVFD RL 20 Tpm
Inj. Paracetamol 1 g/8 jam/ IV
Inj.Ranitidin A amp/IV
2. Non farmakologi
Istirahat yang cukup
Banyak minum air putih
Jangan menahan nahan kencing
H. Follow Up Pasien

Hari/
Tanggal/ Perjalanan Penyakit Rencana terapi
jam
S : demam dan nyeri perut kanan
O:
 KU : sakit sedang
 Kesadaran : komposmentis
 GCS : E4 V5 M6
 TD : 120/80 mmHG
 N : 98x/ menit
 P : 20x/ Menit IVFD RL 20 Tpm
Selasa  S : 38,70C Inj. Ranitidin 1A/ 12 jam
3/9/2019  Pemeriksaan Lab : - Inj. Ketorolac 1A/ 8 jam
 Pemeriksaan Fisik : Inf. Paracetamol 1g / 8jam
07.00
Abdomen : Cek darah rutin
I : datar, mengikuti gerak napas Cek urinalisis
A : peristaltik (+), kesan normal
P : nyeri tekan (+) daerah perut
kanan
P : timpani (+)
Nyeri ketok costovertebra kanan
A : febris + Abdominal pain

S : demam dan nyeri perut kanan


berkurang
O:
 KU : sakit sedang
 Kesadaran : komposmentis IVFD RL 20 Tpm
Rabu  GCS : E4 V5 M6 Inj. Ranitidin 1A/ 12 jam
4/9/2019  TD : 120/70 mmHG Inj. Ketorolac 1A/ 8 jam
07.00  N : 86x/ menit Inj. Ceftriaxon 1g / 12jam
 P : 18x/ Menit
 S : 37,00C
 Pemeriksaan Lab :
Darah Rutin :
WBC : 13.41 103UL
NEU : 6.35 103UL
LYM : 2.13 103UL
HGB 11.8 g/dl
Urinalisis :
Ph : 7.0
BJ : 1.010
Lukosis : (+)
Warna : kuning muda
Kejernihan keruh
Eritrosit : 0-1
Leukosit : +
 Pemeriksaan Fisik :
Abdomen :
I : datar, mengikuti gerak napas
A : peristaltik (+), kesan normal
P : nyeri tekan (-)
P : timpani (+)
Nyeri ketok coatofertebra kanan
A : ISK

S : sudah tidak ada keluhan


O:
 KU : sakit sedang
 Kesadaran : komposmentis
 GCS : E4 V5 M6
 TD : 120/80 mmHG
 N : 80x/ menit
 P : 18x/ Menit IVFD RL 20 Tpm
Kamis  S : 36,70C Inj. Ranitidin 1A/ 12 jam
5/9/2019  Pemeriksaan Lab : - Inj. Ketorolac 1A/ 8 jam
 Pemeriksaan Fisik : jika nyeri
07.00
Abdomen : Inj. Ceftriaxon 1g / 12jam
I : datar, mengikuti gerak napas
A : peristaltik (+), kesan normal
P : nyeri tekan (-)
P : timpani (+)
Nyeri ketok coatofertebra kanan

A : ISK

jumat S : sudah tidak ada keluhan IVFD RL 20 Tpm


6/9/2019 O: Inj. Ceftriaxon 1g / 12jam
07.00  KU : sakit sedang
 Kesadaran : komposmentis
 GCS : E4 V5 M6
 TD : 120/80 mmHG
 N : 80x/ menit
 P : 18x/ Menit
 S : 36,80C
 Pemeriksaan Lab : -
 Pemeriksaan Fisik : dalam batas
normal
A : ISK
S : sudah tidak ada keluhan
O:
 KU : sakit sedang
 Kesadaran : komposmentis
 GCS : E4 V5 M6
Aff infus
jumat  TD : 120/80 mmHG
Ciprofloxacim Tab 250 mg
6/9/2019  N : 86x/ menit
2x1
07.00  P : 18x/ Menit BPL
 S : 37,00C
 Pemeriksaan Lab : -
 Pemeriksaan Fisik : dalam batas
normal
A : ISK
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-
buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Infeksi saluran kemih (ISK)
adalah infeksi yang terjadi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran kemih. 1,2
Beberapa istilah yang perlu dipahami:
1. Bakteriuria bermakna (significant backteriuri) adalah keberadaan
mikroorganisme murni (tidak terkontaminasi flora normal dari uretra)
lebih dari 105 colony forming units per mL (cfu/ml) biakan urin dan
tanpa lekosituria1,4.
2.
Bakteriuria simtomatik adalah bakteriuria bermakna dengan
manifestasi klinik1,4
3. Bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria) adalah bakteriuria
bermakna tanpa manifestasi klinik1,4.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan bakteriuria patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml
urin > 105, dan lekositouria >10 per lapangan pandang besar, disertai manifestasi
klinik4.
ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi
tubuh terhadap invasi mikroorganisme pada urothelium3,6.
Pada wanita hamil dikenal 2 keadaan infeksi saluran kemih :
1. Infeksi saluran kemih tanpa gejala (Bakteriuria asimptomatik).
Dimana terdapat bakteri dalam urine lebih dari 100.000 /ml urine tapi tidak
menunjukkan gejala (asimptomatik). Urine diambil porsi tengah dengan cara
vulva dan meatus urethra eksternus dibersihkan terlebih dahulu dengan bahan
antiseptik. Atau jumlah bakteri antara 10.000 sampai dengan 100.000 bila
urine diambil dengan cara kateter urethra. Pada urinalisis dapat ditemukan
adanya leukosit. 1,2
2. Infeksi saluran kemih dengan gejala (simptomatik). Dapat dibagi menjadi : 1,2
a. Infeksi saluran kemih bagian bawah (sistitis) Dengan gejala dapat berupa
disuria, terkadang didapatkan hematuria, nyeri daerah suprasimpisis,
terdesak kencing (urgency), stranguria, tenesmus dan nokturia. Tetapi
jarang sampai menyebabkan demam dan menggigil. Pada urinalisis dapat
dijumpai leukosit dan eritrosit.
b. Infeksi saluran kemih bagian atas (pielonefritis) Dengan gejala berupa
nyeri dan tegang pada daerah sudut “costovertebral” atau daerah
pinggang, demam, mual dan muntah. Dapat juga disertai keluhan seperti
pada infeksi saluran kemih bagian bawah seperti disuria, urgensi dan
polakisuria, stranguria, tenesmus, nokturia. Pada pemeriksaan darah dapat
dijumpai kadar ureum dan kreatinin yang meningkat dan pada
pemeriksaan urinalisis ditemukan leukosit. Atau pada pemeriksaan
imunologi didapatkan bakteriuria yang diselubungi antibodi.
B. EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering
ditemukan di praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang
mengakibatkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK
cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada
laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai factor predisposisi1.
Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah
mengalami ISK selama hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering
ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (School girls) 1%
meningkat menjadi 5 % selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi
asimtomatik meningkat mencapai 30% pada laki-laki dan perempuan jika disertai
faktor predisposisi1.
Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di
tempat praktik umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda
yang masih aktif secara seksual dan jarang pada laki-laki <50 tahun5. Insiden
ISK pada laki-laki yang belum disirkumsisi lebih tinggi (1,12%) dibandingkan
pada laki-laki yang sudah disirkumsisi (0,11%)3.
Infeksi saluran kemih yang asimptomatik dalam kehamilan angka
kejadiannya 4-10%, sedang di Indonesia berkisar antara 20-25% dan sekitar 10-
20% diantaranya dapat menyebabkan partus prematuritas. 3
C. KLASIFIKASI
Infeksi salran kemih diklasifikasikan berdasarkan gejala klinis, lokasi
infeksi, dan kelainan saluran kemih. Berdasarkan gejala, ISK dibedakan menjadi
ISK asimtomatik dan simtomatik. Berdasarkan lokasi infeksi, ISK dibedakan
menjadi ISK atas dan ISK bawah, dan berdasarkan kelainan saluran kemih, ISK
dibedakan menjadi ISK simpleks dan ISK kompleks. 1,4,5
1. Klinis
- ISK asimptomatik ialah bakteriuria bermakna tanpa gejala. 1
- ISK simtomatik yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan
tanda klinik. Sekitar 10-20% ISK yang sulit digolongkan ke dalam
pielonefritis atau sistitis baik berdasarkan gejala klinik maupun
pemeriksaan penunjang disebut dengan ISK non spesifik. 1,4,5
2. Anatomi
- ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender. 1,4,5
Perempuan : Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai
bakteriuria bermakna. Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis
sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril).
Laki-laki : Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis,
prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
- ISK atas
a) Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri. PNA ditemukan pada semua umur dan
jenis kelamin walaupun lebih sering ditemukan pada wanita dan anak-
anak. Pada laki-laki usia lanjut, PNA biasanya disertai hipertrofi
prostat. 1,4,5
b) Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi
saluran kemih serta refluk vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria
kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang
ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. diagnosis PNK harus
mempunyai dua kriteria yakni telah terbukti mempunyai kelainan-
kelainan faal dan anatomi serta kelainan-kelainan tersebut mempunyai
hubungan dengan infeksi bakteri. 1,4,5
3. Kelainan Saluran Kemih
a) ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan
yang tidak hamil dan tanpa kelainan struktural maupun fungsional saluran
kemih. 1,5
b) ISK berkomplikasi, yaitu infeksi yang disebabkan oleh kelainan anatomis
pada saluran kemih, menyebar ke bagian tubuh yang lain, bertambah berat
dengan underlying disease, ataupun bersifat resisten terhadap pengobatan.
Penyakit penyerta dapat mengakibatkan lesi dalam saluran kemih, obstruksi
saluran kemih, pembentukan batu, pemasangan cateter, kerusakan dan
gangguan neurologi serta menurunnya sistem imun yang dapat mengganggu
aliran normal dan perlindungan saluran urin. 1,5
D. ETIOLOGI
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang
biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram
negatif tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian
diikuti oleh Proteus sp, Klebsiella, Pseudomonas. Jenis kokus gram positif lebih
jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan Staphylococcus aureus
sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia lanjut
dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin.
Demikian juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran
kemih melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid
dapat diisolasi salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK
melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia, actinomises, dan
Mycobacterium tubeculosa. Candida sp merupakan jamur yang paling sering
menyebabkan ISK terutama pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin,
pasien DM, atau pasien yang mendapat pengobatan antibiotik berspektrum luas.
Jenis Candida yang paling sering ditemukan adalah Candida albican dan
Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara
hematogen. 1,3,4
Adapun faktor resiko meningkatnya infeksi saluran kemih sebagai
berikut:
1. Perubahan morfologi pada kehamilan. Karena asal dari traktus genital dan
traktus urinarius adalah sama secara embriologi ditambah lagi letaknya
yang sangat berdekatan maka adanya perubahan pada salah satu sistem
akan mempengaruhi sistem yang lain. Pada saat hamil dapat terjadi
perubahan pada traktus urinarius berupa: 3,4

a. Dilatasi pelvis renal dan ureter.


Dilatasi ini terjadi terutama setelah kehamilan 20 minggu, lebih sering
terjadi pada sebelah kanan 85,7% berbanding sebelah kiri 10%. Hal ini
mungkin disebabkan oleh karena adanya colon sigmoid disebelah kiri dan
adanya kecenderungan uterus untuk mengadakan dekstrorotasi dan
kecenderungan secara anatomi bahwa ureter kanan rentan terhadap
dilatasi. Adanya dilatasi tersebut kemungkinan juga akibat dari adanya
hormone progesteron yang meningkat disamping efek penekanan dari
uterus yang membesar karena hamil.
b. Vesika urinaria terdesak ke anterior dan superior seiring dengan makin
bertambah besarnya uterus, dan cenderung lebih terletak pada rongga
abdominal daripada di rongga pelvis. Terjadi juga pelebaran pada daerah
basal. Kapasitas penampungan urin akan meningkat tetapi daya
pengosongan akan menurun karena terjadi kelemahan dari otot detrusor
kandung kemih akibat pengaruh dari progesterone (terjadi kelemahan
otot-otot polos sehingga tonus akan berkurang, akibatnya juga akan
terjadi pelebaran saluran kemih secara keseluruhan dan kontraksi akan
berkurang), mengakibatkan sisa urine sering terjadi sehingga
pertumbuhan bakteri mudah terjadi.
2. Sistokel dan Urethrokel
3. Kebiasaan menahan kemih
E. PATOMEKANISME
Pada infeksi dan inflamasi dapat menginduksi kontraksi uterus. Banyak
mikroorganisme dapat menghasilkan fosfolipid A2 dan C sehingga
meningkatkan konsentrasi asam arakidonat secara lokal dan pada gilirannya
dapat menyebabkan pelepasan PGF-2 dan PGE-2 sehingga terjadi kontraksi
miometrium uterus. Selain itu pada keadaan infeksi terdapat juga produk sekresi
dari makrofag / monosit berupa interleukin 1 dan 6, sitokin, tumor nekrosis factor
yang akan juga menghasilkan sitokin dan prostaglandin. 3,4
Umumnya bakteri yang menyebabkan terjadinya infeksi berasal dari
tubuh penderita sendiri. Ada 3 cara terjadinya infeksi yaitu : 3,4,5
1. Melalui aliran darah yang berasal dari usus halus atau organ lain ke bagian
saluran kemih.
2. Penyebaran melalui saluran getah bening berasal dari usus besar ke buli-buli
atau ke ginjal.
3. Secara asendens yaitu migrasi mikroorganisme melalui saluran kemih yaitu
urethra, buli-buli, ureter lalu ke ginjal.
Berdasarkan pengalaman klinis dan percobaan, cara asendens ini adalah
cara yang banyak dalam penyebaran infeksi. Sebagai faktor predisposisi adalah
urethra wanita yang pendek dan mudahnya terjadi kontaminasi yang berasal dari
vagina dan rektum. 5
Infeksi saluran kemih dalam kehamilan dapat bervariasi mulai dari
bakteriuria simptomatik hingga yang menimbulkan keluhan dan gejala sebagai
sistitis dan pielonefritis akut. Bakteriuria asimptomatik adalah adanya 100.000
bakteri atau lebih per milliliter urin dari penderita tanpa keluhan infeksi saluran
kemih. 5
Bakteriuria asimptomatik ditemukan pada 4-12 % dari wanita hamil dan
angka ini bervariasi tergantung pada suku bangsa, paritas, dan keadaan
sosioekonomi penderita. 30% dari bakteriuria asimptomatik tersebut berkembang
menjadi bakteriuria yang simptomatik dalam kehamilan yakni berupa sistitis atau
pielonefritis akut. 5
Beberapa penelitian membuktikan adanya hubungan antara bakteriuria
asimptomatik dengan partus prematur, pertumbuhan janin terhambat dan
preeclampsia. Suatu studi yang bersifat meta-analisa melaporkan bahwa eradikasi
bakteriuria tersebut dapat meningkatkan keluaran (outcome) partus prematurus
sehingga menganjurkan untuk melakukan skrining terhadap semua wanita hamil
guna mendeteksi adanya bakteriuria yang asimptomatik tersebut. 6
Pengaruh hormone progesterone terhadap tonus dan aktivitas otot-otot
dan obstruksi mekanik oleh pembesaran uterus dalam kehamilan merupakan
faktor predisposisi meningkatkan kapasitas buli-buli dan terdapatnya sisa urin
setelah berkemih pada ibu hamil. Perubahan pH urin yang disebabkan
meningkatnya ekskresi bikarbonas memberikan kemudahan untuk pertumbuhan
bakteri. Glikosuria juga sering terjadi pada kehamilan ini juga merupakan faktor
predisposisi berkembangnya bakteri dalam urin. 4,6
F. DIAGNOSIS
Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat. Gejala yang sering timbul
ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan,
disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Gejala klinis ISK sesuai dengan
bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu: 1
1. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri suprapubik,
disuria, frekuensi, urgensi, nokturia dan stranguria
2. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam tinggi, menggigil,
kram, sakit pinggang, muntah, skoliosis, dan penurunan berat badan.

Gambar 1. Hubungan antara lokasi infeksi dengan gejala klinis.1


Diagnosis dari infeksi saluran kemih dapat diketahui dari adanya keluhan
(bagi yang simptomatik) berupa: disuria, polakisuria, terdesak kencing (urgency),
stranguria, nokturia dan bila berat dapat dijumpai demam, menggigil, mual,
muntah serta nyeri pinggang pada pielonefritis. 6
Untuk mendeteksi bakteriuria diperlukan pemeriksaan bakteriologik yang
secara konvensional dilakukan dengan metode biakan dan ditemukannya jumlah
kuman > l00,000 colony forming unit /ml urine. Metode biakan ini tidak selalu
dapat dilakukan laboratorium sederhana, karena tidak semua laboratorium
mempunyai kemampuan untuk pembiakan itu, yang biayanya cukup tinggi dan
membutuhkan waktu yang lama. Yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
mikroskopik pewarnaan secara Gram, dengan ditemukannya kuman batang Gram
- negatif. Namun cara ini membutuhkan keahlian khusus. Selain itu dapat
dilakukan dengan hitung jumlah lekosit dalam urin untuk membantu diagnosis
bakteriuria yang infektif. Bahan pemeriksaan adalah urine arus-tengah pagi hari,
urine diambil sebelum subyek minum sesuatu untuk menghindarkan efek
pengenceran. 6
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit esterase,
protein, dan darah. Leukosituria merupakan petunjuk kemungkinan adanya
bakteriuria, tetapi tidak dipakai sebagai patokan ada tidaknya ISK. Sel-sel
darah putih (leukosit) dapat diperiksa dengan dipstick maupun secara
mikroskopik. Untuk mencegah timbulnya kontaminasi sampel urine oleh
kuman yang berada di kulit vagina atau prepusium, perlu diperhatikan cara
pengambilan sampel urine. Sampel urine dapat diambil dengan cara: (1)
aspirasi suprapubik yang sering dilakukan pada bayi, (2) kateterisasi per-
uretram pada wanita untuk menghindari kontaminasi oleh kuman-kuman di
sekitar introitus vagina, dan (3) miksi dengan pengambilan urine porsi tengah
atau midstream urine. Dikatakan bakteriuria jika didapatkan lebih dari 105 cfu
(colony forming unit) per mL, pada pengambilan sampel urine porsi tengah,
sedangkan pada pengambilan melalui aspirasi suprapubik dikatakan
bakteriruria bermakna jika didapatkan > 103 cfu per mL. 6
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting
terhadap dugaan adalah ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit
silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun
adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula
dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang
bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur. 3,5
Hematuri Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK,
yaitu bila dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen urin. Hematuria kadang-
kadang dapat menyertai infeksi saluran kemih, tetapi tidak dipakai sebagai
indikator diagnostik. Protein dan darah mempunyai sensitivitas dan spesifitas
yang rendah dalam diagnosis ISK Dapat juga disebabkan oleh berbagai
keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain
misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris. 3,5
Uji nitrit merupakan pemeriksaan tidak langsung terhadap bakteri
dalam urin. Dalam keadaan normal, nitrit tidak terdapat dalam urin, tetapi
dapat ditemukan jika nitrat diubah menjadi nitrit oleh bakteri. Sebagian besar
kuman Gram negatif dan beberapa kuman Gram positif dapat mengubah
nitrat menjadi nitrit, sehingga jika uji nitrit positif berarti terdapat kuman
dalam urin. Urin dengan berat jenis yang tinggi menurunkan sensitivitas uji
nitrit. Hasil palsu terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak,
infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter. 6
2. Radiologis dan Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.
Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena,
demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT
Scan. 1,2
H. PENATALAKSANAAN
1. Infeksi saluran kemih atas (ISKA)
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA) memerlukan
rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral
minimal 48 jam. Indikasi rawat inap pada PNA antara lain kegagalan dalam
mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotik oral, pasien
sakit berat, kegagalan terapi antibiotik saat rawat jalan, diperlukan investigasi
lanjutan, faktor predisposisi ISK berkomplikasi, serta komorbiditas seperti
kehamilan, diabetes mellitus dan usia lanjut.
The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga
alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam, sebelum
adanya hasil kepekaan biakan yakni fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau
tanpa ampisilin dan sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida.
2. Infeksi saluran kemih bawah (ISKB)
Prinsip manajemen ISKB adalah dengan meningkatkan intake cairan,
pemberian antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk
alkanisasi urin dengan natrium bikarbonat 16-20 gram per hari1,4
Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama antara lain
nitrofurantoin, ampisilin, penisilin G, asam nalidiksik dan tetrasiklin.
Golongan sulfonamid cukup efektif tetapi tidak ekspansif. Pada sistitis kronik
dapat diberikan nitrofurantoin dan sulfonamid sebagai pengobatan permulaan
sebelum diketahui hasil bakteriogram
I. KOMPLIKASI
Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana
(uncomplicated) dan ISK tipe berkomplikasi (complicated).
1. ISK sederhana (uncomplicated)
ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan
hamil pada umumnya merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan
tidak menyebablan akibat lanjut jangka lama.
2. ISK tipe berkomplikasi (complicated)
ISK tipe berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan
pasien dengan diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS)
merupakan risiko untuk pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi glomerulus
(LFG).
Komplikasi emphysematous cystitis, pielonefritis yang terkait spesies
kandida dan infeksi gram negatif lainnya dapat dijumpai pada pasien DM.
Pielonefritis emfisematosa disebabkan oleh MO pembentuk gas seperti E.coli,
Candida spp, dan klostridium tidak jarang dijumpai pada pasien DM.
Pembentukan gas sangant intensif pada parenkim ginjal dan jaringan nekrosis
disertai hematom yang luas. Pielonefritis emfisematosa sering disertai syok
septik dan nefropati akut vasomotor.
Abses perinefritik merupakan komplikasi ISK pada pasien DM (47%),
nefrolitiasis (41%), dan obstruksi ureter (20%).
J. PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan
penyembuhan 100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika
yang diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau
sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada
pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua ginjal
telah mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk
mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi
dapat merupakan pilihan utama. 2,3
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna,
kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila
diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi mudah
dikenal dan diberantas. 2,3
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009. Hal
553-557.
2. Yulianto. Pola Kepekaan Antibiotic Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2009. Hal: 1-6.
3. Samirah, Darwati, Windarwati, Hardjoeno. Pola Dan Sensitivitas Kuman Di
Penderita Infeksi Saluran Kemih (Bacterial Pattern And It’s Sensitivity In
Patients Suffering From Urinary Tract Infection). Indonesian Journal Of
Clinical Pathology And Medical Laboratory. Vol. 12, No. 3, Juli 2006: 110-
113.
4. Wilson L.M. Infeksi Traktus Urinarius. In Price S.A, Wilson L.M.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi VI. EGC.
2007. Hal: 918-924.
5. Febrianto A.W, Mukaddas A, dan Faustine I. Rasionalitas Penggunaan
Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) Di Instalasi Rawat Inap
RSUD Undata Palu Tahun 2012. Online Jurnal Of Natural Science Vol. 2(3):
20-29 ISSN: 2338-0950 Desember 2013. Hal: 20-28.
6. Kepekaan Kuman Terhadap Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih.
Universitas Sumatera Utara. 2009. Hal: 1-19.

Anda mungkin juga menyukai