Anda di halaman 1dari 17

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran FEBRUARI 2019


Universitas Halu oleo

SINDROM NEFRITIK AKUT

Oleh :
Wa Ode Sharly Saera
(K1A109027)

Pembimbing
dr.Yeni Haryani, M.Kes. Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : AN. Alika
Tanggal Lahir : 06 MEI 2015
Umur : 3 Tahun 8 Bulan
Jenis kelamin : Perempuan
BBL : Lupa
PBL : Lupa
BB masuk : 14 Kg
PB masuk : 96 cm
Agama : ISLAM
Suku/Bangsa :-
Alamat : Desa Laudipo,Kec Moramo
No. RM : 10 74 65
Tanggal masuk : 15 JANUARI 2019

B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan Ayah pasien
Keluhan utama : Bengkak
Anamnesis Terpimpin :
Pasien anak perempuan, berusia 7 tahun 8 bulan tampak bengkak
seluruh tubuh sejak 3 hari yang lalu. Bengkak diawali pada kelopak mata
terutama pada pagi hari saat bangun tidur dan bengkak berkurang setelah
siang dan sore hari. Bengkak kemudian menjalar ke wajah, perut, kaki dan
seluruh tubuh, Selama Bengkak pasien mengeluh volume urin
berkurang,frenkuesi urin jarang serta warna urin berwarna kuning jernih.
sebelum nya pasien mengalami batuk kurang lebih 1 minggu yang lalu,batuk
berdahak (+),pasien juga mengalami flu (+).
Pasien juga mengalami deman 2 hari yang lalu,demam turun karena
diberikan obat sanmol.Kejang(-),mual dan muntah (-),nafsu makan menurun,
BAB kesan normal.
Riwayat pengobatan sebelum masuk RS : obat penurun panas (sanmol) di
berikan saat pasien berada di puskesmas moramo
Riwayat kontak dengan penderita batuk : tidak di ketahui
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki
keluhan serupa, tidak ada riwayat alergi,kencing manis, dan darah tinggi pada
keluarga pasien.
Riwayat ISPA : di sangkal oleh ayah pasien
Riwayat Infeksi Kulit : di sangkal oleh ayah pasien
Riwayat penyakit dahulu : kejang demam sederhana
Riwayat imunisasi : Lengkap sesuai umur
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang, gizi baik (96%), compos mentis
Antropometri : BB : 14 kg │PB : 96cm │LK : 47 cm│LD : 50 cm │LP :
48 cm│LLA : 15 cm
Tekanan Darah :100/70
Nadi : 100 kali/menit
Pernapasan : 26 x/menit
Suhu : 37,0O C
Pucat : (+) Sianosis : (-) Turgor : Baik
Ikterus : (-) Tonus : Baik Busung/edema : (+)
Keadaan spesifik
Kulit : Turgor baik, peteki (-), purpura(-), ekimosis(-),
Gigi :
212 212
212 212

Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah tercabut
UUB : Tertutup (+)
Mata : Edema palpebra (+) Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor (+/+), cekung (-)
Telinga: Otorhea (-) hiperemis (-)
Hidung : Rinorhea (+), nafas cuping hidung (-)
Bibir : Kering (-), pucat (+)
Lidah : Kotor (-), tremor (-)
Mulut : Stomatitis (-) kandidiasis (-)
Tenggorok : Hiperemis (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
Leher : Kaku kuduk (-), pembersaran KGB (-)
Dada
Paru-paru :

Inspeksi : Simetris Kiri = Kanan, Retraksi (-)


Palpasi : massa (-/-), nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Bunyi pernapasan : bronkovesikuler (+/+)
Bunyi tambahan : ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Iktus cordis tidak nampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
: Batas kiri ICS V Linea Midclavicularis sinistra
: Batas kanan ICS IV Linea parasternalis dekstra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II, murni regular, murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, Ascites : shifting dullness (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) dalam batas normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-) , massa tumor (-)
Limpa : Spleenomegali (-/-)
Hati : Hepatomegali (-/-)
Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
Alat kelamin : Tidak ada kelainan
Anggota gerak : Edema pretibial dan dorsum pedis (+), akral teraba
hangat,pucat -, CRT normal
Tasbeh : (-)
Col. vertebralis : skoliosis (-), spondilitis (-)
KPR : +/+
APR : +/+
Reflex patologis : oppenheim(-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah Rutin (15/01/2019)
Hasil Nilai Rujukan

WBC 6,8 x 103 4,00 – 10,00

LYM% 43,5 20,0-40,0

MXD% 10,0 4,0-18,0

GRA% 46,5 40,0-60,0

RBC 3,85 x 106 4,00 – 6,00

HGB 9,6 g/dl 12,0 – 16,0

HCT 29,8 % 37,0 – 48,0

PLT 405x 103/ µL 150 – 400

MCV 77,3 80.0-97.0

MCH 24,9 26,5-33,0

MCHC 32,2 31,5-35


Kimia darah (15/01/2019)

Kimia darah Hasil Nilai Rujukan

Albumin 3,1 3,5-5,5 gr/dL

Kolesterol Total 134 <200 mg/dl

Pemeriksaan Urinalisis (15/01/2019)


Kimia Urin Hasil Nilai Rujukan

Glukosa - <30mg/dl

Protein - <10mg/dl

Bilirubin - Negatif

Urobilinogen - <1 mg/dl

pH 5,0 4,8-7,4

Berat jenis 1,020 1,003-1,029

Eritrosit 3+ Negatif

Keton - Negatif

Nitrite - Negatif

Leukosit - Negatif

Vit. C - Negatif

Makroskopis Hasil Nilai Rujukan

Warna Kuning muda Kuning muda

Kejernihan Jernih Jernih

Mikroskopis Hasil Nilai Rujukan


Eritrosit +++ 0-3/LPD

Leukosit 0,1 0-5LPD

Epitel skumous 2-3 5-15/LPK

Epitel torak - 0-2/LPK

Epitel kuboid - 0-2/LPK

Bakteri - 0/LPB

Torak hialin - 0-2/LPK

Kristal abnormal - 0/LPK

E. RESUME
Pasien anak perempuan, berusia 7 tahun 8 Pasien tampak bengkak
seluruh tubuh sejak 3 hari yang lalu. Bengkak diawali pada kelopak mata
terutama pada pagi hari saat bangun tidur dan bengkak berkurang setelah
siang dan sore hari. Bengkak kemudian menjalar ke wajah, perut, kaki dan
seluruh tubuh, Selama Bengkak tersebut penderita mengeluh pula buang air
kecil nya menjadi jarang atau sedikit sedikit sebelum nya pasien mengalami
batuk kurang lebih 1 minggu yang lalu,batuk berdahak (+),pasien juga
mengalami flu (+).
Pasien juga mengalami deman 2 hari yang lalu,demam turun karena
diberikan obat sanmol.Kejang (-),mual dan muntah (-),nafsu makan
menurun,BAB kesan normal.
Riwayat pengobatan sebelum masuk RS : sanmol
Riwayat kontak dengan penderita batuk : tidak di ketahui
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki
keluhan serupa, tidak ada riwayat alergi,kencing manis, dan darah tinggi
pada keluarga pasien.
Riwayat ISPA : Pasien tidak mengeluh sesak nafas
Riwayat Infeksi Kulit : pasien tidak mengeluh adanya luka di kulit
Riwayat penyakit dahulu : kejang demam sederhana
Riwayat imunisasi :
Pemeriksaan fisis ditemukan keadaan umum sakit sedang, sadar,
gizi baik (96%). P= 24 x/menit, S=37,0ºC. Mata = Edema
palpebra(+),anemis (+), telinga=otorea(-) hiperemis (-), hidung = rhinore(+),
mulut = bibir kering(-), pucat (+), sianosis (-), tonsil (T1/T1), leher=
perbesaran KGB (-), pemeriksaan thorax= inspeksi= retraksi (-), simetris
ka/ki, palpasi = massa (-), krepitasi (-), perkusi = sonor +/+, auskultasi =
bronkovesikular +/+, rhonkhi -/-, wheezing -/-. Ekstremitas= Pitting
edema(+) pada ekstremitas bawah,akral hangat, CRT normal.
Pemeriksaan penunjang darah rutin (15/01/2019) WBC=
6,8x103/uL, LYM=43,5 MXD% = 10,0 GRA% = 46,5 RBC=3,85x10 6
HGB=9,6g/dl HCT=29,8% PLT=405x 103/ µL MCV=77,3 MCH=24,9
MCHC=32,2 Kimia darah (15/01/2019) albumin 3,1 gr/dl,kolesterol
total=134
Pemeriksaan urinalisis,kimia urin (15/01/2019) pH=5,0 berat jenis 1,020
eritrosit 3+
Makroskopis (15/01/2019) warna=kuning muda,kejernihan=jernih
Mikroskopis (15/01/2019) eritrosit=+++ leukosit = 0,1 epitel skumous =2-3

F. ANJURAN PEMERIKSAAN
- ASTO
- Darah Rutin
- Kimia darah : Ureum kretinin, C3 komplemen
- Pemeriksaan urinalisasi
G. DIAGNOSA KERJA
Sindrom Nefritik Akut

H. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi Farmakologi
 Tirah baring  Cefixime 2x1 cth
 Minum air yang  Furosemide 2x20 mg
 Captropil 2x6,25 mg
cukup
 Diet rendah protein
 Diet rendah garam
 Edukasi
ibu/keluarga pasien
 Rawat biasa ruang
biasa
 Pantau 24 jam
 Tampung urin 24
jam

I. FOLLOW UP
Tanggal Perjalanan penyakit Intruksi pengobatan

15/01/2019 S : Bengkak seluruh tubuh (+),  Cefixime 2x1 cth


Lemas (+), Batuk (+) berdahak,  Furosemid 2x10 mg
 Captopril 2x6,25 mg
Deman (-), BAK sedikit, BAB  Pantau 24 jam
kesan normal.  Pantau urin 24 jam
O:  Cek Lab
TD : 100/80mmhg
N: 100x/menit
P : 26x/menit
S : 37,00C
BB : 14 kg
Darah Rutin (15/01/2019):
HGB : 9,6 gr/dl
LYMP : 43,5%
Kimia Darah (15/01/2019) :
Albumin 3,1 gr/dl
Urinalisis (15/01/2019) :
Kimia Urine : Eritrosit +++
Makroskopis :
Eritrosit +++
A : SNA

`16/01/2019 S : Bengkak seluruh tubuh (+),  Cefixime 2x1 cth


Lemas (+), Batuk (+) berdahak,  Furosemid 2x20 mg
 Captopril 2x6,25 mg
Deman (-), BAK sedikit, BAB  Pantau 24 jam
kesan normal.  Pantau urin 24 jam
O:
TD : 90/60mmhg
N: 100x/menit
P : 24x/menit
S : 36,50C
BB : 14 kg
Darah Rutin (15/01/2019):
HGB : 9,6 gr/dl
LYMP : 43,5%
Kimia Darah (15/01/2019) :
Albumin 3,1 gr/dl
Urinalisis (15/01/2019) :
Kimia Urine : Eritrosit +++
Makroskopis :
Eritrosit +++
A : SNA

17/01/2019 S : Bengkak seluruh tubuh  Cefixime 2x1 cth


menurun, Lemas (-), Batuk (-)  Furosemid 2x20 mg
 Captopril 2x6,25 mg
Deman (-), BAK kesan normal,  Aff infus
BAB kesan normal.  Pasien di bolehkan
O: pulang
TD : 90/60mmhg
N: 100x/menit
P : 26x/menit
S : 36,00C
BB : 14 kg
Darah Rutin (15/01/2019):
HGB : 9,6 gr/dl
LYMP : 43,5%
Kimia Darah (15/01/2019) :
Albumin 3,1 gr/dl
Urinalisis (15/01/2019) :
Kimia Urine : Eritrosit +++
Makroskopis :Eritrosit +++
A : SNA

BAB II
ANALISIS KASUS

A. DIAGNOSIS
Diagnosis yang ditegakkan pada pasien ini adalah sindrom nefritik akut.
Sindrom nefritik merupakan sindrom (kumpulan gejala) yang terjadi akibat
berbagai penyakit yang mempengaruhi ginjal yang menyebabkan gejala
proteinuria, penurunan tingkat albumin dalam darah, akumulasi garam dan air.
Pasien ini merupakan pasien perempuan usia 7 tahun, yang dimana
sindrom ini dapat terjadi pada semua usia. Kasus SNA banyak terjadi pada
anak laki-laki dengan kisaran usia 18 bulan sampai 4 tahun.
Pasien tampak bengkak seluruh tubuh sejak 3 hari yang lalu, awalnya
pada kelopak mata yang kemudian menjalar ke wajah, perut, kaki dan seluruh
tubuh. BAK jarang dan urin sedikit. Riwayat batuk berdahak disertai flu
kurang lebih 1 minggu sebelumnya. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya
edema palpebra, konjungtiva anemis, rinorhea, edema pitting pada kedua
tungkai. Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan HGB=9,6g/dl, kimia darah
albumin 3,1 gr/dl, dan urinologi didapatkan eritrosit=+++ leukosit = 0,1 epitel
skumous =2-3.
Gejala tersebut sesuai dengan temuan klinis pada kasus sindrom nefritik
akut (SNA) yang ditandai dengan edema, hematuria, hipertensi dan
insufisiensi ginjal. Penyebab tersering sindrom nefritik akut di Indonesia
adalah infeksi streptokokus b hemolitikus grup A. Tidak semua penderita
sindrom nefritik akut menunjukkan hematuria makroskopik.
Sekitar 50% penderita tidak menunjukkan gejala. Gejala yang muncul
sekitar 1-2 minggu setelah infeksi faringeal oleh streptokokus ataupun 4-6
minggu setelah pioderma karena streptokokus. Jika ada gejala, yang pertama
kali muncul adalah penimbunan cairan disertai pembengkakan jaringan
(edema), berkurangnya volume air kemih dan air kemih berwarna gelap
karena mengandung darah. Edema muncul dari retensi garam dan air dan
nefrotik sindrom bisa muncul pada 10-20% kasus. Edema subglotis akut
dan membahayakan jalan napas juga telah dilaporkan. Pada awalnya
edema timbul sebagai pembengkakan di wajah dan kelopak mata, tetapi
selanjutnya lebih dominan di tungkai dan bisa menjadi hebat. Tekanan darah
tinggi dan pembengkakan otak bisa menimbulkan sakit kepala, gangguan
penglihatan dan gangguan fungsi hati yang lebih serius.
Gejala spesifik seperti malaise, letargi, nyeri abdomen, dan demam
kadang muncul. Abnormalitas akut secara general akan selesai pada
2-3 minggu. Komplemen dapat normal pada 3 hari awal atau paling lambat
30 hari setelah onset. Walaupun mikroskopik hematuri dapat muncul selama
setahun, kebanyakan anak sembuh sempurna. Keadaan ginjal yang memburuk
secara persisten, abnormalitas urin selama 18 bulan, Hipokomplementemia
persisten, dan sindrom nefrotik adalah tanda berbahaya. Jika salah satu
muncul, maka merupakan indikasi untuk biopsi renal. Sekitar 50% penderita
tidak menunjukkan gejala. Jika ada gejala, yang pertama kali muncul adalah
penimbunan cairan disertai pembengkakan jaringan (edema), berkurangnya
volume air kemih dan air kemih berwarna gelap karena mengandung darah.
Pemeriksaan darah menunjukan adanya anemia(kadang sifatnya berat)
dan peningkatan jumlah sel darah putih. Pemeriksaan darah untuk menilai
fungsi ginjal menunjukkan adanya penimbunan limbah metabolik yang
bersifat racun. Pada usg atau ronsen, pada awalnya ginjal tampak membesar
tetapi kemudian akan mengisut untuk memperkuat diagnosis seringkali
diadakan biopsi pengambilan contoh jaringan ginjal untuk diperiksa dengan
mikroskop. Juga dilakukan periksaan darah untuk antibodi dan infeksi. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan :
1. Kadar Hb turun karena hipervolemia

Pada pemeriksaan urin didapatkan :

1. Jumlah urin (1cc/kgbb/jam)


2. Berat jenis meninggi
3. Hematoria mikroskopik sel darah merah dan sedimen protein
4. Albumin dalam urin (+)  proteinuria
5. Eritrosit (+++)
6. Leukosit (+)
7. Silinder leukosit
8. Eritrosit healin
9. Ureum dan kretinin darah meningkat
10. Albumin serum ( globulin beta- IC ) sedikit menurun
11. Titer anti-streptolisin umumnya meningkat.
12. Uji fungsi ginjal normal pada 50% penderita
13. Kadar BUN dan kreatinin serum meningkat
Sindroma nefritik akut mengikuti infeksi saluran pernapasan atau infeksi
pada kulit yang disebabkan oleh strain “nefritogenik” dari streptokokus ß-
hemolitikus group A. Faktor yang menyebabkan hanya strain “nefritogenik”
dari streptokokus ß-hemolitikus group A ini belum diketahui secara pasti.
Sindrom nefritik akut biasnaya mengikuti streptokokus faringeal, selama
musim hujan dan infeksi streptokokus pada kulit atau pioderma selama musim
panas. Walaupun epidemik dari nefritis telah dijelaskan dalam hubungannya
dengan infeksi tenggorokan (serotipe 12) dan infeksikulit (serotipe 49),
pneyakit ini secara umum bersifat sporadis. Glomeruli mengalami kerusakan
akibat penimbunan antigen dari kumpalan bakteri streptokokus yang mati
dan antibodi yang menetralisirnya.Gumpalan ini membungkus selaput
glomeruli dan mempengaruhi fungsinya.
Nefritis Glomerulus atau Radang Ginjal adalah radang yang terjadi
karena adanya kerusakan nefron, khususnya pada bagian glomerulus ginjal
akibat infeksi kuman umumnya bakteri streptococus. Akibat nefritis ini
seseorang akan menderita uremia atau edema. Uremia adalah masuknya
kembali urine (C5H4N4O3) dan urea ke dalam pembuluh darah sedangkan
edema adalah penimbunan air di jaringan karena terganggunya reabsorpsi air.
Sindroma nefritis akut dapat dipengaruhi oleh faktor iklim, keadaan gizi,
keadaan umum dan faktor alergi pasca infeksi denga kuman Streptococcuss.
Ada beberapa penyebab glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering
ditemukan disebabkan karena infeksi dari streptokokus, penyebab lain
diantaranya:
1. Bakteri: streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus Viridans,
Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus
albus,Salmonella typhi dll
2. Virus: hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus, influenza,
parotitis epidemika dll
3. Parasit: malaria dan toksoplasma

B. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaan yang dianjurkan pada pasien SNA ialah sebagai
berikut:
1. Istirahat selama 2 minggu
2. Makanan pada fase akut berikan makanan rendah protein (1g / BB kg / hari)
dan rendah garam ( 1 g/ hari)
3. Obati hipertensi
4. Bila anuria berlangsung lama ( 5-7 hari) maka ureum harus dikeluarkan dari
dalam darah dengan beberapa cara misalnya, peritoneum dan hemodialisis
5. Diuretik furosemid inttravena ( 1 mg /BB kg / hari) dalm 5-10 menit tidak
berakibat pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
6. Bila timbul gagal jantung, berikan digitalis, sedatifum dan oksigen.

Pengobatan tergantung kepada penyebab penyakit serta jenis dan beratnya


gejala. Tujuan utama dari pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala-
gejalanya. Untuk mengendalikan tekanan darah tinggi diberikan obat anti-
hipertensi dan pembatasan asupan garam, cairan serta protein.Untuk mengatasi
gagal ginjal dan memperpanjang harapan hidup penderita, dilakukan dialisa atau
pencangkokan ginjal. Jika hasil biopsi menunjukkan bahwa penyakitnya berat,
maka segera dimulai pemberian obat.Kortikosteroid dosis tinggi biasanya
diberikan secara intravena selama 1 minggu dan selanjutnya diberikan per-oral.
Pasien dapat diberikan siklofosfamid atau azathioprine (obat untuk menekan
aktivitas sistem kekebalan). Selain itu, bisa dilakukan tindakan plasmaferesis,
yaitu suatu prosedur untuk membuang antibodi dari darah penderita. Jika
penyakit berkembang lebih lanjut, maka satu-satunya pengobatan yang efektif
adalah dialisa. Pilihan lainnya adalah pencangkokan ginjal

C. Komplikasi
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagia
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia dan
hidremia. Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada
anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang
di perlukan.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena
hipertensi.Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah
dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan
anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki
basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang
bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga
disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar
dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di
miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping
sintesis eritropoetik yang menurun.
D. PROGNOSIS

Penyakit ini dapat sembuh sempurna dalam waktu 1-2 minggu bila tidak
ada komplikasi, sehingga sering digolongkan ke dalam self limiting disease.
Walaupun sangat jarang, SNA dapat kambuh kembali.
Pada umumnya perjalanan penyakit SNA ditandai dengan fase akut yang
berlangsung 1-2 minggu, kemudian disusul dengan menghilangnya gejala
laboratorik terutama hematuria mikroskopik dan proteinuria dalam waktu 1-12
bulan. Pada anak 85-95% kasus SNA sembuh sempurna, sedangkan pada orang
dewasa 50-75% SNA dapat berlangsung kronis, baik secara klinik maupun secara
histologik atau laboratorik. Pada orang dewasa kira-kira 15-30% kasus masuk ke
dalam proses kronik, sedangkan pada anak 5-10% kasus menjadi
glomerulonefritis kronik. Walaupun prognosis SNA baik, kematian bisa terjadi
terutama dalam fase akut akibat gangguan ginjal akut (Acute kidney injury),
edema paru akut atau ensefalopati hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

1.Price, Sylvia A, 1995 Patofisiologi :konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4,


EGC, Jakarta.

2.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Glomerulonefritis akut, 835
839,Infomedika, Jakarta.

3. Ilmu Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15,


Glomerulonefritis akut pasca streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta.
4. markum. M.S, Wiguno .P, Siregar.P,1990, Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit
Dalam II, 274-281, Balai Penerbit FKUI,Jakarta.

5.konsesus IDAI,Glomerulonefritis Akut pasca streptokokus. Jakarta2012

Anda mungkin juga menyukai