Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH CASE V

BLOK DMS

Disusun oleh:
Kelompok Tutorial A-2
Tutor : dr. Erna Harfiani M.Biomed

1. Cantya Dhea Ramadhanty 1710211019


2. Trivena Permata Putri 1710211031
3. Hikmah Nur Sholehati 1710211049
4. Rr. Ghina Nabila Aisyah MR 1710211097
5. Fellicia Naurah Andryas 1710211100
6. Gabieola Chintya Melati 1710211109
7. Dhea Widanti 1710211121
8. Winsca Maghfirda Yasya 1710211122
9. Achmad Rifaldi Triatmojo 1710211123
10. Ahmad Syarif Shahab 1710211135

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini, penyusun akan menjelaskan basic science dari BLOK DMS,
meliputi anatomi, histologi, dan histopatologi penyakit kulit dengan lebih detail diperlihatkan
dalam rincian daftar isi.

Selama pembuatan makalah ini, penyusun ingin berterima kasih kepada pihak yang
telah membantu, baik itu bantuan yang berupa pengajaran dan bimbingan, ataupun dukungan
moril dr.Erna selaku tutor pembimbing A2, dan teman-teman kelompok tutorial A2 yang telah
ikut berperan dalam menyusun makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga akan ada
penyusunan makalah yang lebih baik lagi di lain kesempatan.

Ketercapaian makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan apresiasi para
pembaca untuk menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih mendalam terhadap salah satu
bentuk kecil dengan berbagai perannya yang penting bagi tubuh kita, ialah mengenai
jaringan. Semoga dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 22 Februari 2018

Penyusun
OVERVIEW CASE

Tn.M (45)

Keluhan Utama: Nyeri di tungkai , tidak bisa digerakan

RPS RPD RPK RPsos


- Tertabrak saat menyebrang - - -
- Tungkai kiri menghantam aspal
- Kepala tidak terbentur
- Bagian menonjol pada paha kiri
HIPOTESIS

1. Fraktur Femur tertutup


2. Fraktur Femur 1/3 proximal
3. Dislokasi
4. Fraktur Femur terbuka
1. Pemeriksaan Fisik
A. Primary Survey
- Airway ; Clear
- Breathing : Spontan , 20 x / menit
- Circulation : TD140/90 mmHg

: Nadi 98x/menit, adekuat , reguler

- Disability : Alert
- Exposure : Bebas , tidak ada luka terbuka
B. Status Generalis
- Keadaan Umum : Tampak kesakitan
- GSC : E4M6U5
- Tanda Vital :
TD : 140/90 mmHg
RR : 20x/mnt
Nadi : 98x/menit
Suhu : 37ºC
VAS : 8-9
- Kepala-Leher : Tidak ada jejas
- Thorax : dBn
- Abdomen : dBn
C. Status Lokalis
-Look ; Deformitas regio femoralis , Angulasi ke anterofemoral
dengan edema , tidak ada ekoviasi , tidak ada vulvus laceartum/
vulvus schizum
- Feel : (+) Nyeri tekan , (+)Krepitasi , (+) Nyeri sumbu , Jari-jari
teraba hangat , tidak teraba defisit sensorik capillary refill time
<2 detik , Pulpasi arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior +/+
- Move : (+) Nyeri gerak , lingkup gerak sendi belum dapat dinilai.
Pasien tidak bisa gerak sendi panggul & lutut. Bisa gerak jari
kaki & pergelangan kaki.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb :13.9 mg/dl
Ht : 42%
Leukosit : 9,5ribu
Trombosit :187
Gula darah Sewaktu : 195mg/dl
Keton : 0,1
Ureum :39
Kreatinin : 1,1
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
- EKG : irama sinus , frekuensi denyut jantung 98x/menit
- Xray thoraks AP :
 Sinus dan diafragma normal
 Jantung CTR < 50%
 Paru-paru tak tampak infilrasi
 Corakan brokovasculer prominan
 Hilus & pleura normal , tulang-tulang & jaringan lunak normal
- Pelvis AP
o Tak tampak garis fraktur di os ilium dan os pubis kiri kanan
o Tak tampak spur formation , tak tampak listhesis simfisis pubis dan
sacroiliaka kira kanan
o Tak tampak dislokasi caput femuris kiri kanan
o Kesan : Tak tampak kelainan di tulang pelvis
- Femur sinistra AP/LAT
o Tak tampak femur 1/3 proximal
o Tak tampak disposisi sela sendi
o Tak tampak kalsifikasi di jaringan lunak
o Kesan : Fraktur os femur 1/3 proksimal sinistra

DIAGNOSIS
Fraktur tertutup femur 1/3 proksimal undisplaced tanpa komplikasi neurovaskuler

Tata Laksana

1. Pasang IVFD 2 jalur RL 500CC dalam 2 jam

2. Oksigen 4L/menit dengan nasal kanul

3.Analgetik : Tramadol drip 200 mg dalam 500 cc RL , ketorolac 30mg IV bolus

4. Ondansentron 3x4 mg IV + Omeprazol 1xsehari IV

5. Imobilisasi dengan spalk 3 sisi dari panggul ke lutut

6.Pasang DC monitor urin output

7. ATS/TT IM

8.Konservatif dengan traksi atau direncanakan untuk operatif dengan ORIF

BASIC SCIENCE
A. OTOT
a. Definisi
- Muscle  organ yang menghasilkan gerak pada organisme hewan melalui
kontraksi (Dorland)
b. Fungsi
 Memproduksi Gerakan Tubuh
Gerakan-gerakan yang dilakukan tubuh kita membutuhkan fungsi yang
terintegrasi daripada otot skeletal, tulang, dan sendi.
 Menstabilisasi Posisi Tubuh
Kontraksi otot skeletal menstabilisasi sendi dan membantu menjaga posisi
tubuh, seperti berdiri dan duduk.
 Menyimpan dan Menggerakkan Substansi dalam Tubuh
Storage dapat dilakukan oleh kontraksi dari otot halus yang berbentuk seperti
gelang atau disebut sebagai sphincters, yang mencegah keluarnya konten dari
organ dalam.
Ex : Otot cardiac pada jantung; otot halus pada pembuluh darah
 Menggenerasi Panas
Saat jaringan otot berkontraksi, ia menghasilkan panas, sebuah proses yang
disebut thermogenesis. Kontraksi involunter dari otot skeletal, disebut
menggigil, merupakan cara meningkatkan produksi panas.
c. Properti/Kemampuan Jar. Otot
 Electrical Excitability
Kemampuan untuk merespon sebuah stimuli tertentu dengan cara
memproduksi sinyal elektrik yang disebut dengan potensial aksi (impuls)
 Contractility
Kemampuan otot untuk berkontraksi secara paksa ketika distimulasi oleh
potensial aksi.
Ketika sebuah otot skeletal berkontraksi, ia akan menggenerasi tekanan
selagi ia menarik tempat-tempat ia berikatan.
 Extensibility
Kemampuan otot untuk meregang, dalam Batasan tertentu, tanpa terluka
 Elasticity
Kemampuan otot untuk kembali ke panjang dan bentuk originalnya setelah ia
berkontraksi dan ekstensi
d. Komponen

 Komponen Jaringan Ikat


 Lapisan Subkutan
Memisahkan otot dan kulit, terkomposisi atas jar ikat aerolar dan jar
adipose. Ia memberi jalan bagi pembuluh darah, pemb limfe, dan saraf
untuk keluar masuk otot.
Jar adiposa menyimpan gliserida, mengurangi heat loss, dan melindungi
otot dari trauma fisik
 Fascia
Lapisan padat jaringan ikat irregular yang melapisi dinding tubuh dan
ekstremitas juga menopang dan menyelimuti otot dan organ tubuh
lainnya.
Fascia memungkinkan pergerakan otot yang bebas; membawa saraf,
pemb darah, pemb limfe; mengisi ruang
 Tiga Lapisan
Tiga lapisan yang berekstensi dari fascia yang berfungsi melindungi dan
memperkuat otot skeletal:
Epymisium, Paramysium, endomysium
 Saraf dan Suplai Darah
Sebuah arteri dan satu atau dua buah vena mendampingi setiap saraf yang
mempenetrasi otot skeletal. Neuron yang menstimulasi otot skeletal untuk
berkontraksi disebut somatic motor neuron. Setiap serat otot berdekatan
dengan satu atau lebih kapiler
 Anatomi Mikroskopis Serat Otot
 Protein Otot

e. Mekanisme Otot
B. Origo & Insersio
Origo  ikatan dekat garis tengah tubuh pada tulang yang lebih stabil. Perut otot
biasanya lebih dekat dengan origo
Insersio  ikatan ke ujung (distal) dimana sistem rangka lebih siap digerakkan dan
ujung tendon biasanya lebih panjang
C. TULANG

Anatomi
Diafisis (batang)
- Tulang kompakta
- Terbungkus periosteum
Epifisis (ujung tulang)
- Tulang kompakta & spongiosa
- Terbungkus periosteum & kartilago artikular
Metafisis
- Diantara diafisis dan epifisis
Kartilago articular
- Tempat melekatnya sendi
Periosteum
- Jar ikat pembungkus os (tl keras)
Medullary cavity dan pemb. Darah
- rongga dalam diafisis berisi sumsum tulang kuning
Endosteum
- Membran tipis pembentuk medullary cavity

Tulang kompak
Tulang Spongiosa
- Bagian dalam memiliki rongga berisi sumsum tulang merah

FUNGSI TULANG
1. Support
Untuk menopang tubuh
2. Protection
Meliindungi organ dalam
3. Assistance in movement
Sebagai alat gerak pasif
4. Mineral storage
Ca & p
5. Blood cell production
Tempat produksi sdm di sumsum tl merah

KLASIFIKASI BENTUK
• Tulang panjang
- Batang dengan kepala pada kedua ujung
Mis: Tulang kaki & tangan, kecuali pergelangan & mata kaki
• Tulang pendek
- Kubus, kebanyakan spongiosa
Mis: pergelangan tangan, patella
• Tulang pipih
- Tipis, datar
Mis: tengkorak, iga, sternum
• Tulang iregular
- Mis: vertebra, spenoid, etmoid
• Tulang sesamoid
- Berkembang dalam tendon
Mis: patela

STRUKTUR
• Tulang kompakta
 Sistem Havers
• Tulang spongiosa
 Trabekula & spikula
 Tanpa sistem Havers
• Sumsum Tulang:
 Merah: hematopoetik
 Kuning: lemak

KOMPONEN
1. Matriks
 Organik:
 95 % serat: kolagen I
 5 % substansi dasar:
 Proteoglikan: kondroitin sulfat & keratan sulfat
 Glikoprotein: osteonektin, osteokalsin, osteopontin, sialoprotein
 Inorganik:
 85% Ca(PO4)2: membtk kristal hidroksi apatit
 10% CaCO3
 5% elemen lain
2. Sel Tulang
1. Osteoprogenitor
• mampu mitosis
• Dalam periosteum, endosteum, kanal Havers
2. Osteoblas
• Sintesis matriks organic
• Reseptor paratiroid
• Dalam osteoid (matriks yang tidak terkalsifikasi)
3. Osteosit
• Sel tulang matang
• Dalam lakuna
4. Osteoklas
• Multinukleat
• Asal: progenitor makrofag granulosit
• Fungsi: resorbsi
PERKEMBANGAN TULANG
1. Tulang primer/immature /woven bone  tulang kompak/lamellar
2. Tulang struktur dinamis: resorpsi & remodelling
3. Tua: resorpsi tinggi

 Intramembranosa (Desmal)
Mesenkim  osteoblas  + kolagen, + osteoid (matriks tanpa Ca)  + Ca  osteosit
 Endokondral (intrakartilaginosa)
Berasal dari degenerasi kartilago
1. Zona tenang/istirahat/kartilago cadangan
2. Zona proliferasi: mitosis kondrosit
3. Zona hipertrofi & maturasi : akumulasi glikogen kondrosit
4. Zona kalsifikasi: kondrosit mati
5. Zona osifikasi: vaskular masuk, undifferentiated cell  osteoblas

FISIOLOGI TULANG
- BONE FORMATION & RESORPTION
Bone is constantly being resorbed and formed
Modelling
o Processes involved in formation of the skeleton
o Most active during childhood and adolescence
Ceases at maturity (age 18-20 yrs)
o Long bones increase in diameter, change shape and develop a marrow cavity
related to stresses and strains imposed on skeleton by gravity and other factors
o Bone strength adjustment to heavy loads /mechanical forces  changes in
bone shapes and thickness  bone rearrangement for proper support
Bone is constantly being resorbed and formed
Remodelling
 Processes occurring at bone surfaces before and after adult development to
maintain the structural integrity of the bone that continues throughout adult
life
 No net gain or loss of skeletal mass after longitudinal growth has ceased. Bone
resorption equally balanced by bone formation in a healthy skeleton
 Local process: bone-remodeling units  osteoclasts resorb bone, osteoblasts
form new bone
 100 day cycle (3-4 months; 3 weeks resorption by osteoclasts, deposition
afterwards by osteoblasts)
 5% of bone mass is remodeled at any one time by + 2 million bone-
remodeling units; 4% per year for compact bone, 20% per year for trabecular
bone

Equilibrium Between Bone Deposition and Absorption


o In growing bones, the rate of bone deposition exceeds that of bone
absorption
o The epiphyses of long bones fuse  growth ceases  maximal height
achieved (20-21 yrs)  peak bone mass age (35 yrs): the rate of bone
deposition and bone absorption are equal / constant total bone mass /
plateau
o After 35 yrs: the rate of bone absorption exceeds that of bone
deposition  osteopenia  osteoporosis
Repair of a fracture
 Maximal activation of all periosteal and intraosseous osteoblasts at the
fracture site
 Immediate formation of immense number of osteoblasts 
development of large bulge of new organic matrix followed by calcium
salts deposition  callus formation; then reshaped into appropriate
structure within months

D. KINESIOLOGI DAN BIOMEKANIKA


KINESIOLOGI  ilmu yang mempelajari gerak yang efesien, efektif dan aman
didekati dari analisis rangka, otot dan hukum mekanika
Biomekanik  studi tentang struktur dan fungsi biologis melalui metoda mekanika,
yaitu gaya dan pengaruhnya.
BIDANG GERAK
Bidang gerak tubuh terdiri dari tiga bidang.
• Bidang yang memotong tubuh dari sisi kanan-kiri sebagai bidang frontal.
• Bidang yang memotong tubuh dari depan-belakang sebagai bidang frontal.
• Bidang yang memotong tubuh secara horizontal dari depan-belakang sebagai bidang
transversal.

SENDI
Tempat pertemuan antar tulang yang memungkinkan untuk terjadinya pergerakan.
- Types of joints (Fibrous, Cartilaginous, Synovial)
1. Fibrous Joint (fibrous tissue, no cavity)
Few amphiarthrotic, mostly synarthrotic
Three types: sutures, syndesmoses, gomphoses
2. Cartilaginea Joint (articulating bones united by cartilage)
Lack a joint cavity
Two types: synchondroses and symphyses
3. Synovialis Joint (articular bones separated by a fluid-filled joint cavity)
Joints of limbs, diarthroti
Five distinct features : Articular cartilage (hyaline), Joint cavity, Articular capsule,
Synovial fluid, Reinforcing ligaments
BENTUK SENDI SINOVIALIS
Dalam penyederhanaan bentuk sendi dipilahkan dalam 6 bentuk,
1. sendi engsel (hinge joint),
2. sendi elipsoida (ovoid joint),
3. sendi putar (rotatory joint),
4. sendi datar (flat joint) sendi
5. pelana (saddle joint), dan sendi
6. peluru (ball and socket joint).
GERAK FISIOLOGIS SENDI SINOVIALIS

 Gerak dalam bidang frontal misalnya abduksi-adduksi, elevasi-depresi.


 Gerak dalam bidang sagital misalnya fleksi – ekstensi, dorsal fleksi-plantar fleksi.
 Gerak dalam bidang transversal misalnya rotasi eksternal-rotasi interna
 Gabungan ketiganya sebagai sirkumduksi.

CLINICAL SCIENCE
DEFINISI
Fraktur adalah sebuah patahan pada kontiunitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tak lebih dari
satu struktur retakan,suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan itu lengap dan
fragmen tulang bergeser. (Apley, Edisi Ketujuh, 1995)
EPIDEMIOLOGI
 Berdasarkan Orang
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah
45 tahundan sering berhubungan dengan olahraga,pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh
kendaraan bermotor. Sedangkan pada orangtua,perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada
laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insidens osteoporosis yang terkait dengan
pertahanan hormon pada menopause.
 Berdasarkan tempat dan waktu

Di negara maju, masalah patah tulang pangkal paha atau tulang panggul merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang mendapat perhatian serius karena dampak yang ditimbulkan bisa
mengakibatkan ketidakmampuan penderita dalam beraktivitas.
FAKTOR RESIKO
 Umur

Pada kelompok umur muda lebih banyak melakukan aktivitas yang berat daripada
kelompok umur tua.
 Jenis Kelamin

Laki-laki pada umumnya lebih banyak mengalami kecelakaan yang menyebabkan


fraktur yakni 3x lebih besar daripada perempuan.
 Aktivitas

Aktivitas yang berat dengan gerakan yang cepat oula dapat menjadi risiko penyebab
cedera pada otot dan tulang.
 Massa Tulang

Massa tulang yang rendah akan cenderung mengalami fraktur daripada tulang yang
padat.
ETIOLOGI
Fraktur dapat terjadi akibat :
1. Peristiwa trauma tunggal

2. Tekanan yang berulang-ulang

3. Kelelahan abnormal pada tulang

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran,penekukan,pemutiran atau penarikan.
 Bila terkena kekuatan langsung,tulang dapat patah langsung pada tempat yang terkena.

 Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh
dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak mungkin tidak ada. Kekuatan
dapat berupa: pemuntiran,penekukan,penarikan,dan kombinasi keempatnya.

 1. Fraktur Akibat Kelelahan


 Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain,
akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibulaa
atau metatarsal.

 2. Fraktur Patologik

 Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget)

KLASIFIKASI FRAKTUR
1.Berdasarkan Etiologi
1.A. Fraktur Traumatik (terjadi karena fraktur tiba-tiba)
sifat-sifat trauma :
 Trauma langsung : menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjad
fraktur pada daerah tekanan (ex: hantaman,kecelakaan,jatuh)

 Trauma tidak langsung : trauma yang dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari
daerah fraktur (ex: jatuh dengan telapak tangan menyangga)

1.B. Fraktur Patologis

Fraktur yang terjadi pada tulang karena adanya penyakit atau kelainan patologis yang
menyababkan kelemahan pada tulang (ex: osteoporosis, osteomeilitis)

1.C. Fraktur Strees/Spontan (Fatigue Fracture)

 Fraktur yang terjadi karena adanya stress yang terus menerus pada daerah tulang yang
menopang berat badan.

2. Berdasarkan keadaan klinis


2.A. Fraktur tertutup (simple fracture)
Fraktur yang tidak berhubungan dengan dunia luar. Disebut juga fraktur bersih karena kulit
masih utuh dan tidak ada komplikasi. Penyembuhan, pengembalian kekuatan pebuh dan mobilisasi
pergerakan membutuhkan waktu berbulan-bulan.

Klasifikasi berdasarkan jaringan lunak disekitar luka:


 Tingkat 0

 Tingkat 1

 Tingkat 2

 Tingkat 3

2.B. Fraktur terbuka (Compound Fracture)


Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan
menembus otot serta jaringan lunak,dapat berbentuk from within(dari dalam) atau from without(dari
luar).
Klasifikasi derajat patah tulang terbuka:
 Derajat 1

 Derajat 2

 Derajat 3

2.C. Fraktur dengan Komplikasi (Complicated Fracture)


Fraktur yang disertai dengan komplikasi,contoh:
 Delayed Union -> penyatuan tulang berlangsung lebih lama daripada normalnya.

 Malunion -> penyatuan fragmen fraktur tulang pada posisi yang salah

 Non Union -> Kegagalan ujung patah tulang menyatu

 Infeksi -> Trauma pada jaringan sekitar fraktur

3.Berdasarkan Tipe atau Luas Fraktur

3.A. Fraktur Complete

 Garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang,patahan
tulang terpisah satu dengan yang lain.

3.B. Fraktur Incomplete

 Garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang atau hanya pada satu sisi tulang
saja.

4.Berdasarkan Posisi
4.A. 1/3 proksimal
4.B. Shaft
4.C. 1/3 distal
5.Berdasarkan Radiologi
5.A. Lokalisasi
 Diafisial : pada diafisis tulang

 Metafisial : pada metafisis tulang

 Fraktur dengan dislokasi : Kehilangan hubungan normal antar sendi

 Intra-artikuler : Pada area epifisis

5.B. Konfigurasi
 Fraktur Transversal : arahnya melintang pada tulang akibat trauma angulasi dan
disepanjang garis tengah tulang. Garis patahan berbentuk tegak lurus.

 Fraktur Oblik : Garis patah membentuk sudut oada tulang yang disebabkan oleh
trauma angulasi,biasanya sulit untuk diperbaiki.

 Fraktur Spiral : Fraktur yang memutar akibat torsi pada ekstrimitas,sedikit


menimbulkan kerusakan jaringan lunak.

 Fraktur Z(kupu) : membentuk huruf Z sepanjang tulang

 Fraktur Segmental : Garis patah fraktur lebih dari satu tetapi tidak berhubungan.

 Fraktur Komunitif : Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

 Fraktur Baji/Kompresi : Biasa pada vertebrae karena trauma kompresi.

 Fraktur Avulsi : memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insensi tendon atau
ligamen, disebabkan karena trauma tarikan otot pada tulang.

 Fraktur Depresi : Disebabkan trauma langsung dan fragmen terdorong ke dalam.

 Fraktur Pecah (Burst) : Terdapat fragmen kecil yang berpisah pada fraktur
vertebrae,patella,talus dan kalkaneus

 Fraktur Impaksi : Fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya,tidak ada garis fraktur
yang jelas.

 Fraktur Epifisis : Fraktur yang melalui epifisis.

5.C. Ekstensi
 Fraktur total

 Fraktur tidak total

 Fraktur Buckle atau Torus: lipatan dari suatu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di
bawahnya.

 Fraktur Garis Rambut

 Fraktur Green Stick

5.D. Hubungan Antar Fragmen


o Fraktur Undisplaced

o Fraktur Displaced

 Bersampingan

 Angulasi

 Rotasi
 Distraksi

 Over-riding

 Impaksi

PATOFISIOLOGI

Gejala klinis
1. nyeri
Rasa nyeri ini bisa dikarenakan oleh beberapa hal di bawah ini:
 Ujung-ujung syaraf di sekitar tulang yang mengandung serabut syaraf nyeri, menjadi
teriritasi akibat tulang yang patah
 Perdarahan akibat tulang yang patah, sehingga darah menumpuk di sekitar patahan,
jaringan jadi bengkak sehingga menimbulkan nyeri
2. Deformitas & fungsio laesa
Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba)
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada
integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
3. Krepitus
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus
yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
4. pembengkakan lokal dan perubahan warna
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari
setelah cedera

Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
 Primary Survey
1. Pengkajian primer dengan tujuan untuk mengetahui dengan segera kondisi yang
mengancam nyawa pasien
2. Difokuskan pada Airway Breathing Circulation Neurological Exposure
 Status Lokalis
Menurut Rusdijas (2007), pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan status
lokalis untuk fraktur adalah:
- Look (inspeksi): bengkak, deformitas/kelainan bentuk.
- Feel/palpasi: nyeri tekan.
- Movement/gerakan: untuk mencari krepitasi, nyeri bila digerakkan,
kekuatan gerak.

2. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan radiologi
1. Tujuan
 Untuk mendiagnosis fraktur (lokasi, kedudukan fragmen, dislokasi)
 Menentukan struktur tulang dasar normal/patologis
 Pemeriksaan periodik untuk penyembuhan fraktur
2. Pemeriksaan roentgen : untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
 Pengertian
 Rontgen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang
memanfaatkan peran sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ
diantaranya dada, jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih,
tengkorak, rangka.

 Ragam pemeriksaan
 Radiografi konvesional tanpa persiapan
 Radiografi konvensional dengan persiapan (rontgen perut)
 Pemeriksaan dengan kontras

 Macam-macam Proyeksi
 AP
bagian belakang dari tubuh menempel pada bidang kaset dan bagian depan
menghadap datangnya arah sinar
 PA
bagian depan dari tubuh menempel pada bidang kaset dan bagian belakang
dari tubuh menghadap datangnya arah sinar
 Lateral
bagian lateral kiri dari tubuh menempel pada bidang kaset dan bagian lateral
kanan dari tubuh menghadap datangnya arah sinar
 Axial
Pengambilan gambar dengan arah sinar membentuk sudut
Teknik radiografi femur
a. Proyeksi AP
Posisi Pasien : Pasien diposisikan supine
Posisi Objek :
 kaki ekstensi
 aturfemur pada posisi true AP (Pedis menghadap ke atas)
 atur femur pada pertengahan kaset
 pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang terpotong
b. Proyeksi lateral (mediolateral)
Posisi Pasien : Pasien diposisikan supine
Posisi Objek :
 kaki fleksi 45 derajat
 atur femur pada posisi true lateral
 atur femur pada pertengahan kaset
 pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang terpotong
3. Scan tulang, CT- scan/ MRI : memperlihatkan fraktur dan mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak

 Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksaan darah lengkap digunakan untuk melihat Ht mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur). Peningkatan
sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma.

 Kreatinin
1. Kreatinin merupakan limbah kimia yang berasal dari produk
sampingan kontraksi otot normal.
2. Kreatinin terbuat dari creatine yang merupakan pemasok energi
untuk otot.
3. Kadar kreatinin normal sekitar 0,7--1,3 mg/dL

PROGNOSIS: dubia ad bonam


KOMPLIKASI:

 Komplikasi umum:

1. Deep Vein Thrombosis

o Thrombosis: pembentukan blood clot oleh platelet dan fibrin karena


kerusakan pembuluh darah
o Biasany asimptomatik

o Manifestasi klinik: kenaikan suhu dan denyut nadi, calf swelling, dan
tenderness

2. Pulmonary Embolism

o Embolism: terhambatnya aliran pembuluh darah arteri bisa karena blood clot
atau gelembung udara

o Signs: shortness of breath dan sakit pada dada

o Diagnosis: angiogram, VQ Scan

o Fatal PE: sudden collapse

3. Pneumonia

o Merupakan Postoperative Pulmonary Complication (PPC)

o Sebab: kelainan saraf pusat, obat dopamine antagonist, usia, HOSPITAL


ACQUIRED

o Usia tua  perubahan epitel paru  kemampuan filtrasi menurun  mudah


terinfeksi

o Tata laksana: antibiotik, monitoring

4. Bed Sores / Pressure Ulcers

o Biasanya pada pasien lansia atau lumpuh

o Pencegahan: perawatan yang tepat dan aktivitas fisik

o Treatment: eksisi jaringan nekrotik dan melakukan skin graft


k

 Komplikasi fraktur ekstrakapsular


1. Kegagalan Fiksasi

o Sekrup bisa keluar dari tulang ke jaringan


lunak jika reduksi tidak dilakukan dengan
baik atau jika alat pemfiksasi tidak berada
pada posisi yang benar

2. Malunion: tingkat keparahan rendah dan


jarang berpengaruh terhadap fungsi

3. Non-Union

o Sering terjadi
pada fraktur
intertrochanteric

o Jika setelah 6
bulan tulang
belum
tersambung, harus
dioperasi kembali

 Komplikasi fraktur intrakapsular


1. Osteonecrosis

o Displaced: 30%, Undisplaced: 10%

o Sebab: hilangnya vaskularisasi

o Baru dapat diketahui dengan xray


sekitar 6-18 bulan pasca operasi

o Solusi: total joint replacement


(kontroversial untuk usia muda)

2. Non-Union

o Sebab: kehilangan vaskularisasi,


reduksi yang tidak sempurna, fiksasi
inadekuat

o Treatment: tergantung penyeybab


dan usia, bisa Total Hip Replacement
atau Total Joing Replacement

3. Osteoarthritis

o Sebab: osteonecrosis
menahun 
secondary OA

o Treatment: jika
simptomatis  Total
Hip replacement

PENYEMBUHAN FRAKTUR
A. Pembahasan

1. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA


2. FASE PENYEMBUHAN FRAKTUR
3. WAKTU PENYEMBUHAN FRTAKTUR
4. ABNORMALITAS PENYEMBUHAN FRAKTUR
B. Penjelasan

PENYEMBUHAN FAKTUR
• Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk
memperbaiki kerusakan – kerusakan yang dialaminya.

1. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA


Penyembuhan dari fraktur dipengaruhi oleh beberapa faktor lokal dan faktor sistemik :
 Faktor lokal
 Lokalisasi
 Konfigurasi fraktur
 Imobilisasi fragmen tulang
 Kontak fragmen tulang
 Asupan darah yg memadai
 Interposisi
 Infeksi

 Faktor Sistemik
 Umur
 Nutrisi
 Kesehatan umur
 Hormonal
 Rokok & Konsumsi minuman beralkohol

2. Fase Penyembuhan Fraktur


Pada proses penyembuhan fraktur melalui 5 fase antara lain ;
1. Fase Hematoma dan Inflamasi
2. Fase Proliferasi
3. Fase Pembentukan Kalus
4. Fase Konsolidasi
5. Fase Remodeling

1. Proses Hematoma dan Inflamasi


Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu.
Ketika terjadi fraktur, pembuluh darah kecil yg melewati kanalikuli dan sistem harvesian
akan mengalami robekan atau trauma dan akan membentuk Hematoma di daerah fraktur.
Selain itu terjadi pelepasan factor pertumbuhan spesifik, sitokin yg dapat membuat
kondisi mikro sesuai untuk :
Menstimulasi pembentukan periosteal osteoblast dan osifikasi intramembran pd tempat
fraktur
Menstimulasi pembelahan sel dan migrasi ke tempat fraktur
Menstimulasi kondrosit untuk berdiferensiasi dengan kalus lunak dengan osifikasi
endrokondral yg mengiringinya.
Selain itu juga terjadi pelepasan factor inflamasi yg menimbulkan pembengkakan
local.
Tahap inflamasi berlangsung beberpa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri.

2. Fase Proiferasi
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2-3 setelah fraktur dan berakhir diminggu ke 4.
Pada fase ini terbentuk benang fibrin dalam darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast.
Fibroblast dan osteoblast (berkembang dri osteosit, sel endotel, dan sel periosteum)
akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai martiks kolagen pada patahan
tulang
Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yg berproliferasi dari
periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada bagian endosteum
membentuk untuk membentuk kalus interna sebagai ativitas seluler dalam kanalis
medularis.
Namun pada pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga
merupakan suatu daerah radiolusen.

3. Fase Pertumbuhan Kalus


Proses ini terjadi pada minggu ke 4 – minggu ke 8
Pada fase ini terbentuk jaringan tulang yakni jaringan tulang kondosit yg mu lai
tumbuh disebut sebagai jaringan tulang rawan.
Jaringan tulang rawan ini di bentuk dari sel dasar yg berasal dari osteoblast
Pertumbuhan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai
celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan
fibrosa, tulang rawan, dan woven bone
Pada fase ini kalus semakin tebal dalam waktu 4 minggu.
Pada pemeriksaan radiologis kalus atau waven bone sudah terlihat dan merupakan
indikasi radiologic pertama terjadinya penyembuhan fraktur.

4. Fase Konsolidasi
Proses ini terjadi pada minggu ke 8 – minggu ke 12
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yg terus menerus, tulang yg immature
(woven bone) di ubah menjadi mature (lamellar bone)
keadaan tulang semakin kuat sehingga osteoklast dapat menembus jaringan derbis pd
daerah fraktur dan di ikuti osteoblast yg akan mengisi celah di antara fragmen dengan
tulang yg baru.
Fase ini terjadi pemadatan dari kalus.

5. Fase Remodeling
Pada fase terakhir ini dimulai dari minggu ke 8-12 dan berakhir sampai dengan
beberapa tahun setelah terjadinya fraktur.
Fraktur telah dihubungka dengan selubung tulang yg kuat.
Terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang yg terus menerus, lamella yg
tebal akan terbentuk
Kalus eksterna yg lama-lama akan menghilang
Kalus interna akan mengalami peronggaan untuk membentuk sumsum.
Rongga medulla akan tebentuk kembali dan diameter ulang akan kembali ke ukuran
semula.
Akhirnya tulang akan kembali mendekati bentuk semula. Teruama pada anak-anak

3. Waktu Penyembuha Fraktur

No POSISI/LOKASI WAKTU (MINGGU)


FRAKTUR

1. Falang (jari) 3–5


2. Metakarpal 6
3. Karpal 6
4. Skafoid 10 (atau sampai
5. Radius dan Ulna terlihat penyatuan pd
6. px. Sinar X)
Humerus : 10 – 12
Supra kondiler 3
Batang 8 – 12
Proximal (impaksi) 3
7. Proximal (dg 6–8
8. pergeseran) 6 – 10
9. Klavikula 16
Vertebra 6
Pelvis

No POSISI/LOKASI WAKTU (MINGGU)


FRAKTUR

10. Femur :
Intrakapsuler 2–4
Intratrokhanterik 10 – 12
Batang 18
Suprakondiler 12 - 15
11. Tibia :
Proximal 8 – 10
Batang 14 - 20
Maleolus 6
12. Kalkaneus 12 – 16
13. Metatarsal 6
14. Falang (jari kaki) 3

4. ABNORMALITAS PENYEMBUHAN FRAKTUR


 Malunion
keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yg
berbentuk angulai, varus/valgus, rotasi.
Penyebabnya yaitu : fraktur tanpa pengobatan, atau pengobatan yg tdk adekuat,
reduksi dan imobilisasi tdk baik.

 Delayed Union
keadaan dimana terjadi penyatuan tulang yg tertunda.
Penyebabnya antara lain : karena infeksi, terdapat benda asing, imobilisasi tdk
adekuat, distraksi, avaskularitas, fraktur patologik, atau gangguan gizi dan metabolic.
Gambaran klinisnya biasanya nyeri tekan, trdapat pembengkakan,dan nyeri anggota
gerak pada saat bergerak/berjalan.

 Non Union (tidak menyatu)


Penyatuan tulang tdk terjadi atau fraktur tdk menyembuh antara 6-8 bln. Cacat di isi
oleh jaringan fibrosa, dan terbentuk sendi palsu pada tempat ini.
Faktor penyebabnya antara lain : tdk adanya imobilisasi, interposisi jaringan
lunak, dan pemisahan lebar dari fragmen. Contohnya patella dan fraktur yg bersfat
pato;ogis

TATA LAKSANA FRAKTUR

1. PASANG IVFD 2 JALUR RL 500 cc DALAM 2 JAM


2. OKSIGEN 4L/MENIT DENGAN NASAL KANUL

3. ANALGETIK: TRAMADOL DRIP 200 mg DALAM 500 cc RL. KETOLORAC 30 mg IV BOLUS

4. ONDANSENTRON 3x 4 mg IV & OMEPRAZOLE 1x1 IV

5. IMOBILISASI DENGAN SPALK 3 SISI DARI PANGGUL KE LUTUT

6. PASANG DC MONITOR URIN OUTPUT

7. ATS/TT IM

8. KONSERVATIF DENGAN TRAKSI ATAU DIRENCANAKAN UNTUK OPERATIF DENGAN ORIF

FARMAKOLOGI

1. Pasang IVFD 2 jalur Rl 500 cc dalam 2 jam

Dilakukan untuk menyeimbangkan cairan yang keluar akibat peningkatan permeabiltas


membrane

2. Oksien 4L/menit dengan nasal canule

Dilakukan untuk mengatasi penurunan perfusi O2 pada jaringan/ Ditemukan tanda-tanda


trauma inhalasi (gangguan alian masuk O2) sehingga diberikan nasal canul

3. Tramadol Drip 200 mg dalam 500 cc RL


Berfungsi sebagai analgetik. Pemilihan tramadol karena efek yang berlangsung lama. Selain
itu, tramadol tergolong obat analgetik opioid sehingga sangat berefek untuk menghilangkan
rasa nyeri/sakit yang berat. Penggunaannya dengan dosis sedikit karena tergolong oploid.
Common side effects include: constipation, itchiness and nausea. Serious side effects may
include seizures, increased risk of serotonin syndrome, decreased alertness, and drug
addiction
Dosis : U 17-75 tahun maks 400 mg, >75 tahun maks 300 mg

4. Ketolorac 30 mg IV bolus
Termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid.

-Digunakan karena memiliki efek yang cepat timbul. Selain itu penggunaan ketorolac juga
dapat membantu memberikan efek anti inflamasi

-Digunakan untuk jangka pendek pengobatan pada dewasa yang sedang mengalami sakit
berat
Farmakodinamik: Menghambat enzim sikloosigenase.
Farmakokinetik : bioavailibilitas; 100%. ekskresi; ginjal dan feses

5. Ondansentron 3x4 mg IV
Medications to prevent nausea and vomiting caused by cancer drug treatment
(chemotherapy) and radiation therapy. It is also used to prevent and treat nausea and
vomiting after surgery. Ondansetron works by blocking one of the body's natural substances
(serotonin) that causes vomiting.

6. Omeprazole IV

- Mekanisme: penghambat pompa proton di lambung.


- Manfaat: Mengurangi produksi asam lambung, mencegah dan mengobati gangguan
pencernaan atau nyeri ulu hati, adapun mengurangi produksi as. Lambung selama operasi,
mengurangi efek NSAID yang menyebabkan tukak lambung.

7. Imobilisasi bagian spalk 3 sisi dari panggul ke lutut


Dilakukan pada pasien agar tidak terjadi pergerakan pada tulang yang patah sehingga
tidak memperparah lukanya.

Prinsip tata laksana fraktur : mengembalikan posisi semula, stabilisasi pada masa
penyembuhan
Dengan menggunakan spalk di 3 sisi
A splint is a device used for support or immobilization of a limb or the spine. It can be used in
multiple situations, including temporary immobilization of potentially broken bones or
damaged joints and support for joints during activity

8. ATS/TT IM
- Diberikan Anti Tetanus System untuk mecegah infeksi tetanus di cedera fraktur
pada saat itu. Alasan pemberian karena masa kerja dari vaksin itu sendiri yang hanya 10 th.
Bila pemberian terakhir telah melewati batas waktu tsb, maka harus diberikan lagi.

- Pada keadaan fraktur dapat memungkinkan organisme asing masuk. Oleh karena
itu di vaksin TT lagi.

9. Pasang DC monitor urin output


Dower kateter merupakan salah satu tipe kateter yang berupa selang yang
dimasukkan kedalam uretra melalui genitalia. Dower kateter termasuk kedalam kateter
indwelling (foley kateter) atau kateter menetap

TATA LAKSANA NON FARMAKOLOGI


A. Prinsip Umum Pengobatan Fraktur
Ada 6 prinsip umum pengobatan fraktur, yaitu:
1. Jangan membuat keadaan lebih jelek
2. Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat
3. Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus
a) Menghilangkan nyeri
b) Memperoleh posisi yang baik dari fragmen
c) Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang
d) Mengembalikan fungsi secara optimal
4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami
5. Bersifat realistic dan praktis dalam memilih jenis pengobatan
6. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual

Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitive, ada prinsip 4R, yaitu:
1. Rekognisi, diagnosis dan penilaian fraktur
Yang perlu diperhatikan adalah:
a) Lokalisasi fraktur
b) Bentuk fraktur
c) Menentukan Teknik yang sesuai untuk pengobatan
d) Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
2. Reduksi, reduksi fraktur apabila perlu
Dilakukan untuk mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan
dan deformitas.
3. Retensi, imobilisasi fraktur
4. Rehabilitasi, mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

B. Tata Laksana Non-Farmakologi


1. Spalk atau Bidai
Pembidaian merupakan salah satu proses penting dalam penatalaksanaan awal korban patah
tulang. Dalam melakukan bidai pastikan sebelumnya tidak ada gangguan pada pernapasan
dan sirkulasi serta luka sudah ditangani. Bidai ini digunakan untuk mencegah pergerakan
pada tulang dan sendi yang mengalami cedera. Bidai sederhana dapat menggunakan benda
yang kaku seperti kayu, penggaris, atau tongkat.
Berikut adalah hal-hal yang perlu di perhatikan:
1) Bidai harus cukup panjang, bisa menutupi 2 sendi yang mengapit tulang tersebut, ataupun
kebalikannya.
2) Bidai harus cukup kuat
3) Kalau tidak ada alat yang kaku, bagian yang cedera dapat dikaitkan dengan bagian tubuh
yang lainnya.
4) Jangan meluruskan (reposisi) tangan atau kaki yang mengalami deformitas, pasang bidai
apa adanya.

Langkah – Langkah Memasang Bidai


1) Pastikan lokasinya dengan memeriksa keseluruhan tubuh korban dan membuka segala
jenis aksesoris yang menghalangi
2) Tangani pendarahan terlebih dahulu. Bisa ada tulang mencuat buatkan donat dulu.
3) Memeriksa PMS korban. (PMS = pulsasi motoric dan sensorik)
4) Tempatkan bidai di minimal 2 sisi anggota badan korban, letakan sesuai lokasi
5) Pindahkan pengikat bidai dari celah antara lekukan tubuh dengan lantai, hindari membuat
simpu di permukaan patah tulang
6) Buat simpull di daerah pangkal dan ujung area yang patah berada pada satu sisi yang
sama. Berikan bantalan pada tonjolan tulang yang bersentuhan dengan papan bidai
dengan menggunakan kain
7) Periksa kembali PMS
8) Tanyakan kepada korban apakah bidai dipasang terlalu ketat atau tidak, longgarkan bila:
pucat, sakit bertambah, kulit yang cedera menjadi dingin, kesemutan atau mati rasa.
2. ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang
mengalami fraktur. Dapat menggunakan plat, sekrup, paku maupun suatu intramedullary
lainnya.
Jenis alat bantu untuk pasien yang dilakukan ORIF adalah:
1) Walker
2) Tripod
3) Kruk
4) Kursi roda, dll.
3. OREF (Open Reduction External Fixation)
OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal dimana prinsipnya tulang
ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur, sekrup atau kawat ditransfiksi di bagian
proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain. Alat ini
memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau remuk). Pin yang
telah terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya, kemudian dikaitkan pada kerangkanya.
Fiksasi ini memberikan rasa nyaman bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.

 Keuntungan dan Komplikasi OREF


Keuntungan OREF adalah fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien, mobilisasi awal
dan latihan awal untuk sendi disekitarnya sehingga komplikasi karena disuse dan imobilisasi
dapat diminimalkan.
- Komplikasi OREF:
1) Infeksi di tempat pen
2) Kekakuan pembuluh darah dan saraf
3) Kerusakan periosteum yang parah sehingga terjadi delayed
union atau non union
4) Emboli lemak
5) Overdistraksi fragmen
- Persiapan untuk Pasien:
1) Persiapan psikologis pasien
2) Pemantauan terhadap kulit, saraf, dan pembuluh darah
3) Pencegahan infeksi
4) Latihan isometrik

Anda mungkin juga menyukai