BLOK DMS
Disusun oleh:
Kelompok Tutorial A-2
Tutor : dr. Erna Harfiani M.Biomed
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
TAHUN AJARAN 2017/2018
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini, penyusun akan menjelaskan basic science dari BLOK DMS,
meliputi anatomi, histologi, dan histopatologi penyakit kulit dengan lebih detail diperlihatkan
dalam rincian daftar isi.
Selama pembuatan makalah ini, penyusun ingin berterima kasih kepada pihak yang
telah membantu, baik itu bantuan yang berupa pengajaran dan bimbingan, ataupun dukungan
moril dr.Erna selaku tutor pembimbing A2, dan teman-teman kelompok tutorial A2 yang telah
ikut berperan dalam menyusun makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga akan ada
penyusunan makalah yang lebih baik lagi di lain kesempatan.
Ketercapaian makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan apresiasi para
pembaca untuk menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih mendalam terhadap salah satu
bentuk kecil dengan berbagai perannya yang penting bagi tubuh kita, ialah mengenai
jaringan. Semoga dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan ilmu pengetahuan.
Penyusun
OVERVIEW CASE
Tn.M (45)
- Disability : Alert
- Exposure : Bebas , tidak ada luka terbuka
B. Status Generalis
- Keadaan Umum : Tampak kesakitan
- GSC : E4M6U5
- Tanda Vital :
TD : 140/90 mmHg
RR : 20x/mnt
Nadi : 98x/menit
Suhu : 37ºC
VAS : 8-9
- Kepala-Leher : Tidak ada jejas
- Thorax : dBn
- Abdomen : dBn
C. Status Lokalis
-Look ; Deformitas regio femoralis , Angulasi ke anterofemoral
dengan edema , tidak ada ekoviasi , tidak ada vulvus laceartum/
vulvus schizum
- Feel : (+) Nyeri tekan , (+)Krepitasi , (+) Nyeri sumbu , Jari-jari
teraba hangat , tidak teraba defisit sensorik capillary refill time
<2 detik , Pulpasi arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior +/+
- Move : (+) Nyeri gerak , lingkup gerak sendi belum dapat dinilai.
Pasien tidak bisa gerak sendi panggul & lutut. Bisa gerak jari
kaki & pergelangan kaki.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb :13.9 mg/dl
Ht : 42%
Leukosit : 9,5ribu
Trombosit :187
Gula darah Sewaktu : 195mg/dl
Keton : 0,1
Ureum :39
Kreatinin : 1,1
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
- EKG : irama sinus , frekuensi denyut jantung 98x/menit
- Xray thoraks AP :
Sinus dan diafragma normal
Jantung CTR < 50%
Paru-paru tak tampak infilrasi
Corakan brokovasculer prominan
Hilus & pleura normal , tulang-tulang & jaringan lunak normal
- Pelvis AP
o Tak tampak garis fraktur di os ilium dan os pubis kiri kanan
o Tak tampak spur formation , tak tampak listhesis simfisis pubis dan
sacroiliaka kira kanan
o Tak tampak dislokasi caput femuris kiri kanan
o Kesan : Tak tampak kelainan di tulang pelvis
- Femur sinistra AP/LAT
o Tak tampak femur 1/3 proximal
o Tak tampak disposisi sela sendi
o Tak tampak kalsifikasi di jaringan lunak
o Kesan : Fraktur os femur 1/3 proksimal sinistra
DIAGNOSIS
Fraktur tertutup femur 1/3 proksimal undisplaced tanpa komplikasi neurovaskuler
Tata Laksana
7. ATS/TT IM
BASIC SCIENCE
A. OTOT
a. Definisi
- Muscle organ yang menghasilkan gerak pada organisme hewan melalui
kontraksi (Dorland)
b. Fungsi
Memproduksi Gerakan Tubuh
Gerakan-gerakan yang dilakukan tubuh kita membutuhkan fungsi yang
terintegrasi daripada otot skeletal, tulang, dan sendi.
Menstabilisasi Posisi Tubuh
Kontraksi otot skeletal menstabilisasi sendi dan membantu menjaga posisi
tubuh, seperti berdiri dan duduk.
Menyimpan dan Menggerakkan Substansi dalam Tubuh
Storage dapat dilakukan oleh kontraksi dari otot halus yang berbentuk seperti
gelang atau disebut sebagai sphincters, yang mencegah keluarnya konten dari
organ dalam.
Ex : Otot cardiac pada jantung; otot halus pada pembuluh darah
Menggenerasi Panas
Saat jaringan otot berkontraksi, ia menghasilkan panas, sebuah proses yang
disebut thermogenesis. Kontraksi involunter dari otot skeletal, disebut
menggigil, merupakan cara meningkatkan produksi panas.
c. Properti/Kemampuan Jar. Otot
Electrical Excitability
Kemampuan untuk merespon sebuah stimuli tertentu dengan cara
memproduksi sinyal elektrik yang disebut dengan potensial aksi (impuls)
Contractility
Kemampuan otot untuk berkontraksi secara paksa ketika distimulasi oleh
potensial aksi.
Ketika sebuah otot skeletal berkontraksi, ia akan menggenerasi tekanan
selagi ia menarik tempat-tempat ia berikatan.
Extensibility
Kemampuan otot untuk meregang, dalam Batasan tertentu, tanpa terluka
Elasticity
Kemampuan otot untuk kembali ke panjang dan bentuk originalnya setelah ia
berkontraksi dan ekstensi
d. Komponen
e. Mekanisme Otot
B. Origo & Insersio
Origo ikatan dekat garis tengah tubuh pada tulang yang lebih stabil. Perut otot
biasanya lebih dekat dengan origo
Insersio ikatan ke ujung (distal) dimana sistem rangka lebih siap digerakkan dan
ujung tendon biasanya lebih panjang
C. TULANG
Anatomi
Diafisis (batang)
- Tulang kompakta
- Terbungkus periosteum
Epifisis (ujung tulang)
- Tulang kompakta & spongiosa
- Terbungkus periosteum & kartilago artikular
Metafisis
- Diantara diafisis dan epifisis
Kartilago articular
- Tempat melekatnya sendi
Periosteum
- Jar ikat pembungkus os (tl keras)
Medullary cavity dan pemb. Darah
- rongga dalam diafisis berisi sumsum tulang kuning
Endosteum
- Membran tipis pembentuk medullary cavity
Tulang kompak
Tulang Spongiosa
- Bagian dalam memiliki rongga berisi sumsum tulang merah
FUNGSI TULANG
1. Support
Untuk menopang tubuh
2. Protection
Meliindungi organ dalam
3. Assistance in movement
Sebagai alat gerak pasif
4. Mineral storage
Ca & p
5. Blood cell production
Tempat produksi sdm di sumsum tl merah
KLASIFIKASI BENTUK
• Tulang panjang
- Batang dengan kepala pada kedua ujung
Mis: Tulang kaki & tangan, kecuali pergelangan & mata kaki
• Tulang pendek
- Kubus, kebanyakan spongiosa
Mis: pergelangan tangan, patella
• Tulang pipih
- Tipis, datar
Mis: tengkorak, iga, sternum
• Tulang iregular
- Mis: vertebra, spenoid, etmoid
• Tulang sesamoid
- Berkembang dalam tendon
Mis: patela
STRUKTUR
• Tulang kompakta
Sistem Havers
• Tulang spongiosa
Trabekula & spikula
Tanpa sistem Havers
• Sumsum Tulang:
Merah: hematopoetik
Kuning: lemak
KOMPONEN
1. Matriks
Organik:
95 % serat: kolagen I
5 % substansi dasar:
Proteoglikan: kondroitin sulfat & keratan sulfat
Glikoprotein: osteonektin, osteokalsin, osteopontin, sialoprotein
Inorganik:
85% Ca(PO4)2: membtk kristal hidroksi apatit
10% CaCO3
5% elemen lain
2. Sel Tulang
1. Osteoprogenitor
• mampu mitosis
• Dalam periosteum, endosteum, kanal Havers
2. Osteoblas
• Sintesis matriks organic
• Reseptor paratiroid
• Dalam osteoid (matriks yang tidak terkalsifikasi)
3. Osteosit
• Sel tulang matang
• Dalam lakuna
4. Osteoklas
• Multinukleat
• Asal: progenitor makrofag granulosit
• Fungsi: resorbsi
PERKEMBANGAN TULANG
1. Tulang primer/immature /woven bone tulang kompak/lamellar
2. Tulang struktur dinamis: resorpsi & remodelling
3. Tua: resorpsi tinggi
Intramembranosa (Desmal)
Mesenkim osteoblas + kolagen, + osteoid (matriks tanpa Ca) + Ca osteosit
Endokondral (intrakartilaginosa)
Berasal dari degenerasi kartilago
1. Zona tenang/istirahat/kartilago cadangan
2. Zona proliferasi: mitosis kondrosit
3. Zona hipertrofi & maturasi : akumulasi glikogen kondrosit
4. Zona kalsifikasi: kondrosit mati
5. Zona osifikasi: vaskular masuk, undifferentiated cell osteoblas
FISIOLOGI TULANG
- BONE FORMATION & RESORPTION
Bone is constantly being resorbed and formed
Modelling
o Processes involved in formation of the skeleton
o Most active during childhood and adolescence
Ceases at maturity (age 18-20 yrs)
o Long bones increase in diameter, change shape and develop a marrow cavity
related to stresses and strains imposed on skeleton by gravity and other factors
o Bone strength adjustment to heavy loads /mechanical forces changes in
bone shapes and thickness bone rearrangement for proper support
Bone is constantly being resorbed and formed
Remodelling
Processes occurring at bone surfaces before and after adult development to
maintain the structural integrity of the bone that continues throughout adult
life
No net gain or loss of skeletal mass after longitudinal growth has ceased. Bone
resorption equally balanced by bone formation in a healthy skeleton
Local process: bone-remodeling units osteoclasts resorb bone, osteoblasts
form new bone
100 day cycle (3-4 months; 3 weeks resorption by osteoclasts, deposition
afterwards by osteoblasts)
5% of bone mass is remodeled at any one time by + 2 million bone-
remodeling units; 4% per year for compact bone, 20% per year for trabecular
bone
SENDI
Tempat pertemuan antar tulang yang memungkinkan untuk terjadinya pergerakan.
- Types of joints (Fibrous, Cartilaginous, Synovial)
1. Fibrous Joint (fibrous tissue, no cavity)
Few amphiarthrotic, mostly synarthrotic
Three types: sutures, syndesmoses, gomphoses
2. Cartilaginea Joint (articulating bones united by cartilage)
Lack a joint cavity
Two types: synchondroses and symphyses
3. Synovialis Joint (articular bones separated by a fluid-filled joint cavity)
Joints of limbs, diarthroti
Five distinct features : Articular cartilage (hyaline), Joint cavity, Articular capsule,
Synovial fluid, Reinforcing ligaments
BENTUK SENDI SINOVIALIS
Dalam penyederhanaan bentuk sendi dipilahkan dalam 6 bentuk,
1. sendi engsel (hinge joint),
2. sendi elipsoida (ovoid joint),
3. sendi putar (rotatory joint),
4. sendi datar (flat joint) sendi
5. pelana (saddle joint), dan sendi
6. peluru (ball and socket joint).
GERAK FISIOLOGIS SENDI SINOVIALIS
CLINICAL SCIENCE
DEFINISI
Fraktur adalah sebuah patahan pada kontiunitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tak lebih dari
satu struktur retakan,suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan itu lengap dan
fragmen tulang bergeser. (Apley, Edisi Ketujuh, 1995)
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan Orang
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur dibawah
45 tahundan sering berhubungan dengan olahraga,pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh
kendaraan bermotor. Sedangkan pada orangtua,perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada
laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insidens osteoporosis yang terkait dengan
pertahanan hormon pada menopause.
Berdasarkan tempat dan waktu
Di negara maju, masalah patah tulang pangkal paha atau tulang panggul merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang mendapat perhatian serius karena dampak yang ditimbulkan bisa
mengakibatkan ketidakmampuan penderita dalam beraktivitas.
FAKTOR RESIKO
Umur
Pada kelompok umur muda lebih banyak melakukan aktivitas yang berat daripada
kelompok umur tua.
Jenis Kelamin
Aktivitas yang berat dengan gerakan yang cepat oula dapat menjadi risiko penyebab
cedera pada otot dan tulang.
Massa Tulang
Massa tulang yang rendah akan cenderung mengalami fraktur daripada tulang yang
padat.
ETIOLOGI
Fraktur dapat terjadi akibat :
1. Peristiwa trauma tunggal
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran,penekukan,pemutiran atau penarikan.
Bila terkena kekuatan langsung,tulang dapat patah langsung pada tempat yang terkena.
Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh
dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak mungkin tidak ada. Kekuatan
dapat berupa: pemuntiran,penekukan,penarikan,dan kombinasi keempatnya.
2. Fraktur Patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget)
KLASIFIKASI FRAKTUR
1.Berdasarkan Etiologi
1.A. Fraktur Traumatik (terjadi karena fraktur tiba-tiba)
sifat-sifat trauma :
Trauma langsung : menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjad
fraktur pada daerah tekanan (ex: hantaman,kecelakaan,jatuh)
Trauma tidak langsung : trauma yang dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari
daerah fraktur (ex: jatuh dengan telapak tangan menyangga)
Fraktur yang terjadi pada tulang karena adanya penyakit atau kelainan patologis yang
menyababkan kelemahan pada tulang (ex: osteoporosis, osteomeilitis)
Fraktur yang terjadi karena adanya stress yang terus menerus pada daerah tulang yang
menopang berat badan.
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
Derajat 2
Derajat 3
Malunion -> penyatuan fragmen fraktur tulang pada posisi yang salah
Garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang,patahan
tulang terpisah satu dengan yang lain.
Garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang atau hanya pada satu sisi tulang
saja.
4.Berdasarkan Posisi
4.A. 1/3 proksimal
4.B. Shaft
4.C. 1/3 distal
5.Berdasarkan Radiologi
5.A. Lokalisasi
Diafisial : pada diafisis tulang
5.B. Konfigurasi
Fraktur Transversal : arahnya melintang pada tulang akibat trauma angulasi dan
disepanjang garis tengah tulang. Garis patahan berbentuk tegak lurus.
Fraktur Oblik : Garis patah membentuk sudut oada tulang yang disebabkan oleh
trauma angulasi,biasanya sulit untuk diperbaiki.
Fraktur Segmental : Garis patah fraktur lebih dari satu tetapi tidak berhubungan.
Fraktur Komunitif : Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
Fraktur Avulsi : memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insensi tendon atau
ligamen, disebabkan karena trauma tarikan otot pada tulang.
Fraktur Pecah (Burst) : Terdapat fragmen kecil yang berpisah pada fraktur
vertebrae,patella,talus dan kalkaneus
Fraktur Impaksi : Fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya,tidak ada garis fraktur
yang jelas.
5.C. Ekstensi
Fraktur total
Fraktur Buckle atau Torus: lipatan dari suatu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di
bawahnya.
o Fraktur Displaced
Bersampingan
Angulasi
Rotasi
Distraksi
Over-riding
Impaksi
PATOFISIOLOGI
Gejala klinis
1. nyeri
Rasa nyeri ini bisa dikarenakan oleh beberapa hal di bawah ini:
Ujung-ujung syaraf di sekitar tulang yang mengandung serabut syaraf nyeri, menjadi
teriritasi akibat tulang yang patah
Perdarahan akibat tulang yang patah, sehingga darah menumpuk di sekitar patahan,
jaringan jadi bengkak sehingga menimbulkan nyeri
2. Deformitas & fungsio laesa
Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba)
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada
integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
3. Krepitus
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus
yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
4. pembengkakan lokal dan perubahan warna
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari
setelah cedera
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
Primary Survey
1. Pengkajian primer dengan tujuan untuk mengetahui dengan segera kondisi yang
mengancam nyawa pasien
2. Difokuskan pada Airway Breathing Circulation Neurological Exposure
Status Lokalis
Menurut Rusdijas (2007), pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan status
lokalis untuk fraktur adalah:
- Look (inspeksi): bengkak, deformitas/kelainan bentuk.
- Feel/palpasi: nyeri tekan.
- Movement/gerakan: untuk mencari krepitasi, nyeri bila digerakkan,
kekuatan gerak.
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi
1. Tujuan
Untuk mendiagnosis fraktur (lokasi, kedudukan fragmen, dislokasi)
Menentukan struktur tulang dasar normal/patologis
Pemeriksaan periodik untuk penyembuhan fraktur
2. Pemeriksaan roentgen : untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
Pengertian
Rontgen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang
memanfaatkan peran sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ
diantaranya dada, jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih,
tengkorak, rangka.
Ragam pemeriksaan
Radiografi konvesional tanpa persiapan
Radiografi konvensional dengan persiapan (rontgen perut)
Pemeriksaan dengan kontras
Macam-macam Proyeksi
AP
bagian belakang dari tubuh menempel pada bidang kaset dan bagian depan
menghadap datangnya arah sinar
PA
bagian depan dari tubuh menempel pada bidang kaset dan bagian belakang
dari tubuh menghadap datangnya arah sinar
Lateral
bagian lateral kiri dari tubuh menempel pada bidang kaset dan bagian lateral
kanan dari tubuh menghadap datangnya arah sinar
Axial
Pengambilan gambar dengan arah sinar membentuk sudut
Teknik radiografi femur
a. Proyeksi AP
Posisi Pasien : Pasien diposisikan supine
Posisi Objek :
kaki ekstensi
aturfemur pada posisi true AP (Pedis menghadap ke atas)
atur femur pada pertengahan kaset
pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang terpotong
b. Proyeksi lateral (mediolateral)
Posisi Pasien : Pasien diposisikan supine
Posisi Objek :
kaki fleksi 45 derajat
atur femur pada posisi true lateral
atur femur pada pertengahan kaset
pastikan nantinya tidak ada gambambaran yang terpotong
3. Scan tulang, CT- scan/ MRI : memperlihatkan fraktur dan mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
Kreatinin
1. Kreatinin merupakan limbah kimia yang berasal dari produk
sampingan kontraksi otot normal.
2. Kreatinin terbuat dari creatine yang merupakan pemasok energi
untuk otot.
3. Kadar kreatinin normal sekitar 0,7--1,3 mg/dL
Komplikasi umum:
o Manifestasi klinik: kenaikan suhu dan denyut nadi, calf swelling, dan
tenderness
2. Pulmonary Embolism
o Embolism: terhambatnya aliran pembuluh darah arteri bisa karena blood clot
atau gelembung udara
3. Pneumonia
3. Non-Union
o Sering terjadi
pada fraktur
intertrochanteric
o Jika setelah 6
bulan tulang
belum
tersambung, harus
dioperasi kembali
2. Non-Union
3. Osteoarthritis
o Sebab: osteonecrosis
menahun
secondary OA
o Treatment: jika
simptomatis Total
Hip replacement
PENYEMBUHAN FRAKTUR
A. Pembahasan
PENYEMBUHAN FAKTUR
• Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk
memperbaiki kerusakan – kerusakan yang dialaminya.
Faktor Sistemik
Umur
Nutrisi
Kesehatan umur
Hormonal
Rokok & Konsumsi minuman beralkohol
2. Fase Proiferasi
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2-3 setelah fraktur dan berakhir diminggu ke 4.
Pada fase ini terbentuk benang fibrin dalam darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast.
Fibroblast dan osteoblast (berkembang dri osteosit, sel endotel, dan sel periosteum)
akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai martiks kolagen pada patahan
tulang
Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yg berproliferasi dari
periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada bagian endosteum
membentuk untuk membentuk kalus interna sebagai ativitas seluler dalam kanalis
medularis.
Namun pada pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga
merupakan suatu daerah radiolusen.
4. Fase Konsolidasi
Proses ini terjadi pada minggu ke 8 – minggu ke 12
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yg terus menerus, tulang yg immature
(woven bone) di ubah menjadi mature (lamellar bone)
keadaan tulang semakin kuat sehingga osteoklast dapat menembus jaringan derbis pd
daerah fraktur dan di ikuti osteoblast yg akan mengisi celah di antara fragmen dengan
tulang yg baru.
Fase ini terjadi pemadatan dari kalus.
5. Fase Remodeling
Pada fase terakhir ini dimulai dari minggu ke 8-12 dan berakhir sampai dengan
beberapa tahun setelah terjadinya fraktur.
Fraktur telah dihubungka dengan selubung tulang yg kuat.
Terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang yg terus menerus, lamella yg
tebal akan terbentuk
Kalus eksterna yg lama-lama akan menghilang
Kalus interna akan mengalami peronggaan untuk membentuk sumsum.
Rongga medulla akan tebentuk kembali dan diameter ulang akan kembali ke ukuran
semula.
Akhirnya tulang akan kembali mendekati bentuk semula. Teruama pada anak-anak
10. Femur :
Intrakapsuler 2–4
Intratrokhanterik 10 – 12
Batang 18
Suprakondiler 12 - 15
11. Tibia :
Proximal 8 – 10
Batang 14 - 20
Maleolus 6
12. Kalkaneus 12 – 16
13. Metatarsal 6
14. Falang (jari kaki) 3
Delayed Union
keadaan dimana terjadi penyatuan tulang yg tertunda.
Penyebabnya antara lain : karena infeksi, terdapat benda asing, imobilisasi tdk
adekuat, distraksi, avaskularitas, fraktur patologik, atau gangguan gizi dan metabolic.
Gambaran klinisnya biasanya nyeri tekan, trdapat pembengkakan,dan nyeri anggota
gerak pada saat bergerak/berjalan.
7. ATS/TT IM
FARMAKOLOGI
4. Ketolorac 30 mg IV bolus
Termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid.
-Digunakan karena memiliki efek yang cepat timbul. Selain itu penggunaan ketorolac juga
dapat membantu memberikan efek anti inflamasi
-Digunakan untuk jangka pendek pengobatan pada dewasa yang sedang mengalami sakit
berat
Farmakodinamik: Menghambat enzim sikloosigenase.
Farmakokinetik : bioavailibilitas; 100%. ekskresi; ginjal dan feses
5. Ondansentron 3x4 mg IV
Medications to prevent nausea and vomiting caused by cancer drug treatment
(chemotherapy) and radiation therapy. It is also used to prevent and treat nausea and
vomiting after surgery. Ondansetron works by blocking one of the body's natural substances
(serotonin) that causes vomiting.
6. Omeprazole IV
Prinsip tata laksana fraktur : mengembalikan posisi semula, stabilisasi pada masa
penyembuhan
Dengan menggunakan spalk di 3 sisi
A splint is a device used for support or immobilization of a limb or the spine. It can be used in
multiple situations, including temporary immobilization of potentially broken bones or
damaged joints and support for joints during activity
8. ATS/TT IM
- Diberikan Anti Tetanus System untuk mecegah infeksi tetanus di cedera fraktur
pada saat itu. Alasan pemberian karena masa kerja dari vaksin itu sendiri yang hanya 10 th.
Bila pemberian terakhir telah melewati batas waktu tsb, maka harus diberikan lagi.
- Pada keadaan fraktur dapat memungkinkan organisme asing masuk. Oleh karena
itu di vaksin TT lagi.
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitive, ada prinsip 4R, yaitu:
1. Rekognisi, diagnosis dan penilaian fraktur
Yang perlu diperhatikan adalah:
a) Lokalisasi fraktur
b) Bentuk fraktur
c) Menentukan Teknik yang sesuai untuk pengobatan
d) Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
2. Reduksi, reduksi fraktur apabila perlu
Dilakukan untuk mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan
dan deformitas.
3. Retensi, imobilisasi fraktur
4. Rehabilitasi, mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin