TIMUS
LIMFONODUS
1. H1
2. H2
Cimetidine, Famotidine, Lafutidine, Nizatidine, Ranitidine, Roxatidine. Seperti antagonis H1, juga agonis
dan antagonis terbalik tidak benar. H2 reseptor histamin, ditemukan terutama di sel parietal dari mukosa
lambung, digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, mengobati kondisi pencernaan termasuk
tukak lambung dan penyakit gastroesophageal reflux.
Mengantuk Antihistamin termasuk dalam golongan obat yang sangat aman pemakaiannya. Efek samping
yang sering terjadi adalah rasa mengantuk dan gangguan kesadaran yang ringan (somnolen).
Efek antikolinergik Pada pasien yang sensitif atau kalau diberikan dalam dosis besar. Eksitasi, kegelisahan,
mulut kering, palpitasi dan retensi urin dapat terjadi. Pada pasien dengan gangguan saraf pusat dapat
terjadi kejang.
Diskrasia Meskipun efek samping ini jarang, tetapi kadang-kadang dapat menimbulkan diskrasia darah,
panas dan neuropati.
Sensitisasi Pada pemakaian topikal sensitisasi dapat terjadi dan menimbulkan urtikaria, eksim dan petekie.
Efek sedasi Antihistamin H1 generasi pertama memiliki efek sedasi yang cukup besar sehingga berguna
sebagai bantuan tidur dan tidak sesuai untuk penggunaan pada siang hari. Pada anak – anak (dan jarang
terjadi pada dewasa) menimbulkan eksitasi daripada sedasi. Pada dosis toksik yang tinggi dapat
menyebabkan agitasi, kejang, dan koma. Sedangkan Antihistamin H1 generasi kedua hanya mempunyai
sedikit atau bahkan tidak mempunyai kerja sedatif atau stimulasi. Obat antihistamin H1 generasi kedua
(atau metabolitnya) juga mempunyai efek autonomik yang lebih sedikit dari antihistamin H1 generasi
pertama.