Halimah Sa’diyah
FKIK UIN Alauddin
2020
Pendahuluan
• Penyakit infeksi pada usila merupakan penyebab kesakitan dan
kematian no. 2 di dunia (setelah CVD)
Rahayu NA. Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut secara menyeluruh, IPD. 2009
Manifestasi Klinis Infeksi Pada Usila
1. Gejala demam
• Demam merupakan gejala utama dari infeksi seringkali tidak muncul
pada lansia.
• Terjadi penurunan respon imun (IL-1, IL-6, TNFα ) terhadap pyrogen
endogen
• Norman & Yoshikawa mengusulkan kriteria demam untuk usila
1. Peningkatan suhu badan yang menetap ≥ 2 O F dari suhu normal
2. suhu oral > 37,2 O C setelah pengukuran berulang
3. atau rektal > 37,5 0 C setelah pengukuran berulang
• Penderita dengan sepsis sering tidak demam, bahkan hipotermia, dan
terjadi pada 20 % penderita
• Tidak adanya demam selain memperlambat diagnosis juga
menunjukkan prognosis yang jelek, karena demam menunjukkan adanya
kemampuan badan melawan infeksi, lebih berbahaya
Manifestasi Klinik Infeksi Pada Usila
2. Gejala tidak khas
• Gejala infeksi yang biasa didapati pada orang dewasa sering tidak didapati
bahkan berubah pada lansia.
• Gejala nyeri yang khas pada apendisitis akut, kolesistitis akut, meningitis dan lain-
lain sering tidak didapati.
• Batuk pada pneumonia hanya berupa keluhan ringan saja, sehingga oleh
penderita dianggap sebagai batuk biasa. Gejala pneumonia yang sering didapati
berupa penurunan kesadaran/konfusio, inkontinensia, jatuh, anoreksia dan
kelemahan2 umum
• Kecurigaan atas adanya infeksi, bila didapati: penurunan kemampuan fisik dan
nafsu makan yang cepat, takhipnu, perubahan status mental dan kegelisahan
3. Gejala akibat penyakit penyerta (komormid)
• Sering menutupi, mengacaukan bahkan menghilangkan gejala khas akibat infeksi,
padahal penyakit komormid ini sering didapati pada lansia
Diagnosis
• Anamnesis lengkap;
Keluhan utama, riw. penyakit dahulu, riw obat-obatan, riw.
Perjalanan/lingkungan, riw. Makan/minum, riw. Pemakaian protheses sendi,
lensa tanam, pace maker, graft pembuluh darah,
• Pemeriksaan fisik lengkap
Setiap organ diperiksa,gigi, tht, colok dubur, vagina
• Pemeriksaan penunjang
DR, urinalisa, feses, CXR, endemic (malaria, tifoid, hepatitis virus), /pandemic
(Covid-19), dll.
Pem. Lain untuk mencari penyakit komiorbid/ penurunan fungsi organ (GDS,
ureum-kreatinin, protein, elektrolit, AGD, EKG, kultur darah)
Diagnosis
• Cara yang paling baik mendeteksi infeksi yaitu dengan melakukan
asesmen geriatri yang pada dasarnya mengadakan analisa atas semua
aspek, antara lain: fisik, psikis, kognitif, lingkungan, kemudian
• Dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
misalnya pemeriksaan kultur dan tes sensitivitas dari
sekret/darah/urine, yang harus segera dilakukan
Penatalaksanaan
• Antimikroba, sesuai penyebab
• Terapi empirik sebelum ada hasil kultur
• Jenis antibiotik disesuaikan dengan lokasi infeksi, lokasi penderita, lokasi
terjadinya infeksi)
• Vaksinasi (pencegahan infeksi virus; influenza, pneumonia, hepatitis)
• Terapi penyakit komorbid
• Perbaiki keadaan umum (nutrisi, hidrasi, oksigen, elektrolit, albumin, dll)
• Asuhan keperawatan yang baik (menjaga kenyamanan penderita)
• Dibutuhkan kerjasama tim multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin
Pemilihan Obat Antibiotik Pada Usia
Lanjut
Perlu diingat
• Ada perubahan fungsi organ akibat proses menua
• GFR menurun sampai 50% pada usia 70 tahun
• Banyak komorbid, interaksi antara antibiotic dengan obat2 u penyakit komorbid
Rahayu NA. Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut secara menyeluruh, IPD. 2009
Terapi Antimikroba Empirik Pada
Usia Lanjut Community Acquired -
Pasien Rawat Jalan
Infeksi Terapi yang direkomendasikan Komentar
Sinusitis akut Amoxycillin Amox-clav jika sumbernya dari gigi
Bronkitis kronik Amoxycillin Eksasebasi infeksi
Pneumonia Amox-clav/azithromycin/FQ gen 2/3 Perokok/ PPOK sering dijumpai
Selulitis Cefalexin
Infeksi ulkus kaki Amox-clav Terapi awal u/ infeksi kaki diabetic
ISK simtomatik TMP-SMZ (wanita), FQ (laki-laki) Uncomplicated cystitis atau
pielonefritis
Diare infeksi FQ Kuncinya rehidrasi per oral
Antibiotik berhubungan Metronidazole Panas dan nyeri abdominal atau mual
dengan diare dapat disebabkan C. difficile
Herpes zoster Famsiklovir atau valasiklovir Harus mulai terapi dalam 24 jam
Rahayu NA. Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut secara menyeluruh, IPD. 2009
Terapi Antimikroba Empirik Pada
Usia Lanjut Community Acquired -
Pasien
Infeksi
Rawat Inap Terapi yang direkomendasikan
Pneumonia Ceftriaxone + makrolid
Pneumonia berat Seftriakson + makrolid / FQ gen 2/3
Pielonefritis tanpa kateter Sefalosporin gen 3/4
Urosepsis Sefalosporin gen 3/4 + ampisillin
Meningitis akut Ceftriakson + vankomisisn
Kolestitis akut Ampisillin-sulbactam
Komplikasi kolesistitis akut (perforasi, gangrene, kolesistitis ESPCN-BL + gentamisin
empisematous, cholangitis)
Divertikulitis Sefoksitin/sefotetan/amp-sulbaktam
Kolitis iskemik Sefalosporin gen ke 3/4 + klindamisin/ESPCN-BL
Endokarditis katup Penisilin +nafsilin
Infeksi ulkus kaki diabetic Amp-sulbactam/ ESPCN-BL
Selulitis Sefazolin
Sindr. Syok septik (penyebab tdk diketahui) Imipenem/silastatin
ESPNC-BL; expended spectrum penicillin-beta lactamase combination, tikarcilin-klavulanat, piperasilin tazobactam) Rahayu NA. Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut secara menyeluruh, IPD. 2009
Terapi Antimikroba Empirik Pada Usia
Lanjut di Panti Werda (Nursing Home)
Infeksi Terapi yang direkomendasikan
Dekubitus terinfeksi FQ + klindamisin (PO) ; ESPCN-BL (IV)
Pneumonia FQ gen 2/3 (PO); seftriakson (IV)
Urosepsis Siprofloksasin (PO); seftriakson (IM/IV)
Kolitia C. difficile Metronidazole
Rahayu NA. Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut secara menyeluruh, IPD. 2009
Terapi Antimikroba Empirik Pada Usia
Lanjut di Rumah Sakit (Nosokomial)
Infeksi Terapi yang direkomendasikan
Pneumonia Klindamisin + seftazidim /FQ; ESPCN-BL
Urosepsis yang berhubungan dengan Ampisilin + sefalosporin gen 3/4
kateter
Rahayu NA. Penatalaksanaan infeksi pada usia lanjut secara menyeluruh, IPD. 2009
Pneumonia
• Diagnosis pneumonia pada lansia ditegakkan jika
terdapat 1 kriteria mayor + 2 kriteria minor, didukung
oleh adanya infiltrat baru atau perubahan infiltrat yang
progresif pada foto thorax.
• Kriteria mayor : batuk-batuk, sputum produktif, demam
(S>37,8O C)
• Kriteria minor : sesak nafas, nyeri dada, konsolidasi paru
pada pemeriksaan fisik, lekositosis (> 12.000/mm3).
Pneumonia Pada Geriatri
• Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang sering ditemukan pada
usila
• Morbiditas dan mortalitas tinggi
• Faktor risiko: penyakit paru yang diderita, penyakit jantung,
penurunan BB, status fungsional menurun, merokok, gangguan
menelan, aspirasi, malnutrisi, hipotermia, hypoalbuminemia, riwayat
antibiotic sebelumnya, kualitas hidup rendah, status bedridden.
Riwayat opname dengan pneumonia 2 tahun terakhir, DM,
imunosupresi, penyakit ginjal, konsumsi alcohol berlebihan, obat2
antipsikotik, kondisi sosio-ekonomi, kontak dengan anak2.
Penyebab Pneumonia pada Lansia
Tempat Infeksi Penyebab
Pneumonia yang didapat Streptococcus pneumonia (str. Pneumonia)
di masyarakat (CAP) H.influenzae
M.catarrhahalis
St.aureus
GNB (gram negative enteric bacilli)
Atypical agents (mycoplasma, chlamydia,
legionella)
Keterlambatan diagnosis
pneumonia pada lansia
Pneumonia Komunitas (Community
Acquired Pneumonia)
• Pneumonia komunitas adalah infeksi pneumonia yang didapat di luar RS atau
fasilitas kesehatan
• Menentukan penderita dirawat jalan atau perlu rawat inap system skor
CURB-65
• Terapi awal pneumonia yakni terapi empiric
• Pemilihan jenis antibiotic empirik pada lansia mempertimbangkan :
• Derajat kerentaan (frailty),
• Sumber infeksi
• Faktor risioko infeksi terhadap MO resisten
• Tingkat keparahan pneumonia
• Dosis disesuaikan dengan BB dan fungsi ginjal
Pneumonia Komunitas (CAP)
Tabel Skala Prognostik CURB-65
Satu poin untuk tiap item
C Confusion (perubahan kesadaran)
U Urea Plasmatic > 44 mg/dl (BUN >19,6 mg/dl)
R Respiratory rate ( ≥ 30 bpm)
B Blood Pressure (TD sistolik <90 mmHg atau TD diastolic ≤ 60 mmHg)
65 Age (Umur ≥ 65 tahun)
Skor Stratifikasi
0-1 Mortalitas rendah (0,7-2,1%. Rawat jalan
2 Mortalitas sedang (9,2%). Pertimbangkan rawat inap
3 Mortalitas tinggi (14,5%). Rawat inap
4-5 Mortalitas >40%. Rawat inap. Pertimbangkan ICU
Mulyana R. Terapi Antibiotik pada Pneumonia Usia lanjut. Jurnal Kesehatan Andalas, 2019. 8(1)
KRITERIA PENGUKURAN DAN CUT-OFF POINT JAWABAN
K Torayraju. Infeksi Saluran Kemih pada Geriatri. FK Udayana. ISM. Vol 2. no. 1. jan-April . 2015
Gejala dan Tanda ISK Pada Geriatri
• Nafsu makan menurun , tanda awal adanya penyakit yang serius- status gizi
menurun – kekebalan tubuh menurun – status fungsional meurun –
imobilisasi – tirah baring lama – inkontinensia urin ↔ISK
• Sindrom delirium, perubahan kesadaran/perilaku (hipoaktif/hiperaktif/
pola tidur berubah, fungsi kognitif menurun
• Inkontinensia urin
• Syncope dan sindrom delirium menyebabkan geriatric dibawa ke IGD
• Disuria/polakisuria jarang
• Demam dan nyeri tekan suprapubic jarang ditemukan
K Torayraju. Infeksi Saluran Kemih pada Geriatri. FK Udayana. ISM. Vol 2. no. 1. jan-April . 2015
Penatalaksanaan ISK Pada Geriatri
• Non farmakologik
• Nutrisi dan cairan adekuat
• Mobilisasi dini
• Farmakologik
• Terapi empiric sesuai pola kuman yang ada di setiap tempat
• Golongan quinolone sebagai terapi pilihan empiris, rawat jalan dan rawat
inap, 7-14 hari
• Pilihan lain: TMP-SMZ, beta-lactam dan sefalosporin
K Torayraju. Infeksi Saluran Kemih pada Geriatri. FK Udayana. ISM. Vol 2. no. 1. jan-April . 2015
Infeksi Jaringan Lunak
Dekubitus
• Sering didapati pada lansia oleh karena penyakit kronik dan keadaannya lemah,
dengan komplikasi osteomielitis.
• Diagnosis dengan irigasi saline setelah disingkirkan jaringan nekrotik dan luka
dimasase serta cairan dikultur.
• Kuman aerobik yang paling sering didapati adalah stafilokoki, enterokoki,
P.mirabilis, E.coli, dan P.aeruginosa.
• Bakteri anaerob berupa peptostreptokoki, bakteroides fragilis, dan klostridium sp.
• Bakteriemia yang berasal dari dekubitus disebabkan oleh P.mirabilis, E.coli,
P.aeruginosa, klebsiela sp, st.aureus, atau B.fragilis
• Terapi antimikroba dianjurkan jika didapati bakteriemia, selulitis, osteomielitis atau jika
demam dipikirkan disebabkan oleh dekubitus yang mengalami infeksi.
• Regimen pengobatan yang efektif adalah piperasilin- tazobaktam, atau karbapenem,
trovafloksasin sebagai obat tunggal, atau
• Siprofloksasin maupun seftazidim dalam kombinasi dengan metronidazol atau
clindamisin.
Endokarditis
• Sering terjadi pada lansia akibat kelainan dan pemasangan katub jantung,
alat prostetik, intravaskuler
• Sebahagian besar disebabkan streptokokus dan stafilokokus.
• Terapi empirik dengan ampisilin, atau sefalosporin, aminoglikosida, dan
vankomisin jika alergi penisilin.
• Lama pemberian 4-6 minggu.
Diare infeksi
• Faktor yang memudahkan terjadinya diare pada lansia karena aklorhidria,
menurunnya motilitas, penggunaan antibiotik yang terlalu sering atau terlalu
lama (clindamisin dan beta laktam).
• Umumnya disebabkan virus, klostridium.
• Penyebab lain: shigela, salmonela
• Terapi: Metronidazol merupakan pilihan obat yang disebabkan klostridium ,
diberikan 7-10 hari atau vankomisin.
• Terapi suportif.
• Memperbaiki status gizi
• Hidrasi cukup
• Vitamin (A,C,D,E) dan mineral (Fe,Cu,Zn), mempercepat penyembuhan penderita
Fever of Unkown Origin (FUO)
• FUO adalah keadaan klasik ditandai dengan suhu > 38oC yang sudah
berlangsung minimal 3 minggu dan tetap tidak diketahui penyebabnya
setelah dilakukan pemeriksaan selama 1 minggu
• Penyebab tidak sma dengan usia muda
• Penyebab:
• Infeksi (35%); abses intrabdominal, TB, endocarditis infeksi
• Penyakit vascular kolagen (28%); temporal arteritis/polimialgia reumatika,
polyarteritis nodosa
• Malignansi (19%); limfoma/ hematologic, solid tumor
• Lain2 (9%); emboli paru, drug fever
• Tidak terdiagnosa (9%)
Kesimpulan
• Penyakit infeksi pada usia lanjut perlu diwaspadai pada setiap
perubahan mendadak (akut) dari tingkat keasadaran, kebiasaan dan
keadaan fisiknya.
• Perlu dipikirkan infeksi sampai terbukti bukan infeksi
• Demam yang merupakan tanda cardinal infeksi, kadang tidak
ditemukan pada usia lanjut (20-30%)
• Penatalaksanaan infeksi pada lansia selain antibiotic yang sesuai, juga
perlu terapi adekuat terhadap penyebab komorbid, didukung dengan
tatalaksana keperawatan dan terapi supportif (nutrisi, cairan,
elektrolit, oksigen, dll)
Terima Kasih
wassalam