Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA PASIEN
HIV/ AIDS

By :

Ns. Kasmad, M.Kep.


PENGERTIAN
HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancyrkan sel-sel darah putih infeksi oleh HIV biasanya
berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif, menyebabkan terjadinya infeksi
opportunistic dan kanker tertentu (terutama pada orang dewasa)
AIDS adalah sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat
infeksi akibat virus HIV yang termasuk familly retroviridae AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV
Klasifikasi
1. STADIUM 1
Asimtomatik, limfadenopati generalisata persisten
2. STADIUM 2
BB menurun < 10 %, kelainan kulit dan mukosa yang ringan , herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
3. STADIUM 3
BB menurun < 10 % , diare kronis , demam berkepanjangan , tb paru , kandidiasis orofaringeal
4. STADIUM 4
wasting syndrome, toksoplasmosis otak
ETIOLOGI
Infeksi transmisi dari HIV dan AIDS terdiri dari 5 fase:
a. Periode jendela
b. Fase infkesi HIV
c. Infeksi asimtomatic
d. Supresi imun simtomatic
e. AIDS
Lanjutan...

AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita yang termasuk
kelompok resiko tinggi:
a. Lelaki homo sex(bisex)
b. Orang yang ketagihan obat intravena
c. Patner sex dari penderita AIDS
d. Penerima darah atau produk darah(transfusi)
e. Bayi dari ibu atau bapa yang terinfeksi HIV
LANJUTAN....

Penularan virus HIV melalui :

a. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal)


b. Jarum suntik, tindik, tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
c. Mendapat transfusi darah yang mengandung virus HIV
d. Ibu penderita HIV
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala penderita penyakit AIDS :
1) Saluran pernafasan
Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seperti terserang
infeksi virus lainnya ( pneumonia ).
2) Saluran pencernaan
Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah,
kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3) Berat badan tubuh
Penderita mengalami hal yang disebut dengan wasting syndrome
4) Sistem persyarafan
Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah
konsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat.
Lanjutan ...
kandidiasis Herpes zoster

5) Sistem integumen
Penderita mengalami serangan virus cacar air( herpes simplex ) atau cacar api ( herpes
zoster ) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan
kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit ( folliculities ), kulit
kering berbecak ( kulit lapisan luar retak-retak ) serta Eczema atau Psoriasis.
6) Saluran kemih dan reproduksi pada wanita
Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini disebabkan sebagai
tanda awal terinfeksinya virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis
dan dibandingkan pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit
cacar.
FASE KLINIK HIV
a) Fase klnik 1
Tanpa gejala, limfadenopati, menetap dan menyeluruh
b) Fase klinik 2
Penurunan BB tanpa sebab, infeksi saluran atas berulang, herpes zoster, infeksi sudut bibir, ulkus mulut
berulang, popular pluritic eruptions, seborrhoic, dermatitis, infeksi jamur pada kuku .
c) Fase klinik 3
Penurunan BB tanpa sebab, diare kronik tanpa sebab sampai >1 bulan, demam menetap >1 bulan, kandidas
oral menetap, TB pulmonal, plak putih pada mulut,
d) Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus, pneumocystis pneumonia, pneumonia bakteri berulang, infeksi herpes simplex kronik,
oesophageal candidasis, TBC ekstra pulmonal, cytomegalovirus, toksoplasma di SPP, HIV encephalopaty,
meningitis ,infaktion progresive multivocal, lympoma, invasive cervical carsinoma, leukoencephalopaty .
PATOFISIOLOGI

Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi di kelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang .
HIV menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein periver CD4 pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun maka HIV menginfeksi sel lain
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkiptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik
dari sel T4 untuk membuat double-tranded DNA . DNA ini akan di satukan kedalam nukleus sel T4 sebagai
sebuah provirus dan kemudian menjadi infeksi yang permanen
Dengan menurunya sel T4, maka sistem sel imun seluler makin lemah secara progresif diikuti berkurangnya
fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya sel T penolong . HIV menyebabkan jumlah sel T berkurang dari
1000 sel/ml darah menjadi 200-300/ml darah, 2-3 tahun terinfeksi . Seseorang di diagnosis menyidap AIDS
apabila jumlah T4 jatuh dibawah 200 sel/ml darah, atau apabila terjadi infeksi aportunisti, kanker atau
dimensia AIDS .
KOMPLIKASI
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency
Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.

b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf,
berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit,
meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
- Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan
efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
Pemeriksaan penunjang
– Tes virologis dengan PCR
– Tes ELISA
– Tes Western Bolt
– Sel CD4
– P24 antigent tes
– Tes fungsi paru
– Pemeriksaan neurologis
Pengobatan
Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita HIV antara lain:
– Obat Retrovirus :Zidovudine (AZT), didanosine
– Obat-obatan untuk infeksi oportunistik
– Pengobatan simtomatik supportif
Diagnosa keperawatan

– Resiko infeksi b.d immunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko
– Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan
– Intoleransi aktifitas b.d kelemahan, pertukaran okesigen, malnutrisi dan kelelahan
– Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang, menurunnya absorbsi zat gizi
– Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebih akibat diare berat
– Resiko bunuh diri b.d harga diri rendah
INTERVENSI
1. Resiko tinggi infeksi b.d immunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko 
– Observasi tanda –tanda infeksi
– Kaji TTV klien
– Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif ( cuci tangan sebelum maupin sesudah tindakan )
– Libatkan keluarga dalam pemenuhan istirahat klien dan batasi pengunjung
– Kolaborasi dengan petugas kesehatan lain dalam pemeriksaan laboratorium
2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan 
– Observasi status pernafasan klien
– Kaji tanda-tanda vital klien
– Anjurkan pasien untuk posisi semi fowler
– Libatkan keluarga dalam pemberian posisi semi fowler
– Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oksigen
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan, pertukaran okesigen, malnutrisi dan kelelahan 
– Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktifitas
– Kaji faktor yang menyebabkan kelelahan
– Bantu klien dalam mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan
– Libatkan keluarga dalam pemenuhan istirahat selam aktifitas
– Kolaborasi dengan tenaga rahbilitasi medik dalm merencanakan program terapi yang tepat.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang, menurunnya absorbsi zat gizi 
– Observasi adanya riwayat alergi terhadap makanan
– Kaji berat badan pasien setiap hari
– Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
– Libatkan keluarga dalam hal pemenuhan nutrisi klien
– Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai