Anda di halaman 1dari 27

NI LUH PUTU MEISANINGSIH

1820038

1. HIV (Human Immunodeficiency Virus)

adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara
yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan
rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.

2. TANDA DAN GEJALA HIV/AIDS

A. Saluran pernafasan.

Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti
terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV
AIDS diduga sebagai TBC.

B. Saluran Pencernaan.

Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.

C. Berat badan tubuh.

Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh
hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti
yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan
pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang
bertenaga.

D. System Persyarafan.

Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala,
susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada
system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan
dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.

E. System Integument (Jaringan kulit).

Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan
berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah
mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar
retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.

F. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada
vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar.
Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic
dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
3. PATOFISIOLOHMGI HIV AIDS

Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu,
dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang
materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit
akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti
berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar
1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah
infeksi.

Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. TeSs untuk diagnosa infeksi HIV:

-ELISA

-Western blot

-P24 antigen test

-Kultur HIV

B. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

-Hematokrit.
-LED

-CD4 limfosit

-Rasio CD4/CD limfosit

-Serum mikroglobulin B2

-Hemoglobulin

5. ASKEP

A. Pengkajian

a.Identitas

Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir

b.Riwayat

Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obatan

c.Keadaan Umum

Pucat, kelaparan

d.Gejala Subjektif

Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah,
anoreksia

e.Psikososial

Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup

f.Status Mental

Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi

g.HEENT

Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering

h.Neurologis

Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia

i.Muskoloskletal

Focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL

j.Kardiovaskular

Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness

k.Pernapasan

Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk produktif atau non
produktif.
l.GI

Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram,
hepatosplenomegali, kuning

m.Gu

Lesi atau eksudat pada genital,

n.Integument

Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif

B. Diagnosa Forum

Tugas Kelas

Anggota

Askep HIV/AIDS

Pertanyaan

imroatul farida memposting pertanyaan baru: HIV/AIDs 1. apakah HIV/AIDS 2. bagaimana tanda &
gejala HIV/AIDs 3. bagaimana pathofisiologi HIV/AIDS 4. apa saja pemeriksaan penunjang HIV/AIDS
5. buat askep dengan pendekatan SDKI,SLKI,SIKU

Tenggat: Hari ini

Diposting tanggal 08.00

Ditugaskan

jawablah pertanyaan singkat & jelas

Jawaban Anda

Teman sekelas dapat melihat jawaban Anda

NI LUH PUTU MEISANINGSIH

1820038

1. HIV (Human Immunodeficiency Virus)

adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara
yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan
rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.

2. TANDA DAN GEJALA HIV/AIDS

A. Saluran pernafasan.

Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti
terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV
AIDS diduga sebagai TBC.
B. Saluran Pencernaan.

Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.

C. Berat badan tubuh.

Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh
hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti
yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan
pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang
bertenaga.

D. System Persyarafan.

Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala,
susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada
system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan
dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.

E. System Integument (Jaringan kulit).

Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan
berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah
mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar
retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.

F. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada
vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar.
Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic
dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).

3. PATOFISIOLOHMGI HIV AIDS

Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu,
dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang
materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit
akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.

Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti
berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar
1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah
infeksi.

Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. TeSs untuk diagnosa infeksi HIV:

-ELISA

-Western blot

-P24 antigen test

-Kultur HIV

B. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

-Hematokrit.

-LED

-CD4 limfosit

-Rasio CD4/CD limfosit

-Serum mikroglobulin B2

-Hemoglobulin

5. ASKEP

A. Pengkajian

a.Identitas

Meliputi nama, umur, tempat dan tanggal lahir

b.Riwayat
Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obatan

c.Keadaan Umum

Pucat, kelaparan

d.Gejala Subjektif

Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah,
anoreksia

e.Psikososial

Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup

f.Status Mental

Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi

g.HEENT

Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering

h.Neurologis

Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia

i.Muskoloskletal

Focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL

j.Kardiovaskular

Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness

k.Pernapasan

Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk produktif atau non
produktif.

l.GI

Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram,
hepatosplenomegali, kuning

m.Gu

Lesi atau eksudat pada genital,

n.Integument

Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif

B. Diagnosa, intervensi dan rasional 1

Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

Tujuan dan kriteria hasil:


setelah dilakukan intevensi keperawatan selama 3X24 jam maka tingkat infeksi menurun denan
kriteria hasil:

-demam menurun

-kemerahan menurun

- nyeri menurun

- bengkak menurun

-kadar sel darah putih membaik

Intervensi:

-Monitor tanda-tanda infeksi baru.

-gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.

-Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.

-Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.

-Atur pemberian antiinfeksi sesuai order

Rasional:

- Untuk pengobatan dini

-Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.

-Mencegah bertambahnya infeksi

-Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

-Mempertahankan kadar darah yang terapeutik

Diagnosa, intervensi dan rasional 2

Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Tujuan dan kriteria hasil:

setelah dilakukan intevensi keperawatan selama 3X24 jam maka toleransi aktivitas meningkat denan
kriteria hasil:

-frekuensi nadi meningkat

-keluhan lelah menurun

-dispnea saat aktivitas menurun

-dipsniea setelah aktivitas menurun.

Intervensi:

-Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas

-Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu

-Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.


Rasional:

-Respon bervariasi dari hari ke hari

-Mengurangi kebutuhan energi

-Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik

Dwi Achmad Nugroho09.48

Dwi Achmad Nugroho 1821008

1. HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, dengan
menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan
tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit.

2. - Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga beberapa
minggu, yang meliputi: Demam hingga menggigil,Muncul ruam di kulit, Muntah , Nyeri pada sendi
dan otot.

- Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak merasakan gejala apapun
selama tahap ini: Berat badan turun,Berkeringat di malam hari, Demam, Diare ,Mual dan muntah
,Herpes zoster ,Pembengkakan kelenjar getah bening ,Sakit kepala ,Tubuh terasa lemah.

- Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin berkembang.
Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS : Berat badan turun tanpa
diketahui sebabnya , Berkeringat di malam hari ,Bercak putih di lidah , mulut, kelamin, dan anus
,Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang, Keluhan ini kemungkinan menandakan adanya
sarkoma Kaposi, Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari ,

Diare kronis.

3. sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh
virus HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh, maka orang tersebut akan mudah terkena penyakit
seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker.

4. Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV. Skrining dilakukan
dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di laboratorium. Jenis skrining
untuk mendeteksi HIV :

- Tes antibodi

- Tes antigen

- Hitung sel CD4

- Pemeriksaan viral load (HIV RNA)

- Tes resistensi (kekebalan) terhadap obat


5.""" Keadaan Umum

Kesadaran

Kesadaran Pasien melemah

- Tanda tanda vital

GSC 4 6 5, T = 150/100 mmhg

S = 38 c

RR = 25x/mnt

N = 95 /mnt

- Body System

Sistem pernafasan

Hidung :simetris, pernafasan, cuping hidung.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar lymfe di sub mandibula.

Dada : bentuk dada normal`

perbandingan ukuran anterior-posterior dengan tranversal 1:1

Gerakan dada : simetris, tidak terdapat reaksi`

Suara nafas : ronki

Suara nafas tambahan : ronki

1. Hipertermia

Definisi: suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.

Penyebab :

- Dehidrasi, - Terpapar lingkungan panas ,- Proses penyakit (mis, infeksi, kanker), - Ketidak sesuaian
pakaian dengan suhu lingkugan, - Respon trauma

Gejala dan tanda mayor :

- Subjektif

( tidak tersedia )

- Objektif

Suhu tubuh diatas nilai normal


Gejala dan tanda minor :

- Subjektif

( tidak tersedia )

- Objektif

Kulit merah, kejang, takikardia, takipnea, kulit terasa hangat.

Kondisi klinis terkait :

- Proses infeksi,- Hipertiroid,- Stroke,- Dehidrasi, - Trauma (sdki. 284,2016)

Luaran utama suhu tubuh dan suhu kulit membaik ( slki. 129,)

Intervesi utama monitor suhu tubuh ( siki. 181)

2. Defisit nutrisi

Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism

Penyebab :

- Ketidak mampuanmenelan makanan, -Ketidak mampuan mencerna makanan, -Ketidak mampuan


mengabsrobsi nutrient, -Peningkatan kebutuhan metabolisme, -Factor ekonomis (mis.finansial tidak
mencukupi ),

Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)

Gejala dan tanda mayor :

- Subjektif

(tidak tersedia)

- Objektif

Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal)

Gejala dan tanda minor :

- Subjektif

Cepat kenyang setelah makan, -Kram/nyeri abdomen, -Nafsu makan menurun

- Objektif

-Bising usus hipraktif, -Otot pengunyah lemah, -Otot menelan lemah

Membran mukosa pucat, -Sariawan, -Serum albumin turun, -Rambut rontok berlebihan, -Diare,

Kondisi klinis terkait :

Stroke, -Parkinson, -Mobius syndrome, -Kerusakan neuromuscular, -Luka bakar, -Kanker, -Infeksi,
-AIDS
(sdki. 56,2016)

Luaran utama Berat badan membaik dan nafsu makan membaik

( slki. 121)

Intervensi utama monitor berat badan,monitor nafsu makan

( siki. 200)

Armanda Nugraha13.57

NAMA : ARMANDA WIDYA NUGRAHA

NIM : 1821004

1. virus ini dapat ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, air mani, atau cairan
vagina.

Dalam beberapa minggu infeksi HIV, gejala seperti flu seperti demam, sakit tenggorokan, dan
kelelahan dapat terjadi. Kemudian penyakit ini biasanya tanpa gejala sampai berkembang menjadi
AIDS. Gejala AIDS termasuk penurunan berat badan, demam atau berkeringat saat malam,
kelelahan, dan infeksi berulang.

Tidak ada obat untuk AIDS, tetapi kepatuhan yang ketat untuk mengonsumsi rejimen anti-retroviral
(ARV) dapat secara dramatis memperlambat bertambah parahnya penyakit serta mencegah infeksi
sekunder dan komplikasi.

2. Dalam beberapa minggu infeksi HIV, gejala seperti flu seperti demam, sakit tenggorokan, dan
kelelahan dapat terjadi. Kemudian penyakit ini biasanya tanpa gejala sampai berkembang menjadi
AIDS.infeksi oportunistik, bercak merah, kandidiasis oral, pembengkakan kelenjar getah bening,
penurunan berat badan yang tidak disengaja yang parah, radang paru-paru, ruas kulit atau sakit
kepala.

3. sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh
virus HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh, maka orang tersebut akan mudah terkena penyakit
seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker.

4. Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV. Skrining dilakukan
dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di laboratorium. Jenis skrining
untuk mendeteksi HIV :

- Tes antibodi

- Tes antigen

- Hitung sel CD4


- Pemeriksaan viral load (HIV RNA)

- Tes resistensi (kekebalan) terhadap obat

5. Keadaan Umum

Kesadaran

Kesadaran Pasien melemah

- Tanda tanda vital

GSC 4 6 5, T = 150/100 mmhg

S = 37 c

RR = 25x/mnt

N = 90 /mnt

1. Gangguan Mobilitas fisik

Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.

Penyebab : Perubahan metabolisme, Ketidakbugaran fisik, Penurunan kekuatan otot, Kecemasan

Gejala dan Tanda Mayor :

Subjektif :

1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

Objektif :

1. Kekuatan otot menurun

2. Rentang gerak (ROM)

Kondisi Klinis Terkait

1. Stroke

2. Cedera Medula

3. Trauma

4. Fraktur

5. Osteoarthritis

6.Ostemalasia

7. Keganasan
luaran utama dukungan mobilisasi SIKI 462

2. Defisit nutrisi

Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism

Penyebab :

- Ketidak mampuanmenelan makanan, -Ketidak mampuan mencerna makanan, -Ketidak mampuan


mengabsrobsi nutrient, -Peningkatan kebutuhan metabolisme,

Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)

Gejala dan tanda mayor :

- Subjektif

(tidak tersedia)

- Objektif

Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal)

Gejala dan tanda minor :

- Subjektif

Cepat kenyang setelah makan, -Kram/nyeri abdomen, -Nafsu makan menurun

- Objektif

-Bising usus hipraktif, -Otot pengunyah lemah, -Otot menelan lemah

Membran mukosa pucat, -Sariawan, -Serum albumin turun, -Rambut rontok berlebihan, -Diare,

Kondisi klinis terkait :

Stroke, -Parkinson, -Mobius syndrome, -Kerusakan neuromuscular, -Luka bakar, -Kanker, -Infeksi,
-AIDS

(sdki. 56,2016)

Luaran utama Berat badan membaik dan nafsu makan membaik

( slki. 121)

Intervensi utama monitor berat badan,monitor nafsu makan

( siki. 200)

Alfiary Yusuf14.15

Alfiary yusuf

1821002
1. HIV merupakan sebuah virus berbahaya

yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Selain itu, virus inilah

yang menyebabkan AIDS. AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan

gejala penurunan kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap penyakit lain

yang mematikan.

2. Demam hingga menggigil, Muncul ruam

di kulit, Muntah, Nyeri pada sendi dan otot, Pembengkakan kelenjar getah bening,

Sakit kepala, Sakit perut, Sakit tenggorokan dan sariawan.

3. HIV

secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang bekerja

sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong

dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan

pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi

HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4.

HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen

permukaan CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang

mencakup linfosit penolong dengan peran kritis dalam mempertahankan

responsivitas imun, juga memperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan

perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4

ini tidak pasti, meskipun kemungkinan mencakup infeksi litik sel CD4 itu

sendiri; induksi apoptosis melalui antigen viral, yang dapat bekerja sebagai

superantigen; penghancuran sel yang terinfeksi melalui mekanisme imun antiviral

penjamu dan kematian atau disfungsi precursor limfosit atau sel asesorius pada

timus dan kelenjar getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis sel selain

limfosit. Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti infeksi pada limfosit CD4,

tidak menyebabkan kematian sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperang sebagai

reservoir virus laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus ke
organ, terutama otak, dan menetap di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan

asam nukleat viral pada sel-sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan

tubular dan astroglia. Pada jaringan janin, pemulihan virus yang paling

konsisten adalah dari otak, hati, dan paru. Patologi terkait HIV melibatkan

banyak organ, meskipun sering sulit untuk mengetahui apakah kerusakan terutama

disebabkan oleh infeksi virus local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun

Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat

terakhir, meskipun “ priode inkubasi “ atau interval sebelum muncul

gejala infeksi HIV, secara umum lebih singkat pada infeksi perinatal

dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan regulasi imun

sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;

hipergameglobulinemia dengan produksi antibody nonfungsional lebih universal

diantara anak-anak yang terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering meningkat pada

usia 3 sampai 6 bulan. Ketidak mampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini

dengan produksi imunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan

antigen sebelumnya, berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri yang

lebih berat pada infeksi HIV pediatrik. Deplesi limfosit CD4 sering merupakan

temuan lanjutan, dan mungkin tidak berkorelasi dengan status simtomatik. Bayi

dan anak-anak dengan infeksi HIV sering memiliki jumlah limfosit yang normal,

dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin memiliki resiko limfosit CD4

terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang untuk beberapa alasan

menderita imunopatologi yang berbeda dengan dewasa, dan kerentanan perkembangan

system saraf pusat menerangkan frekuensi relatif ensefalopati yang terjadi pada

infeksi HIV anak.

4. a) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

- ELISA (positif; hasil


tes yang positif dipastikan dengan western blot)

- Western blot (positif)

- P24 antigen test

(positif untuk protein virus yang bebas)

- Kultur HIV(positif;

kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim reverse

transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)

b) Tes untuk deteksi gangguan system imun.

- LED (normal namun

perlahan-lahan akan mengalami penurunan)

- CD4 limfosit (menurun;

mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen)


- Rasio CD4/CD8 limfosit

(menurun)

- Serum mikroglobulin B2

(meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit).

- Kadar immunoglobulin

(meningkat)

5. a. diagnose : resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi, dan pola hidup yang beresiko

tujuan : pasien akan bebas infeksi oportunistik dan

komplikasinya dengan kriteria tidak ada tanda – tanda baru

intervensi : 1. Monitor tanda tanda baru

2. gunakan teknik aseptic pada setiap

tindakan invasive

3. anjurkan pasien dengan metode

mencegah terpapar terhadap lingkungan

4. atur pemberian antiinfeksi sesuai

order
b. diagnose : intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Tujuan : bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.

Intervensi : 1. Monitor respon fisiologi terhadap aktivitas

2. berikan bantuan perawatan yang pasien

sendiri tidak mampu

3. jadwalkan perawatan pasien sehingga

tidak mengganggu istirahat.

Anggraeni Prameswari Putri15.27

Anggraeni Prameswari Putri

Nim 1820004

1. Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang tidak dapat hidup di luar
tubuh manusia. Kerusakan sistem kekebalan tubuh ini akan menimbulkan kerentanan terhadap
infeksi penyakit

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)

Sekumpulan gejala, infeksi dan kondisi yang diakibatkan infeksi HIV pada tubuh. Muncul akibat
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga infeksi dan penyakit mudah menyerang tubuh
dan dapat menyebabkan kematian.

Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang muncul akibat lemahnya system pertahanan tubuh yang
telah terinfeksi HIV atau oleh sebab lain.
2.Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap infeksi akut, dan terjadi
pada beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan
tubuh orang yang terinfeksi membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.

Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah infeksi terjadi. Penderita
umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal ini karena gejala yang muncul mirip dengan
gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Perlu diketahui, pada tahap ini jumlah
virus di aliran darah cukup tinggi. Oleh karena itu, penyebaran infeksi lebih mudah terjadi pada
tahap ini.

Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga beberapa minggu,
yang meliputi:

Demam hingga menggigil.

Muncul ruam di kulit.

Muntah.

Nyeri pada sendi dan otot.

Pembengkakan kelenjar getah bening.

Sakit kepala.

Sakit perut.

Sakit tenggorokan dan sariawan.

Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten dapat berlangsung
hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV semakin berkembang dan merusak
kekebalan tubuh.

Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak merasakan gejala apapun
selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita lainnya mengalami sejumlah gejala, seperti:

Berat badan turun.

Berkeringat di malam hari.

Demam.

Diare.

Mual dan muntah.


Herpes zoster.

Pembengkakan kelenjar getah bening.

Sakit kepala.

Tubuh terasa lemah.

Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin berkembang. Kondisi
ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Ketika penderita memasuki tahap ini,
sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah, sehingga membuat penderita lebih mudah terserang
infeksi lain.

Gejala AIDS meliputi:

Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.

Berkeringat di malam hari.

Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus.

Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. Keluhan ini kemungkinan menandakan adanya sarkoma
Kaposi.

Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.

Diare kronis.

Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi atau hilang ingatan.

Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina.

Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.

Mudah marah dan depresi.

Ruam atau bintik di kulit.

Sesak napas.

Tubuh selalu terasa lemah.

Menurut WHO:

1. Gejala mayor

✓ Penurunan BB ≥ 10%

✓ Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan

✓ Diare kronis

✓ Tuberkulosis
2. Gejala minor

✓ Koordinasi orofaringeal

✓ Batuk menetap lebih dari 1 bulan

✓ Kelemahan tubuh

✓ Berkeringat malam

✓ Hilang nafsu makan

✓ Infeksi kulit generalisata

✓ Limfodenopati

✓ Herpes zoster

✓ Infeksi herpes simplek kronis

✓ Pneumonia

✓ Sarkoma kaposi

3. Patofisiologi

Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi dari benda asing, misalnya :
virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini
disebut sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks yaitu :

Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV) mempunyai cara tersendiri
sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh. “ber-aksi” bahkan kemudian
dilumpuhkan.

Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada di dalam sel
limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-
sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat virus memasuki
tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel
pada benda asing tersebut, reseptor sel T helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel
induk ke dalam sel T helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia
lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T
helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya sekaligus
memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua
utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper.

Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan melakukan
pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA
(DNA utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen.

Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan, genom dari HIV ¬ proviral
DNA ¬ dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut berkembang
biak sesuai dengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai suatu saat ada mekanisme pencetus
(mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktif membentuk RNA, ke luar dari T helper dan
menyerang sel lainnya untuk menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka
tidak ada mekanisme pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan mekanisme
kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau Sindroma
Kegagalan Kekebalan.

4. Tes penunjang

✓ Tes untuk diagnosa infeksi HIV :


- ELISA (Enzym-linked immunoabsorbent assay)
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Rasio CD4/CD limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin

✓Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)

Western blot (positif)

P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)

Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim reverse
transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat).

✓Tes untuk deteksi gangguan system imun.

a.LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)

b.CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen)

c.Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)

d.Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit) e.Kadar


immunoglobulin (meningkat)

5. Askep HIV/AIDS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS

1. Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

a. Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktifitas, kelelahan.

b. Tanda : kelemahan otot, nyeri otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhadap
aktifitas.

2. Sirkulasi

a. Gejala : demam, proses penyembuhan luka yang lambat, perdarahan lama bila cedera

b. Tanda : suhu tubuh meningkat, berkeringat, takikardia, mata cekung, anemis, perubahan
tekanan darah postural, volume nadi perifer menurun, pengisian kapiler memanjang.

3. Integritas ego

a. Gejala : merasa tidak berdaya, putus asa, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, dan
depresi.

b. Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak mata
kurang.

4. Eliminasi

a. Gejala : diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih.

b. Tanda : feces encer disertai mucus atau darah, nyeri tekan abdominal, lesi pada rectal,
ikterus, perubahan dalam jumlah warna urin.

5. Makanan/cairan

a. Gejala : tidak ada nafsu makan, mual, muntah, sakit tenggorokan.

b. Tanda : penurunan BB yang cepat, bising usus yang hiperaktif, turgor kulit jelek, lesi pada
rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna mukosa mulut

6. Hygiene

a. Tanda : tidak dapat menyelesaikan ADL, mempeliahtkan penampilan yang tidak rapi.

7. Neurosensorik

a. Gejala : pusing, sakit kepala, photofobia.

b. Tanda : perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi, kelemahan otot,
tremor, penurunan visus, bebal, kesemutan pada ekstrimitas.

8. Nyeri/kenyamanan

a. Gejala : nyeri umum atau lokal, sakit, nyeri otot, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri dada
pleuritis, nyeri abdomen.

b. Tanda : pembengkakan pada sendi, hepatomegali, nyeri tekan, penurunan ROM, pincang.
9. Pernapasan

a. Tanda : terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non, sesak pada dada,
takipneu, bunyi napas tambahan, sputum kuning.

10. Keamanan

a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka lambat proses penyembuhan.

b. Tanda : demam berulang

11. Seksualitas

a. Tanda : riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom yang
tdk konsisten, lesi pada genitalia, keputihan.

12. Interaksi social

a. Tanda : isolasi, kesepian, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tidak terorganisir

2. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan antibodi spesifik toksoplasma, yaitu IgG,
IgM dan IgG affinity.

• IgM adalah antibodi yang pertama kali meningkat di darah bila terjadi infeksi toksoplasma.

• IgG adalah antibodi yang muncul setelah IgM dan biasanya akan menetap seumur hidup
pada orang yang terinfeksi atau pernah terinfeksi.

• IgG affinity adalah kekuatan ikatan antara antibodi IgG dengan organisme penyebab infeksi.
Manfaat IgG affinity yang dilakukan pada wanita yang hamil atau akan hamil karena pada keadaan
IgG dan IgM positif diperlukan pemeriksaan IgG affinity untuk memperkirakan kapan infeksi terjadi,
apakah sebelum atau pada saat hamil. Infeksi yang terjadi sebelum kehamilan tidak perlu dirisaukan,
hanya infeksi primer yang terjadi pada saat ibu hamil yang berbahaya, khususnya pada trimester I.

• Bila IgG (-) dan IgM (+). Kasus ini jarang terjadi, kemungkinan merupakan awal infeksi. Harus
diperiksa kembali 3 minggu kemudian dilihat apakah IgG berubah jadi (+). Bila tidak berubah, maka
IgM tidak spesifik, yang bersangkutan tidak terinfeksi toksoplasma.

• Bila IgG (-) dan IgM (-). Belum pernah terinfeksi dan beresiko untuk terinfeksi. Bila sedang
hamil, perlu dipantau setiap 3 bulan pada sisa kehamilan (dokter mengetahui kondisi dan kebutuhan
pemeriksaan anda). Lakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi infeksi.

• Bila IgG (+) dan IgM (+). Kemungkinan mengalami infeksi primer baru atau mungkin juga
infeksi lampau tapi IgM nya masih terdeteksi. Oleh sebab itu perlu dilakukan tes IgG affinity langsung
pada serum yang sama untuk memperkirakan kapan infeksinya terjadi, apakah sebelum atau
sesudah hamil.

• Bila IgG (+) dan IgM (-). Pernah terinfeksi sebelumnya. Bila pemeriksaan dilakukan pada awal
kehamilan, berarti infeksinya terjadi sudah lama (sebelum hamil) dan sekarang telah memiliki
kekebalan, untuk selanjutnya tidak perlu diperiksa lagi.

b. Infeksi HIV diperkuat oleh tes serologi positif:


• Tes ELISA (Enzim linked immunosorbent assay)

• Western blot dianggap tes yang lebih spesifik untuk infeksi HIV, dilakukan sama pada
spesimen darah jika tes ELISA positif (2kali)

Diagnosa Keperawatan yang sering muncul :

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.(sdki, hal 304.2017)

Kriteria hasil :

Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi
baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.

Intervensi :

1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.

2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan
tindakan.

3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.

4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.

5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order

2. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,


kelelahan.(sdki, hal 128.2017)

Kriteria hasil :

Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.

Intervensi :

1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas

2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu

3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

3. Diare bd tingkat stress tinggu dd


ds: px lemas

Do : feses lembek atau cair, frekuensi peristaltik meningkat,bising usus hiperaktif(sdki,58.2017)

Kriteria hasil :

Setelah dilakukan intervensi kep selama 1x24 jam maka eliminasi fekal akan membaik
(slki,156,23.2017)

Intervensi (siki,455,164.2017)

Idenvikasi penyebab diare

Monitor warna,volume,frekuensi diare,

Kolaborasikan pemberian obat antimotilitas

4.Penurunan koping keluarga berhubungan dengan situasi penyerta yang mempengaruhi orang
terdekat:cemas.(sdki,212)

Kriteria hasil :

Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan
akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif

Intervensi :

1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya

2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal

3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

Anda mungkin juga menyukai