1820038
adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara
yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan
rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.
A. Saluran pernafasan.
Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti
terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV
AIDS diduga sebagai TBC.
B. Saluran Pencernaan.
Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.
Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh
hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti
yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan
pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang
bertenaga.
D. System Persyarafan.
Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala,
susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada
system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan
dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan
berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah
mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar
retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
F. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada
vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar.
Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic
dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
3. PATOFISIOLOHMGI HIV AIDS
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu,
dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang
materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit
akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti
berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar
1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah
infeksi.
Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-ELISA
-Western blot
-Kultur HIV
-Hematokrit.
-LED
-CD4 limfosit
-Serum mikroglobulin B2
-Hemoglobulin
5. ASKEP
A. Pengkajian
a.Identitas
b.Riwayat
c.Keadaan Umum
Pucat, kelaparan
d.Gejala Subjektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah,
anoreksia
e.Psikososial
f.Status Mental
g.HEENT
h.Neurologis
Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia
i.Muskoloskletal
j.Kardiovaskular
k.Pernapasan
Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk produktif atau non
produktif.
l.GI
Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram,
hepatosplenomegali, kuning
m.Gu
n.Integument
B. Diagnosa Forum
Tugas Kelas
Anggota
Askep HIV/AIDS
Pertanyaan
imroatul farida memposting pertanyaan baru: HIV/AIDs 1. apakah HIV/AIDS 2. bagaimana tanda &
gejala HIV/AIDs 3. bagaimana pathofisiologi HIV/AIDS 4. apa saja pemeriksaan penunjang HIV/AIDS
5. buat askep dengan pendekatan SDKI,SLKI,SIKU
Ditugaskan
Jawaban Anda
1820038
adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara
yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan
rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.
A. Saluran pernafasan.
Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti
terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV
AIDS diduga sebagai TBC.
B. Saluran Pencernaan.
Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.
Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh
hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti
yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan
pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang
bertenaga.
D. System Persyarafan.
Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala,
susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada
system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan
dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan
berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah
mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar
retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
F. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada
vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar.
Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic
dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun) adalah sel-sel yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu,
dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang
materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.
Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit.
Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit
akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti
berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar
1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah
infeksi.
Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker
atau dimensia AIDS.
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-ELISA
-Western blot
-Kultur HIV
-Hematokrit.
-LED
-CD4 limfosit
-Serum mikroglobulin B2
-Hemoglobulin
5. ASKEP
A. Pengkajian
a.Identitas
b.Riwayat
Test HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obatan
c.Keadaan Umum
Pucat, kelaparan
d.Gejala Subjektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah,
anoreksia
e.Psikososial
f.Status Mental
g.HEENT
h.Neurologis
Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia
i.Muskoloskletal
j.Kardiovaskular
k.Pernapasan
Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk produktif atau non
produktif.
l.GI
Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram,
hepatosplenomegali, kuning
m.Gu
n.Integument
Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
-demam menurun
-kemerahan menurun
- nyeri menurun
- bengkak menurun
Intervensi:
-gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
Rasional:
-Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.
setelah dilakukan intevensi keperawatan selama 3X24 jam maka toleransi aktivitas meningkat denan
kriteria hasil:
Intervensi:
1. HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, dengan
menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan
tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
2. - Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga beberapa
minggu, yang meliputi: Demam hingga menggigil,Muncul ruam di kulit, Muntah , Nyeri pada sendi
dan otot.
- Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak merasakan gejala apapun
selama tahap ini: Berat badan turun,Berkeringat di malam hari, Demam, Diare ,Mual dan muntah
,Herpes zoster ,Pembengkakan kelenjar getah bening ,Sakit kepala ,Tubuh terasa lemah.
- Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin berkembang.
Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS : Berat badan turun tanpa
diketahui sebabnya , Berkeringat di malam hari ,Bercak putih di lidah , mulut, kelamin, dan anus
,Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang, Keluhan ini kemungkinan menandakan adanya
sarkoma Kaposi, Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari ,
Diare kronis.
3. sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh
virus HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh, maka orang tersebut akan mudah terkena penyakit
seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker.
4. Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV. Skrining dilakukan
dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di laboratorium. Jenis skrining
untuk mendeteksi HIV :
- Tes antibodi
- Tes antigen
Kesadaran
S = 38 c
RR = 25x/mnt
N = 95 /mnt
- Body System
Sistem pernafasan
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar lymfe di sub mandibula.
1. Hipertermia
Penyebab :
- Dehidrasi, - Terpapar lingkungan panas ,- Proses penyakit (mis, infeksi, kanker), - Ketidak sesuaian
pakaian dengan suhu lingkugan, - Respon trauma
- Subjektif
( tidak tersedia )
- Objektif
- Subjektif
( tidak tersedia )
- Objektif
Luaran utama suhu tubuh dan suhu kulit membaik ( slki. 129,)
2. Defisit nutrisi
Penyebab :
- Subjektif
(tidak tersedia)
- Objektif
- Subjektif
- Objektif
Membran mukosa pucat, -Sariawan, -Serum albumin turun, -Rambut rontok berlebihan, -Diare,
Stroke, -Parkinson, -Mobius syndrome, -Kerusakan neuromuscular, -Luka bakar, -Kanker, -Infeksi,
-AIDS
(sdki. 56,2016)
( slki. 121)
( siki. 200)
Armanda Nugraha13.57
NIM : 1821004
1. virus ini dapat ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, air mani, atau cairan
vagina.
Dalam beberapa minggu infeksi HIV, gejala seperti flu seperti demam, sakit tenggorokan, dan
kelelahan dapat terjadi. Kemudian penyakit ini biasanya tanpa gejala sampai berkembang menjadi
AIDS. Gejala AIDS termasuk penurunan berat badan, demam atau berkeringat saat malam,
kelelahan, dan infeksi berulang.
Tidak ada obat untuk AIDS, tetapi kepatuhan yang ketat untuk mengonsumsi rejimen anti-retroviral
(ARV) dapat secara dramatis memperlambat bertambah parahnya penyakit serta mencegah infeksi
sekunder dan komplikasi.
2. Dalam beberapa minggu infeksi HIV, gejala seperti flu seperti demam, sakit tenggorokan, dan
kelelahan dapat terjadi. Kemudian penyakit ini biasanya tanpa gejala sampai berkembang menjadi
AIDS.infeksi oportunistik, bercak merah, kandidiasis oral, pembengkakan kelenjar getah bening,
penurunan berat badan yang tidak disengaja yang parah, radang paru-paru, ruas kulit atau sakit
kepala.
3. sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh
virus HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh, maka orang tersebut akan mudah terkena penyakit
seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker.
4. Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV. Skrining dilakukan
dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di laboratorium. Jenis skrining
untuk mendeteksi HIV :
- Tes antibodi
- Tes antigen
5. Keadaan Umum
Kesadaran
S = 37 c
RR = 25x/mnt
N = 90 /mnt
Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.
Subjektif :
Objektif :
1. Stroke
2. Cedera Medula
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthritis
6.Ostemalasia
7. Keganasan
luaran utama dukungan mobilisasi SIKI 462
2. Defisit nutrisi
Penyebab :
- Subjektif
(tidak tersedia)
- Objektif
- Subjektif
- Objektif
Membran mukosa pucat, -Sariawan, -Serum albumin turun, -Rambut rontok berlebihan, -Diare,
Stroke, -Parkinson, -Mobius syndrome, -Kerusakan neuromuscular, -Luka bakar, -Kanker, -Infeksi,
-AIDS
(sdki. 56,2016)
( slki. 121)
( siki. 200)
Alfiary Yusuf14.15
Alfiary yusuf
1821002
1. HIV merupakan sebuah virus berbahaya
yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Selain itu, virus inilah
yang menyebabkan AIDS. AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan
gejala penurunan kekebalan tubuh sehingga tubuh rentan terhadap penyakit lain
yang mematikan.
di kulit, Muntah, Nyeri pada sendi dan otot, Pembengkakan kelenjar getah bening,
3. HIV
secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang bekerja
sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong
permukaan CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset limfosit ini, yang
perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4
ini tidak pasti, meskipun kemungkinan mencakup infeksi litik sel CD4 itu
sendiri; induksi apoptosis melalui antigen viral, yang dapat bekerja sebagai
penjamu dan kematian atau disfungsi precursor limfosit atau sel asesorius pada
timus dan kelenjar getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis sel selain
limfosit. Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti infeksi pada limfosit CD4,
tidak menyebabkan kematian sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperang sebagai
reservoir virus laten tetapi tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus ke
organ, terutama otak, dan menetap di otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan
asam nukleat viral pada sel-sel kromafin mukosa usus, epitel glomerular dan
tubular dan astroglia. Pada jaringan janin, pemulihan virus yang paling
konsisten adalah dari otak, hati, dan paru. Patologi terkait HIV melibatkan
banyak organ, meskipun sering sulit untuk mengetahui apakah kerusakan terutama
disebabkan oleh infeksi virus local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun
gejala infeksi HIV, secara umum lebih singkat pada infeksi perinatal
dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan regulasi imun
sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;
diantara anak-anak yang terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering meningkat pada
usia 3 sampai 6 bulan. Ketidak mampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini
antigen sebelumnya, berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri yang
lebih berat pada infeksi HIV pediatrik. Deplesi limfosit CD4 sering merupakan
temuan lanjutan, dan mungkin tidak berkorelasi dengan status simtomatik. Bayi
dan anak-anak dengan infeksi HIV sering memiliki jumlah limfosit yang normal,
dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin memiliki resiko limfosit CD4
terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang untuk beberapa alasan
system saraf pusat menerangkan frekuensi relatif ensefalopati yang terjadi pada
- Kultur HIV(positif;
(menurun)
- Serum mikroglobulin B2
- Kadar immunoglobulin
(meningkat)
tindakan invasive
order
b. diagnose : intoleransi aktivitas berhubungan dengan
Nim 1820004
Merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang tidak dapat hidup di luar
tubuh manusia. Kerusakan sistem kekebalan tubuh ini akan menimbulkan kerentanan terhadap
infeksi penyakit
Sekumpulan gejala, infeksi dan kondisi yang diakibatkan infeksi HIV pada tubuh. Muncul akibat
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga infeksi dan penyakit mudah menyerang tubuh
dan dapat menyebabkan kematian.
Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang muncul akibat lemahnya system pertahanan tubuh yang
telah terinfeksi HIV atau oleh sebab lain.
2.Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap infeksi akut, dan terjadi
pada beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan
tubuh orang yang terinfeksi membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.
Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah infeksi terjadi. Penderita
umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal ini karena gejala yang muncul mirip dengan
gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan kambuh kembali. Perlu diketahui, pada tahap ini jumlah
virus di aliran darah cukup tinggi. Oleh karena itu, penyebaran infeksi lebih mudah terjadi pada
tahap ini.
Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga beberapa minggu,
yang meliputi:
Muntah.
Sakit kepala.
Sakit perut.
Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten dapat berlangsung
hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV semakin berkembang dan merusak
kekebalan tubuh.
Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak merasakan gejala apapun
selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita lainnya mengalami sejumlah gejala, seperti:
Demam.
Diare.
Sakit kepala.
Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin berkembang. Kondisi
ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Ketika penderita memasuki tahap ini,
sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah, sehingga membuat penderita lebih mudah terserang
infeksi lain.
Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. Keluhan ini kemungkinan menandakan adanya sarkoma
Kaposi.
Diare kronis.
Sesak napas.
Menurut WHO:
1. Gejala mayor
✓ Penurunan BB ≥ 10%
✓ Diare kronis
✓ Tuberkulosis
2. Gejala minor
✓ Koordinasi orofaringeal
✓ Kelemahan tubuh
✓ Berkeringat malam
✓ Limfodenopati
✓ Herpes zoster
✓ Pneumonia
✓ Sarkoma kaposi
3. Patofisiologi
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi dari benda asing, misalnya :
virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini
disebut sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks yaitu :
Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV) mempunyai cara tersendiri
sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh. “ber-aksi” bahkan kemudian
dilumpuhkan.
Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada di dalam sel
limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-
sel CD4-positif (CD4+) mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat virus memasuki
tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4), tetapi begitu sel T helper menempel
pada benda asing tersebut, reseptor sel T helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel
induk ke dalam sel T helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia
lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan sel T
helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang sel lainnya sekaligus
memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua
utas benang RNA yang identik ke dalam sel T4 helper.
Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse transcriptase, HIV akan melakukan
pemrograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA
(DNA utas-ganda). DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen.
Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan, genom dari HIV ¬ proviral
DNA ¬ dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut berkembang
biak sesuai dengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai suatu saat ada mekanisme pencetus
(mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktif membentuk RNA, ke luar dari T helper dan
menyerang sel lainnya untuk menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka
tidak ada mekanisme pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan mekanisme
kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau Sindroma
Kegagalan Kekebalan.
4. Tes penunjang
ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim reverse
transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat).
b.CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen)
5. Askep HIV/AIDS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS
1. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
b. Tanda : kelemahan otot, nyeri otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhadap
aktifitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala : demam, proses penyembuhan luka yang lambat, perdarahan lama bila cedera
b. Tanda : suhu tubuh meningkat, berkeringat, takikardia, mata cekung, anemis, perubahan
tekanan darah postural, volume nadi perifer menurun, pengisian kapiler memanjang.
3. Integritas ego
a. Gejala : merasa tidak berdaya, putus asa, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, dan
depresi.
b. Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak mata
kurang.
4. Eliminasi
b. Tanda : feces encer disertai mucus atau darah, nyeri tekan abdominal, lesi pada rectal,
ikterus, perubahan dalam jumlah warna urin.
5. Makanan/cairan
b. Tanda : penurunan BB yang cepat, bising usus yang hiperaktif, turgor kulit jelek, lesi pada
rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna mukosa mulut
6. Hygiene
a. Tanda : tidak dapat menyelesaikan ADL, mempeliahtkan penampilan yang tidak rapi.
7. Neurosensorik
b. Tanda : perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi, kelemahan otot,
tremor, penurunan visus, bebal, kesemutan pada ekstrimitas.
8. Nyeri/kenyamanan
a. Gejala : nyeri umum atau lokal, sakit, nyeri otot, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri dada
pleuritis, nyeri abdomen.
b. Tanda : pembengkakan pada sendi, hepatomegali, nyeri tekan, penurunan ROM, pincang.
9. Pernapasan
a. Tanda : terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non, sesak pada dada,
takipneu, bunyi napas tambahan, sputum kuning.
10. Keamanan
11. Seksualitas
a. Tanda : riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom yang
tdk konsisten, lesi pada genitalia, keputihan.
a. Tanda : isolasi, kesepian, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tidak terorganisir
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan antibodi spesifik toksoplasma, yaitu IgG,
IgM dan IgG affinity.
• IgM adalah antibodi yang pertama kali meningkat di darah bila terjadi infeksi toksoplasma.
• IgG adalah antibodi yang muncul setelah IgM dan biasanya akan menetap seumur hidup
pada orang yang terinfeksi atau pernah terinfeksi.
• IgG affinity adalah kekuatan ikatan antara antibodi IgG dengan organisme penyebab infeksi.
Manfaat IgG affinity yang dilakukan pada wanita yang hamil atau akan hamil karena pada keadaan
IgG dan IgM positif diperlukan pemeriksaan IgG affinity untuk memperkirakan kapan infeksi terjadi,
apakah sebelum atau pada saat hamil. Infeksi yang terjadi sebelum kehamilan tidak perlu dirisaukan,
hanya infeksi primer yang terjadi pada saat ibu hamil yang berbahaya, khususnya pada trimester I.
• Bila IgG (-) dan IgM (+). Kasus ini jarang terjadi, kemungkinan merupakan awal infeksi. Harus
diperiksa kembali 3 minggu kemudian dilihat apakah IgG berubah jadi (+). Bila tidak berubah, maka
IgM tidak spesifik, yang bersangkutan tidak terinfeksi toksoplasma.
• Bila IgG (-) dan IgM (-). Belum pernah terinfeksi dan beresiko untuk terinfeksi. Bila sedang
hamil, perlu dipantau setiap 3 bulan pada sisa kehamilan (dokter mengetahui kondisi dan kebutuhan
pemeriksaan anda). Lakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi infeksi.
• Bila IgG (+) dan IgM (+). Kemungkinan mengalami infeksi primer baru atau mungkin juga
infeksi lampau tapi IgM nya masih terdeteksi. Oleh sebab itu perlu dilakukan tes IgG affinity langsung
pada serum yang sama untuk memperkirakan kapan infeksinya terjadi, apakah sebelum atau
sesudah hamil.
• Bila IgG (+) dan IgM (-). Pernah terinfeksi sebelumnya. Bila pemeriksaan dilakukan pada awal
kehamilan, berarti infeksinya terjadi sudah lama (sebelum hamil) dan sekarang telah memiliki
kekebalan, untuk selanjutnya tidak perlu diperiksa lagi.
• Western blot dianggap tes yang lebih spesifik untuk infeksi HIV, dilakukan sama pada
spesimen darah jika tes ELISA positif (2kali)
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.(sdki, hal 304.2017)
Kriteria hasil :
Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi
baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.
Intervensi :
2. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan
tindakan.
Kriteria hasil :
Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
Intervensi :
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi kep selama 1x24 jam maka eliminasi fekal akan membaik
(slki,156,23.2017)
Intervensi (siki,455,164.2017)
4.Penurunan koping keluarga berhubungan dengan situasi penyerta yang mempengaruhi orang
terdekat:cemas.(sdki,212)
Kriteria hasil :
Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan
akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif
Intervensi :