Anda di halaman 1dari 18

“RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT”

OLEH

KELOMPOK III

 Rahmani  rismawati wael

 fajri  risnawati

 Annisa attamimi  Haslinda

 siti hadina  fajril wahidal muta ali

 gustina

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

MAKASSAR

2015
KATAPENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
EPIDEMIOLOGI, Program Studi Keperawatan.

Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari


berbagai layanan internet. Oleh karena itu, Penulis menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi untuk
saya maupun untuk semuanya.

                     Makassar, Juni 2015

                                                                                                           Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. tahap perkembangan penyakit secara alamiah (RAP) dan pola
perkembangan penyakit
B. masa inkubasi pada berbagai macam penyakit
C. Konsep tingkat pencegahan penyakit
D. manfaat Riwayat Alamiah Penyakit (RAP) dalam epidemiologi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Penyakit merupakan salah satu gangguan kehidupan manusia yang
telah dikenal orang sejak dulu. Pada mulanya, konsep terjadinya
didasarkan pada adanya gangguan makhluk halus atau karena kemurkaan
dari yang maha pencipta. Hingga saat ini, masih banyak kelompok
masyarakat di negara berkembang yang menganut konsep tersebut. Di lain
pihak ada gangguan kesehatan atau penyakit yang belum jelas
penyebabnya, maupun proses kejadian.
Pada tahap berikutnya, Hippocrates telah mengembangkan teori
bahwa timbulnya disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air,
udara, tanah, cuaca, dan lain sebagainya. Namun demikian dalam teori
tidak dijelaskan bagaimana kedudukan manusia dalam interaksi tersebut,
serta tidak dijelaskan faktor lingkungan bagaimana yang dapat
menimbulkan penyakit.
Ternyata setelah penyakit menular mulai dapat diatasi pada negara-
negara maju, muncullah masalah berbagai penyakit menahun/tidak
menular yang unsur dan faktor penyebabnya sangat berkaitan erat dengan
faal tubuh, mutasi dan sifat resistensi tubuh dan pada umumnya terdiri dari
berbagai faktor yang saling berkaitan. Keadaan ini sangat erat
hubungannya dengan berbagai pengamatan epidemiologi terhadap
gangguan kesehatan.
Munculnya berbagai macam penyakit disebabkan oleh banyak faktor.
Studi RAP yakni Riwayat Alamiah Penyakit mempelajari bagaimana suatu
penyakit dapat timbul dan tersebar. Studi ini diduga mempunyai manfaat
dalam mengetahui bagaimana pencegahan penyakit yang seharusnya
dilakukan. Jika ada sebab pastilah ada sumbernya. Maka, pada makalah
kali ini penyusun akan menjabarkan bagaimana proses suatu penyakit
terjadi, struktur kejadian seperti masa inkubasi bahkan mencoba
menerapkan level of prevention dalam penjabarannya, agar penyakit
tersebut dapat tertangani dan teratasi tanpa mengabaikan dasar-dasar ilmu
epidemiologi yang telah ada.
Telah diketahui bahwa perkembangan zaman di bidang ilmu
pengetahuan maupun teknologi membawa dampak lingkungan yang besar
terhadap lingkungan, maka dari situlah penyakit yang pada umumnya
bersifat biasa saja menjadi suatu penyakit yang lebih bersifat patogen, dan
adanya transisi epidemiologi merupakan salah satu buktinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahap perkembangan penyakit secara alamiah (RAP) dan
pola perkembangan penyakit?
2. Bagaimana masa inkubasi pada berbagai macam penyakit.
3. Bagaimana Konsep tingkat pencegahan penyakit.
4. Apa manfaat Riwayat Alamiah Penyakit (RAP) dalam epidemiologi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan dari penyusunan makalah
ini adalah mengetahui bagaimana kaitan riwayat alamiah penyakit dengan
masa inkubasi berbagai macam penyakit untuk mengetahui konsep
pencegahannya menurut ilmu epidemiologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)


Riwayat Alamiah Penyakit (Natural History if Disease) adalah
perkembangan suatu penyakit tanpa adanya campur tangan medis atau bentuk
intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.
Secara rinci, riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5
tahap :
1. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)
Tahap ini sering juga disebut fase rentan. Pada tahap ini telah terjadi
interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di
luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia
dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan
adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan
dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
2. Tahap Inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease)
Masa inkubasi adalah periode waktu sejak masuknya penyebab awal
pada pejamu hingga timbulnya manifestasi klinis dari suatu penyakit
infeksi. Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-
gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa
inkubasi yang berbeda. Masa inkubasi adalah tenggang waktu antara
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab
penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Misalnya seperti kolera 1-2
hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll. Berikut
informasi tentang masa inkubasi berbagai macam penyakit:
Tabel 2.1
Masa Inkubasi Berbagai Macam Penyakit
N PENYAKI MASA
PENGERTIAN GEJALA KLINIS
O T INKUBASI
1 Shigelosis Penyakit diare yang Demam, nyeri 2 hari
Disentri disebabkan oleh : Shigella, kepala, nyeri perut
Basiler contohnya Sh. Dysenteriae, hebat, diare
Sh. Flexneri, Sh. Boydii, sedikit-sedikit
Sh. Sonnei bercampur lender
kemerahan
2 Herpes Herpes simplek adalah Vesikel Masa
Simplek penyakit yang mengenai berkelompok yang inkubasi
kulit dan mukosa, bersifat nyeri dapat timbul sekitar 5 hari
kronis dan residif, setelah kontak (berkisar
disebabkan oleh virus primer dengan antara 2-12
herpes simplek herpes virus hari).
virus homanis. Infeksi tersebut. Infeksi (Mandal,
herpes dapat menimbulkan primer dapat 2006)
implikasi (kesimpulan) terjadi pada
serius apabila terjadi pada sembarang tempat
mata, sekitar serviks, pada di kulit.
bayi baru lahir, atau pada
individu yang
kekebalannya tertekan.
Infeksi herpes pada mata
menyebabkan keratitis
herpatika. (Loetfia, 2007 :
47)
3 Hepatitis Hepatitis virus akut Umumnya melalui Masa
(Radang adalah : penyakit radang 4 tahap: tunas/inkubas
Hati/Liver) hati akut karena infeksi Masa i:
virus hepatotropik tunas/inkubasi Virus Hb A :
Masa 14 – 45 hari
prodormal/preikte Virus Hb B :
rik : 3 – 10 hari 40 – 180 hari
Masa ikterik : 1 – Virus Hb
2 minggu NANB : 15 –
Masa 60 hari
penyembuhan : 3 Virus delta :
– 4 bulan 40 – 180 hari
4 Parotitis/ Penyakit infeksi akut Demam Masa
Gondonga akibat virus mumps. Sering Pusing inkubasi
n menyerang anak-anak, Mual sekitar 14-24
terutama usia 2 tahun ke Nyeri otot hari setelah
atas sampai kurang lebih penularan
15 tahun. Ada beberapa yang terjadi
lokasi yang diserang lewat droplet.
seperti kelenjar ludah di
bawah lidah, di bawah
rahang, dan di bawah
telinga (parotitis)
5 Hepatitis Penyakit Hepatitis A Lesu, lelah, Masa
A disebabkan oleh virus yang kehilangan nafsu inkubasi
disebarkan oleh makan, mual, berlangsung
kotoran/tinja penderita muntah, sakit 18-50 hari
biasanya melalui makanan kepala dengan rata-
(fecal – oral), bukan rata kurang
melalui aktivitas seksual lebih 28 hari.
atau melalui darah.
Hepatitis A paling ringan
dibanding hepatitis jenis
lain (B dan C). Sementara
hepatitis B dan C
disebarkan melalui media
darah dan aktivitas seksual
dan lebih berbahaya
dibanding Hepatitis A.
6 Kusta/ Penyakit kusta disebut juga Umumnya 3-20 tahun,
Lepra lepra (leprosy) atau ditemukan dalam (Agusni,
Morbus Hansen, dan nama 2 (dua) bentuk 2001).
lain di India: Korh, Vaahi Pause basiler (PB)
(Kala Vaah), Motala/ dan Multi basiler
Motali Mata, Pathala dan (MB) dan
Bada Dukh (Kandouw, menurut WHO
2000). Nama tersebut untuk menentukan
berbeda karena daerah kusta perlu
yang berbeda menyebutkan adanya 4 (empat)
lain, seperti pathala di criteria, yaitu :
Sondwa dan Korh dan Ditemukannya
Kala Vaa di Thandla lesi kulit yang
(Bhopal, 2002). khas
Adanya gangguan
sensasi kulit
Penebalan saraf
tepi
BTA positif dari
sediaan sayatan
kulit

Tabel 2.2
Pembagian Masa Inkubasi PMS (Penyakit Menular Seksual)
NO. JENIS PMS PENYEBAB MASA INKUBASI
1 Herpes
Herpes Zoster
Herpes Simplex
Virus Zoster
Terdapat dua tipe herpes
simlex. Herpec simplec
7 sampai 12
tipe satu disebabkan
hari
oleh Virus Herpes
Simplex HSV-1,
sedangkan Herpes
Simplex tipe dua
disebabkan oleh virus
HSV-2.
2 Sifilis Stadium Dini
(primer) 9 – 10 hari
Stadium II
(sekunder) 6 – 8
Infeksi bakteri minggu
Treponema Stadium III (Laten) 3
pallidum – 7 tahun setelah
infeksi
Sifilis Tersier 10 –
20 tahun setelah
infeksi primer
3 Gonore Kuman Neisseria 1 – 14 hari, dengan
gonorrhoeae rata-rata 2 – 5 hari
4 Trikomoniasis Parasit
Trichomonas 3 – 28 hari
Vaginalis
5 Kutil Human Papiloma
Kelamin/Kandiloma Virus (HPV) tipe
Akuminata/Jengger tertentu dengan
1 – 8 bulan (rata-rata
Ayam kelainan berua
2 – 3 bulan)
fibroepitelioma
pada kulit dan
mukosa.
6 Klamidia Bakteri Chlamydia
7 – 12 hari
trachomatis

3. Tahap Penyakit Dini (Stage of Clinical Disease)


Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada
tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa
melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa
sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini tergantung daya
tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang
baik di rumah (self care).
4. Tahap Penyakit Lanjut
Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati atau tidak
tertangani serta tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada
penyakit dini, maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak
berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu
memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
5. Tahap Penyakit Akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi
seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)
b. Sembuh tapi cacat. Penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi
kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun
sosial) dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-
organ tubuh penjamu.
c. Karier. Pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala
penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat
bibit penyakit, yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu
menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya
membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang
lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit
(human reservoir)
d. Kronis. Pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-
gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain, tidak bertambah berat
maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan
sakit.
e. Meninggal. Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat
diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu
meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan
(Hestianingsih,dkk, 2008).
B. Pola Perkembangan  dan Spektrum Penyakit
Spektrum penyakit adalah berbagai variasi tingkatan simptom dan gejala
penyakit menurut intensitas infeksi atau penyakit pada penderitanya, dari
yang ringan, sedang sampai yang berat dengan komplikasi pada organ-organ
vital (Sugeng, 2011).
Intensitas infeksi dan derajat penyakit bergantung kepada:
1. Agent – jenis kuman, jumlah kuman, kualitas (virulensi kuman,
toksisitas), kemampuan biologis, dan lain sebagainya. Dalam
epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu
terinfeksi. Hanya jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu
lalu memasuki tubuh dan sel (cell entry), lalu melakukan multiplikasi dan
maturasi, dan menimbulkan perubahan patologis yang dapat dideteksi
secara laboratoris atau terwujud secara klinis, maka individu tersebut
dikatakan mengalami infeksi. Dalam riwayat alamiah penyakit infeksi,
proses terjadinya infeksi, penyakit klinis, maupun kematian dari suatu
penyakit tergantung dari berbagai determinan, baik intrinsik maupun
ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu maupun agen kausal.
Tergantung tingkat kerentanan (atau imunitas), individu sebagai penjamu
yang terpapar oleh agen kausal dapat tetap sehat, atau mengalami infeksi
(jika penyakit infeksi) dan mengalami perubahan patologi yang
ireversibel.
Ukuran yang menunjukkan kemampuan agen penyakit untuk
mempengaruhi riwayat alamiah penyakit sebagai berikut:
1. Infektivitas - kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan
terjadinya infeksi. Dihitung dari jumlah individu yang terinfeksi
dibagi dengan jumlah individu yang terpapar.
2. Patogenesitas – kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan
penyakit klinis. Dihitung dari jumlah kasus klinis dibagi dengan
jumlah individu yang terinfeksi.
3. Virulensi – kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian.
Indikator ini menunjukkan kemampuan agen infeksi menyebabkan
keparahan (severety) penyakit. Dihitung dari jumlah kasus yang mati
dibagi dengan jumlah kasus klinis (Murti, 2005).
2. Host manusia – umur, jenis kelamin, kondisi fisiologis (hormonal), 
daya tahan tubuh, genetik, faktor gizi, lingkungan yang melemahkan,
dan lain sebagainya.
Suatu penyakit (menular) tidak hanya selesai sampai pada jatuh
sakitnya seseorang, tetapi cenderung untuk menyebar. Beberapa
komponen dalam proses terinfeksinya penyakit ialah sebagai agent,
reservoir, portals of entry and exit, mode of transmission, immunity.
Dalam proses perjalanan penyakit, perpindahan agen dari pejamu ke
reservoir atau sebaliknya, harus melalui pintu masuk tertentu (portal of
entry) calon penderita baru dan kemudian untuk berpindah ke penderita
baru lainnya, kuman akan melalui pintu keluar (portal of exit).
Portal of entry/portal of exit, ialah:
1. Melalui konjungtiva, yang biasanya hanya dijumpai pada beberapa
penyakit mata tertentu.
2. Melalui saluran nafas (hidung & tenggorokan): melalui droplet
sewaktu reservoir/penderita bicara, bersin, batuk atau melalui udara
pernapasan.
3. Melalui pencernaan: baik bersama ludah, muntah maupun bersama
tinja.
4. Melalui saluran urogenitalia: biasanya bersama-sama dengan urine
atau zat lain yang keluar melalui saluran tersebut.
5. Melalui luka pada kulit ataupun mukosa
6. Secara mekanik: seperti suntikan atau gigitan pada beberapa
penyakit tertentu.
Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk
mendapatkan potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu
lingkaran perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang disebut jalur
penularan (Mode of Transmission). Secara garis besarnya, jalur
penularan (Mode of Transimission) dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Penularan langsung: yakni penularan yang terjadi secara langsung
dari penderita atau reservoir, ke pejamu potensial yang baru,
sedangkan,
2. Penularan tidak langsung: adalah penularan yang terjadi melalui
media tertentu; seperti media udara (air borne), melalui benda
tertentu (vechicle borne), dan melalui vektor (vector borne) (Sugeng,
2011).
Beberapa masalah yang berkaitan dengan riwayat alamiah penyakit
adalah :
1. Kasus didiagnosis oleh klinisi di komunitas seringkali hanya
menggambarkan “puncak gunung es” (the ice-berg phenomenon)
sebagai contoh, jumlah kasus AIDS hanya memperlihatkan sebagian
kecil dari seluruhinfeksi HIV. Metafora ini juga berlaku untuk
penyakit-penyakit kronis dan cedera (injuries). Sebagai contoh,
banyak orang yang mengalami aterosklerosis pada arteria koronaria,
tetapi tidak menunjukkan gejala-gejala sampai datangnya serangan
jantung yang pertama. (Bhisma, 2003). Fenomena gunung es dan
tidak diketahuinya proporsi asimptomatik dapat menyulitkan
perencanaan program pelayanan kesehatan Banyak kasus
asimptomatik.
2. Hambatan teknologi instrumen kedokteran untuk diagnosis dini dan
skrining
3. Orang terinfeksi yang tidak tampak atau tidak terdiagnosis dapat
menjadi sumber infeksi dan menularkan penyakit.
4. Kemungkinan infeksius cepat, misal orang dengan penderita
campak, hepatitis A, dan beberapa penyakit lain menjadi infeksius
dalam beberapa hari sebelum gejala awal.
5. Masyarakat yg tidak menyadari dirinya sakit, sehingga seolah-olah
asimptomatik
6. Masyarakat mengalami gejala ringan tapi tidak segera berobat
(Anonim, 2006).
C. Konsep Tingkat Pencegahan Penyakit (Level of Prevention)
Konsep tingkat pencegahan penyakit ialah mengambil tindakan terlebih
dahulu sebelum kejadian dengan menggunakan langkah‐langkah yang
didasarkan pada data/ keterangan bersumber hasil analisis/ pengamatan/
penelitian epidemiologi (Bustan, 2002)
Prinsip upaya penceggahan lebih baik dari sebatas pengoobatan. Terdapat
4 Tingkatan Pencegahan dalam Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, yaitu :
1. Pencegahan Primordial
Berupa Upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang
memungkinkan penyakit tidak dapat berkembang karena tidak adanya
peluang dan dukungan dari kebiasaan, gaya hidup maupun kondisi lain
yang merupakan Faktor Resiko untuk munculnya statu penyakit.
Misalnya : menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa bahwa
merokok itu merupakan statu kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat
mampu bersikap positif untuk tidak merokok.
2. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) seperti promosi
kesehatan dan pencegahan khusus. Sasarannya ialah faktor penyebab,
lingkungan & pejamu. Langkah pencegahaan di faktor penyebab misalnya,
menurunkan pengaruh serendah mungkin (desinfeksi, pasteurisasi,
strerilisasi, penyemprotan insektisida) agar memutus rantai penularan.
Langkah pencegahan di faktor lingkungan misalnya, perbaikan lingkungan
fisik agar air, sanitasi lingkungan & perumahan menjadi bersih. Langkah
pencegahan di faktor pejamu misalnya perbaikan status gizi, status
kesehatan, pemberian imunisasi.
3. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) seperti diagnosis
dini serta pengobatan tepat. Sasarannya ialah pada penderita / seseorang
yang dianggap menderita (suspect) & terancam menderita. Tujuannya
adalah untuk diagnosis dini & pengobatan tepat (mencegah meluasnya
penyakit/ timbulnya wabah & proses penyakit lebih lanjut/ akibat samping
& komplikasi). Beberapa usaha pencegahannya ialah seperti pencarian
penderita, pemberian chemoprophylaxis (Prepatogenesis / patogenesis
penyakit tertentu).
4. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) seperti pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi. Sasarannya adalah penderita penyakit
tertentu. Tujuannya ialah mencegah jangan sampai mengalami cacat &
bertambah parahnya penyakit juga kematian dan rehabilitasi
(pengembalian kondisi fisik/ medis, mental/ psikologis & social (Bustan,
2002).
D. Manfaat RAP dalam epidemiologi
Studi tentang RAP merupakan bagian dari studi epidemiologi, dikarenakan
terdapat:
1. Studi etiologi yaitu studi yang digunakan untuk menemukan penyebab
penyakit, hubungan satu dengan lainnya, dan besarnya pengaruh terhadap
penyakit. Epidemiologi modern menaruh perhatian yang besar terhadap
riset etiologi, meneliti kemungkinan pengaruh berbagai faktor biologis,
lingkungan, dan perilaku manusia, terhadap kejadian penyakit dan status
kesehatan manusia. Berkembangnya epidemiologi molekuler di awal abad
ke 21 memungkinkan penelitian berbagai indicator/petunjuk (markers)
pada tahap subklinis penyakit.
2. Studi prognostik yaitu studi yang digunakan untuk mempelajari faktor
risiko dan perkiraan akhir penyakit. Faktor resiko itu adalah
karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita
induvidu yang mana secara statistic  berhubungan dengan peningkatan
kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu
kelompok masyarakat). Dari faktor resiko inilah yang kemudian dijadikan
dasar penentuan tindakan pencegahan dan penanggulangan.
3. Studi intervensi yaitu studi yang digunakan untuk mengevaluasi efikasi
atau efektivitas intervensi, baik yang sifatnya pencegahan primer,
pencegahan sekunder, atau pencegahan tersier (Bhisma, 2003).
Dari RAP diperoleh beberapa informasi penting, antara lain:
1. Masa inkubasi atau masa latent.
2. Kelengkapan keluhan (symptom) sebagai bahan onformasi dama
menegakkan diagnosis
3. Lama dan beratnya keluhan yang dialami oleh penderita kejadian penyakit
menurut musim (season) kapan penyakit itu lebih frekuen kejadiannya
4. Kecenderungan lokasi geografis serangan penyakit sehingga dapat dengan
mudah dideteksi lokasi kejadian penyakit.
5. Sifat-sifat biologis kuman patogen sehingga menjadi bahan informasi
untuk pencegahan penyakit.
Untuk diagnostik, masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan
jenis penyakit. Sifat-sifat biologis kuman patogen sehingga menjadi bahan
informasi untuk pencegahan penyakit.
Untuk pencegahan, dengan mengetahui kuman patogen penyebab dan
rantai perjalanan penyakit dapat dengan mudah ditemukan titik potong yang
penting dalam upaya pencegahan penyakit. Untuk terapi, intervensi atau
terapi hendaknya diarahkan pada fase paling awal. Lebih awal terapi akan
lebih baik hasil yang diharapkan. Keterlambatan diagnosis akan berkaitan
dengan keterlambatan terapi (Erni, 2009).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa :
1. Studi RAP merupakan bagian dari ilmu epidemiologi. RAP atau Riwayat
Alamiah Penyakit menjelaskan bagaimana suatu penyakit dapat terinfeksi
dan tersebar dalam tubuh manusia, dengan adanya masa inkubasi yang
berbeda dari berbagai macam penyakit maka kita dapat memprediksi
pencegahan penyakit tersebut agar tidak terlampau parah dan tersebar
luas. Memperhatikan beberapa faktor baik faktor penyebab dan risiko
maka kami penyusun melihat adanya hubungan sebab akibat yang terjadi
di antara keduanya.
2. Kita dapat melakukan tahap pencegahan penyakit atau level of
prevention jika kita mengetahui dengan jelas bagaimana riwayat suatu
penyakit tercebut dapat terjadi, dan kita bisa mengetahui teknik atau
pengobatan apa yang sesuai bagi penyakit tersebut.
3. Dari RAP diperoleh beberapa informasi penting, antara lain: masa
inkubasi atau masa latent, kelengkapan keluhan (symptom) sebagai
bahan onformasi dama menegakkan diagnosis, lama dan beratnya
keluhan yang dialami oleh penderita kejadian penyakit menurut musim
(season) kapan penyakit itu lebih frekuen kejadiannya, kecenderungan
lokasi geografis serangan penyakit sehingga dapat dengan mudah
dideteksi lokasi kejadian penyakit dan sifat-sifat biologis kuman patogen
sehingga menjadi bahan informasi untuk pencegahan penyakit.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfatkan oleh mahasiswa dan mahasiswi
keperawatan dan kami berharap makalah ini mendapatkan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/epidemiologi_kebidanan/bab1-
definisi_epidemiologi.pdf. Diakses tanggal 7Juni 2015.
Bustan MN. 2002. Pengantar epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Murti, Bisma. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi (Edisi kedua) Jilid
Pertama. Yogyakarta: Gajahmada University Press.

Anda mungkin juga menyukai