Dosen Pembimbing :
Laily Hidayati, S.kep, Ns., M.Kep
Disusun Oleh :
132111123001 Eka Putri Arditama
132111123002 Singgih Prasetiyo
132111123021 Maria Patrisia Lau
132111123022 Maria Yenilodia Nahak
132111123033 Hindun Milawati
132111123034 Silvia Sisilia Onasi
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya , sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Penyakit Akibat Kerja” ini dengan lancar. Pembuatan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Keselamatan Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Pasien serta menambah ilmu
pengetahuan mengenai materi Penyakit Akibat Kerja
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari
buku panduan , serta informasi jurnal yang berhubungan dengan “Penyakit Akibat
Kerja”.
Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
Kata Pengantar ..........................................................................................................ii
Daftar Isi ....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Tujuan .................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum ........................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus .......................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit Akibat Kerja.............................................................................
2.1.1 Definisi Penyakit Akibat Kerja .....................................................................
2.1.2 Faktor Risiko Terjadinya PAK ......................................................................
2.1.3 Jenis Penyakit Akibat Kerja ..........................................................................
2.1.4 Penyakit atau Cedera Akibat Kecelakaan Kerja ...........................................
2.1.5 Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja ....................................................
2.1.6 Diagnosis Penyakit Akibat Kerja ..................................................................
2.2 Ergonomi dalam Keselamatan Kerja ..................................................................
2.2.1 Konsep Ergonomi ..........................................................................................
2.2.2 Tujuan Penerapan Ergonomi .........................................................................
2.2.3 Prinsip ergonomi .........................................................................................
2.2.4 Metode Penerapan Kondisi Ergonomi ..........................................................
2.3 Mekanika Kesehatan dalam Keselamatan Kerja .................................................
2.3.1 Pengertian Keselamatan Kerja ......................................................................
2.3.2 Tujuan Kesehatan Kerja ................................................................................
2.3.3 Indikator Penyebab Keselamatan Kerja.........................................................
2.3.4 Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja.................................................
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik
terhadap pasien, penyediaan layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari
berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut
untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat
dihindari. Kecelakaan kerja pada perawat dianggap sebagai suatu masalah serius
karena mengancam kesehatan dan kesejahteraan pasien dan petugas kesehatan
secara global (Maria, 2015). Penyebab penyakit dan kecelakaan akibat kerja
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor manusia, dalam hal ini adalah pekerja
seperti kurangnya pengetahuan dan ketampilan, tindakan yang tidak aman ketika
bekerja, bekerja tidak sesuai prosedur. Faktor lingkungan kerja, dan faktor
manajemen (Konradus, 2012).
1
Dalam melaksanakan setiap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut,
para pekerja rumah sakit mempunyai resiko untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK). Hal ini disebabkan karena Penyakit
Akibat Kerja (PAK) merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) di
rumah sakit dapat menyerang semua tenaga kerja, baik medis (perawat, dan dokter),
maupun non medis (petugas kebersihan (cleaning service) mempunyai resiko untuk
terpajan bahan biologi berbahaya (biohazard), dan kontak dengan alat medis sekali
pakai (disposable aquipment) seperti jarum suntik bekas maupun selang infus bekas,
serta membersihkan seluruh ruangan di rumah sakit dapat meningkatkan resiko
untuk terkena penyakit infeksi bagi petugas kebersihan (cleaning service) rumah
sakit (Evryanti, 2012).
Kecelakaan kerja pada perawat dianggap sebagai suatu masalah serius karena
mengancam kesehatan dan kesejahteraan pasien dan petugas kesehatan secara global
(Maria, 2015). Kecelakaan tersebut yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
produktivitas kerja perawat. Produktivitas kerja yang rendah pada akhirnya
berdampak terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan
2
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK), pengendalian bahaya ditempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi. Keselamatan dan kesehatan kerja
adalah kegiatan yang dirancang untuk menjamin keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja. Perawat berisiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan.
Penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja pada perawat selain disebabkan
oleh faktor lingkungan yang tidak aman (unsafe condition), juga dapat disebabkan
oleh perilaku yang tidak aman (unsafe act). Sumakmur (2009) dalam Ayu (2012)
menyatakan 85% sebab terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja
bersumber pada faktor manusia. Risiko bahaya di rumah sakit mencakup bahaya
biologik, fisik, kimia, ergonomik, dan psikososial (Kepmenkes No.1087, 2010).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menganalisis penyakit akibat kerja pada perawat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui konsep dari Penyakit Akibat Kerja
2) Mengetahui penyakit akibat kerja pada perawat yang meliputi penyakit
menular dan penyakit tidak menular
3) Mengetahui penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja pada perawat.
3
4) Mengetahui upaya pencegahan penyakit akibat kerja pada perawat.
5) Mengetahui ergonomi dan mekanika Kesehatan dalam keselamatan
kerja
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut WHO tahun 2018, penyakit akibat pekerjaan adalah penyakit apapun
yang dikontrak teritama sebagai akibat dari pajanan factor factor risiko yang
timbul dari aktivitas kerja. Penyakit terkait dengan pekerjaan memiliki banyak
penyebab, dimana factor factor dalam lingkungan kerja dapat memainkan peran,
bersama dengan factor risiko lain dalam perkembangan penyakit tersebut
(Kurniawidjaja,2019).
5
dimana lingkungan kerja dan kondisi kerja menjadi salah satu factor utama dari
banyak factor penyebab lainnya.
2. Golongan kimia
a. Debu dapat mengakibatkan pneumoconiosis
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S d. Larutan dapat
mengakibatkan dermatitis
d. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan
6
3. Golongan infeksi
a. Anthrax
b. Brucell
c. HIV/AIDS
4. Golongan fisiologis
Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin, sikap badan yang kurang
baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan yang dapat mengakibatkan
kelelahan fisik bahkan lambat laun dapat menyebabkan perubahan fisik pada
tubuh pekerja.
5. Golongan mental
Dapat disebabkan oleh hubungan kerja yang tidak baik atau keadaan
pekerjaan yang monoton yang menyebabkan kebosanan.
7
5) Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organic.
6) Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang
beracun.
7) Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
beracun.
8) Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9) Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10) Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11) Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12) Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13) Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14) Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15) Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16) Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17) Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18) Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19) Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20) Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21) Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau
derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22) Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23) Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,
urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24) Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
lebih.
25) Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
8
26) Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi
atau biologik.
27) Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat
tersebut.
28) Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29) Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30) Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi
atau kelembaban udara tinggi.
31) Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
9
- Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
- Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
- Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik
10
2.4.5 Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five
level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:
a. Peningkatan kesehatan (health promotion).
Misalnya: penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan
kesehatan, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian,
perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang
memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi
tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
Misalnya: imunisasi, hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi
terhadap bahaya dan kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung
diri (APD) seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff
dan ear plug) baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik
lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation).
Misalnya: memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif,
mengobati tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation).
Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan kemali para pekerja yang
menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan
keryawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah
sebagai berikut:
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak
berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
11
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih
lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD
12
a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru
(pneumokoniosispembacaan standar ILO)
b. Pemeriksaan audiometrik
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah atau urin
6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygiene perusahaan
yang memerlukan:
a. Kerja sama dengan tenaga ahli hygiene perusahaan
b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data yang
ada
c. Pengenalan secara langsung sistem kerja, intensitas dan lama pemajanan
7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinis,
kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja atau melalui
pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama
b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasihat (kaitan
dengan kompensasi)
13
Dalam perkembangan selanjutnya, ergonomi dikelompokkan atas empat bidang
penyelidikan yaitu:
a. Penyelidikan tentang tampilan (display).
Tampilan (display) adalah suatu perangkat antara (interface) yang
menyajikan informasi tentang keadaan lingkungan,dan
mengkomunikasikannya pada manusia dalam bentuk tanda-tanda, angka,
lambang dansebagainya,
b. Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia.
Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja,
dan kemudian dipelajari cara mengukur aktivitas-aktivitas tersebut.
c. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja.
Penyelidikan ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan tempat kerja yang
sesuai dengan ukuran(dimensi) tubuh manusia, agar diperoleh tempat kerja
yang baik, yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia.
d. Penyelidikan tentang lingkungan kerja.
Penyelidikan ini meliputi kondisi lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas
kerja seperti pengaturan cahaya, kebisingan suara, temperatur, getaran dll.
yang dianggap dapat mempengaruhi tingkah laku manusia .
14
c) Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
15
RULA memberikan sebuah kemudahan dalam menghitungkan rating dari
beban kerja otot dalam bekerja dimana orang mempunyai risiko pada bagian
leher dan beban kerja pada anggota tubuh bagian atas.
2) Baseline Risk Identification of Ergonomi Factor (BRIEF)
BRIEF adalah suatu alat yang digunakan untuk skrinning awal dengan
menggunakan sistem rating untuk mengidentifikasi bahaya ergonomi yang
diterima oleh pasien dalam kegiatan sehari-harinya. Dalam BRIEF survei
terdapat 4 faktor risiko ergonomi yang perlu diketahui yaitu:
a. Postur, sikap anggota tubuh janggal waktu menjalankan pekerjaan.
b. Gaya, beban yang harus ditanggung oleh anggota tubuh saat melakukan
postur janggal dan melampaui batas kemampuan tubuh.
c. Lama, lama waktu yang digunakan untuk melakukan gerakan pekerjaan
dengan postur janggal
d. Frekuensi, jumlah postur janggal yang berulang dalamsatuan waktu.
Semakin banyak skor yang didapat dalam suatu pekerjaan, maka
pekerjaan tersebut semakin berisiko dan memerlukan penanggulangan
segera.
3) Ergonomic Assesment Survey Metode (EASY)
EASY adalah suatu cara yang diguanakan untuk menilai besarnya tingkat
risiko ergonomi terhadap kegiatan kerja pasien. Metode ini terdiri dari 3
jenis survey yang masing-masing memiliki skor berbeda. Rating tersebut
akan menunjukkan prioritas pengendalian yang perlu dilakukan. Semakin
besar skornya, maka pengendaliannya pun semakin besar.
Berikut merupakan skor untuk penilaian EASY:
a. Employee Survey
Bertujuan untuk mengetahui keluhan nyeri pada pasien yang dialami
pada saat melakukan kegiatan. Survei ini dapat dilakukan dengan
menyebarkan kuesioner atau wawancara dengan pasien.
b. Medical Survey
Hasil dari medical survey berupa data yang berisi hasil foto rontgen,
riwayat kesehatan tenaga kerja, dan hasil medical record tahunan.
16
c. Quick Exposure Checklist (QEC)
QEC adalah metode yang secara cepat menilai pajanan risiko dari
Muskuloskeletal Disorders. QEC memiliki tingkat sensitivitas dan
kegunaan yang tinggi serta dapat diterima secara luas realibilitasnya.
d. Rapid Entire Body Assesment (REBA)
Metode REBA, dipekenalkan oleh Hignett dan McAtammney yang
bertujuan untuk memberikan penilaian atas risiko postur tubuh yang
dapat menimbulkan gangguan terkait musculoskeletal.
17
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya. Kesehatan kerja
mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara
lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin
dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari
kesehatan seseorang. (Nuraini, 2012).
18
- Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
- Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik
Pengaturan penerangan.
19
(irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain
tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah,
yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara
berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
stres.
c) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational
Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja
(Occupational Disease & Work Related Diseases) (Sardjito, 2012).
20
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pekerjaan, apapun jenis
pekerjaan selalu dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari,
mulai dari pekerjaan berisiko rendah hingga berisiko tinggi.5 Disamping itu
pemahaman dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih
kurang di perhatikan oleh pekerja formal maupun informal. Pada hal faktor
K3 sangat penting dan harus diperhatikan oleh pekerja dan hal ini menjadi
tanggung jawab bersama, perlu adanya kerja sama antara pemerintah,
perusahaan dan pekerja agar terhindar dari Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja. Faktor risiko PAK antara lain: Golongan fisik, kimiawi,
biologis atau psikososial di tempat kerja. Faktor tersebut di dalam
lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok dan menentukan
terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan individual
juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang terpajan.
3.2 Saran
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling lama kontak dengan pasien
harus memahami risikonya dan menerapkan k3 dengan sebaik-baiknya agar
tidak terjadi penyakibat akibat kerja (PAK) dan kecelakaan akibat kerja
(KAK). Sebab pelayanan keperawatan memegang kunci dalam upaya
penerapan K3.
21
DAFTAR PUSTAKA