Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

COLECTING REVENUE,POLLING RISK DAN PROSES PURCASHING

Dosen Pengampu :

Budhi Setianto, S.T., M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 1
1. Sukmawati Aini 2130019043 10. Rindy Asti Pratami 2130019063
2. Indah Mutiara Ningrum 2130019044 11. Nindy Kurniati .B.S. 2130019070
3. Tiara Indrawati.S. 2130019048 12. Rezda Yunita 2130019071
4. Syalsya Putri.K.S. 2130019049 13. M.Alfian Rizky .R. 2130019072
5. Charissa Balqis 2130019050 14. Sofiyah 2130019073
6. Adella Eka.S. 2130019051 15. Indri Raynasti P.H. 2130019074
7. Lisa Nur Afifah 2130019053 16. Ayuni.M. 2130019077
8. Zamrotin Nur Hasanah 2130019056 17. Abdul Jabbar R. 2130019078
9. Akmalina Ziadati .S. 2130019061 18. Maisaro 2130019081

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt karena berkat
rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
disusun untuk memenuhi tugas Aswaja sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Terima kasih kami sampaikan kepada dosen bidang studi yang telah
memberikan kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas makalah ini,
sehingga kami menjadi lebih mengerti dan memahami tentang materi
“COLLECTING REVENUE, POLLING RISK DAN PROSES PURCHASING”.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada seluruh pihak
yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya
makalah ini baik mendukung secara moril dan materil
Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan, kekurangan dan
kekhilafan dalam makalah ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan demi
perbaikan makalah ini kedepan. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami semua.

Surabaya, 21 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2 RumusanMasalah ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

2.1. Collecting Revenue, Polling Risk, dan Proses Purchasing .................................. 3

2.1.1 Collecting Revenue.................................................................................... 3

2.1.2 Pooling Risk ............................................................................................... 3

2.1.3 Proses Purchasing ..................................................................................... 4

2.2. Prosedur dalam Proses Purchasing....................................................................... 4

2.3. Reform Dalam Sistem Pembiayaan Kesehatan Di Negara-Negara Asia ........... 5

2.4. Konsep Pembiayaan Purchasing ........................................................................... 6

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan
pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Pelayanan promotif adalah
upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah yang lebih baik lagi dan
yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar terhindar dari
penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju
pada pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting
adalah upaya-upaya pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan
(promotif). Sehingga, bentuk pelayanan kesehatan bukan hanya puskesmas
atau balkesmas saja, tetapi juga bentukbentuk kegiatan lain, baik yang
langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun
yang secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan.
(Juanita, 2002). Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
1. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan
kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan,
yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami
ganggunan kesehatan atau kecelakaan.
2. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health
care), adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan
lebih lanjut atau rujukan. Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah
sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan Rumah sakit kelas
A. (Juanita, 2002).Untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat
terhadap kesehatan banyak hal yang harus dilakukan, salah satunya
adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Secara umum dapat
dibedakan 9 (sembilan) syarat penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang baik, yakni tersedia (available), menyeluruh (comprehensive),
berkesinambungan (countinues), terpadu (integrated), wajar
(appropiate), dapat diterima (acceptable), bermutu (quality), tercapai
(accessible) serta terjangkau (affordable). (Azwar Azrul ,1999)

1
1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan collecting revenue?
2. Apa yang dimaksud dengan pooling risk?
3. Apa yang dimaksud dengan proses purchasing?
4. Bagaimana reform dalam sistem pembiayaan kesehatan di negara-
negara asia?
5. Bagaimana konsep pembiayaan purchaser provider split?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang collecting revenue
2. Mengetahui tentang pooling risk
3. Mengetahui tentang proses purchasing
4. Menjelaskan tentang reform dalam sistem pembiayaan kesehatan di
negara-negara asia
5. Menjelaskan tentang konsep pembiayaan purchaser provider split

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Collecting Revenue, Polling Risk, dan Proses Purchasing


2.1.1 Collecting Revenue
Revenue collection adalah cara sistem kesehatan mengumpulkan
uang dari rumah tangga, bisnis, dan sumber-sumber eksternal (World
Bank, 2005). Pengumpulan dana kesehatan (collecting fund) akan
menghasilkan pemasukan (revenue) bagi skema pembiayaan
kesehatan. Pemasukan ini dapat bersumber dari berbagai
penerimaan. Di sisi lain, pembayaran (payment) adalah jawaban dari
persoalan terkait bagaimana orang-orang mendapatkan suatu
pelayanan kesehatan. Di Indonesia contohnya seperti JKN. Program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) kemudian dikembangkan
dengan skema pembiayaan asuransi sosial. Sumber pendananannya
berasal dari pemerintah (anggaran dari penerimaan terutama pajak)
untuk penduduk miskin yang kemudian disebut sebagai PBI
(Penerima Bantuan Iuran) serta dari kontribusi iuran yang
dibayarkan oleh peserta asuransi sesuai atas nama yang
diasuransikan. Sumber dari skema pembiayaan kesehatan
memberikan gambaran unit/institusi yang menyediakan biaya
kesehatan atau menghasilkan revenue untuk skema pembiayaan
kesehatan. Sumber biaya tersebut bisa berasal dari transfer dari
pendapatan pemerintah, transfer pemerintah yang bersumber asing,
kontribusi jaminan sosial, bayaran wajib (selain jaminan sosial),
bayaran sukarela, sumber domestik lainnya, dan transfer asing
langsung.

2.1.2 Pooling Risk


Pooling risk merupakan kontribusi yang dikumpulkan agar biaya
perawatan kesehatan dimiliki oleh semua (ditanggung bersama) dan
tidak ditanggung oleh individu pada saat mereka jatuh sakit. Hal ini
memerlukan solidaritas di dalam masyarakat (World Bank, 2006).

3
2.1.3 Proses Purchasing
Menurut Kho (2016) Kata Purchasing berasal dari bahasa
Inggris dan sering digunakan dalam industri-industri luar maupun
dalam negeri. Jika diterjemahkan langsung, maka purchasing dapat
diartikan sebagai Pembelian dalam bahasa Indonesia. Jadi pada
dasarnya, purchasing adalah suatu proses pencarian sumber dan
pemesanan barang atau jasa untuk kegiatan produksi. Departemen
yang menangani proses purchasing tersebut biasanya disebut dengan
Purchasing Department.
Sedangkan menurut Suarsana (2007b:2) Purchasing berasal dari
beberapa suku kata dalam bahasa Inggris yaitu: “purchase” tepatnya
“to purchase” yang diartikan “membeli” atau melakukan pembelian.
Dilihat dari asal katanya, sebutan atau istilah “purchasing
department” dapat diartikan sebagai “salah satu departemen atau sub
bagian dari Departemen Akunting, yang mendapat otoritas dari
manajemen atau pemilik hotel, untuk melakukan pembelian semua
jenis barang keperluan operasional perusahaan atau hotel”.

2.2. Prosedur dalam Proses Purchasing


Prosedur dibawah ini merupakan urutan langkah-langkah yang dalam
proses Purchasing :
1. Memahami Kebutuhan dan Menerima Permintaan dari Pihak yang
membutuhkan
Langkah pertama dalam proses Purchasing adalah mengerti dan
memahami kebutuhan dari pihak yang membutuhkan barang dan jasa
tersebut. Pihak atau bagian yang membutuhkan tersebut akan
mengajukan permintaan pemesanan atau pembelian dengan dokumen
tertulis seperti Purchase Requisition Form (Formulir Permintaan
Pembelian) yang telah disetujui oleh kepala bagian ataupun Manajer
terkait. Formulir Permintaan Pembelian harus tertera jelas mengenai
barang yang diinginkan seperti spesifikasi material, jumlah yang
diinginkan, tanggal diperlukan dan pemasok yang disarankan.

4
2. Pemilihan Pemasok
3. Melakukan pemesanan
4. Menindak lanjuti dan memantau perkembangan
Pesanan Setelah melakukan Pemesanan dan Pemasok telah mengetahui
apa yang dibutuhkan, maka prosedur Purchasing selanjutnya adalah
melakukan pemantauan perkembangan pesanan tersebut atau biasanya
disebut dengan “Follow-up” di Industri.
5. Penerimaan Barang dan Pemeriksaan
6. Pembayaran faktur tagihan
7. Pemeliharaan Dokumen Pembelian
8. Memelihara dan Menjaga hubungan dengan Pemasok Hubungan antara
Perusahaan yang bersangkutan dengan pemasok harus dipelihara dan
dijaga dengan baik.

2.3. Reform Dalam Sistem Pembiayaan Kesehatan Di Negara-Negara Asia


Istilah reformasi sistem kesehatan diadopsi dari konsep Health Sector
Reform (Reformasi Sektor Kesehatan) yang dikembangkan oleh WHO sejak
tahun 2000. Reformasi Sektor Kesehatan berkaitan dengan perubahan
mendasar dari proses dalam kebijakan dan pengaturan kelembagaan sektor
kesehatan dan biasanya berpedoman pada pemerintah (WHO, 2000).
Konsep reformasi kesehatan yang dikembangkan oleh Bappenas masih
dalam tahap pematangan konsep namun sudah menjadi major project baru
dalam RKP tahun 2021(Bappenas, 2020). Tujuan dari Reformasi Sistem
Kesehatan Nasional adalah memperkuat sistem kesehatan di berbagai aspek
dan memastikan target RPJMN 2020-2024 dan target global tepat waktu.
Kerangka pelaksanaan berdasarkan pendekatan kelembagaan, regulasi dan
pendanaan. Pembiayaan Kesehatan dapat berupa:
a. Bantuan Operasional Kesehatan berbasis kinerja
b. Kemandirian RS
c. Kontrak pelayanan
d. Co-sharing BPJS-Kesehatan
e. Kapitasi berbasis kinerja

5
f. Global budget BPJS-Kesehatan

2.4. Konsep Pembiayaan Purchasing


Pembelian mengacu pada proses dimana dana dialokasikan untuk
penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan atas
nama penduduk atau untuk menghubungkan kebutuhan pelayanan kesehatan
dan prioritas untuk alokasi sumber daya keuangan untuk berbagai intervensi
pelayanan kesehatan. Pembelian layanan kesehatan bisa strategis atau pasif,
pembelian strategis terkait dengan usaha terus menerus untuk mencari jalan
yang terbaik untuk memaksimalkan kinerja sistem kesehatan dengan
memutuskan; intervensi apa yang harus dibeli, bagaimana caranya
intervensi itu dibeli dan siapa penyedia layanan tersebut, sementara
pembelian pasif terjadi dengan mengikuti anggaran yang telah ditentukan
atau hanya membayar tagihan ketika sudah ada bentuknya. Pembelian
strategis dapat meningkatkan kinerja sistem kesehatan dengan
mengedepankan kualitas, efisiensi, pemerataan dan responsif terhadap
penyediaan pelayanan kesehatan dan, dengan demikian hal ini dapat
mendorong tercapainya Universal Health Coverage.
a. Mengidentifikasi tiga hal yang berhubungan dimana intervensi atau jasa
yang akan dibeli sesuai kebutuhan penduduk, dengan
mempertimbangkan prioritas kesehatan nasional dan efektivitas biaya
mereka (yaitu apa yang harus dibeli dan untuk siapa?
b. Memilih penyedia jasa dari siapa yang akan dibeli, mempertimbangkan
kualitas, efisiensi dan pemerataan penyediaan pelayanan kesehatan
(yaitu dari siapa untuk membeli?
c. Menentukan bagaimana layanan ini harus dibeli, termasuk pengaturan
kontrak dan mekanisme pembayaran ke penyedia layanan (yaitu
bagaimana membayar nya dan berapa harganya?).
Purchasing memiliki tiga komponen utama yaitu alokasi sumber daya,
paket manfaat dan mekanisme pembayaran provider. Alokasi sumber daya
mengacu pada aliran sumber daya keuangan dari tingkat pusat (pooled
fund) ke tingkat yang lebih rendah (misalnya: kabupaten, fasilitas

6
kesehatan). Mekanisme alokasi sumber daya menentukan kriteria yang
dikumpulkan aliran dana dalam sistem kesehatan yang pada akhirnya
sampai pada tingkatan penyedia layanan kesehatan (provider). Dimana hal
ini melibatkan proses-prioritas untuk menentukan jumlah sumber daya
yang dialokasikan untuk tingkatan yang berbeda, jenis layanan dan
intervensi yang digunakan. Paket manfaat mengacu pada jenis layanan
yang seharusnya diterima penduduk dari dana yang dikumpulkan,
sementara mekanisme pembayaran penyedia layanan kesehatan merupakan
proses dimana penyedia menyediakan layanan kesehatan. Desain ini
merupakan komponen kunci yang sangat penting untuk pemerataan akses
yang adil dan perlindungan terhadap resiko keuangan.

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Peningkatan biaya pelayanan kesehatan yang makin tidak terkendali serta
mengantisipasi ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses pelayanan
kesehatan sehingga perkembangan penyakit semakin tidak terkendali, maka
pilihan yang tepat untuk pembiayaan kesehatan adalah asuransi kesehatan.
Mengingat kondisi ekonomi negara dan masyarakat serta keterbatasan
sumber daya yang ada, maka perlu dikembangkan pilihan asuransi
kesehatan dengan suatu pendekatan yang efisien, efektif dan berkualitas
agar dapat menjangkau masyarakat luas.
3.2. Saran
Untuk itu, sudah saatnya dikembangkan asuransi kesehatan nasional
dengan managed care sebagai bentuk operasionalnya. Dengan cakupan
asuransi yang semakin luas, maka diperlukan jaringan pelayanan (Rumah
Sakit) yang semakin luas pula. Tuntutan terhadap pelayanan yang
berkualitas baik terhadap penyelenggaraan asuransi kesehatan maupun
penyelenggaraan pelayanan kesehatan akan semakin meningkat, upaya
peningkatan yang berkesinambungan tidak hanya menjadi tanggungjawab
pemberi pelayanan kesehatan saja tetapi juga bagi penyelenggaraan
asuransi. Sebaiknya mengikuti program asuransi kesehatan sejak umur yang
masih dini. Hal ini untuk mengantisipasi terhadap penolakan keikutsertaan
asuransi kesehatan. Oleh karena risiko yang harus ditanggung pada usia tua
besar sekali, berbeda dengan kalau masih berusia muda.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, A. R., & Razak, A. (2011). Pelaksanaan Program Jaminan Pemeliharaan


Kesehatan di Puskesmas Kab. Jeneponto. MKMI, 37-44.

Dewi, S. L. (2012). Kebijakan Untuk Mengatasi Inflasi Biaya Kesehatan. Kebijakan


Kesehatan Indonesia, 181.

Setyawan, F. E. (2018). Sistem Pembiayaan Kesehatan. Jurnal Kesehatan, 59-60.

Anda mungkin juga menyukai