OLEH:
SKP2202125P
DOSEN PENGAJAR :
PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maa Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di STIKES Mitra Adiguna Palembang. Dalam
penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen saya
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
1. Tujuan Umum.................................................................................................2
2. Tujuan Khusus................................................................................................2
D. Manfaat..................................................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................3
A. Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).............................................3
B. Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja.......................................................4
C. Konsep Perawat sebagai Tenaga Kesehatan.........................................................7
D. Peran perawat dalam meningkatkan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).....7
E. Standar Pelayanan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).....9
1. Standar pelayanan keselamatan kerja di Rumah Sakit....................................9
2. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit....................................10
F. Hazard (Bahaya)..................................................................................................10
1. Jenis bahaya......................................................................................................11
a. Primary Hazards........................................................................................11
b. Secondary hazard (bahaya sekunder)........................................................11
c. Physical Hazard (Bahaya Fisik)................................................................11
G. Kecelakan Kerja..................................................................................................14
H. Alat Pelindung Diri.............................................................................................16
I. Pengelolahan Limbah..........................................................................................19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................22
A. Kesimpulan..........................................................................................................22
B. Saran....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................23
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur (Dr. Osha, 2017).
Hazard adalah segala sesuatu yang dapat berpotensi menjadi bahaya bahkan
accident atau incident (TriganaAir, 2005). Bahaya potensial di rumah sakit ya
disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor ergonomic, faktor fisik, faktor
psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja bagi peker- ja,
pengunjung, pasien dan masyarakat di lingkungan sekitarnya (KMK 4322007 dalam
PERSI, 2007).
Pekerja rumah sakit mempunyai resiko lebih tinggi dibanding pekerja indus- try
lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan kerja (KAK)
(RSUDZA, 2017).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Penting?
2. Apa Tugas dan Fungsi Perawat dalam K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tugas dan fungsi perawat dalam K3 (Kesehatan
danKeselamatan Kerja) di tempat keja
2. Tujuan Khusus.
a. Untuk mengetahui pengertian K3 b.Untuk mengetahui manajemen
keselamatan & kesehatan kerja
b. Untuk mengetahui konsep perawat sebagai tenaga kesehatand.
c. Untuk mengetahui peran perawat dalam meningkatkan K3
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Dapat menambah referensi tentang kesehatan keselamatan kerja
(K3) yang berhubungan dengan fungsi dan tugas perawat dalam K3
2. Bagi Masyarakat Dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah
disediakan.
3. Bagi MahasiswaDapat mengetahui dan mengaplikasikan tentang fungsi dan
tugas perawatdalam K3 yang sesuai standart kesehatan dengan baik dan
benar.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
- Mencegah terjadinya terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
1. Planning (perencanaan)
2. Organizing (organisasi)
3. Actuating (pelaksanaan)
4. Controlling (pengawasan)
1. Planning (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan
dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk
keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit dan instansi Kesehatan.
Perencanaan ini dilakukan untuk memenuhi standarisasi kesehatan pacsa perawatan
dan merawat ( hubungan timbal balik pasien perawat / dokter,serta masyarakat
umum lainnya ). Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang ditentukan meliputi:
- Bagaimana cara mengerjakannya
- Mengapa mengerjakan
- Siapa yang mengerjakan
- Kapan harus dikerjakanf.
- Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
4
- hubungan timbal balik ( sebab akibat).
2. Organizing (Organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan
dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat rumah sakit / instansi
kesehatan daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional.
Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung
atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang
terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah),
di samping memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah
(wilayah)dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk.
Komisi Keamanan Kerja rumah sakit /instansi yang tugas dan wewenangnya
dapat berupa :
- Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi
kesehatan.
- Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksanaan keamanan kerja
rumah sakit/ instansi Kesehatan.
- Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi
Kesehatan.
- Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin
rumahsakit / instansi kesehatan.
- Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu rumah
sakit/ instansi kesehatan.
3. Actuating (Pelaksanaan)
4. Controlling (Pengawasan)
a. Adanya rencana
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi
tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja
dirumah sakit / instansi kesehatan. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus,
karena usaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia
bila peraturan diabaikan. Dalam rumah sakit / instansi kesehatan perlu
dibentuk pengawasan rumah sakit / instansi kesehatan yang tugasnya antara
lain :
1) Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek rumah
sakit /instansi kesehatan yang baik, benar dan aman.
2) Memastikan semua petugas rumah sakit / instansi kesehatan memahami
cara-cara menghindari risiko bahaya dalam rumah sakit / instansi
kesehatan.
6
3) Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya
ataukecelakaan.
4) mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan
kerjarumah sakit / instansi kesehatan .
5) Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya
danmencegah meluasnya bahaya tersebut.
Dalam hal ini, perawat memegang peranan yang cukup besar dalam
upaya pelaksanaan dan peningkatan K3. Sedangkan dalam pelaksanaannya, perawat
tidak dapat bekerja secara individual. Perawat perlu untuk berkolaborasi dengan pihak-
pihak lintas profesi maupun lintas sektor.
Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( Nasrul Effendi, 1998)
Fungsi Perawat:
8
5. Primary Care
6. Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan
kecelakaan pada tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, ruju
kan dan perawatan emergensi.
7. Counseling
8. Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya
danmembantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.
9. Management and Administratio
9
d. Melakukan peneraan/kalibrasi peralatan kesehatan.
e. Pembuatan SOP untuk pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, dan kali-
brasi terhadap peralatan kesehatan Pembinaan dan pengawasan atau
penyesuaian peralatan kerja terhadap pekerja
f. Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja
g. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya
h. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesela-
matan kerja yang disampaikan kepada direktur RS dan unit tekhnis terkait di
wilayah kerja.
F. Hazard (Bahaya)
Bahaya (hazard) adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu (bisa pa- da
barang ataupun suatu kegiatan maupun kondisi). Bahaya ini akan tetap menjadi bahaya
tanpa menimbulkan dampak/ konsekuensi ataupun berkembang menjadi accident bila
tidak ada kontak (exposure) dengan manusia. Proses kontak antara bahaya dengan
10
manusia ini dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu:
1. Jenis bahaya
a. Primary Hazards
1) Bahaya fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya
listrik.
2) Bahaya kimia, misalnya yang berkaitan dengan material/ bahan seperti
anti septik,
3) aerosol, insektisida, dan lain-lain.
4) Bahaya biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang
berada di lingkungan kerja seperti virus dan bakteri.
5) Bahaya psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis
maupun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat
memberi dampak pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti
misalnyapola kerja yang tak beraturan, waktu kerja yang diluar waktu
normal, beban kerja yang melebihi kapasitas mental, tugas yang tidak
berfariasi, suasana lingkungan kerja yang terpisah atau terlalu ramai dll
sebagainya (HSP,2011).
b. Secondary hazard (bahaya sekunder).
Secondary hazard atau disebut juga bahaya sekunder adalah bahaya yang
muncul sebagai akibat terjadinya interaksi antara komponen-komponen
pekerjaan (yang juga bisa berfungsi sebagai sumber primary hazard).
Interaksi ini sering kita sebut sebagai pekerjaan/ sistem kerja (HSP, 2011).
c. Physical Hazard (Bahaya Fisik)
Bahaya fisik merupakan potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan- gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar
secara terus menerus oleh faktor fisik. Faktor fisik adalah faktor di dalam
tempat kerja yang bersifat fisika antara lain kebisingan, penerangan,
getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu. Faktor – faktor
11
ini mungkin berasal dari bagian tertentu yang dihasilkan dari proses
produksi atau produk samping yang tidak diinginkan (Nusantara Traisser,
2018).
1) Kebisingan
Bising adalah Suara atau Bunyi yang timbul dengan tidak
dikehendaki yang memiliki sifat untuk mengganggu dan menurukan
daya tangkap suara pada pendengaran orang lain (WHS dalam
Nusantara Traisser, 2018)
Getaran, menimbulkan gelombang bunyi yang kemudian
ditangkap oleh daun telinga lalu masuk dalam liang telinga kemudian
menggetarkan ge- lombang telinga dan diubah menjadi gelombang
mekanik. Pada bagian tel- inga terdapat tulang pendengaran di telinga
tengah: malleus, incus, dan stapes. Gendang telinga menggetarkan
tulang pendengaran dan kemudian meneruskannya ke telinga dalam.
Getaran Cairan di dalam koklea/rumah siput merangsang sel-sel rambut
menghasilkan impuls bioelektrik,Impuls listrik dari sel-sel rambut
diteruskan ke otak oleh syaraf pendengaran, Diotak, impuls dari kedua
telinga tersebut diartikan sebagai suara (Nusantara Traisser, 2018).
Berbagai Macam Jenis Kebisingan
a) Bising Kontinyu
Merupakan bising di mana fluktuasi dari intensitasnya
tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus – putus. Bising Kontinyu
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: Wide Spectrum adalah bising
dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap
dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode0.5 detik berturut-
turut Suara kipas angin, mesin, dll.
b) Bising Intermitten (Putus–Putus)
Yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus-menerus,
melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas,
kendaraan, kapal terbang, kereta api .
c) Bising Impulsif (Mendadak)
12
Yaitu jenis bising yang memiliki perubahan intensitas
suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya
mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan suara ledakan
mercon, meriam.
d) Bising Impulsif Continue
2) Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah istilah yang merujuk pada suatu infeksi
yang berkembang di lingkungan rumah sakit.Artinya, seseorang
13
dikatakan terkena infeksi nosokomial apabila penularannya didapat
ketika berada di rumah sakit.Termasuk juga infeksi yang terjadi di
rumah sakit dengan gejala yang baru muncul saat pasien pulang ke
rumah, dan infeksi yang terjadi pada pekerja di rumah sakit.
14
G. Kecelakan Kerja
Kecelakaan kerja menurut beberapa sumber, diantaranya:
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda.
2. OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan sebagai
kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera
atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadi an kematian, atau kejadian
yang dapat menyebabkan kematian.
a. Kepala; mata.
b. Leher.
c. Batang tubuh; bahu, punggung.
d. Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari
tangan.
e. Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki
f. Sistem tubuh.
g. Banyak bagian
Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang ditim-
bulkan membuat perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat ke-
celakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan
15
statistik kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan yang digunakan
berbagai oleh perusahaan, salah satunya adalah standar Australia AS 1885-1
(1990)1.
16
f. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)
Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan
dan bahaya pembuangan limbah.
Jenis-jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD) dalam (Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor.08/Men/VII/2010 tentang Alat
Pelindung Diri):
1. Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda
keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api,
percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikroorganisme) dan suhu yang
ekstrim.
2. Alat Pelindung Muka dan Mata
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
17
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda- benda
kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang
mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan
benda keras atau benda tajam.
3. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.
4. Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan caramenyalurkan udara
bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro- organisme,
partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/ fume, dan
sebagainya.
5. Alat Pelindung Tangan
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yangberfungsi untuk
melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin,
radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan,
pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
6. Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia
berbahayadan jasad renik, tergelincir.
7. Pakaian Pelindung
18
8. Alat pelindung jatuh perorangan
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar tidak
masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja berada
pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun tergantung dan
menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar.
9. Pelampung
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air atau
dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur
keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi tenggelam
(negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam air.
I. Pengelolahan Limbah
Limbah menurut kamus hukum ialah sisa proses produksi; air buangan pabrik.
Limbah/perlimbahan ialah tempat rendah atau lubang yang sengaja digali untuk tempat
membuang air kotor; tempat rendah/lubang untuk membuang air limbah.
Menurut Pasal 1 ayat (20) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, limbah
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah merupakan buangan yang dihasilkan
dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih
dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada
suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki ling- kungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis. Pada umumnya sesuatu yang ada di bumi ini memiliki suatu
karakteristik yang berbeda. Termasuk juga limbah yang mempunyai karakteristik
sebagai berikut: untuk tempat membuang air kotor; tempat rendah/lubang untuk
membuang air limbah.
Menurut Pasal 1 ayat (20) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, limbah
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah merupakan buangan yang dihasilkan
dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih
dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada
suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki ling- kungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis.
1. Jenis Limbah
19
Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam limbah medis, maka jenis
limbah dapat digolongkan sebagai berikut (Adisasmito, 2014) :
20
e. Limbah farmasi
Limbah farmasi dapat berasal dari obat – obatan yang kadaluarsa, obat –
obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah
dari proses produksi obat.
f. Limbah Kimia
Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medik,
veteinari, laboratorium,proses sterilisasi, dan riset.
g. Limbah radioaktif
Limbah radio aktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotape
yang berasal dari penggunaan medik atau riset raadionucleida. Limbah ini
dapat berasal antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay,
dan bakteriologis dapat berbentuk padat, cair, atau gas.
21
BAB III
A. Kesimpulan
B. Saran
Agar management K3 dirumah sakit dapat diaplikasikan sesuai regulasi yang
telah ada, harus ada dukungan dari pihak-pihak yang terkait seperti Direktur Rumah
Sakit itu sendiri sampai pada para pegawainya. Bukan hanya peraturan yang harus ada
didalam rumah sakit itu sendiri, tapi sikap dari para pegawainya harus memahami
terlebih dahulu apa bahaya akibat kerja di rumah sakit. Agar pegawai RS lebih bisa
mentaati peraturan yang ada dan lebih sadar akan bahaya yang ada di RS tempatnya
bekerja. Sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan akibat kerja di RS.
22
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit, edisi 1. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Prayitno, dkk. 2017. Resiko dan Hazard dalam Pengkajian Putri, Syifa.2017. Peranan
K3 dalam Keperawatan di Rumah Sakit.
Diakses pada 19 September 2020 Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja, OHSAS 18001.Jakarta:
Dian Rakyat Selviana, 2017, Pentingnya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Dalam
Meningkatkan Produktivitas Kerja, Buletin KPIN, Vol. 2, No.10, ISSN: 2477-1686
Staff.Safetynet. Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk Perawat di Rumah Sakit.
23