Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM KEPERAWATAN

OLEH:

NAOUMI REFINA SWASTIKA H

SKP2202125P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

DOSEN PENGAJAR :

Ns. R.A FADILA. S.Kep., M.Kes

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA

PALEMBANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maa Esa, karena atas berkat
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan”.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di STIKES Mitra Adiguna Palembang. Dalam
penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen saya
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Palembang, 10 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
1. Tujuan Umum.................................................................................................2
2. Tujuan Khusus................................................................................................2
D. Manfaat..................................................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................3
A. Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).............................................3
B. Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja.......................................................4
C. Konsep Perawat sebagai Tenaga Kesehatan.........................................................7
D. Peran perawat dalam meningkatkan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).....7
E. Standar Pelayanan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).....9
1. Standar pelayanan keselamatan kerja di Rumah Sakit....................................9
2. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit....................................10
F. Hazard (Bahaya)..................................................................................................10
1. Jenis bahaya......................................................................................................11
a. Primary Hazards........................................................................................11
b. Secondary hazard (bahaya sekunder)........................................................11
c. Physical Hazard (Bahaya Fisik)................................................................11
G. Kecelakan Kerja..................................................................................................14
H. Alat Pelindung Diri.............................................................................................16
I. Pengelolahan Limbah..........................................................................................19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................22
A. Kesimpulan..........................................................................................................22
B. Saran....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................23

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur (Dr. Osha, 2017).

Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-


tingginya, baik fisik, men- tal, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat
lingkungan perusahaan tersebut, melalui usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau lingkungan
kerja (Akbar, 2018).Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari “occupational
health” yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalah-
masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyakat pekerja.Menyeluruh dalam arti
usaha- usaha preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitative, hygiene, penyesuaian
faktor manusia terhadap pekerjaannya dan sebagainya (Notoadmodjo dalam HSP,
2011).

Hazard adalah segala sesuatu yang dapat berpotensi menjadi bahaya bahkan
accident atau incident (TriganaAir, 2005). Bahaya potensial di rumah sakit ya
disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor ergonomic, faktor fisik, faktor
psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja bagi peker- ja,
pengunjung, pasien dan masyarakat di lingkungan sekitarnya (KMK 4322007 dalam
PERSI, 2007).

Pekerja rumah sakit mempunyai resiko lebih tinggi dibanding pekerja indus- try
lain untuk terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan kerja (KAK)
(RSUDZA, 2017).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Penting?
2. Apa Tugas dan Fungsi Perawat dalam K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tugas dan fungsi perawat dalam K3 (Kesehatan
danKeselamatan Kerja) di tempat keja
2. Tujuan Khusus.
a. Untuk mengetahui pengertian K3 b.Untuk mengetahui manajemen
keselamatan & kesehatan kerja
b. Untuk mengetahui konsep perawat sebagai tenaga kesehatand.
c. Untuk mengetahui peran perawat dalam meningkatkan K3

D. Manfaat
1. Bagi Institusi Dapat menambah referensi tentang kesehatan keselamatan kerja
(K3) yang berhubungan dengan fungsi dan tugas perawat dalam K3
2. Bagi Masyarakat Dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah
disediakan.
3. Bagi MahasiswaDapat mengetahui dan mengaplikasikan tentang fungsi dan
tugas perawatdalam K3 yang sesuai standart kesehatan dengan baik dan
benar.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


Menurut WHO/ILO (1995) Kesehatan Kerja memiliki tujuan
untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi
pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat factor yang merugikan kesehatan, dan
penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan
dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit adalah memberikan jaminan


keselamatan dan meningkatkan derajat Kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

Manajemen K3 Rumah Sakit adalah Suatu proses kegiatan yang dimulai


dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian
yang bertujuan untuk membudayakan K3 di Rumah Sakit.

Tujuan diadakannya K3 Rumah Sakit adalah Untuk menciptakan cara kerja,


lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dandalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan karyawan Rumah Sakit. Manfaat diberlakukannya K3 Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:

1. Bagi rumah sakit :


- Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan 
- Mempertahankan kelangsungan operasional Rumah Sakit (pendapatan
meningkat)
- Meningkatkan citra Rumah Sakit secara keseluruhan

2. Bagi karyawan rumah sakit.


- Melindungi karyawan dari terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) 

3
- Mencegah terjadinya terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)

3. Bagi pasien dan pengunjung.


- Mendapatkan Mutu layanan yang baik 
- Kepuasan dan kenyamanan pasien dan pengunjung

B. Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja


Manajemen adalah pencapaian tujuan yang sudah ditentukan
sebelumnya,dengan mempergunakan bantuan orang lain. Hal tersebut diharapkan dapat
mengurangi dampak kelalaian atau kesalahan (malpraktek) serta
mengurangi penyebaran langsung dampak dari kesalahan kerja.

Untuk mencapai tujuan tersebut, membagi kegiatan atau fungsi manajemen


tesebut menjadi :

1. Planning (perencanaan)
2. Organizing (organisasi)
3. Actuating (pelaksanaan)
4. Controlling (pengawasan)

1. Planning (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan
dilakukan di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk
keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit dan instansi Kesehatan.
Perencanaan ini dilakukan untuk memenuhi standarisasi kesehatan pacsa perawatan
dan merawat ( hubungan timbal balik pasien perawat / dokter,serta masyarakat
umum lainnya ). Dalam perencanaan tersebut, kegiatan yang ditentukan meliputi:
- Bagaimana cara mengerjakannya
- Mengapa mengerjakan
- Siapa yang mengerjakan
- Kapan harus dikerjakanf.
- Dimana kegiatan itu harus dikerjakan

4
- hubungan timbal balik ( sebab akibat).

2. Organizing (Organisasi)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan
dapat dibentuk dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat rumah sakit / instansi
kesehatan daerah (wilayah) sampai ke tingkat pusat atau nasional.
Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik secara langsung
atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan pejabat yang
terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah (wilayah),
di samping memberlakukan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Di tingkat daerah
(wilayah)dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk.
Komisi Keamanan Kerja rumah sakit /instansi yang tugas dan wewenangnya
dapat berupa :
- Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi
kesehatan.
- Memberikan bimbingan, penyuluhan, pelatihan pelaksanaan keamanan kerja
rumah sakit/ instansi Kesehatan.
- Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi
Kesehatan.
- Memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan penerbitan izin
rumahsakit / instansi kesehatan.
- Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatu rumah
sakit/ instansi kesehatan.

3. Actuating (Pelaksanaan)

Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong


semangatkerja, mengerahkan aktivitas, mengkoordinasikan berbagai aktivitas yang
akan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua aktivitas sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan program kesehatan
dan keselamatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan sasarannya ialah tempat
5
kerjayang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja maupun
masyarakatdalam rumah sakit / instansi kesehatan wajib mengetahui dan
memahami semuahal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan
kerja dalam rumahsakit / instansi kesehatan, serta memiliki kemampuan dan
pengetahuan yangcukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan
dalam menangani berbagai spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam
pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan, keragu-raguan atau
pertentangan,maka menjadi tugas semua untuk mengambil keputusan
penyelesaiannya.

4. Controlling (Pengawasan)

Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-


pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang
dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip
pokok, yaitu :

a. Adanya rencana 
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi
tentang perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja
dirumah sakit / instansi kesehatan. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus,
karena usaha pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia
bila peraturan diabaikan. Dalam rumah sakit / instansi kesehatan perlu
dibentuk pengawasan rumah sakit / instansi kesehatan yang tugasnya antara
lain :
1) Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek- praktek rumah
sakit /instansi kesehatan yang baik, benar dan aman.
2) Memastikan semua petugas rumah sakit / instansi kesehatan memahami
cara-cara menghindari risiko bahaya dalam rumah sakit / instansi
kesehatan.

6
3) Melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya
ataukecelakaan.
4) mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan
kerjarumah sakit / instansi kesehatan .
5) Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya
danmencegah meluasnya bahaya tersebut.

C. Konsep Perawat sebagai Tenaga Kesehatan


Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui Pendidikan di bidang
Kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan, Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya. Hanya
mereka yang mempunyai Pendidikan atau keahlian khusus-lah yang boleh melakukan
pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia, serta
lingkungannya.

Dalam hal ini, perawat memegang peranan yang cukup besar dalam
upaya pelaksanaan dan peningkatan K3. Sedangkan dalam pelaksanaannya, perawat
tidak dapat bekerja secara individual. Perawat perlu untuk berkolaborasi dengan pihak-
pihak lintas profesi maupun lintas sektor.

D. Peran perawat dalam meningkatkan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


Pelayanan kesehatan kerja memerlukan pula ilmu terapan berbagai disiplin
seperti kesehatan masyarakat, toksikologi industri, psikologi kerja, gizi,ergonomic,
hygiene perusahaan dan peraturan mengenai ketenagakerjaan. Perawat yang melayani
pelayanan kesehatan memiliki kebebasan professional dalam melaksanakan tugasnya,
bebas memasuki tempat kerja untuk melakukan pemeriksaan dan mendapatkan
keterangan yang diperlukan.

Tugas yang dilakukanoleh seorang perawat dalam pelaksanaan pelayanan


kesehatan kerja antaralain berupa tugas administrasi dan pelaporan, tugas pemeliharaan
dan perawatan kesehatan serta tugas penyuluhan/ pelatihan/ pendidikan kesehatan,
7
keselamatan kerja yang diberikan kepada seluruh tenaga kerja. Perawat memberikan
keterangan tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja kepada pegawai pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja bila diperlukan. Disamping itu perawat perlu
mengetahui arah dan tujuan perusahaan secara umum, merencanakan dan menerapkan
program beserta evaluasinya, dan dapat mengembangkan kemampuan menajerialnya,
selaras dengan pengetahuan kedokteran yang telah dimilikinya.

Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( Nasrul Effendi, 1998)
Fungsi Perawat:

1. Mengkaji masalah Kesehatan.


2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja.
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan tehadap pekerja
4. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan
5. Mengawasi lingkungan pekerja
6. Memelihara fasilitas kesehatan rumah sakit
7. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
8. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
9. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawat di rumah
kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah Kesehatan
10. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan keselamatan dan
kesehatankerja (k3) terhadap pekeja
11. Mengoordinasi dan mengawasi pelaksaan keselamatan dan kesehatan kerja(k3)

Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang


lingkup pekerjaan perawat hiperkes adalah :
1. Health promotion / Protection
2. Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan
tenagakerjaakan paparan zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor life styl
e dan perilaku yang berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan.
3. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance
4. Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis
pekerjaannya.

8
5. Primary Care
6. Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan
kecelakaan pada tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, ruju
kan dan perawatan emergensi.
7. Counseling
8. Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya
danmembantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.
9. Management and Administratio

E. Standar Pelayanan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah


Sakit (K3RS)
Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan
program K3RS yang bermanfaat baik bagi pekerja, pasien, pengunjung, maupun bagi
masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit.Pelayanan K3RS harus dil- aksanakan
secara terpadu melibatkan berbagai komponen yang ada di Rumah Sa- kit.Pelayanan
K3 di Rumah Sakit sampai saat ini dirasakan belum maksimal.Hal ini dikarenakan
masih banyak Rumah Sakit yang belum menerapkan sistem Ma najemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

1. Standar pelayanan keselamatan kerja di Rumah Sakit


Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan
sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja
yang dil- akukan yang dilakukan:
a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana, dan
peralatan kesehatan:
b. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan
kesehatan.
c. Membuat program dan melaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala sarana
dan prasarana serta peralatan kesehatan.

9
d. Melakukan peneraan/kalibrasi peralatan kesehatan.
e. Pembuatan SOP untuk pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, dan kali-
brasi terhadap peralatan kesehatan Pembinaan dan pengawasan atau
penyesuaian peralatan kerja terhadap pekerja
f. Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja
g. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya
h. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesela-
matan kerja yang disampaikan kepada direktur RS dan unit tekhnis terkait di
wilayah kerja.

2. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit


Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja seperti
tercantum pada pasal 23 dalam UU Kesehatan No. 22 tahun 1992 dan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 03/men/1982 tentang pelayanan
kesehatan kerja. Adapun bentuk pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja bagi pekerja
b. Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja
dan memberikan bantuan kepada pekerja di Rumah Sakit dalam penyesuaian
diri baik fisik maupun mental terhadap pekerjaannya. Melaksanakan
pendidikan, pelatihan, ataupun promosi/penyuluhan kesehatan kerja secara
berkala dan berkesinambungan sesuai kebutuhan dalam rangka menciptakan
budaya K3
c. Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan pa-
janan di RS

F. Hazard (Bahaya)
Bahaya (hazard) adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu (bisa pa- da
barang ataupun suatu kegiatan maupun kondisi). Bahaya ini akan tetap menjadi bahaya
tanpa menimbulkan dampak/ konsekuensi ataupun berkembang menjadi accident bila
tidak ada kontak (exposure) dengan manusia. Proses kontak antara bahaya dengan

10
manusia ini dapat terjadi melalui tiga mekanisme, yaitu:

- Manusia yang menghampiri bahaya.


- Bahaya yang menghampiri manusia melalui proses alamiah.
- Manusia dan bahaya saling menghampiri.(HSP, 2011)

1. Jenis bahaya
a. Primary Hazards
1) Bahaya fisik, misalnya yang berkaitan dengan peralatan seperti bahaya
listrik.
2) Bahaya kimia, misalnya yang berkaitan dengan material/ bahan seperti
anti septik,
3) aerosol, insektisida, dan lain-lain.
4) Bahaya biologi, misalnya yang berkaitan dengan mahluk hidup yang
berada di lingkungan kerja seperti virus dan bakteri.
5) Bahaya psikososial, misalnya yang berkaitan aspek sosial psikologis
maupun organisasi pada pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat
memberi dampak pada aspek fisik dan mental pekrja. Seperti
misalnyapola kerja yang tak beraturan, waktu kerja yang diluar waktu
normal, beban kerja yang melebihi kapasitas mental, tugas yang tidak
berfariasi, suasana lingkungan kerja yang terpisah atau terlalu ramai dll
sebagainya (HSP,2011).
b. Secondary hazard (bahaya sekunder).
Secondary hazard atau disebut juga bahaya sekunder adalah bahaya yang
muncul sebagai akibat terjadinya interaksi antara komponen-komponen
pekerjaan (yang juga bisa berfungsi sebagai sumber primary hazard).
Interaksi ini sering kita sebut sebagai pekerjaan/ sistem kerja (HSP, 2011).
c. Physical Hazard (Bahaya Fisik)
Bahaya fisik merupakan potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan- gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar
secara terus menerus oleh faktor fisik. Faktor fisik adalah faktor di dalam
tempat kerja yang bersifat fisika antara lain kebisingan, penerangan,
getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra ungu. Faktor – faktor
11
ini mungkin berasal dari bagian tertentu yang dihasilkan dari proses
produksi atau produk samping yang tidak diinginkan (Nusantara Traisser,
2018).
1) Kebisingan
Bising adalah Suara atau Bunyi yang timbul dengan tidak
dikehendaki yang memiliki sifat untuk mengganggu dan menurukan
daya tangkap suara pada pendengaran orang lain (WHS dalam
Nusantara Traisser, 2018)
Getaran, menimbulkan gelombang bunyi yang kemudian
ditangkap oleh daun telinga lalu masuk dalam liang telinga kemudian
menggetarkan ge- lombang telinga dan diubah menjadi gelombang
mekanik. Pada bagian tel- inga terdapat tulang pendengaran di telinga
tengah: malleus, incus, dan stapes. Gendang telinga menggetarkan
tulang pendengaran dan kemudian meneruskannya ke telinga dalam.
Getaran Cairan di dalam koklea/rumah siput merangsang sel-sel rambut
menghasilkan impuls bioelektrik,Impuls listrik dari sel-sel rambut
diteruskan ke otak oleh syaraf pendengaran, Diotak, impuls dari kedua
telinga tersebut diartikan sebagai suara (Nusantara Traisser, 2018).
Berbagai Macam Jenis Kebisingan
a) Bising Kontinyu
Merupakan bising di mana fluktuasi dari intensitasnya
tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus – putus. Bising Kontinyu
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: Wide Spectrum adalah bising
dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap
dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode0.5 detik berturut-
turut Suara kipas angin, mesin, dll.
b) Bising Intermitten (Putus–Putus)
Yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus-menerus,
melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas,
kendaraan, kapal terbang, kereta api .
c) Bising Impulsif (Mendadak)

12
Yaitu jenis bising yang memiliki perubahan intensitas
suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya
mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan suara ledakan
mercon, meriam.
d) Bising Impulsif Continue

Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi


berulang- ulang, misalnya mesin tempa.

Beberapa Jenis Pengaruh / Gangguan Kebisingan Pada Pekerja


yang dapat terjadi antara lain :
a) Gangguan Psikologis.
b) Gangguan Fisiologis.
c) Gangguan Pada Komunikasi.
d) Gangguan Pada Bagian Pendengaran

Proteksi Terhadap Bising yaitu cara bagaimana agar kita bisa


mengurangi resiko dari kebisingan yang terjadi pada area kerja, antara
lain:

a) Mengganti peralatan yang menjadi sumber bising dengan yang


lebih tenang.
b) Memasang peredam pada sumber.
c) Mengisolir sumber bising
d) Menambah jarak antara orang dengansumber.
e) Mengurangi durasi paparan.
f) Memasang barrier
g) Menggunakan pelindung pendengaran pada pekerja di area bising.
h) Pelindung pendengaran di tempat kerja berupa ear plug atau ear
muff.

2) Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah istilah yang merujuk pada suatu infeksi
yang berkembang di lingkungan rumah sakit.Artinya, seseorang
13
dikatakan terkena infeksi nosokomial apabila penularannya didapat
ketika berada di rumah sakit.Termasuk juga infeksi yang terjadi di
rumah sakit dengan gejala yang baru muncul saat pasien pulang ke
rumah, dan infeksi yang terjadi pada pekerja di rumah sakit.

Beberapa penyakit yang paling sering terjadi akibat infeksi


nosokomial adalah:
- Infeksi aliran darah primer (IADP).
- Pneumonia.
- Infeksi saluran kemih (ISK).
- Infeksi luka operasi (ILO).

a) Penyebab dan Faktor Risiko Infeksi Nosokomial

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dapat terkena


infeksi nosokomial adalah
- Patogen (bakteri, jamur, virus, parasit)
- Kondisi pasien
- Usia
- Daya tahan tubuh dan penyakit yang dimiliki.
- Prosedur yang dilakukan terhadap pasien
- Faktor Lingkungan

b) Pencegahan Infeksi Nosokomial


Langkah-langkah pencegahan infeksi nosokomial menjadi
tanggung jawab seluruh orang yang ada di rumah sakit termasuk petugas
kesehatan, pasien dan orang yang berkunjung. Beberapa langkah yang
dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi ini adalah:
- Cuci tangan dengan cara 6 langkah
- Menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit
- Penggunaan alat dan prosedur
- Penempatan pasien di ruang isolasi
- Mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP)

14
G. Kecelakan Kerja
Kecelakaan kerja menurut beberapa sumber, diantaranya:
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda.
2. OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan sebagai
kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera
atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadi an kematian, atau kejadian
yang dapat menyebabkan kematian.

1. Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Pengertian cidera berdasarkan Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak,


cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bureau of Labor Sta-
tistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa bagian tubuh yang
terkena cidera dan sakit terbagi menjadi:

a. Kepala; mata.
b. Leher.
c. Batang tubuh; bahu, punggung.
d. Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari
tangan.
e. Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki
f. Sistem tubuh.
g. Banyak bagian

2 Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang ditim-
bulkan membuat perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat ke-
celakaan. Tujuan pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan
15
statistik kecelakaan kerja. Banyak standar referensi penerapan yang digunakan
berbagai oleh perusahaan, salah satunya adalah standar Australia AS 1885-1
(1990)1.

Berikut adalah pengelompokan jenis cidera dan keparahannya:

a. Cidera fatal (fatality)


Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit akibat kerja
b. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury)
Adalah suatu kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen,
atau ke- hilangan hari kerja selama satu hari kerja atau lebih. Hari pada
saat kecelakaan kerja tersebut terjadi tidak dihitung sebagai kehilangan
hari kerja.
c. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day)
Adalah semua jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa
masuk ker- ja karena cidera, tetapi tidak termasuk hari saat terjadi
kecelakaan. Juga ter- masuk hilang hari kerja karena cidera yang kambuh
dari periode sebelumnya. Kehilangan hari kerja juga termasuk hari pada
saat kerja alternatif setelah kembali ke tempat kerja. Cidera fatal dihitung
sebagai 220 kehilangan hari kerja dimulai dengan hari kerja pada saat
kejadian tersebut terjadi. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja
terbatas (Restricted duty) Ada- lah jumlah hari kerja karyawan yang
tidak mampu untuk mengerjakan peker- jaan rutinnya dan ditempatkan
pada pekerjaan lain sementara atau yang sudah di modifikasi. Pekerjaan
alternatif termasuk perubahan lingungan kerja pola atau jadwal kerja.
d. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury)
Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi
kecel- akaan kerja yang ditangani oleh dokter, perawat, atau orang yang
memiliki kualifikasi untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan.
e. Cidera ringan (first aid injury)
Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang ditangani
menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat,
contoh luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain.

16
f. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident)
Adalah suatu kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan
dan bahaya pembuangan limbah.

H. Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja
dari bahaya di tempat kerja (Depnaker, 2006). APD adalah alat pelindung diri yang
dipakai oleh tenagakerja secara langsung untuk mencegah kecelakaan yang disebabkan
oleh berbagai faktor yang ada atau timbul di lingkungan kerja (Soeripto, 2008).Dari
pengertian tersebut, maka Alat Pelindung Diri (APD) dibagi menjadi 2 kelompok besar
yaitu :
1. Alat pelindung diri yang digunakan untuk uapaya pencegahan terhadap kecelakaan
kerja, kelompok ini disebut Alat Pelindung Keselamatan Industri. Alat pelindung
diri yang termasuk dalam kelompok ini adalah alat yang digunakan untuk
perlindungan seluruh tubuh.
2. Alat pelindungdiri yang digunakan untuk pencegahan terhadap gangguan kesehatan
(timbulnya suatu penyakit), kelompok ini disebut Alat Pelindung Kesehatan
Industri.

Jenis-jenis dan Fungsi Alat Pelindung Diri (APD) dalam (Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor.08/Men/VII/2010 tentang Alat
Pelindung Diri):
1. Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda
keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api,
percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikroorganisme) dan suhu yang
ekstrim.
2. Alat Pelindung Muka dan Mata
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

17
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan
partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda- benda
kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang
mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan
benda keras atau benda tajam.
3. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.
4. Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan caramenyalurkan udara
bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro- organisme,
partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/ fume, dan
sebagainya.
5. Alat Pelindung Tangan
Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yangberfungsi untuk
melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin,
radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan,
pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.
6. Alat Pelindung Kaki
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan
panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia
berbahayadan jasad renik, tergelincir.

7. Pakaian Pelindung

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh


bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan
api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam
panas, uap panas, benturandengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi,
binatang, mikroorganisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan
lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.

18
8. Alat pelindung jatuh perorangan
Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar tidak
masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja berada
pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun tergantung dan
menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar.
9. Pelampung
Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air atau
dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur
keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi tenggelam
(negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam air.

I. Pengelolahan Limbah
Limbah menurut kamus hukum ialah sisa proses produksi; air buangan pabrik.
Limbah/perlimbahan ialah tempat rendah atau lubang yang sengaja digali untuk tempat
membuang air kotor; tempat rendah/lubang untuk membuang air limbah.
Menurut Pasal 1 ayat (20) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, limbah
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah merupakan buangan yang dihasilkan
dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih
dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada
suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki ling- kungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis. Pada umumnya sesuatu yang ada di bumi ini memiliki suatu
karakteristik yang berbeda. Termasuk juga limbah yang mempunyai karakteristik
sebagai berikut: untuk tempat membuang air kotor; tempat rendah/lubang untuk
membuang air limbah.
Menurut Pasal 1 ayat (20) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, limbah
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah merupakan buangan yang dihasilkan
dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih
dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada
suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki ling- kungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis.

1. Jenis Limbah
19
Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam limbah medis, maka jenis
limbah dapat digolongkan sebagai berikut (Adisasmito, 2014) :

a. Limbah benda tajam


b. Limbah benda tajam yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit,
seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipetr pasteur, pecahan
gelas dan pisau bedah.
a. Limbah infeksius
Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikro-
biologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
b. Limbah non-infeksius
Limbah non-infeksius adalah limbah yang tidak berhubungan langsung
dengan darah dan cairan tubuh pasien.
c. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. Limbah ini
dapat dikategorikan berbahaya dan mengakibatkan risiko tinggi infeksi ku-
man terhadap pasien lain, staff rumah sakit dan populasi umum (pengunjung
RS dan penduduk sekitar RS) sehingga dalam penanganannya membutuhkan
labelisasi yang jelas.
d. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin ter-
kontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan,pengangkutan atau tin-
dakan terapi sitotoksik. Penanganan limbah ini memerlukan absorben yang
tepat dan bahan pembersihnya harus selalu tersedia dalam ruangan peracikan.
Bahan – bahan atau perlengkapan pembersih. Semua pembersih tersebut ha-
rus diperlakukan sebagai limbah sitotoksik yang pemusnahnya harus
menggunakan incinerator karena sifat racunnya yang tinggi limbah dengan
kandungan obat sitotoksik rendah,seperti urin, tinja, dan muntahan dapat
dibuang ke dalam saluran air kotor

20
e. Limbah farmasi
Limbah farmasi dapat berasal dari obat – obatan yang kadaluarsa, obat –
obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah
dari proses produksi obat.
f. Limbah Kimia
Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medik,
veteinari, laboratorium,proses sterilisasi, dan riset.
g. Limbah radioaktif
Limbah radio aktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotape
yang berasal dari penggunaan medik atau riset raadionucleida. Limbah ini
dapat berasal antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay,
dan bakteriologis dapat berbentuk padat, cair, atau gas.

21
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Aplikasi penerapan Sistem Manajemen K3 di Rumah Sakit adalah suatu proses


kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di Rumah Sakit. Peraturan
SMK3RS sudah merupakan pedoman disetiap rumah sakit di Indonesia. Tetapi dalam
pelaksanaannya belum dilakukan dengan semestinya, dikarenakan dengan berbagai
faktor yang ada di lapangan menunjukkan masih banyak kecelakaan yang terjadi di
Rumah Sakit. Hal tersebut dikarenakan banyaknya pegawai yang masih lalai untuk
mematuhi peraturan yang telah dibuat. Meskipun pihak rumah sakit telah membuat
peraturan yang sesuai dengan acuan peraturan menteri kesehatan aplikasi K3 tidak
akan terwujud dengan baik karena rendahnya kesadaran dari pihak terkaitnya.

B. Saran
Agar management K3 dirumah sakit dapat diaplikasikan sesuai regulasi yang
telah ada, harus ada dukungan dari pihak-pihak yang terkait seperti Direktur Rumah
Sakit itu sendiri sampai pada para pegawainya. Bukan hanya peraturan yang harus ada
didalam rumah sakit itu sendiri, tapi sikap dari para pegawainya harus memahami
terlebih dahulu apa bahaya akibat kerja di rumah sakit. Agar pegawai RS lebih bisa
mentaati peraturan yang ada dan lebih sadar akan bahaya yang ada di RS tempatnya
bekerja. Sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan akibat kerja di RS.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit, edisi 1. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Mulyono. 2018. Pedoman Prosedur Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


Universitas Airlangga.

Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Prayitno, dkk. 2017. Resiko dan Hazard dalam Pengkajian Putri, Syifa.2017. Peranan
K3 dalam Keperawatan di Rumah Sakit.

Qoriawaty, F. (2016). Manajemen Risiko Dalam Pelayanan Kesehatan Di Instansi


Farmasi Dan Contoh Kasus Yang Terjadi Di IFRS RSUD dr.Adjidarmo
Kab.Lebak.
online:https://www.researchgate.net/publication/298439495_MANAJEMEN_RISI
KO_DALAM_PELAYANAN_KESEHATAN_DI_INSTALASI_FARMASI_DAN
_CONTOH_KASUS_YANG_TERJADI_DI_IFRS_RSUD_dr_ADJIDARMO_KA
B_LEBAK.

Diakses pada 19 September 2020 Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja, OHSAS 18001.Jakarta:

Dian Rakyat Selviana, 2017, Pentingnya K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Dalam
Meningkatkan Produktivitas Kerja, Buletin KPIN, Vol. 2, No.10, ISSN: 2477-1686
Staff.Safetynet. Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk Perawat di Rumah Sakit.

Yuswardi, Riska. N, 2017, Perilaku Perawat Dalam Penerapan Manajemen Kesehatan


Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Aceh. Idea Nursing Journal, Vol. VIII, No. 3,
ISSN : 2087- 2879

23

Anda mungkin juga menyukai