Anda di halaman 1dari 58

PERAN PERAWAT

DALAM PATIENT
SAFETY
OLEH
ANUGERAH BAWANTO A
Peran Perawat Dalam Patient Safety

 seseorang yang telah lulus


pendidikan perawat dan
memiliki kemampuan serta
kewenangan melakukan
tindakan kerpawatan
berdasarkan bidang keilmuan
yang dimiliki dan memberikan
PERAWAT pelayanan kesehatan secara
holistic dan professional untuk
individu sehat maupun sakit,
perawat berkewajiban
memenuhi kebutuhan pasien
meliputi bio- psiko-sosio dan
spiritual.
PMK no 26 tahun 2019 tentang peraturan
pelaksanaan UU Keperawatan no 38 tahun
2019
Ketentuan umum Pasal 1
 1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di
dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 2. Perawat Vokasi adalah Perawat lulusan pendidikan vokasi Keperawatan paling rendah
program Diploma Tiga Keperawatan.
 3. Perawat Profesi adalah Perawat lulusan pendidikan profesi Keperawatan yang
merupakan program profesi Keperawatan dan program spesialis Keperawatan.
 4. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
PMK no 26 tahun 2019 tentang peraturan
pelaksanaan UU Keperawatan no 38 tahun 2019

 5. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat


dalam bentuk Asuhan Keperawatan.
 6. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit
 7. Surat Tanda Registrasi Perawat yang selanjutnya disingkat STRP adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh konsil keperawatan kepada Perawat yang telah
diregistrasi.
 8. Surat lzin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada Perawat
sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan Praktik Keperawatan
PATIENT SAFETY
 Menurut Depkes (2008), Patient Safety (Keselamatan Pasien)
merupakan suatu sistem dimana rumah sakit atau pelayanan
kesehatan membuat asuhan pasien menjadi lebih aman, mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.

 Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera
aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan
medis dan kesalahan pengobatan.
PMK no 1619 th 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
 Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. (PMK no 1619 th 2011 )

 Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah


setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari
Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan
Kejadian Potensial Cedera.
 Pada tahun 2000 Institute Of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan laporan yang
mengagetkan banyak pihak : “To Err is human”, building a safer health system.
Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New
York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD sebesar 2,9 % dimana 6,6 % diantaranya
meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7 % dengan angka
kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh
Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 –98.000 per tahun.
PMK no 1619 th 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit

 Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan


insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran.
TUJUAN SISTEM PATIENT SAFETY

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit

b. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap


pasien dan masyarakat

c. Menurunnya KTD di Rumah Sakit

d. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga


tidak terjadi KTD
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
 Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)

 Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang


efektif)
 Improve the safety of high-alert medications
(meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
 Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi)
 Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi
risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
 Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko
pasien terluka karena jatuh)
STANDART KESELAMATAN

PASIEN
Setiap Rumah Sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien.

 Standar Keselamatan Pasien

1. Hak pasien;

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program


peningkatan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.


Sasaran Keselamatan Pasien

1. Ketepatan identifikasi pasien;

2. Peningkatan komunikasi yang efektif

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

6. Pengurangan risiko pasien jatuh


Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

2. Memimpin dan mendukung staf;

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko

4. Mengembangkan sistem pelaporan

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien


PATIENT CENTERED CARE
Peran perawat dalam mewujudkan patient safety di rumah sakit
dapat dirumuskan, antara lain :

 Pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standar


pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan.
 Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan
keperawatan.
 Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
 Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarga.

 Peka dan proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap


kejadian tidak diharapkan.
STANDAR PRAKTIK (ASUHAN KEPERAWATAN)

 Assesment (Pengkajian) : Status kesehatan pasien saat ini dan masa


lalu serta potensi resiko (keselamatan pasien), skring pasien (gejala
klinis covid)

 Diagnosa : menetapkan diagnosa/ masalah keperawatan

 Planning : Rencana asuhan keperawatan

 Implementation : Pelaksanaan asuhan sesuai rencana

 Evaluation : evaluasi terhadap respon pasien dan outcome.


STANDARS OF CARE : SAFETY

Ketepatan Identifikasi Pasien


Perawat harus mengidentifikasi seluruh pasien yang dirawat di RS
dengan benar :
a. Memastikan identitas pasien sebagai individu yang akan
menerima pelayanan atau pengobatan
b.Memastikan kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap
individu tersebut
c.Proses identifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi
pasien pada saat :
 Pemberian obat, darah atau produk darah

 Pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan


klinis; atau
 Tindakan lain (pembedahan, non pembedahan,
pemeriksaan klinis dan penunjang)
d.Identifikasi pasien mencakup 3 detail wajib yaitu Nama pasien,
Tanggal lahir / umur, Nomor rekam medis pasien
Peningkatan Komunikasi Efektif
a. Komunikasi secaran lisan dan atau melalui telepon dilakukan
dengan metode T B K :
 Penerima perintah menulis perintah ( T )

 Penerima perintah membacakan kembali perintah yang ditulis


dan menanyakan kebenaran isi perintah ( B )
 Pemberi perintah memberikan konfirmasi kebenaran perintah
yang telah ditulis dan telah dibacakan kembali tersebut ( K ).
b. Komunikasi pelaporan pelayanan dilakukan dengan metode S B A R
:
 S (SITUATION) : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien.

 B (BACKGROUND) : Informasi penting apa yang berhubungan


dengan kondisi pasien.
 A (ASSESMENT) : Hasil pengkajian /
penilaian kondisi pasien terkini.
 R (RECOMMENDATION) : Apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien saat ini
3.Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai

 Obat yang harus diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan


terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event) serta obat yang
beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome

 Semua obat High Alert Medication harus memiliki identifikasi dan


penandaan khusus dan dikelola oleh petugas yang kompeten
terhadap obat-obat yang dimaksud (apoteker
/ tenaga kefarmasian)
 Tempat penyimpanan obat-obat dalam kelompok ini khususnya elektrolit
konsetrat di Instalasi Farmasi, IRIN, IBS, IRJ, Kamar Bersalin
(khususnya magnesium sulfat).

 Verifikasi ulang sebelum obat diberikan kepada pasien harus dilakukan


meliputi ketepatan pasien, obat, dosis, waktu serta cara pemberian

 Syarat pemberian obat-obat yang perlu diwaspadai adalah mampu melakukan


monitoring efek samping, tersedia protokol pengelolaan efek samping dan
tersedia antidotumnya.
4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur,
Tepat Pasien Operasi
a. Proses Verifikasi
Merupakan proses untuk mengidentifikasi hal-hal yang harus tersedia
pada saat tindakan pembedahan, terdiri dari :
• Dokumen-dokumen yang terkait dengan tindakan pembedahan
- Assesmen pra operasi, diagnosis pra operasi, rencana operasi dan
rencana anesthesi
- Infomed Consent yang sudah ditanda tangani oleh pasien/
keluarganya, dokter operator dan dokter anesthesi.
- Formulir penandaan lokasi operasi
• Hasil pemeriksaan penunjang (radiologi,
laboratorium, dll)
• Alat-alat atau bahan khusus yang perlu disiapkan pada saat
tindakan seperti implan, tranfusi darah, dll
• Formulir transfer pasien
b. Penandaan Lokasi Prosedur (Marking)
Semua pasien yang akan dioperasi dimana lokasi operasi memiliki
lateralisasi (sisi kanan dan kiri), struktur ganda (jari-jari tangan, kaki,
lesi) atau tingkatan berlapis (tulang belakang, tulang iga) harus
dilakukan pemberian “Surgical Marking”.
3 fase operasi

a. Fase Sign in (sebelum induksi anestesi)


b. Fase Time Out
c. Fase sign Out
a. Fase Sign In (sebelum induksi)
 Koordinator secara verbal memeriksa, apakah identitas pasien telah
dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi sudah benar (sisi operasi telah ditandai),
persetujuan untuk operasi telah diberikan, oksimetri pulse pada pasien
berfungsi, coordinator mengkonfirmasi resiko pasien apakah ada resiko
kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, reaksi alergi.
Tahap “Time out’ (before
skin incision )
memungkinkan semua
pertanyaan atau
kekeliruan diselesaikan
 Time out
1. dilakukan di tempat,
dimana tindakan akan
dilakukan

2. tepat sebelum tindakan


dimulai
3. melibatkan seluruh tim
c. Fase sign out

 Fase dimana tim bedah melakukan pengecekan


kelengkapan deppers / kassa, penghitungan
instrument, pemberian label pada specimen
5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait
Pelayanan Kesehatan
 Kebersihan tangan merupakan proses membersihkan tangan dengan
menggunakan sabun dan air yang menghalir (hand wash) atau
dengan menggunakan antiseptik berbasis alkohol (hand rub)
 Semua orang yang berada di RS wajib menjaga dan
melaksanakan kebersihan tangan
 Rumah Sakit memfasilitasi sarana prasarana kebersihan tangan yang
dibutuhkan.
 Semua orang yang berada di RS wajib memakai masker

 Penggunaan APD sesuai level (sesuai SOP)


PRINSIP PRINSIP PPI DI ERA
PANDEMIC COVID
 1. Skrining terfokus sebelum Triase agar mengenali tanda gejala
lebih awal COVID 19 dan isolasi klien jika diduga terinfeksi
 2. Menerapkan kewaspadaan Droplet, kontak dan Airbone untuk
klien yang diduga terinfeksi COVID
 3. Tetapkan control dan kebijakan administrative yang tepat
(pelatihan untuk petugas kesehatan, staf yang memadai dan
pengembangan kapasitas)
 4. Terapkan standar kewaspadaan unruk semua klien
 5. Pantau kontak Klien dengan infeksi COVID 19
 6. Modifikasi struktur fasilitas kesehatan yang ada untuk
meminimalkan penyebaran
Protokol di tempat kerja

 1. Bentuk tim penapisan covid 19 di tempat kerja


 2. Semua pegawai wajib memakai masker
 3. Menyediakan sarana cuci tangan hand sanitizier dan sabun
 4. Atur lajur tangga naik dan turun tangga
 5. Tabir kaca untuk customer care
 6. Terapkan physical distancing 1-2 meter
 7. Desinfektan/desinfeksi ruangan rutin
 8. Lakukan pengukuran suhu tubuh di pintu masuk
 9. Batasi jumlah orang yang masuk dalam lift posisi saling
membelakangi
Penempatan Pasien

 Tempatkan pasien yang terkonfirmasi atau suspek covid 19 di


ruangan Isolasi. Jaga agar pintu tetap tertutup, dan batasi personel
masuk dan keluar
 Single Room jika tersedia, kohorting jika tidak tersedia dengan jaga
jarak pasien minimal 2 meter dan semua pasien harus memakai
masker
 Selain pemindahan atau pemulangan, pasien harus bermasker dan
isolasi pasien di ruang pemeriksaan dengan tertutup
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
 Perawat wajib melakukan pengkajian resiko
jatuh untuk setiap pasien yang dirawat, guna
meminimalkan resiko jatuh dengan metode
“Morse Fall” untuk pasien dewasa dan metode
“Humpty Dumpty” untuk pasien anak.

 Pengurangan resiko jatuh dilakukan dengan


memberikan identifikasi jatuh pada setiap
pasien, memberikan intervensi pada pasien
yang beresiko serta memberikan lingkungan
yang aman.

Anda mungkin juga menyukai