Anda di halaman 1dari 12

Peranan Pasien dan Keluarganya Dalam Upaya Pencegahan Bahaya dan

Adverse Event di Pelayanan Kesehatan

Nur Azizah Rangkuti

Nurazizahr1307@gmail.com

Latar belakang

Rumah sakit merupakan tempat dimana berbagai tindkana medis dilakukan. Kebanyakan
tindakan medis , baik yang dilakukan di rumah sakit maupun di unit kesehatan lainnya
berpotensi menimbulkan bahaya atau pun adverse event (KTD-Kejadian Tidak Diharapkan).
Adverse event merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan sesuatu tindakan (commiision)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan atau diambil (omission) dan
merupakan karena underliving disease atau kondisi pasien.

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapakan untuk mencegah
terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatanmelalui suatu sistem
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor resiko, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insidentserta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbul risiko (Dep Kes 2006). Keselamatan pasien merupakan suatu sistem
untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (TKPRS RSUP
Sanglah Denpasar, 2011).

Dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien dan mutupelayanan kesehtan memerlukan


peran aktif pasien, keluarga atau orang lain yang menenmani-merawat pasien (carers) dan
masyarakat (untuk selanjutnya disebut pasien‐masyarakat). Pasien dapat melakukan banyak
peran penting ketika menerima pelayanan kesehatan. Pasien dapat berperan untuk membantu
menemukan diagnosis yang akurat, memutuskan pengobatan yang dipilih, menetapkan
dokter/rumah sakit yang kompeten, memastikan monitoring dan kepatuhan pengobatan, serta
mengidentifikasi efek samping dan melakukan tindakan segera yang tepat bila terjadi efek
samping (Vincent & Coulter, 2002).

Salah satu komponen yang berperan dalam peningkatan keselmatan pasien adalah keluarga
pasien. Keluarga merupakan bagian dari tim pengobatan dan perawatan. Maka, peran
keluarga penting untuk memantau kebutuhan pasien dari laporan perawat atau jika perlu
malakukan komunikasi langsung. Keluarga merupakan sistem pendukung pertama dan utama
bagi individu. Dukungan keluarga yang baik bisa menjadi sumber motivasi, semangat dan
perlindungan terhadap resiko-resiko bahaya kepada pasien. Keluarga merupakan unit paling
dekat dengan pasien, dan merupakan perawat utama bagi pasien. Keluarga berperan dalam
menentukan cara atau perawatan yang diperlukan pasien di rumah sakit. Keberhasilan
perawat di rumah sakit akan sia sia jika tidak dibantu dengan keluarga yang berperan sebagai
partner pelayanan kesehatan. Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan
berpengaruh terhadap keadaan pasien. Maka dari itu sangat diperlukan peran keluarga
sebagai partner bagi pelayanan kesehatan.

Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah
metode yang memberikan gambaran secara jelas dari suatu masalah dan keadaan berdasarkan
data-data yang sebenarnya. Serta menggunkan metode litertature review yaitu dengan
mengumpulkan data, membaca, mengkaji dan menganalisis data tersebut dari berbagai
sumber seperti buku teks, e-book,jurnal,buku referensi yang berhubungan dengan tema yaitu
peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya
bahaya dan adverse events. Literature yang digunakan berbagai sumber dengan ketentuan
tahun terbit terakhir adalah tahun 2012.

Hasil

Menurut Permenkes No.1691 tahun 2011 Pasal 8, menyatakan bahwa setiap rumah sakit
wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien
merupakan syarat utama untuk diterapkan disemua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Safing Patien
Safety Solution dari WHO Patien Safety yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit Nasional PERSI (KKPRS PERSI) dan Joint Comission International
( JCI).

Pasien yang dirawat di rumah sakit merupakan individu yang sedang memiliki masalah
kesehatan, sehingga dimungkinkan mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pribadi
termasuk menjaga keselamatan senadiri, oleh sebab itu pasien membutuhkan dukungan dari
keluarga dan tim kesehatan yang merawat.
Keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan dapat di tingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan. Karena itu di rumah sakit harus ada
sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien. Meskipun pentingnya serta manfaat peran keterlibatan
pasien‐keluarganya dalam keselamatan pasien disadari penuh oleh rumah sakit dan tim
pelayanan klinis, berbagai tantangan baik dari faktor pasien, profesi kesehatan maupun rumah
sakit mengakibatkan hal ini tidak mudah diterapkan.

Dalam sebuah studi yang meminta pendapat pasien mengenai peran pasien dalam
meningkatkan keselamatan pasien ketika dirawat di rumah sakit, 23% berpendapat bahwa
pasien harus mengikuti instruksi yang diberikan oleh tim pelayanan. Selain itu, pasien harus
bertanya, memahami kondisi penyakit dan pengobatannya serta mengharapkan pelayanan
yang kompeten. Studi ini menyimpulkan bahwa pasien harus percaya bahwa mereka
diberikan pelayanan yang terbaik, dan tidak perlu berperan aktif dalam menjaga
keselamatannya. 

Peran keluarga sebagai patner di pelayanan kesehatan salah satunya adalah memberikan
perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya
sendiri karena cacat atau usia terlalu muda. Peran keluarga tersebut meliputi
mengingatkan/memonitor waktu minum obat, mengontrol persediaan obat, mengantarkan
penderita kontrol, memisahkan alat-alat penderita dengan anggota keluarga lain,
meningkatkan kesehatan lingkungan penderita, dan pemenuhan kebutuhan psikologis agar
penderita tidak merasa terisolir dalam lingkungannya.

Pembahasan

Indikator mutu layanan keperawatan yang sensitif terhadap staffing pada saat ini secara terus
menerus dikembangkan. Banyak lembaga yang berupaya membuat indikator mutu, namun
banyak dari indikator tersebut kurang mencerminkan pengaruh pelayanan keperawatan
terhadap keselamatan pasien, karena hanya dianggap sebagai indikator kualitas pelayanan
kesehatan (ANA, 1995; Institute of Medicine , 1999, 2001, 2005; Joint Commision, 2007
dalam Montalvo, 2007). Mulai tahun 2007, WHO Collaborating Center For Patient Safety
berupaya menetapkan Sembilan Solusi keselamatan pasien untuk mempermudah
pendeteksian terjadinya masalah pada keselamatan pasien di Rumah Sakit, yaitu :

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication
names).
2. Pastikan Identifikasi pasien,
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien,
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar,
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat,
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah cateter dan salah sambung gelamng,
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai, dan
9. Tingkatkan kebersihan tangan unuk pencegahan infeksi nosokomial (WHO, 2007
dalam Tim KP-RS RSUP Sanglah Denpasar, 2011).

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada
Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO (2007) yang digunakan juga oleh
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission
International (JCI). RSUP Sanglah Denpasar merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A
dengan sumber manusia (dokter, perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah mempunyai
berbagai peralatan canggih yang memadai dan telah terakreditasi Joint Commission
International (JCI) (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011) Maksud dari Sasaran
Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik untuk menunjang keselamatan
pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan
ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu 14 tinggi, sedapat mungkin sasaran secara
umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.

Secara umum, peran aktif pasien‐masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan sangatlah
diharapkan, baik oleh profesi kesehatan, pasien‐masyarakat ataupun pihak manajemen. Bukti‐
bukti positif dalam hal penanganan penyakit kronis telah menunjukkan dampak positif peran
aktif pasien terhadap keluaran klinisnya. Sebagai contoh, edukasi pasien dan penggunaan
reminder tepat waktu untuk mengingatkan pasien agar melakukan tindakan tertentu terkait
penyakitnya meningkatkan pengendalian penyakit kronis. Intervensi edukasi dalam
penatalaksanaan mandiri asma pada anak dapat meningkatkan fungsi paru dan menurunkan
tingkat absensi sekolah. Demikian pula pelatihan bagi pasien Diabetes Melitus tipe 2 efektif
untuk menurunkan kadar gula darah puasa dan terapi medikamentosa untuk penanganan
diabetes (Longtin et al., 2010).  
Demikian pula dalam meningkatkan keselamatan pasien, perspektif pasien‐masyarakat
semakin penting. WHO (2008) dalam rangkuman hasil penelitian keselamatan pasien
mengidentifikasi 23 topik yang merupakan agenda prioritas, termasuk keterlibatan pasien.
Berbagai publikasi pun menunjukkan bahwa secara spesifik pasien dapat terlibat aktif dalam
beragam kegiatan seperti halnya: melaporkan kejadian yang tidak diinginkan, membantu
mencek ulang ketepatan obat, dosis dan waktu pemberian, melaporkan KTD atau komplikasi
pada tindakan operasi serta diberi informasi mengenai kemungkinan yang dapat terjadi
pascaoperasi, meminta atau mengingatkan tenaga kesehatan untuk mencuci tangan, dan
menyampaikan identitasnya agar mencegah tindakan/pemberian obat pada pasien yang keliru.
Pasien juga dapat menyimpan daftar penyakit yang pernah diderita, obat yang diminum dan
obat yang menimbulkan alergi. Bahkan pada sistem pelayanan kesehatan yang menggunakan
rekam medik elektronik, pasien dapat memberikan informasi terbaru (Koutantji et al., 2005,
Longtin et al., 2010). Pengembangan  pengukuran budaya keselamatan pasien di tingkat
organisasi serta pelaporan KTD juga sedang dikembangkan di Inggris menggunakan menurut
persepsi pasien (patient measure of organizational safety, patient incident reporting system
tool).

Peran aktif pasien‐masyarakat untuk mencegah dan mengenali KTD sedini mungkin hanya
dapat dioptimalkan apabila diawali dengan edukasi yang memadai mengenai keselamatan
pasien. Pasien‐ masyarakat yang memahami keselamatan pasien diharapkan dapat
bekerjasama sebagai mitra tim pelayanan kesehatan untuk mendukung proses untuk
menjamin keselamatan pasien. Bila terjadi KTD, pasien‐masyarakat diharapkan dapat lebih
mudah memahami dan menerima risiko yang terjadi, serta lebih jauh lagi, mengurangi
keinginan pasien‐keluarga untuk memproses secara hukum. Pengalaman di MCG Health
System di Georgia, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa dengan melibatkan pasien‐
masyarakat secara aktif di tingkat rumah sakit, maka pada tahun 2001‐2006 terjadi penurunan
klaim malpraktek dan litigasi dari >80 pada tahun 2003 menjadi ,5 pada tahun 2006
(IPFCC,2008).

Pentingnya edukasi pasien‐masyarakat mengenai keselamatan telah mendorong berbagai


organisasi internasional untuk mengembangkan media untuk mengkomunikasikan
keselamatan pasien secara efektif (Utarini et al., 2010). Model lima langkah untuk pelayanan
kesehatan yang lebih aman (US Department of Health and Human Services, 1999), kampanye
SPEAK‐UP (Speak up your concerns, Pay attention to the care, Educate yourself, Ask your
advocate, Know what medicines, Use hospital, and Participate in all decisions) oleh JCAHO
(JCAHO, 2009), Being Open (National Patient Safety Agency, 2005) dan kampanye
menurunkan 5 juta kematian oleh IHI merupakan contoh‐contoh inisiatif. Model lima langkah
untuk pelayanan kesehatan yang lebih aman misalnya, memberikan edukasi secara umum
kepada pasien tentang lima hal yang harus dilakukan ketika menggunakan pelayanan
kesehatan:  

1. Bertanyalah, apabila terdapat keraguan atau keprihatinan


2. Simpan dan bawa daftar seluruh obat yang diminum
3. Ambil hasil pemeriksaan laboratorium atau prosedur lainnya
4. Diskusikan dengan dokter, rumah sakit yang paling sesuai dengan kebutuhan
5. Bila diperlukan operasi, pastikan bahwa anda memahami kemungkinan yang dapat
terjadi setelah operasi [Hal ini mengingatkan kembali pada pengalaman keluarga saya
yang dioperasi. Pada suatu saat sebelum operasi, beliau (dokter spesialis)
menceritakan bahwa “Sebetulnya saya ingin tahu apa yang sebenarnya akan
dilakukan, mana yang akan diambil ketika operasi nanti, seperti apa gambarannya”.

Selain peran pasien, peran keluarga pasien juga sangat berpengaruh dalam mencegah
terjadinya bahaya dan kejadian yang tidak diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu
rumah sakit. Peran keluarga secara aktif dalam menjaga keselamatan pasien rawat inap
adalah

1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur


2. Mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab pasien maupun
keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dalam proses bersama tim
kesehatan mengelola pasien
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Penerapan enam sasaran keselamatan pasien dan peran keluarga dalam menjaga keselamatan
pasien rawat inap di rumah sakit adalah :

1. Ketepatakan identifikasi pasien


Pasien  dalam keadaan tidak sadar, gelisah,  mengalami gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran, gangguan proses pikir, mendapat obat  bius, atau gangguan
lain tidak mampu melakukan identifikasi diri dengan benar selain itu pasien yang
pindah ruang rawat atau bertukar tempat tidur saat perawatan di rumah sakit berisiko
mengalami ketidaktepatan identifikasi, maka rumah sakit menyusun sistem untuk
memastikan identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan
adalah tepat dan jenis pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut adalah
sesuai.

Peran Pasien dan keluarga untuk memastikan ketepatan identifikasi pasien adalah:

1.1. Memberikan data diri yang tepat pada saat mendaftar sesuai dokumen data diri
yang dimiliki. Data utama yang diperlukan adalah  nama dan tanggal lahir
1.2. Selama rawat inap pasien dipasangkan gelang. Psien dan keluarga harus
memahami fungsi gelang dan patuh menggunkan gelang tersebut selama rawat
inap gelang tersebut dipakaioleh tim kesehatn guna memastikan kebenaran
identitas dan faktor risiko pasien saat memerikan pelayanan
1.2.1. Gelang warna biru untuk laki-laki dan gelang warna pink untuk
perempuan dipakai untuk identitas.
1.2.2. Gelang warna merah dipasangkan pada pasien yang memilki riwayat
alergi
1.2.3. Gelang warna kuning dipasangkan pada pasien yang memiliki risiko
jatuh
1.3. Pasien atau keluarga kooperatif saat dilakukan verifikasi identitas oleh petugas
saat akan melakukan tindakan, memeberikan obat, mengambil preparat untuk
pemerikasaan laborat dan lain-lain
2. Komunikasi efektif
Pasien yang menjalani rawat inap dikelola oleh doket dan nernagai profesi lain
sebagai tim dengan menerapkan sistem komunikasi yang efektif untuk memberikan
pelayanan. Peran pasien dan keluarga mewujudkan komunikasi efektif adalah:
2.1. Menunjukkan atau menetapkan anggota keluarga yang diberi kewenangan untuk
berkomunikasi dengan tim kesehatan. Penunjukan ini diperlukan unruk
memastikan komunikasi berlangsung efektif dan berkesinambungan, tidak
mengalami rantai komunikasi yang panjang dan kompleks yang berisiko
menyebabkan perubahan makna isi informasi.
2.2. Memberikan informasi dan data terkait kondisi pasien kepada kesehatan dnegan
benar dan jelas.
2.3. Memberikan informasi pada petugas bila ada kejadian tidak diharapkan.
2.4. Meminta informasi yang diperlukana kepada tim kesehatan.
3. Pemberian obat secara aman
Pemberian obat merupakan bagian yang mengambil porsi dominan dalam tata kelola
pasien rawat inap. Peran serta keluarga dalam menjamin keamanan pemberian obat
adalah
3.1. Memberikan informasi yang lengkap tentang riwayat obat yang pernah
dipergunkan sebelum masuk rumah sakit
3.2. Mmeberikan infromasi tentang riwayat alergi atau reaksi yang dialami saat
menggunkan obat tertentu
3.3. Mendukung pengawasan pemberian obat selama rawat inap dengan cara
memastikan identitas pasien benar, menanyakan jenis obt yang diberikan,
tujuan pemberian, dosis dan waktu pemberian obat
4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Tindakan operasi merupakan salah satu prosedur yang mungkin dilakukan pada
pasien untuk mengatasi masalah kesehtannya. Bagian tubuh yang akan dioperasi bisa
meliputi bagian yang bersisi (misalnya tangan kanna atau kaki kanan dan kiri, mata
kanna dan kiri) atau bagian yang multi[el level (misalnya tulang belakang) atau
bagian yag multipel struktur (misalnya jaringan tangan) dengan demikian diterapkan
sistem untuk memastikan tindakan tepat lokasi,tepat prosedur, tepat pasien. Salah satu
prosedur yang dilakukan sebelum tindakanoperasi adalah proses verifikasi. Peran
pasien dan keluarga dalam proses verifikai praoperasi adalah memberikan infromasi
yang benar dan bekerja sama sacara kooperatif. Proses yang dilakukan meliputi:
4.1. Verifikasi lokasi, prosedur dan pasien yang benar. Proses ini dilakukan dnegan
membeuat tanda pada lkasi yang dioperasi. Penandaan lokasi operasi ini
melibatkan pasien, dibuat oleh dokter yang akan melakukan tindakan dan
dilaksanakan saat pasien dalam keadaan sadar. Tanda ini tidak boleh dihapus
dan harus terlihat sampai saat akan disayat.
4.2. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label dengan baik
4.3. Melakukan verifikasi ketersediaan peraltan husu yang dibutuhkan.
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
 Rumah sakit  merupakan tempat yang memungkinkan berkumpulnya berbagai jenis
kuman sedangkan pasien yang sedang dirawat memiliki daya tahan tubuh relatif
rendah dengan demikian diperlukan suatu proses bersama untuk mencegah timbulnya
infeksi lain yang tidak berhubungan dengan penyakit utama pasien. Peran pasien dan
keluarga dalam pengurangan risiko terkait pelayanan kesehatan adalah

5.1. Menerapkan prosedur cuci tangan yang benar. Keluarga memiliki


kemungkinan sering kontak dengan pasien,  maka untuk melindungi diri
sendiri dan melindungi pasien dari perpindahan kuman disarankan keluarga
menerapkan prosedur cuci tangan yang benar pada 5 (lima) momen yaitu saat
sebelum kontak dengan pasien, sesudah kontak pasien, sesudah ke toilet,
sebelum dan sesudah makan. Perlu diperhatikan juga bahwa lingkungan
sekitar pasien berisiko terpapar kuman maka disarankan mencuci tangan
sesudah kontak dengan lingkungan pasien (meja, alat tenun, tempat tidur dsb).
Guna memperoleh hasil cuci tangan yang optimal Pasien dan keluarga
disarankan mencermati dan mengikuti petunjuk 6 (enam) langkah mencuci
tangan yang diberikan oleh petugas atau panduan cuci tangan yang ada di
rumahsakit
5.2. Membatasi pengunjung pasien. Selama pasien dirawat di rumah sakit
seyogyanya pasien tidak berinteraksi dengan banyak orang karena berisiko
terpapar kuman dari pengunjung dalam keadaan pertahanan diri yang relatif
rendah dengan demikian peran keluarga diperlukan untuk membatasi
pengunjung yang kontak dengan pasien.
5.3. Menerapkan etika batuk. Keluarga dan pengunjung yang batuk berisiko
menyebarkan kuman melalui partikel halus di udara dengan demikian bila
sedang mengalami batuk keluarga perlu menggunakan masker atau
menerapkan tehnik perlindungan yang benar saat batuk yaitu menutup mulut
dan hidung menggunakan lengan.
6. Pengurangan risiko pasien jatuh

 Individu yang sedang sakit memiliki keterbatasan dalam pengamanan diri termasuk
menghindari jatuh. Rumah sakit  mengambil tindakan untuk mengurangi risiko
dengan melakukan pengkajian faktor-faktor yang dapat menyebabkan jatuh seperti,
penggunaan obat, gaya jalan dan keseimbangan, alat bantu berjalan yang digunakan
oleh pasien, riwayat jatuh saat berjalan atau saat istirahat baring di tempat tidur. Peran
pasien dan keluarga dalam mencegah jatuh saat dirawat di rumah sakit adalah:

6.1. Pastikan penanda pasien beriko jatuh berupa gelang kunning dipakai pasien
6.2. Jagan melepas atau memindah kartu kuning yang dipasang petugas dekat
tempat tidur pasien atau di depa kamar pasien karena kartu tersebut merupakan
penanda untuk mewaspadai pasien yang berisiko jatuh
6.3. Keluarga atau pasien perlu memastian diri untuk memahami informasi yang
diberikan oleh petugas agar dapat mendukung tindakan pencegahan jatuh.
Informasi yang perlu diketahu adalah:
6.3.1. faktor resiko jatuh yang teridentifikasi seperti obat yang dipergunakan,
kesadaran pasien, keseimbangan saat berjalan,dll
6.3.2. cara untuk inta bantuan
6.3.3. cara menggunakan bel atau sarana komunikasi diruangan
6.3.4. cara mengatur pengamanan tempat tidur
6.3.5. penggunaan tali pengaman,dll

Kesimpulan

eselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien adalah
partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.

Secara umum, peran aktif pasien‐masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan sangatlah
diharapkan, baik oleh profesi kesehatan, pasien‐masyarakat ataupun pihak manajemen. Bukti‐
bukti positif dalam hal penanganan penyakit kronis telah menunjukkan dampak positif peran
aktif pasien terhadap keluaran klinisnya.

Selain peran pasien, peran keluarga pasien juga sangat berpengaruh dalam mencegah
terjadinya bahaya dan kejadian yang tidak diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu
rumah sakit. Peran keluarga secara aktif dalam menjaga keselamatan pasien rawat inap
adalah

1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur


2. Mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab pasien maupun
keluarga.
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5. Mematuhi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dalam proses bersama tim
kesehatan mengelola pasien
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Daftar Pustaka

Tutiany, Lindawati, Kristanti,P. (2017). Bahan Ajar Keperawatan:Manajemen Keselamatan


Pasien. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber daya Manusia. Diakses melalui
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/MANAJEMEN-
KESELAMATAN-PASIEN-Final-DAFIS.pdf

Najihah.(2018). Budaya Keselamatan Pasien dan Insiden Keselamatan Pasien Di Rumah


Sakit: Literature Review. Journal Of Islamic Nursing. 3 (1), 1-4. Diakses melalui
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/join/article/download/5469/4836

Nurhayati,V. (2015). Peran Keluarga Menjaga Keselamatan Pasien Rawat Inap Di Rumah
Sakit. Majalah Kasih, 43. Diakses melalui
https://majalahkasih.pantiwilasa.com/detailpost/peran-keluarga-menjaga-keselamatan-pasien-
rawat-inap-di-rumah-sakit

Hadi,I. (2017). Manajemen Keselmatan Pasien (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta :


Deepublish. Diakses melalui https://books.google.co.id/books?
id=nV7MDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=keselamatan+pasien&hl=en&sa=X&ved=
2ahUKEwjS0KLh2crsAhVPWysKHWoBDjkQ6AEwAHoECAQQAg#v=onepage&q=kesela
matan%20pasien%20adalah&f=true

Ismainar,H. (2019). Keselamatan Pasien di Rumah sakit. Yogyakarta: Deepublish. Diakses


melalui

https://books.google.co.id/books?
id=EISYDwAAQBAJ&pg=PA141&dq=keselamatan+pasien&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEw
jS0KLh2crsAhVPWysKHWoBDjkQ6AEwAXoECAYQAg#v=onepage&q&f=true
Utarini, A. (2018). Pasien dan Masyarakat Sebagai Mitra Menuju Rumah Sakit Berstandar
Internasional. Mutu Pelayanan Kesehatan . Diakses melalui
https://mutupelayanankesehatan.net/images/artikel/Pasien%20dan%20Masyarakat%20dalam
%20Program%20Keselamatan%20Pasien%20_Adi%20Utarini_1.pdf

Sriningsih,N., Marlina,E. (2020). Penegetahuan Penerapan Keselamatan Pasien (Patient


Safety) Pada Petugas Kesehtan. Jurnal Kesehata, 9(1). DOI 10.37048/kesehatan.v9i1.120.
Diakses melalui https://jurnal.stikesyatsi.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/120/91/

Faluzi, A. (2018). Analisis Penerapan Upaya Pencapaian Standar Keselamatan Pasien Bagi
Profesi Pemberi Asuhan Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan DI Rawat Inap RSUP
DR.M.Djamil Padang Tahun 2017. Masters Thesis, Universitas Andalas. Diakses melalui
http://scholar.unand.ac.id/37778/2/BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf

Putri,S.F.E. (2019). BAB II Tinjauan Pustaka.... Master Thesis, Universitas Siliwangi.


Diakses melalui http://repositori.unsil.ac.id/783/3/3.%20BAB%20II.pdf

Triwibowo, C.,dkk. (2016). Handover Sebagai Upaya Peningkatan Keselamatan Pasien


(Patient Safety) Di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Soedirman.11 (2). 77-79. Diakses
melalui http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/646

Simamora, R. H. (2019). Buku ajar pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais Inspirasi


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai