Nurazizahr1307@gmail.com
Latar belakang
Rumah sakit merupakan tempat dimana berbagai tindkana medis dilakukan. Kebanyakan
tindakan medis , baik yang dilakukan di rumah sakit maupun di unit kesehatan lainnya
berpotensi menimbulkan bahaya atau pun adverse event (KTD-Kejadian Tidak Diharapkan).
Adverse event merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan sesuatu tindakan (commiision)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan atau diambil (omission) dan
merupakan karena underliving disease atau kondisi pasien.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapakan untuk mencegah
terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatanmelalui suatu sistem
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor resiko, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insidentserta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbul risiko (Dep Kes 2006). Keselamatan pasien merupakan suatu sistem
untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (TKPRS RSUP
Sanglah Denpasar, 2011).
Salah satu komponen yang berperan dalam peningkatan keselmatan pasien adalah keluarga
pasien. Keluarga merupakan bagian dari tim pengobatan dan perawatan. Maka, peran
keluarga penting untuk memantau kebutuhan pasien dari laporan perawat atau jika perlu
malakukan komunikasi langsung. Keluarga merupakan sistem pendukung pertama dan utama
bagi individu. Dukungan keluarga yang baik bisa menjadi sumber motivasi, semangat dan
perlindungan terhadap resiko-resiko bahaya kepada pasien. Keluarga merupakan unit paling
dekat dengan pasien, dan merupakan perawat utama bagi pasien. Keluarga berperan dalam
menentukan cara atau perawatan yang diperlukan pasien di rumah sakit. Keberhasilan
perawat di rumah sakit akan sia sia jika tidak dibantu dengan keluarga yang berperan sebagai
partner pelayanan kesehatan. Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan
berpengaruh terhadap keadaan pasien. Maka dari itu sangat diperlukan peran keluarga
sebagai partner bagi pelayanan kesehatan.
Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah
metode yang memberikan gambaran secara jelas dari suatu masalah dan keadaan berdasarkan
data-data yang sebenarnya. Serta menggunkan metode litertature review yaitu dengan
mengumpulkan data, membaca, mengkaji dan menganalisis data tersebut dari berbagai
sumber seperti buku teks, e-book,jurnal,buku referensi yang berhubungan dengan tema yaitu
peran pasien dan keluarga sebagai partner di pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya
bahaya dan adverse events. Literature yang digunakan berbagai sumber dengan ketentuan
tahun terbit terakhir adalah tahun 2012.
Hasil
Menurut Permenkes No.1691 tahun 2011 Pasal 8, menyatakan bahwa setiap rumah sakit
wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien
merupakan syarat utama untuk diterapkan disemua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Safing Patien
Safety Solution dari WHO Patien Safety yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit Nasional PERSI (KKPRS PERSI) dan Joint Comission International
( JCI).
Pasien yang dirawat di rumah sakit merupakan individu yang sedang memiliki masalah
kesehatan, sehingga dimungkinkan mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pribadi
termasuk menjaga keselamatan senadiri, oleh sebab itu pasien membutuhkan dukungan dari
keluarga dan tim kesehatan yang merawat.
Keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan dapat di tingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan. Karena itu di rumah sakit harus ada
sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien dalam asuhan pasien. Meskipun pentingnya serta manfaat peran keterlibatan
pasien‐keluarganya dalam keselamatan pasien disadari penuh oleh rumah sakit dan tim
pelayanan klinis, berbagai tantangan baik dari faktor pasien, profesi kesehatan maupun rumah
sakit mengakibatkan hal ini tidak mudah diterapkan.
Dalam sebuah studi yang meminta pendapat pasien mengenai peran pasien dalam
meningkatkan keselamatan pasien ketika dirawat di rumah sakit, 23% berpendapat bahwa
pasien harus mengikuti instruksi yang diberikan oleh tim pelayanan. Selain itu, pasien harus
bertanya, memahami kondisi penyakit dan pengobatannya serta mengharapkan pelayanan
yang kompeten. Studi ini menyimpulkan bahwa pasien harus percaya bahwa mereka
diberikan pelayanan yang terbaik, dan tidak perlu berperan aktif dalam menjaga
keselamatannya.
Peran keluarga sebagai patner di pelayanan kesehatan salah satunya adalah memberikan
perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya
sendiri karena cacat atau usia terlalu muda. Peran keluarga tersebut meliputi
mengingatkan/memonitor waktu minum obat, mengontrol persediaan obat, mengantarkan
penderita kontrol, memisahkan alat-alat penderita dengan anggota keluarga lain,
meningkatkan kesehatan lingkungan penderita, dan pemenuhan kebutuhan psikologis agar
penderita tidak merasa terisolir dalam lingkungannya.
Pembahasan
Indikator mutu layanan keperawatan yang sensitif terhadap staffing pada saat ini secara terus
menerus dikembangkan. Banyak lembaga yang berupaya membuat indikator mutu, namun
banyak dari indikator tersebut kurang mencerminkan pengaruh pelayanan keperawatan
terhadap keselamatan pasien, karena hanya dianggap sebagai indikator kualitas pelayanan
kesehatan (ANA, 1995; Institute of Medicine , 1999, 2001, 2005; Joint Commision, 2007
dalam Montalvo, 2007). Mulai tahun 2007, WHO Collaborating Center For Patient Safety
berupaya menetapkan Sembilan Solusi keselamatan pasien untuk mempermudah
pendeteksian terjadinya masalah pada keselamatan pasien di Rumah Sakit, yaitu :
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication
names).
2. Pastikan Identifikasi pasien,
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien,
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar,
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat,
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah cateter dan salah sambung gelamng,
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai, dan
9. Tingkatkan kebersihan tangan unuk pencegahan infeksi nosokomial (WHO, 2007
dalam Tim KP-RS RSUP Sanglah Denpasar, 2011).
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada
Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO (2007) yang digunakan juga oleh
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission
International (JCI). RSUP Sanglah Denpasar merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A
dengan sumber manusia (dokter, perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah mempunyai
berbagai peralatan canggih yang memadai dan telah terakreditasi Joint Commission
International (JCI) (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011) Maksud dari Sasaran
Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik untuk menunjang keselamatan
pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan
ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu 14 tinggi, sedapat mungkin sasaran secara
umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.
Secara umum, peran aktif pasien‐masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan sangatlah
diharapkan, baik oleh profesi kesehatan, pasien‐masyarakat ataupun pihak manajemen. Bukti‐
bukti positif dalam hal penanganan penyakit kronis telah menunjukkan dampak positif peran
aktif pasien terhadap keluaran klinisnya. Sebagai contoh, edukasi pasien dan penggunaan
reminder tepat waktu untuk mengingatkan pasien agar melakukan tindakan tertentu terkait
penyakitnya meningkatkan pengendalian penyakit kronis. Intervensi edukasi dalam
penatalaksanaan mandiri asma pada anak dapat meningkatkan fungsi paru dan menurunkan
tingkat absensi sekolah. Demikian pula pelatihan bagi pasien Diabetes Melitus tipe 2 efektif
untuk menurunkan kadar gula darah puasa dan terapi medikamentosa untuk penanganan
diabetes (Longtin et al., 2010).
Demikian pula dalam meningkatkan keselamatan pasien, perspektif pasien‐masyarakat
semakin penting. WHO (2008) dalam rangkuman hasil penelitian keselamatan pasien
mengidentifikasi 23 topik yang merupakan agenda prioritas, termasuk keterlibatan pasien.
Berbagai publikasi pun menunjukkan bahwa secara spesifik pasien dapat terlibat aktif dalam
beragam kegiatan seperti halnya: melaporkan kejadian yang tidak diinginkan, membantu
mencek ulang ketepatan obat, dosis dan waktu pemberian, melaporkan KTD atau komplikasi
pada tindakan operasi serta diberi informasi mengenai kemungkinan yang dapat terjadi
pascaoperasi, meminta atau mengingatkan tenaga kesehatan untuk mencuci tangan, dan
menyampaikan identitasnya agar mencegah tindakan/pemberian obat pada pasien yang keliru.
Pasien juga dapat menyimpan daftar penyakit yang pernah diderita, obat yang diminum dan
obat yang menimbulkan alergi. Bahkan pada sistem pelayanan kesehatan yang menggunakan
rekam medik elektronik, pasien dapat memberikan informasi terbaru (Koutantji et al., 2005,
Longtin et al., 2010). Pengembangan pengukuran budaya keselamatan pasien di tingkat
organisasi serta pelaporan KTD juga sedang dikembangkan di Inggris menggunakan menurut
persepsi pasien (patient measure of organizational safety, patient incident reporting system
tool).
Peran aktif pasien‐masyarakat untuk mencegah dan mengenali KTD sedini mungkin hanya
dapat dioptimalkan apabila diawali dengan edukasi yang memadai mengenai keselamatan
pasien. Pasien‐ masyarakat yang memahami keselamatan pasien diharapkan dapat
bekerjasama sebagai mitra tim pelayanan kesehatan untuk mendukung proses untuk
menjamin keselamatan pasien. Bila terjadi KTD, pasien‐masyarakat diharapkan dapat lebih
mudah memahami dan menerima risiko yang terjadi, serta lebih jauh lagi, mengurangi
keinginan pasien‐keluarga untuk memproses secara hukum. Pengalaman di MCG Health
System di Georgia, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa dengan melibatkan pasien‐
masyarakat secara aktif di tingkat rumah sakit, maka pada tahun 2001‐2006 terjadi penurunan
klaim malpraktek dan litigasi dari >80 pada tahun 2003 menjadi ,5 pada tahun 2006
(IPFCC,2008).
Selain peran pasien, peran keluarga pasien juga sangat berpengaruh dalam mencegah
terjadinya bahaya dan kejadian yang tidak diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu
rumah sakit. Peran keluarga secara aktif dalam menjaga keselamatan pasien rawat inap
adalah
Penerapan enam sasaran keselamatan pasien dan peran keluarga dalam menjaga keselamatan
pasien rawat inap di rumah sakit adalah :
Peran Pasien dan keluarga untuk memastikan ketepatan identifikasi pasien adalah:
1.1. Memberikan data diri yang tepat pada saat mendaftar sesuai dokumen data diri
yang dimiliki. Data utama yang diperlukan adalah nama dan tanggal lahir
1.2. Selama rawat inap pasien dipasangkan gelang. Psien dan keluarga harus
memahami fungsi gelang dan patuh menggunkan gelang tersebut selama rawat
inap gelang tersebut dipakaioleh tim kesehatn guna memastikan kebenaran
identitas dan faktor risiko pasien saat memerikan pelayanan
1.2.1. Gelang warna biru untuk laki-laki dan gelang warna pink untuk
perempuan dipakai untuk identitas.
1.2.2. Gelang warna merah dipasangkan pada pasien yang memilki riwayat
alergi
1.2.3. Gelang warna kuning dipasangkan pada pasien yang memiliki risiko
jatuh
1.3. Pasien atau keluarga kooperatif saat dilakukan verifikasi identitas oleh petugas
saat akan melakukan tindakan, memeberikan obat, mengambil preparat untuk
pemerikasaan laborat dan lain-lain
2. Komunikasi efektif
Pasien yang menjalani rawat inap dikelola oleh doket dan nernagai profesi lain
sebagai tim dengan menerapkan sistem komunikasi yang efektif untuk memberikan
pelayanan. Peran pasien dan keluarga mewujudkan komunikasi efektif adalah:
2.1. Menunjukkan atau menetapkan anggota keluarga yang diberi kewenangan untuk
berkomunikasi dengan tim kesehatan. Penunjukan ini diperlukan unruk
memastikan komunikasi berlangsung efektif dan berkesinambungan, tidak
mengalami rantai komunikasi yang panjang dan kompleks yang berisiko
menyebabkan perubahan makna isi informasi.
2.2. Memberikan informasi dan data terkait kondisi pasien kepada kesehatan dnegan
benar dan jelas.
2.3. Memberikan informasi pada petugas bila ada kejadian tidak diharapkan.
2.4. Meminta informasi yang diperlukana kepada tim kesehatan.
3. Pemberian obat secara aman
Pemberian obat merupakan bagian yang mengambil porsi dominan dalam tata kelola
pasien rawat inap. Peran serta keluarga dalam menjamin keamanan pemberian obat
adalah
3.1. Memberikan informasi yang lengkap tentang riwayat obat yang pernah
dipergunkan sebelum masuk rumah sakit
3.2. Mmeberikan infromasi tentang riwayat alergi atau reaksi yang dialami saat
menggunkan obat tertentu
3.3. Mendukung pengawasan pemberian obat selama rawat inap dengan cara
memastikan identitas pasien benar, menanyakan jenis obt yang diberikan,
tujuan pemberian, dosis dan waktu pemberian obat
4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Tindakan operasi merupakan salah satu prosedur yang mungkin dilakukan pada
pasien untuk mengatasi masalah kesehtannya. Bagian tubuh yang akan dioperasi bisa
meliputi bagian yang bersisi (misalnya tangan kanna atau kaki kanan dan kiri, mata
kanna dan kiri) atau bagian yang multi[el level (misalnya tulang belakang) atau
bagian yag multipel struktur (misalnya jaringan tangan) dengan demikian diterapkan
sistem untuk memastikan tindakan tepat lokasi,tepat prosedur, tepat pasien. Salah satu
prosedur yang dilakukan sebelum tindakanoperasi adalah proses verifikasi. Peran
pasien dan keluarga dalam proses verifikai praoperasi adalah memberikan infromasi
yang benar dan bekerja sama sacara kooperatif. Proses yang dilakukan meliputi:
4.1. Verifikasi lokasi, prosedur dan pasien yang benar. Proses ini dilakukan dnegan
membeuat tanda pada lkasi yang dioperasi. Penandaan lokasi operasi ini
melibatkan pasien, dibuat oleh dokter yang akan melakukan tindakan dan
dilaksanakan saat pasien dalam keadaan sadar. Tanda ini tidak boleh dihapus
dan harus terlihat sampai saat akan disayat.
4.2. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label dengan baik
4.3. Melakukan verifikasi ketersediaan peraltan husu yang dibutuhkan.
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Rumah sakit merupakan tempat yang memungkinkan berkumpulnya berbagai jenis
kuman sedangkan pasien yang sedang dirawat memiliki daya tahan tubuh relatif
rendah dengan demikian diperlukan suatu proses bersama untuk mencegah timbulnya
infeksi lain yang tidak berhubungan dengan penyakit utama pasien. Peran pasien dan
keluarga dalam pengurangan risiko terkait pelayanan kesehatan adalah
Individu yang sedang sakit memiliki keterbatasan dalam pengamanan diri termasuk
menghindari jatuh. Rumah sakit mengambil tindakan untuk mengurangi risiko
dengan melakukan pengkajian faktor-faktor yang dapat menyebabkan jatuh seperti,
penggunaan obat, gaya jalan dan keseimbangan, alat bantu berjalan yang digunakan
oleh pasien, riwayat jatuh saat berjalan atau saat istirahat baring di tempat tidur. Peran
pasien dan keluarga dalam mencegah jatuh saat dirawat di rumah sakit adalah:
6.1. Pastikan penanda pasien beriko jatuh berupa gelang kunning dipakai pasien
6.2. Jagan melepas atau memindah kartu kuning yang dipasang petugas dekat
tempat tidur pasien atau di depa kamar pasien karena kartu tersebut merupakan
penanda untuk mewaspadai pasien yang berisiko jatuh
6.3. Keluarga atau pasien perlu memastian diri untuk memahami informasi yang
diberikan oleh petugas agar dapat mendukung tindakan pencegahan jatuh.
Informasi yang perlu diketahu adalah:
6.3.1. faktor resiko jatuh yang teridentifikasi seperti obat yang dipergunakan,
kesadaran pasien, keseimbangan saat berjalan,dll
6.3.2. cara untuk inta bantuan
6.3.3. cara menggunakan bel atau sarana komunikasi diruangan
6.3.4. cara mengatur pengamanan tempat tidur
6.3.5. penggunaan tali pengaman,dll
Kesimpulan
eselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien adalah
partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.
Secara umum, peran aktif pasien‐masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan sangatlah
diharapkan, baik oleh profesi kesehatan, pasien‐masyarakat ataupun pihak manajemen. Bukti‐
bukti positif dalam hal penanganan penyakit kronis telah menunjukkan dampak positif peran
aktif pasien terhadap keluaran klinisnya.
Selain peran pasien, peran keluarga pasien juga sangat berpengaruh dalam mencegah
terjadinya bahaya dan kejadian yang tidak diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu
rumah sakit. Peran keluarga secara aktif dalam menjaga keselamatan pasien rawat inap
adalah
Daftar Pustaka
Nurhayati,V. (2015). Peran Keluarga Menjaga Keselamatan Pasien Rawat Inap Di Rumah
Sakit. Majalah Kasih, 43. Diakses melalui
https://majalahkasih.pantiwilasa.com/detailpost/peran-keluarga-menjaga-keselamatan-pasien-
rawat-inap-di-rumah-sakit
https://books.google.co.id/books?
id=EISYDwAAQBAJ&pg=PA141&dq=keselamatan+pasien&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEw
jS0KLh2crsAhVPWysKHWoBDjkQ6AEwAXoECAYQAg#v=onepage&q&f=true
Utarini, A. (2018). Pasien dan Masyarakat Sebagai Mitra Menuju Rumah Sakit Berstandar
Internasional. Mutu Pelayanan Kesehatan . Diakses melalui
https://mutupelayanankesehatan.net/images/artikel/Pasien%20dan%20Masyarakat%20dalam
%20Program%20Keselamatan%20Pasien%20_Adi%20Utarini_1.pdf
Faluzi, A. (2018). Analisis Penerapan Upaya Pencapaian Standar Keselamatan Pasien Bagi
Profesi Pemberi Asuhan Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan DI Rawat Inap RSUP
DR.M.Djamil Padang Tahun 2017. Masters Thesis, Universitas Andalas. Diakses melalui
http://scholar.unand.ac.id/37778/2/BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf