Anda di halaman 1dari 4

Jsmn : Selamat pagi, mbak. Mari silahkan duduk.

Perkenalkan saya Jasmine, seorang


promotor kesehatan di sini. Ada yang bisa saya bantu?
I : Iya, Bu. Saya Intan. Saya datang kesini untuk bersosialisasi mengenai permasalahan
kesehatan saya
Jsmn : Baik, boleh diceritakan silahkan
I : Jadi begini, Bu. Sudah satu minggu ini perut saya terasa begah. Lalu mohon maaf
kalau kentut baunya menyengat sekali, lebih dari biasanya.
Jsmn : Baik, apakah mbak mengalami susah BAB juga?
I : Iya, Bu. Benar.
Jsmn : Kalau begitu, kemungkinan mbak terkena konstipasi
I : Konstipasi itu apay a, Bu?
Jsmn : Konstipasi adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan kesulitan buang air
besar sebagai akibat dari feses yang mengeras. Konstipasi dapat diartikan terhambatnya
defekasi (buang air besar) dari kebiasaan normal. Menurut North American Society for
Pediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition (NAPSGAN) 2006, menyebutkan
konstipasi adalah kelambatan atau kesulitan dalam defekasi yang terjadi dalam 2 minggu atau
lebih dan cukup membuat pasien menderita.
I : Oh begitu, penyebabnya apa ya, Bu?
Jsmn : Penyebabnya dapat berupa
1. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan untuk defekasi
dapat menyebabkan konstipasi.
2. Klien yang mengonsumsi diet rendah serat dalam bentuk hewani (misalnya daging,
produk-produk susu, telur) dan karbohidrat murni (makanan penutup yang berat)
sering mengalami masalah konstipasi, karena bergerak lebih lambat didalam saluran
cerna. Asupan cairan yang rendah juga memperlambat peristaltik.
3. Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga yang teratur menyebabkan
konstipasi.
4. Lansia mengalami perlambatan peristaltic, kehilangan elastisitas otot abdomen, dan
penurunan sekresi mukosa usus. Lansia sering mengonsumsi makanan rendah serat.
5. Konstipasi juga dapat disebabkan oleh kelainan saluran GI (gastrointestinal), seperti
obstruksi usus, ileus paralitik, dan divertikulitus.
6. Kondisi neurologis yang menghambat implus saraf ke kolon (misalnya cedera pada
medula spinalis, tumor) dapat menyebabkan konstipasi.
7. Penyakit-penyakit organik, seperti hipotirodisme, hipokalsemia, atau hypokalemia
dapat menyebabkan konstipasi.
Ada juga penyebab yang lain dari sumber lain, yaitu: peningkatan stress psikologi dan
umur
I : bagaimana bisa konstipasi terjadi, Bu?
Jsmn : Jadi konstipasi dapat terjadi karena kita sering menahan berak, mbak. Gerakan
peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran pencernaan
menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla) yang
menjadi tempat penampungan tinja sementara. Otot-otot pada dinding rektum yang
dipengaruhi oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk
mengeluarkan tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat
maka tinja dapat kembali ke usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali diserap,
dan tinja menjadi sangat padat. Jika buang air besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang
agak lama dan tinja terus mengeras, konstipasi dapat terjadi. Berikut saya tunjukan sebuah
video agar semakin jelas.
I : Oh begitu, paham paham. Kalau gejalanya selain perut begah dan kentut berbau
menyengat, apa lagi ya, Bu?
Jsmn : Untuk Tanda dan gejala akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain,
karena pola makan, hormon, gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda,
tetapi biasanya tanda dan gejala yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-
kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:
1.      Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja
sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang
hamil).
2.      Tinja menjadi lebih keras, panas, dan berwarna lebih gelap daripada biasanya, dan
jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya (bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila
sudah parah).
3.      Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus
mengejan ataupun  menekan-nekan  perut  terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja.
4.      Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
5.      Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan
dengan tinja yang panas dan keras.
6.      Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya (jika
kram perutnya parah, bahkan penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang
7.      Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air besar
(biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih).
8.      Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
Suatu batasan dari konstipasi diusulkan oleh Holson, meliputi paling sedikit 2 dari
keluhan di bawah ini dan terjadi dalam waktu 3 bulan :
1.      Konsistensi feses yang keras,
2.      Mengejan dengan keras saat BAB,
3.      Rasa tidak tuntas saat BAB, meliputi 25% dari keseluruhan BAB, dan
4.      Frekuensi BAB 2 kali seminggu atau kurang.
I : bagaimana saya bisa mencegah konstipasi ini, Bu?
Jsmn : Berikut beberapa pencegahan untuk mencegah terjadinya konstipasi:
1.      Jangan jajan di sembarang tempat.
2.      Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.
3.      Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan
lainnya setiap hari.
4.      Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk
olahraga ringan, dan minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat.
5.      Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar.
6.      Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran.
7.      Tidur minimal 4 jam sehari.
I : kalau sudah terjadi konstipasi, apa yang harus saya lakukan untuk mengobatinya?
Jsmn : bisa dengan mengkonsumsi obat pencahar, namun penggunaannya harus dibatasi.
Karena obat tersebut dapat merangsang peristaltic usus dan kurang bagus untuk jangka
Panjang. Bila mungkin, pengobatan harus ditujukan pada penyebab dari konstipasi. Strategi
pengobatan dibagi menjadi:
1.      Pengobatan non-farmakologis
a.       Latihan usus besar:
Melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku yang disarankan pada penderita
konstipasi yang tidak jelas penyebabnya. Penderita dianjurkan mengadakan waktu secara
teratur setiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. dianjurkan waktu ini adalah
5-10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan reflex gastro-kolon untuk BAB.
Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda-tanda dan
rangsang untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk BAB ini.
b.      Diet:
Peran diet penting untuk mengatasi konstipasi terutama pada golongan usia lanjut. Data
epidemiologis menunjukkan bahwa diet yang mengandung banyak serat mengurangi angka
kejadian konstipasi dan macam-macam penyakit gastrointestinal lainnya, misalnya divertikel
dan kanker kolorektal. Serat meningkatkan massa dan berat feses serta mempersingkat waktu
transit di usus. untuk mendukung manfaat serat ini, diharpkan cukup asupan cairan sekitar 6-
8 gelas sehari, bila tidak ada kontraindikasi untuk asupan cairan.
c.       Olahraga:
Cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga membantu mengatasi konstipasi jalan kaki atau
lari-lari kecil yang dilakukan sesuai dengan umur dan kemampuan pasien, akan menggiatkan
sirkulasi dan perut untuk memeperkuat otot-otot dinding perut, terutama pada penderita
dengan atoni pada otot perut.
2.      Pengobatan farmakologis
Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologis, dan biasnya
dipakai obat-obatan golongan pencahar. Ada 4 tipe golongan obat pencahar :
a.       Memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal, Methyl selulose, Psilium.
b.      Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan
permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air. Contohnya : minyak kastor,
golongan dochusate.
c.       Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya
pada penderita gagal ginjal, antara lain : sorbitol, laktulose, gliserin
d.      Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. Golongan ini yang
banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar golongan ini bisa dipakai untuk jangka
panjang, dapat merusak pleksusmesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon.
Contohnya : Bisakodil, Fenolptalein.
Bila dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara
tersebut di atas, mungkin dibutuhkan tindakan pembedahan. Misalnya kolektomi sub total
dengan anastomosis ileorektal. Prosedur ini dikerjakan pada konstipasi berat dengan masa
transit yang lambat dan tidak diketahui penyebabnya serta tidak ada respons
dengan  pengobatan yang diberikan. Pasa umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena
massa atau adanya volvulus, tidak dilakukan tindakan pembedahan.
I : Wah, jadi begitu. Terima kasih atas informasinya ya, Bu. Sangat bermanfaat.
Sekarang saya jadi tahu harus berbuat apa untuk mengatasi konstipasi saya. Nanti akan saya
praktekkan. Saya permisi dulu, Selamat pagi.

Anda mungkin juga menyukai